Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

HIPERTENSI

Oleh:

SYABANIA HASANA MUHAMMAD (14120210126)

JUNIANDHITA RENJANI (14120210135)

ANDI NURUL MUTIARA (14120210116)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah tentang
"HIPERTENSI".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen pengampu mata
kuliah epidemiologi penyakit tidak menular yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari ibu dosen pengampu dan teman-teman kelas.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Makassar, 29 Maret 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................3
PENDAHULUAN........................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................6
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................7
PEMBAHASAN...........................................................................................................7
A. Definisi Hipertensi................................................................................................7
B. Pembagian Hipertensi Berdasarkan Penyebabnya................................................8
C. Klasifikasi Hipertensi..........................................................................................10
D. Faktor Risiko Hipertensi.....................................................................................12
E. Siapa Saja Yang Berisiko Terkena Hipertensi....................................................13
F. Jenis Kelamin Yang Berisiko Hipertensi.............................................................15
G. Determinan Penyakit Hipertensi Di Indonesia....................................................16
H. Distribusi Penyakit Hipertensi Di Indonesia.......................................................17
I. Prevalensi Penyakit Hipertensi Di Indonesia.......................................................17
J. Wilayah Dengan Angka Tertinggi Hipertensi Di Negara....................................18
K. Tindakan Pencegahan Hipertensi........................................................................20
BAB III.......................................................................................................................23
PENUTUP..................................................................................................................23
A. Kesimpulan.........................................................................................................23
B. Saran....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk berusia diatas 20 tahun
mengalami hipertensi sudah mencapai 74,5 juta jiwa, akan tetapi 90-95% kasus
belum diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer yang memiliki
bermacam-macam gejala yang hampir sama dengan gejala penyakit yang lainnya.
Data dari WHO pada tahun 2015 terdapat 1,13 miliar orang di dunia ini mengalami
hipertensi, yang artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Selain itu,
diperkirakan jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya,
dan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang mengalami hipertensi (Kemenkes RI,
2019). Berdasarkan dari beberapa riset yang berhasil dipublikasikan pada tahun 1980
dan 2002 menunjukkan bahwa adanya peningkatan prevalensi hipertensi pada negara
berkembang dibandingkan dengan negara maju.

Hipertensi merupakan salah satu tantangan besar di Indonesia. Hipertensi ialah


kondisi yang sering muncul pada pelayanan kesehatan primer dengan memiliki risiko
morbiditas serta mortalitas yang terus meningkat selaras dengan naiknya tingkatan
tekanan sistolik dan diastolik yang diakibatkan oleh gagal jantung, stroke dan gagal
ginjal. Hipertensi sering disebut dengan silent killer atau pembunuh diam-diam
karena orang yang mempunyai penyakit hipertensi sering tanpa gejala.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dalam Global Status Report On
Non-Communicable Disease, rata-rata penderita tekanan darah tinggi pada orang
dewasa usia 18 tahun keatas berkisaran 22%. Hipertensi bertanggung jawab atas 40%
kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke (WHO, 2014).

3
Selain secara global, hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang paling sering
menyerang masyarakat Indonesia (57,6%). Hal tersebut terbukti dengan adanya
jumlah pasien hipertensi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang mengalami
peningkatan setiap tahunnya (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Prevalensi
hipertensi yang terdiagnosis dokter di Indonesia mencapai 25,8% dan Yogyakarta
menduduki peringkat ketiga prevalensi hipertensi terbesar di Indonesia. Tingkat
prevalensi hipertensi diketahui meningkat seiring dengan peningkatan usia dan
prevalensi tersebut cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat
pendidikan rendah atau masyarakat yang tidak (Kemenkes RI, 2013). Penyakit
hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Setiap
peningkatan 20 mmHg tekanan darah sistolik atau 10 mmHg tekanan darah diastolik
dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik dan strok.
Terkontrolnya tekanan darah sistolik dapat menurunkan risiko kematian, penyakit
kardiovaskular, strok, dan gagal jantung. Menjalankan pola hidup sehat setidaknya
selama 4–6 bulan terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan secara umum dapat
menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Beberapa pola hidup sehat yang
dianjurkan di antaranya penurunan berat badan, mengurangi asupan garam, olahraga,
mengurangi konsumsi alkohol, dan berhenti merokok.

Hipertensi merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia karena tingginya tingkat


prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular.
Hipertensi hampir mempengaruhi 26% dari populasi orang dewasa di seluruh dunia
bahkan pada tahun 2025 diproyeksikan 29% dari populasi dunia (1,56 miliar orang
dewasa) akan mengalami hipertensi. Data dari WHO pada tahun 2013 menunjukan
bahwa terdapat 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Presentase penderita hipertensi
saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang. Data Global Status Report on
Noncommunicable Disesases dari WHO (2013) menyebutkan, jumlah penderita
hipertensi di negara ekonomi berkembang yaitu sebanyak 40%, sedangkan negara

4
maju hanya 35%. Kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi
sebanyak 46%. Sementara kawasan Amerika menempati posisi 35%. Di kawasan
Asia Tenggara, 36% orang dewasa menderita hipertensi.

