“HIPERTENSI“
Oleh
MARIANNE LUSI OKTAVIANI
1711316053
Dosen Pembimbing
Ns. Yanti Puspita Sari, M.Kep
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hipertensi”
dengan mengunakan aplikasi mendelay tepat pada waktunya.
Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik materi maupun nonmateri,
terutama kepada dosen pembimbing mata kuliah Praktikum Nursing Informatic yaitu Ibu Ns.
Yanti Puspita Sari, M.Kep
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
isi maupun penyusunannya, baik dalam penyajian data, bahasa maupun sistematika
pembahasannya. Oleh sebab itu, saya mengharapkan masukan atau kritikan maupun saran yang
bersifat membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.
Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini sedikit banyaknya dapat membawa manfaat
kepada kita semua. Amin
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………….…………………………………………. i
DAFTAR ISI …………………….…………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN…………………….……………………………………… 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………….2
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………...2
D. Manfaat Penulisan …………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN…………………….……………………………………….3
A. Defenisi Hipertensi…………………….…………………………………….. 3
B. Etiologi Hipertensi. …………………….……………………………………..4
C. Patofisiologi Hipertensi. …………………….………………………………. 6
D. Manifestasi Klinis Hipertensi …………………….…………………………..7
E. Komplikasi Hipertensi…………………….…………………………………10
F. Penatalaksanaan Hipertensi…………………….…………………………..10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan
tubuh yang membutuhkan
Pada abad 21 ini diperkirakan terjadi peningkatan insidens dan prevalensi Penyakit tidak menular
(PTM) secara cepat yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan dimasa yang akan
datang. WHO memperkirakan pada tahun 2020 penyakit tidak menular akan menyebabkan 73%
kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia. Diperkirakan Negara yang paling merasakan
dampaknya adalah Negara berkembang termasuk Indonesia (Suoth, Bidjuni, & Malara, 2014).
Hasil penelitian WHO menunjukkan hampir setengah dari kasus serangan jantung dipacu oleh
tekanan darah tinggi. Dua pertiga penderita hipertensi hidup di Negara miskin dan berkembang,
berdasarkan data WHO dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat
pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik. Tiap tahunnya, 7 juta orang diseluruh
dunia meninggal akibat hipertensi (Purwati & Babakal, 2014).
Prevalensi hipertensi di Indonesia masih tinggi, maka dibutuhkan usaha untuk menekannya.
Usaha yang dilakukan yaitu dengan pengobatan yang tepat sehingga tekanan darah dapat
terkontrol ke tingkat normal (Masithoh & Keperawatan, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh
Fitrianto, Azmi & Kadri di Poliklinik RSUD Dr. M. Djamil, Padang periode Januari- Desember
2011 didapatkan 277 pasien hipertensi tanpa penyakit penyerta dan sebanyak 103 pasien
hipertensi dengan penyakit penyerta. Uraian dari 103 pasien hipertensi dengan penyakit penyerta
yaitu 63 pasien dengan diabetes melitus, 13 pasien dengan PJK (Penyakit Jantung Koroner), 13
pasien dengan stroke, 7 pasien dengan gagal jantung, 4 pasien dengan pasca infark miokard dan
3 pasien dengan gagal ginjal kronik. Obat antihipertensi yang sering digunakan yaitu
Hidroklortiazid (35,5%), Captopril (26,2%), Valsartan (20,6%), Amlodipin (15,2%) dan obat
antihipertensi lain (2,5%) (Masithoh & Keperawatan, 2016).
Hipertensi merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan mengendalikan factor risiko yang
sebagian besar merupakan faktor prilaku dan kebiasaan hidup. Apabila seseorang mau
menerapkan gaya hidup sehat, maka kemungkinan besar akan terhindar dari hipertensi. Penyakit
ini berjalan terus seumur hidup dan sering tanpa adanya keluhan yang khas selama belum terjadi
komplikasi pada organ tubuh. Faktor risiko hipertensi antara lain adalah faktor genetik, umur,
jenis kelamin, etnis, stress, obesitas, asupan garam, penggunaan obat hormonal, dan kebiasaan
merokok (Yeni, Djannah, & Solikhah, 2014).