Di Indonesia terjadi peningkatan prevalensi hipertensi. Secara keseluruhan prevalensi


hipertensi di Indonesia tahun 2015 sebesar 26,5%. Pada tahun 2015 menjelaskan
bahwa prevalensi hipertensi berkisar antara 17-22%. Prevalensi hipertensi yang
ditentukan berdasarkan kriteria ambang hipertensi (Bordeline Hypertension) yaitu
tekanan darah dengan rentang 141/91-159/94 mmHg, diperkirakan 4,8-18,8%.

Upaya menurunkan konsekuensi timbulnya penyakit hipertensi di Indonesia di


butuhkan deteksi awal dan manajemen kesehatan yang efektif. Kegiatan identifikasi
faktor risiko diharapkan mampu mendeteksi kasus hipertensi secara efektif.
Identifikasi faktor risiko dapat dilakukan melalui analisis gambaran berdasarkan
karakteristik tertentu seperti karakteristik individu dan faktor risiko terjadinya
hipertensi.

5
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu hipertensi?
2. Apa saja pembagian hipertensi berdasarkan penyebabnya?
3. Apa saja klasifikasi hipertensi?
4. Apa saja faktor risiko hipertensi?
5. Siapa saja yang berisiko terkena hipertensi?
6. Jenis Kelamin apa yang berisiko tinggi terkena Hipertensi?
7. Determinan penyakit hipertensi di Indonesia?
8. Distribusi Penyakit hipertensi di Indonesia?
9. Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia?
10. Wilayah dengan angka tertinggi hipertensi di dunia
11. Apa saja tindakan pencegahan hipertensi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk dapat mengetahui pengertian hipertensi
2. Untuk dapat mengetahui pembagian hipertensi berdasarkan penyebabnya.
3. Untuk dapat mengetahui klasifikasi hipertensi
4. Untuk dapat mengetahui faktor risiko hipertensi
5. Untuk dapat mengetahui Siapa saja yang berisiko terkena hipertensi?
6. Untuk dapat mengetahui Jenis Kelamin apa yang berisiko tinggi terkena
Hipertensi?
7. Untuk dapat mengetahui Determinan penyakit hipertensi di Indonesia?
8. Untuk dapat mengetahui Distribusi Penyakit hipertensi di Indonesia?
9. Untuk dapat mengetahui Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia?
10. Untuk dapat mengtahui Wilayah dengan angka tertinggi hipertensi di dunia
11. Untuk dapat mengetahui tindakan pencegahan hipertensi.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi dengan tekanan sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah pada
manusia secara alami berfluktuasi setiap harinya. Tekanan darah tinggi dianggap
bermasalah apabila tekanan tersebut bersifat persisten. Hipertensi tersebut, apabila
tidak terkontrol atau tidak diberi perhatian khusus dapat menyebabkan berbagai
komplikasi seperti bila mengenai jantung kemungkinan dapat terjadi infark miokard,
jantung koroner, gagal jantung kongestif, bila mengenai otak terjadi stroke,
ensefalopati hipertensif, dan bila mengenai ginjal terjadi gagal ginjal kronis,
sedangkan bila mengenai mata akan terjadi retinopati hipertensif.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang selalu mendapat perhatian didunia,
pasalnya penyakit hipertensi ini merupakan salah satu penyebab morbiditas terbesar
didunia. Penderita hipertensi diperkirakan mencapai 1,5 miliar pada tahun 2025
daritotal seluruh penduduk dunia dan mortalitas yang disebabkan dapat mencapai 9,4
juta individu. Hipertensi kerap dijuluki silent killer karena gejala dari hipertensi sulit
dikenali atau bahkan tidak menimbulkan gejala sama sekali. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) prevalensi hipertensi sebesar 34,1%. Angka
tersebut menunjukkan peningkatan dari sebelumnya yang dilakukan oleh Riskesdas
pada tahun 2013 yakni sebesar 25,%. Dari sekian banyak penderita hipertensi tersebut
di Indonesia, diperkirakan hanya sebanyak 1/3 kasus hipertensi yang dapat
didiganosis, sisanya tidak terdiagnosis.

7
B. Pembagian Hipertensi Berdasarkan Penyebabnya

Faktor penyebab hipertensi bisa di kategorikan menjadi dua kelompok, pertama dapat
dikendalikan seperti (olahraga yang kurang, merokok, kegemukan serta makanan
mengandung garam dan minuman beralkohol), kedua tidak dapat terkendali seperti
(umur, gender dan keturunan) . Faktor risiko ganda juga mempengaruhi hipertensi,
bersifat eksogen seperti nutrisi, rokok serta stressor dan bersifat endogen seperti
genetik, neurotransmitter dan hormon. Perubahan gaya hidup positif sangat penting
diketahui oleh penderita tekanan darah tinggi. Diet yang baik dan olahraga yang tepat
dapat membantu mencegah tekanan darah tinggi.

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dua golongan yaitu hipertensi esensial


yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang diketahui
penyebabnya seperti gangguan ginjal, gangguan hormon, dan sebagainya.
Dalam kasus hipertensi ditemukan faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular,
faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor genetik yang merupakan
faktor yang tidak dapat diubah (unchanged risk factor), dan faktor risiko yang
dapat diubah (change risk factor), misalnya, pola makan yang tidak seimbang,
makanan yang mengandung zat adiktif, mengkonsumsi rokok, kurang berolah raga
dan faktor kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan.

Terjadinya perubahan gaya hidup seperti pada perubahan pola makan, diantaranya
makanan siap saji yang mengandung banyak lemak, protein, dan garam yang
tinggi tetapi rendah serat pangan, dapat membawa konsekuensi sebagai salah
satu faktor berkembangnya penyakit degeneratif seperti hipertensi.
Meskipun demikian, pola makan merupakan salah satu faktor risiko yang
bersifat dapat diubah (change risk factor). Makanan yang dikonsumsi merupakan
faktor penting yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Terlalu sering
mengonsumsi makanan yang diawetkan, mengonsumsi garam berlebih serta

8
penggunaan bumbu penyedap seperti monosodium glutamat (MSG) dalam
jumlah yang tinggi dapat mengakibatkan kenaikan tekanan darah karena
banyaknya natrium yang terkandung dalam makanan tersebut. Konsumsi
natrium berlebih dapat menahan air (retensi) sehingga terjadi peningkatan
jumlah volume darah, yang karena peningkatan jumlah volume darah tersebut
jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah
menjadi naik.

Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Hipertensi
esensial/primer adalah penyebab hipertensi yang tidak diketahui. Penyebab ini
biasanya bersifat asimtomatik (tanpa gejala) dan kebanyakan kasus terdeteksi pada
pemeriksaan rutin. Dalam jurnal hipertensi pada remaja disebutkan bahwa hipertensi
essensial tercatat lebih dari 80% sebagai penyebab hipertensi pada usia remaja dan
juga terdapat penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa hipertensi
esensial/primer ini banyak terjadi saat usia remaja. Hipertensi sekunder adalah
penyebab hipertensi yang dapat diketahui. Pada umumnya karena gangguan ginjal,
kelainan pembuluh darah, gangguan kelenjar tiroid, gangguan endokrin, dan
konsumsi obat-obatan seperti alkohol dan kokain, serta penyebab lainnya seperti
skleroderma dan sleep apnea (Heart Education Awareness Resource and Training
through E-learning, no date.) Sebanyak 1,39 miliar orang di dunia diestimasikan
terkena hipertensi pada tahun 2010 dan mayoritas berasal dari negara berpenghasilan
rendah dan menengah salah satunya adalah Indonesia. Laporan terakhir WHO tahun
2014 bahkan menunjukkan bahwa prevalensi global tekanan darah tinggi pada orang
berusia 18 tahun ke atas adalah sebesar 22%. Menurut data WHO tahun 2011,
hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun. Jumlah
penyandang hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada
tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap
tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.

9
Sementara itu, terdapat 1,5 juta orang yang meninggal akibat hipertensi setiap
tahunnya di kawasan Asia Tenggara. Selanjutnya, WHO juga mengestimasikan pada
tahun 2015 bahwa prevalensi tekanan darah tinggi pada populasi berumur ≥ 18 tahun
di Indonesia adalah sebesar 20 – 24,9%. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan
bahwa ada sekitar 8,4% orang berumur ≥ 18 tahun yang didiagnosis hipertensi oleh
dokter, namun hasil pengukuran darah menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi
pada penduduk berumur ≥ 18 tahun di Indonesia adalah sebesar 34,1%. Pada tingkat
yang lebih kecil, prevalensi hipertensi di Kabupaten Bogor tahun 2018 pada
penduduk berumur ≥ 18 tahun ada sebanyak 109.988 kasus (12,10%) dari 908.810
orang yang diukur tekanan darahnya. Hal ini menunjukkan menjadi salah satu
penyakit tidak menular yang serius karena masih banyaknya orang yang belum
menyadari bahwa dirinya sudah terkena hipertensi dan tidak bisa melakukan
pengobatan dini.

C. Klasifikasi Hipertensi

Pada pemeriksaan tekanan darah, yang diukur adalah tekanan sistolik dan diastolik.
Tekanan darah diklasifikasikan sebagai normal apabila sistoliknya kurang dari 120
mmHg dan diastolik kurang dari 80 mmHg, atau biasa ditulis dengan 120/80 mmHg.