B. Rumusan Masalah
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hipertensi atau darah tinggi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus
sehingga melebihi batas normal. Hpertensi sering dikatakan sebagi Sillent Killer, karena
termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala – gejala terlebih dahulu sebagai
peringatan bagi korbannya. Hipertensi merupakan penyakit yang kerap dijumpai di masyarakat
dengan jumlah penderita yang terus meningkat setiap tahunnya. Baik desertai gejala atai tidak,
ancaman terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh hipertensi terus berlangsung (Situmorang,
2015).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka kesakitan yang tinggi.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Menurut Junaidi [3], batas normal tekanan darah adalah 120/80 mmHg. Seseorang
dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi
merupakan penyakit yang umumnya tidak menunjukkan gejala, atau bila ada, gejalanya tidak
jelas, sehingga tekanan yang tinggi di dalam arteri sering tidak dirasakan oleh penderita
(Matematika & Udayana, 2012).
B. Etiologi
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi diantaranya yaitu: riwayat
keluarga, individu dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi. Obesitas, hal ini disebab- kan lemak dapat menimbulkan sumbatan pada pembuluh
darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Stress, atau situasi yang menim- bulkan
distress dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang (Korneliani, 2013).
Gaya hidup merupakan faktor penting yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup
yang tidak sehat dapat menjadi penyebab terjadinya hipertensi misalnya aktivitas fisik dan stres
(Puspitorini dalam Sount dkk. 2014). Pola makan yang salah merupakan salah satu faktor resiko
yang meningkatkan penyakit hipertensi. Faktor makanan modern sebagai penyumbang utama
terjadinya hipertensi (AS, 2010) (Solehatul Mahmudah , Taufik Maryusman , Firlia Ayu Arini1,
2015).
Alkohol memiliki efek yang hamper sejak dini sehingga tidak menimbulkan sama dengan karbon
monoksida, yaitu komplikasi dan merusak organ-organ dapat meningkatkan keasaman darah
(Komaling,Jeine Kristy , suba, Baithesda, Wongkar, 2013).
Salah satu penyebab peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi adalah stres. Stres
merupakan suatu tekanan fisik maupun psikis yang tidak menyenangkan. Stres dapat merangsang
kelenjar anak ginjal melepaskan hormone adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat
dan kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat (Gunawan, 2001) (Prawesti, 2012).
Faktor risiko untuk penyakit hipertensi pada laki-laki lebih banyak terkena serangan jantung
dibanding wanita. Menurut Edward D Frohlich, seorang pria dewasa akan mempunyai peluang
lebih besar yakni satu diantara lima untuk mengidap hipertensi (Matematika & Udayana, 2012).
C. Patofisiologi
Kasus hipertensi biasanya diikuti dengan peningkatan kadar lemak dalam darah sampai diatas
ambang batas normal atau biasa disebut hiperlipidemia. Keadaan tersebut menyebabkan
terjadinya penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah arteri (arterosklerosis) yang
kemudian membuat sumbatan, berakibat jantung bekerja lebih keras sehingga meningkatkan
tekanan darah (Riskesdas, 2013) Salah satu profil lipid yang dapat diukur adalah kadar LDL
(Low Density Lipoprotein). Hipertensi yang bertahan lama merupakan salah satu faktor risiko
timbulnya penyakit kardiovaskular, yaitu salah satu penyebab arterosklerosis. Arterosklerosis
adalah penyakit yang sangat progresif yang menyebabkan mengerasnya pembuluh arteri karena
terjadinya sumbatan oleh kolesterol teroksidasi [2] (Septiana, 2016).
Hipertensi merupakan salah satu factor risiko terjadinya kerusakan pada organ jantung yang
penting baik bagi pria maupun wanita. Penelitian-penelitian terbaru melaporkan bahwa hipertrofi
ventrikel kiri adalah perubahan tersering yang terjadi pada jantung akibat hipertensi dan dapat
dideteksi melalui perekaman jantung dengan elektrokardiografi (EKG) (Pendahuluan, Surabaya,
& Ekg, 2015).
D. Manifestasi Klinik
E. Komplikasi
Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya jika tidak ditangani dengan baik
(Tierney, 2002). Hipertensi dapat menimbulkan komplikasi penyakit berupa gangguan pada otak,
sistem kardiovaskuler, ginjal dan mata. Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal
ginjal kronik (Purnomo, 2009)(Flora et al., 2012).
Apabila terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya bagi orang yang sudah menderita
hipertensi sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai
target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal Sebagai dampak
terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan
terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang
dimilikinya (Prawesti, 2012).
F. Penatalaksanaan
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi risiko yang tidak dapat
dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak
dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor
risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu obesitas, kurang olah raga atau aktivitas, merokok,
minum kopi, sensitivitas natrium, kadar kalium rendah, alkoholisme, stress, pekerjaan,
pendidikan dan pola makan (Andria, 2013).