Berikut ini adalah klasifikasi tingkatan dalam hipertensi lainnya:

1. Prahipertensi

Tekanan darah sistolik 120–139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80–89 mmHg
tergolong prahipertensi. Individu dengan prahipertensi tergolong berisiko lebih tinggi
terkena hipertensi.

10
Jadi jika tekanan darah Anda 110/85 mmHg atau 130/79 mmH, Anda tergolong
individu yang berisiko terkena hipertensi. Pada kondisi ini, diperlukan perubahan
gaya hidup guna mengurangi risiko Anda terkena hipertensi di masa depan.

Hipertensi tingkat 1

Tekanan darah sistolik 140–159 mmHg atau tekanan darah diastolik 90–99 mmHg.
Jika tekanan darah sistolik atau diastolik Anda berada pada rentang ini, Anda sudah
memerlukan pengobatan karena risiko terjadinya kerusakan pada organ menjadi lebih
tinggi.

Hipertensi tingkat 2

Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik > 100 mmHg. Pada
tahap ini, penderita biasanya membutuhkan lebih dari satu obat. Kerusakan organ
tubuh mungkin sudah terjadi, begitu juga dengan kelainan kardiovaskular, walaupun
belum tentu bergejala.

Hipertensi krisis

Jika tekanan darah Anda tiba-tiba melebihi 180/120 mmHg, Anda mengalami
hipertensi krisis. Pada tahap ini, Anda harus segera menghubungi dokter, terlebih jika
Anda mengalami tanda-tanda kerusakan organ seperti nyeri dada, sesak napas, sakit
punggung, mati rasa, perubahan pada penglihatan, atau kesulitan berbicara.

Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis atau kondisi tubuh saat
pemeriksaan. Oleh karena itu, untuk memastikan diagnosis hipertensi, perlu
dilakukan pengukuran darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu.

11
Jika dalam 2 kali pengukuran lalu hasil tekanan darah Anda berbeda jauh, hasil yang
akan diambil adalah hasil pengukuran tekanan darah yang lebih tinggi.

D. Faktor Risiko Hipertensi

Salah satu faktor risiko hipertensi adalah penambahan usia. Pada wanita, tekanan
darah tinggi biasanya terjadi mulai udia 65 tahun. Sementara itu, pada pria dimulai di
usia 45 tahun.

Beberapa kondisi penyakit kronis juga dianggap sebagai faktor risiko hipertensi,
termasuk diabetes, gangguan tidur, dan penyakit ginjal. Bagi Anda yang memiliki
anggota keluarga yang mengalami hipertensi, maka risiko Anda terkena hipertensi
juga akan meningkat.

Selain itu, terdapat beberapa faktor risiko lain yang banyak dipengaruhi oleh gaya
hidup, seperti:

1. Stres

Kondisi stres dan semua kejadian yang bisa memicu stres dapat meningkatkan
tekanan darah. Bila stres yang dialami berat dan terjadi dalam waktu lama,
kemungkinan mengalami hipertensi menjadi lebih besar.

2. Terlalu banyak konsumsi garam

Sifat garam di dalam tubuh adalah menahan cairan. Jika terlalu banyak cairan yang
tertahan di dalam pembuluh darah, beban kerja jantung dan pembuluh darah jadi
bertambah, sehingga akhirnya meningkatkan tekanan darah.

12
3. Kekurangan kalium

Kalium bersifat membantu mengurangi garam di dalam tubuh. Ketika kekurangan


kalium, tubuh tidak dapat mengurangi kadar garam. Seperti yang sudah disampaikan
sebelumnya, terlalu banyak garam akan membuat tekanan darah semakin meningkat.

4. Kelebihan berat badan

Tubuh memerlukan darah untuk memasok oksigen. Semakin berat tubuh, semakin
banyak pula darah yang dibutuhkan. Oleh karena itu, semakin banyak darah yang
melalui pembuluh darah, semakin tinggi pula tekanan pada dinding arteri yang berarti
tekanan darah meningkat.

5. Tidak aktif secara fisik

Orang yang rutin melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, detak jantungnya saat
sedang beristirahat lebih rendah daripada yang tidak aktif secara fisik. Semakin tinggi
detak jantung, semakin berat kerja jantung, dan semakin kuat pula tekanan pada
dinding pembuluh darah.

E. Siapa saja yang berisiko terkena hipertensi

Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, adalah kondisi medis di mana tekanan darah
dalam arteri meningkat secara persisten. Meskipun hipertensi dapat terjadi pada siapa
saja, ada usia tertentu yang lebih berisiko terkena kondisi ini.

Pertama, orang dewasa usia lanjut memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
mengembangkan hipertensi. Seiring bertambahnya usia, pembuluh darah cenderung
menjadi lebih kaku dan kurang elastis, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan

13
darah. Selain itu, gangguan pada sistem kardiovaskular dan faktor risiko lainnya,
seperti gaya hidup yang tidak sehat, seringkali lebih umum pada usia yang lebih tua.

Kedua, remaja juga dapat berisiko mengalami hipertensi. Faktor-faktor seperti


obesitas, pola makan tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan penggunaan obat-
obatan tertentu dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah pada remaja.
Meningkatnya prevalensi obesitas pada anak-anak dan remaja dewasa ini juga
berkontribusi pada meningkatnya risiko hipertensi pada kelompok usia ini.

Ketiga, wanita hamil juga rentan terhadap hipertensi. Preeklampsia, sebuah kondisi
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan kerusakan organ lainnya,
umumnya terjadi selama kehamilan. Wanita dengan riwayat tekanan darah tinggi
sebelum hamil, obesitas, atau riwayat keluarga dengan riwayat hipertensi memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk mengalami preeklampsia.

Terakhir, anak-anak juga dapat mengalami hipertensi, meskipun relatif jarang terjadi.
Faktor-faktor seperti obesitas, riwayat keluarga dengan hipertensi, penyakit ginjal,
dan penyakit endokrin tertentu dapat berperan dalam peningkatan tekanan darah pada
anak-anak. Mengidentifikasi dan mengelola hipertensi pada usia dini sangat penting
untuk mencegah komplikasi yang lebih serius di kemudian hari.

Penting untuk diingat bahwa hipertensi dapat terjadi pada usia apa pun, tetapi risiko
dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti usia, gaya hidup, riwayat
keluarga, dan kondisi kesehatan lainnya. Konsultasikan dengan profesional medis
untuk evaluasi dan manajemen yang tepat jika Anda khawatir terkait tekanan darah
tinggi.

14
F. Jenis kelamin yang berisiko terkena hipertensi.

Hipertensi dapat memengaruhi baik pria maupun wanita, tetapi beberapa studi
menunjukkan bahwa ada perbedaan dalam risiko terkena hipertensi antara jenis
kelamin. Secara umum, pria cenderung memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi
daripada wanita untuk mengembangkan hipertensi. Berikut adalah beberapa alasan
yang mungkin menjelaskan mengapa jenis kelamin pria berisiko lebih tinggi:

1. Faktor hormonal: Hormon testosteron yang lebih tinggi pada pria dapat berperan
dalam meningkatkan risiko hipertensi. Hormon ini dapat mempengaruhi fungsi
pembuluh darah dan sistem kardiovaskular secara keseluruhan, yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah.

2. Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol: Pria cenderung memiliki tingkat


merokok yang lebih tinggi dan lebih sering mengonsumsi alkohol dibandingkan
dengan wanita. Kedua kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko hipertensi. Nikotin
dalam rokok dapat menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah,
sedangkan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah.

3. Lebih rentan terhadap komplikasi hipertensi: Meskipun risiko terkena hipertensi


bisa sama antara pria dan wanita, pria cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami komplikasi serius akibat hipertensi, seperti serangan jantung, gagal
jantung, dan penyakit arteri koroner.

Namun, penting untuk dicatat bahwa faktor risiko lainnya juga berperan dalam
peningkatan risiko hipertensi, termasuk faktor genetik, kebiasaan makan tidak sehat,
obesitas, kurangnya aktivitas fisik, dan stres. Setiap individu, baik pria maupun
wanita, harus menjaga gaya hidup sehat dan memantau tekanan darah secara teratur
untuk mencegah atau mengelola hipertensi dengan baik. Konsultasikan dengan

15
profesional medis untuk informasi lebih lanjut tentang risiko hipertensi berdasarkan
jenis kelamin dan langkah-langkah pencegahan yang tepat.

G. Determinan penyakit hipertensi di Indonesia

Penyakit hipertensi dipengaruhi oleh berbagai faktor determinan di Indonesia saat ini.
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat memengaruhi prevalensi dan peningkatan
kasus hipertensi di Indonesia:

1. Gaya Hidup Tidak Sehat: Gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola makan yang
tinggi garam dan lemak jenuh, rendah serat, serta kurangnya konsumsi buah dan
sayuran, dapat berkontribusi pada perkembangan hipertensi. Selain itu, kurangnya
aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol yang berlebihan juga dapat
meningkatkan risiko hipertensi.

2. Obesitas dan Kelebihan Berat Badan: Tingginya angka obesitas dan kelebihan
berat badan di Indonesia menjadi faktor risiko penting dalam perkembangan
hipertensi. Obesitas dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan
memengaruhi fungsi pembuluh darah.

3. Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan hipertensi dapat meningkatkan risiko


seseorang untuk mengembangkan penyakit ini. Faktor genetik dapat mempengaruhi
respons tubuh terhadap tekanan darah dan pengaturan tekanan darah secara alami.