Dalam pengelolaan stres, yang terpenting adalah bagaimana cara mengelola stres tersebut
(Marliani, 2007). Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengelola stres salah satunya dengan
melakukan upaya peningkatan kekebalan stres dengan mengatur pola hidup sehari-hari seperti
makanan dan pergaulan. Selain itu terapi farmakologis dan non farmakologis juga sangat
berperan untuk dapat mengelola stres dengan baik. Terapi non farmakologis dilakukan dengan
konseling kepada petugas medis yang berkompeten, sedangkan terapi non farmakologis
dilakukan bila perlu dengan mengkonsumsi obat yang telah diadviskan dokter (Prawesti, 2012).
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai
faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45
tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen
pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi
kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang
pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat
sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan
umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan
resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada
usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana
aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun .Penurunan elastisitas pembuluh darah
menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer sebagai hasil temuan akhir tekanan darah
meningkat karena merupakan hasil temuan kali curah Jantung (HR x Volume sekuncup) x
Tahanan perifer.6(Nuraini, 2015).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.Hipertensi merupakan gangguan kese- hatan yang membebani masyarakat mo- dern, karena
tingkat kejadiannya tinggi, dampaknya sangat besar terhadap organ target (jantung, otak, ginjal,
mata, pem- buluh darah) dan terjadinya kematian prematur.
3. Pada mayoritas pasien hipertensi, data literatur menunjukkan perlunya terapi kombinasi untuk
mencapai target teka- nan darah.
4. Pencapaian target tekanan darah dan pengontrolan faktor-faktor risiko kar- diovaskular lainya
serta pengobatan penyakit komorbid harus dilakukan un- tuk mengurangi morbiditas dan mor-
talitas akibat hipertensi (pendekatan holistik) (Tedjasukmana, 2012).
B.Saran
Untuk menghindari terjadinya hipertensi, maka sebaiknya kita selaku petugas medis sebaiknya
memberi contoh masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, dan juga tidak
mengkonsumsi makanan sembarangan yang belum teruji kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, H., Suparno, O., Lantang, O. A., & Lumenta, A. S. M. (2016). Sistem Pendukung
Keputusan Pemilihan Menu Bagi Penderita Hipertensi, 8(1).
Andria, K. M. (2013). Hubungan Antara Perilaku Olahraga, Stres dan Pola Makan Dengan
Tingkat Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jurnal Promkes, 1(2), 111–117.
Flora, R., Purwanto, S., Program, D., Ilmu, S., Fakultas, K., & Sriwijaya, U. (2012).
Penatalaksanaan Non Farmakologis Terapi Pada Penderita Hipertensi Primer Di, 124–131.
Korneliani, K. dan D. M. (2013). Obesitas dan Stres dengan Kejadian Hipertensi. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 8(2), 113–120. https://doi.org/ISSN 1858-1196
Matematika, J., & Udayana, U. (2012). Model Log-Linear Faktor-Faktor, 1(1), 84–88.
Pendahuluan, A., Surabaya, S., & Ekg, D. H. (2015). Profil EKG Pasien Hipertensi Di Poliklinik
Jantung. Ners, 11(1), 40–44. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Prawesti, D. (2012). Stres pada penyakit terhadap kejadian komplikasi Hipertensi pada pasien
Hipertensi. Jurnal Stikes, 5(2), 121–132. https://doi.org/10.1016/j.burn.2014.09.001
Purwati, R. D., & Babakal, A. (2014). Perilaku Klien Hipertensi Di Puskesmas Bahu Manado.
Rosyidah, H., & Djannah, S. N. (2013). faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertropi prostat di ruang rawat inap rumah sakit ibnu sina Makassar. Kesmas, 2, 1–7.
Solehatul Mahmudah , Taufik Maryusman , Firlia Ayu Arini1, dan I. M. (2015). Hubungan gaya
hidup dan pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia di kelurahan sawangan baru.
Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di
Kelurahan Sawangan Baru Kota Depok Tahun 2015, 7, 43–51.
Suoth, M., Bidjuni, H., & Malara, R. T. (2014). Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian
Hipertensi di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara.
Ejournal Keperawaan (E-Kp), 2(1), 1–10.
Tondingan, M., OI, P., & OCP, P. (2013). Pengaruh Hipertensi terhadap Ambang Pendengaran.
Yeni, Y., Djannah, S. N., & Solikhah, S. (2014). Faktorfaktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta
Tahun 2009. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health), 4(2), 94–102.
https://doi.org/10.12928/kesmas.v4i2.1027