4. Stres dan Kecemasan: Tingkat stres yang tinggi dan tekanan emosional dapat
mempengaruhi keseimbangan hormonal dan mekanisme pengaturan tekanan darah
dalam tubuh. Stres kronis dapat berperan dalam perkembangan hipertensi.

16
5. Ketidaksetaraan Sosial dan Ekonomi: Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dapat
memengaruhi akses terhadap pelayanan kesehatan yang memadai, pola makan yang
sehat, dan gaya hidup yang seimbang. Kelompok sosioekonomi rendah mungkin
memiliki akses terbatas terhadap upaya pencegahan dan pengelolaan hipertensi.

Penting untuk meningkatkan kesadaran akan faktor-faktor ini dan mempromosikan


gaya hidup sehat serta pencegahan hipertensi di masyarakat. Edukasi tentang
pentingnya pola makan sehat, aktivitas fisik teratur, pengelolaan stres, dan
pemantauan tekanan darah secara berkala merupakan langkah penting dalam
mengurangi prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia.

H. Distribusi penyakit Hipertensi di Indonesia

Berdasarkan data yang tersedia sebelum tahun 2021, tingkat prevalensi hipertensi di
Indonesia diperkirakan sekitar 25% hingga 30% dari populasi.

Distribusi hipertensi di Indonesia dapat bervariasi berdasarkan berbagai faktor seperti


wilayah geografis, tingkat perkotaan atau pedesaan, tingkat industrialisasi, dan faktor
risiko seperti pola makan tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik. Sebagai contoh,
tingkat prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi di perkotaan dan di daerah
dengan tingkat industrialisasi yang tinggi..

I. Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia.

Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia saat ini bervariasi tergantung pada sumber
data yang digunakan. Namun, menurut penelitian dan survei kesehatan terkini,
prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi.

17
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, diperkirakan sekitar
34,1% penduduk Indonesia berusia 18 tahun ke atas menderita hipertensi. Angka ini
menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan survei sebelumnya.
Riskesdas tahun 2013, misalnya, mencatat prevalensi hipertensi sebesar 25,8%.

Peningkatan prevalensi hipertensi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk
perubahan gaya hidup yang tidak sehat, peningkatan urbanisasi, pola makan yang
kurang sehat, dan kurangnya aktivitas fisik. Selain itu, faktor risiko seperti obesitas,
merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan riwayat keluarga dengan hipertensi juga
berperan dalam meningkatkan prevalensi penyakit ini di Indonesia.

Prevalensi hipertensi juga dapat bervariasi antara wilayah di Indonesia. Biasanya,


daerah perkotaan memiliki tingkat prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
daerah pedesaan. Ini bisa disebabkan oleh perbedaan gaya hidup, pola makan, tingkat
stres, dan akses terhadap pelayanan kesehatan.

Penting untuk menyadari bahwa hipertensi adalah masalah serius dan dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan komplikasi lainnya. Oleh karena
itu, penting bagi masyarakat Indonesia untuk menjaga gaya hidup sehat, mengontrol
tekanan darah secara teratur, dan berkonsultasi dengan profesional medis untuk
diagnosis dan pengelolaan yang tepat jika mengalami gejala atau faktor risiko terkait
hipertensi

J. Wilayah dengan angka tertinggi hipertensi di Negara

Terdapat beberapa negara yang memiliki kasus hipertensi tertinggi di dunia. Namun,
perlu dicatat bahwa data ini dapat berubah seiring waktu dan penelitian yang baru.

18
Salah satu negara yang sering disebut memiliki tingkat hipertensi yang tinggi adalah
Kosta Rika. Beberapa faktor yang dapat menjelaskan tingginya prevalensi hipertensi
di negara ini antara lain adalah:

1. Pola Makan: Pola makan yang kaya garam dan tinggi lemak jenuh menjadi faktor
yang berkontribusi terhadap tingginya prevalensi hipertensi. Konsumsi makanan
olahan, makanan cepat saji, dan makanan dengan kadar garam yang tinggi dapat
meningkatkan tekanan darah.

2. Faktor Genetik: Ada bukti bahwa faktor genetik juga dapat mempengaruhi risiko
seseorang terhadap hipertensi. Kelompok etnis tertentu mungkin memiliki
kecenderungan genetik yang meningkatkan risiko hipertensi.

3. Perubahan Gaya Hidup: Perubahan gaya hidup yang terjadi seiring dengan
modernisasi dan urbanisasi dapat berdampak negatif pada kesehatan. Pola makan
yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, serta peningkatan stres dapat
meningkatkan risiko hipertensi.

4. Akses Terbatas ke Perawatan Kesehatan: Akses yang terbatas terhadap perawatan


kesehatan yang memadai juga dapat mempengaruhi prevalensi hipertensi. Faktor-
faktor seperti kurangnya fasilitas kesehatan, pendidikan kesehatan yang rendah, dan
kurangnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan tekanan darah dapat menjadi
hambatan dalam pencegahan dan pengendalian hipertensi.

Namun, penting untuk dicatat bahwa prevalensi hipertensi juga tinggi di negara-
negara lain seperti Rusia, Brasil, Argentina, dan beberapa negara di kawasan Asia
Tenggara. Setiap negara memiliki kombinasi faktor risiko yang unik yang
berkontribusi pada tingkat hipertensi yang tinggi. Upaya pencegahan dan pengelolaan
yang efektif, seperti promosi gaya hidup sehat dan akses terhadap perawatan

19
kesehatan, penting untuk mengurangi dampak penyakit ini di negara-negara dengan
kasus hipertensi tertinggi.

K. Tindakann Pencegahan Hipertensi

Walaupun tekanan darah Anda tergolong aman, Anda tetap harus melakukan
langkah-langkah pencegahan, agar Anda terhindar dari risiko terkena hipertensi, sakit
jantung, dan stroke.

Seiring bertambahnya usia, tindakan pencegahan juga menjadi semakin penting,


karena tekanan sistolik cenderung meningkat setelah Anda berusia 50 tahun ke atas.
Berikut ini adalah beberapa tindakan pencegahan yang dapat membantu menurunkan
atau mencegah hipertensi:

 Mengurangi konsumsi garam


 Mengurangi konsumsi kafein
 Mengurangi konsumsi alkohol
 Rajin berolahraga
 Menjaga berat badan
 Mengelola stress

Tekanan darah merupakan salah satu tanda vital tubuh. Artinya, tanda ini bisa
menunjukkan kesehatan seseorang secara menyeluruh. Oleh karena itu, pemeriksaan
tekanan darah merupakan salah satu pemeriksaan yang perlu rutin dilakukan agar bisa
mengetahui Anda termasuk pada klasifikasi hipertensi yang mana.

Bila tensimeter (alat pengukur tekanan darah) tersedia, Anda bisa melakukan
pemeriksaan tekanan darah secara mandiri di rumah. Bila tidak, periksakan tekanan

20
darah Anda ke dokter setidaknya 1–2 tahun sekali. Namun bila ternyata ada tekanan
darah tinggi, Anda harus mengikuti jadwal kontrol yang dianjurkan dokter.

Pencegahan hipertensi sebenarnya dapat dilakukan mulai dari ibu kepada anaknya
dengan cara menyusui. Menyusui adalah hal yang disarankan oleh semua lembaga
kesehatan, baik nasional maupun internasional, karena manfaat yang diberikannya
untuk kesehatan ibu dan anak. Hal ini telah dibuktikan bahwa ibu yang menyusui
anaknya hanya sedikit yang menderita gangguan kardiovaskulartermasuk hipertensi,
daripada wanita-wanita yang tidak menyusui anaknya baik dalam jangka pendek dan
jangka panjang.

Seorang ibu yang menyusui dapat mencegah anaknya dari obesitas,dan diketahui
bahwa obesitas merupakan faktor risikohipertensi dan penyakit kardiovaskular.
Dengan demikian, menyusui memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan
pendudukselama semua tahap kehidupan. Pencegahan hipertensi juga bisa dilakukan
dengan latihan aerobik karena dapat menurunkan tekanan darah 5-7 mmHg pada
orang dewasa dengan hipertensi. Direkomendasikan agar berolahraga dengan
frekuensi 3-4 hari per minggu selama minimal 12 minggu pada orang dewasa dengan
hipertensi.Joint National Commite 8 (JNC 8), Lifestyle Work Group dan American
Heart Association (AHA) merekomendasikan pasien hipertensi untuk terlibat dalam
intensitas latihan aerobik moderat (40% sampai <60% VO2max) sedangkan JNC 7
tidak menentukan intensitas latihan. Contoh kegiatan aerobik dapat berupa berjalan,
jogging, bersepeda, dan berenang setidaknya 30 menit per hari.

Ada juga beberapa anjuran dalam upaya penurunan tekanan darah melalui
modifikasigaya hidup yaitu dengan penurunan berat badan,penerapan perencanaan
makan dengan DietaryApproaches to Stop Hypertension (DASH), pembatasan asupan
garam NaCl, dan membatasi asupan alkohol.DASH dianjurkan oleh JNHC 7 (2004)
danAHA (2006) untuk pencegahan dan manajemenhipertensi dengan prinsip

21
banyakmengkonsumsi buah dan sayuran, susu rendahlemak dan hasil olahnya serta
kacangkacangan.2,8 Diet ini mengandung tinggi kalium, fosfor dan protein sehingga
perlu dipertimbangkan untuk pasien dengan gangguan penurunan fungsi ginjal.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk berusia diatas 20 tahun
mengalami hipertensi sudah mencapai 74,5 juta jiwa, akan tetapi 90-95% kasus
belum diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer yang memiliki
bermacam-macam gejala yang hampir sama dengan gejala penyakit yang lainnya.
Data dari WHO pada tahun 2015 terdapat 1,13 miliar orang di dunia ini mengalami
hipertensi, yang artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Selain itu,
diperkirakan jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya,
dan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang mengalami hipertensi. Berdasarkan
dari beberapa riset yang berhasil dipublikasikan pada tahun 1980 dan 2002
menunjukkan bahwa adanya peningkatan prevalensi hipertensi pada negara
berkembang dibandingkan dengan negara maju.

Hipertensi merupakan salah satu tantangan besar di Indonesia. Hipertensi ialah


kondisi yang sering muncul pada pelayanan kesehatan primer dengan memiliki risiko
morbiditas serta mortalitas yang terus meningkat selaras dengan naiknya tingkatan
tekanan sistolik dan diastolik yang diakibatkan oleh gagal jantung, stroke dan gagal
ginjal. Hipertensi sering disebut dengan silent killer atau pembunuh diam-diam
karena orang yang mempunyai penyakit hipertensi sering tanpa gejala.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dalam Global Status Report On
Non-Communicable Disease, rata-rata penderita tekanan darah tinggi pada orang
dewasa usia 18 tahun keatas berkisaran 22%. Hipertensi bertanggung jawab atas 40%
kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke.

23
Selain secara global, hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang paling sering
menyerang masyarakat Indonesia (57,6%). Hal tersebut terbukti dengan adanya
jumlah pasien hipertensi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Prevalensi hipertensi yang terdiagnosis dokter di
Indonesia mencapai 25,8% dan Yogyakarta menduduki peringkat ketiga prevalensi
hipertensi terbesar di Indonesia. Tingkat prevalensi hipertensi diketahui meningkat
seiring dengan peningkatan usia dan prevalensi tersebut cenderung lebih tinggi pada
masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah atau masyarakat yang tidak. Penyakit
hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Setiap
peningkatan 20 mmHg tekanan darah sistolik atau 10 mmHg tekanan darah diastolik
dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik dan strok.
Terkontrolnya tekanan darah sistolik dapat menurunkan risiko kematian, penyakit
kardiovaskular, strok, dan gagal jantung. Menjalankan pola hidup sehat setidaknya
selama 4–6 bulan terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan secara umum dapat
menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Beberapa pola hidup sehat yang
dianjurkan di antaranya penurunan berat badan, mengurangi asupan garam, olahraga,
mengurangi konsumsi alkohol, dan berhenti merokok.

B. Saran
Faktor risiko berperan penting terhadap kejadian hipertensi. Apabila faktor risiko
diketahui maka akan lebih mudah dilakukan pencegahan. Saat ini pemerintah
Indonesia mulai memberikan perhatian serius terhadap penyakit tidak menular yaitu
dengan memaksimalkan kinerja dalam hal pencegahan (preventif) di fasilitas
kesehatan tingkat pertama dengan harapan agar angka penderita hipertensi dapat
berkurang.

24
DAFTAR PUSTAKA
 Aljira Fitya Hapsari, Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Terhadap Pencegahan
Serta Penanggulangan Hipertensi Di Kabupaten Bogor, J. Pengabdian
Kesehatan Masyarakat, 2021; 1(1) : 16-24
 Rika Lisiswanti, Upaya Pencegahan Hipertensi, J. Upaya Pencegahan
Hipertensi, 2016; 5(3) : 50-54
 Muchamad Rifai, Edukasi Penyakit Hipertensi Warga Dukuh Gebang RT
04/RW 09 Desa Girisuko Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul, J.
Budimas, 2022; 4(2) : 1-6
 Jumriani Ansar, Determinan Kejadian Hipertensi Pada Pengunjung Posbindu
Di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota Makassar, J. Nasional Ilmu
Kesehatan, 2019; 1(3) : 28-35
 Tiara Trias Trika, Pengaruh Pemberian Daun Salam Pada Penyakit Hipertensi,
J.Medika Hutama, 2021; 3(1) : 1260-1265

25
Daftar Istilah
1. Sistole, Tekanan darah sistolik adalah tekanan pada pembuluh darah saat jantung
berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh. Saat jantung berkontraksi,
tekanan darah mencapai puncaknya, dan itulah mengapa disebut "sistolik". Tekanan
darah sistolik diukur saat mendengar suara pertama yang muncul saat mendengarkan
denyut nadi menggunakan sphygmomanometer atau alat pengukur tekanan darah

2. Distole, Tekanan darah diastolik adalah tekanan pada pembuluh darah ketika
jantung beristirahat dan mengisi ulang dengan darah antara dua kontraksi. Saat
jantung beristirahat, tekanan darah menurun, dan itulah mengapa disebut "diastolik".
Tekanan darah diastolik diukur saat mendengar suara terakhir yang muncul saat
denyut nadi menghilang ketika mengukur tekanan darah.

3. Hipertensi, Tekanan darah tinggi

26

Anda mungkin juga menyukai