Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SOSIOANTROPOLOGI

“SOSIOANTROPOLOGI TERKAIT PENYAKIT”

(HIPERTENSI)

Dosen Pengampu : Prof. Dr.H. Ruslan Majid, M.Kes

DISUSUN OLEH

ANANDA NURUL MUFLIHAH

J1A122219

KELAS REGULER D 022

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan
kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan
walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas tentang
“SOSIOANTROPOLOGI TERKAIT PENYAKIT” dan kiranya makalah ini dapat meningkatkan
pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana pembiayaan kesehatan. Dengan adanya
makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan minat baca dan belajar
teman-teman. Selain itu kami juga berharap semua dapat mengetahui dan memahami
tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu individu kita.

Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat minim.
sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih kami harapkan
demi perbaikan makalah ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kendari, 7 Juli 2023

ANANDA NURUL MUFLIHAH

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................. iii
BAB I............................................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN....................................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan.............................................................................................................................................................. 2
BAB II........................................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................................... 3
2.1 Definisi Penyakit Hipertensi................................................................................................................... 3
2.2 Faktor-Faktor penyebab terjadinya hipertensi.............................................................................. 4
2.3 Klasifikasi penyakit hipertensi.............................................................................................................. 4
2.4 Status Kesehatan masyarakat pesisir dan kepulauan..................................................................5
2.5 Kaitan penyakit hipertensi dan masyarakat kepulauan.............................................................6
2.6 Pencegahan dan penanggulangan penyakit hipertensi...............................................................7
BAB III......................................................................................................................................................................... 9
PENUTUP................................................................................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................................... 9
3.2 Saran.............................................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang seringkali tidak terdeteksi
karena tidak bergejala dan tidak ada keluhan. Biasanya ditemukan dalam tahap lanjut
sehingga sulit disembuhkan dan berakhir dengan kecacatan atau kematian dini. Keadaan
ini menimbulkan beban pembiayaan yang besar bagi penderita, keluarga dan negara.PTM
ini dapat dicegah melalui pengendalian faktor risiko, yaitu merokok, kurang aktifitas fisik,
diet yang tidak sehat, dan konsumsi alkohol. Peningkatan kesadaran, dan kepedulian
masyarakat terhadap faktor risiko PTM sangat penting dalam pengendalian PTM
(Kemenkes RI, 2009). Insiden dan prevalensi PTMdiperkirakanterjadi peningkatan secara
cepat pada abad ke-21. Ini merupakan tantangan utama masalah kesehatan di masa yang
akan datang.Pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh
kesakitan di dunia. Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius
saat ini adalah hipertensiWorld Health Organization (WHO).
Menurut WHO (WorldHealthOrganization) dan ISH (The International Society of
Hypertension) tahun 2012, terdapat 800 jutapenderita hipertensi di seluruh dunia, dan 4
juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita hipertensi
tidak mendapatkanpengobatan yang memenuhi. Berdasarkan hasil RISKESDAS tahun 2013
prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26,5% dan cakupan diagnosa
hipertensi oleh tenaga kesehatan mencapai 36,8% atau dengan kata lain sebagian besar
hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosa 63,2%. Hasil SKRT (Survei Kesehatan
Rumah Tangga tahun 2010),menyebutkan bahwa penyakit kardiovaskuler merupakan
penyakit nomor satu penyebabnya sekitar 20–35% dari kematian tersebut disebabkan oleh
hipertensi dengan persentase jumlah penderita sebanyak 27,5%. Penelitian epidemiologi
oleh (Darmojo, 2009) membuktikan bahwa hipertensi berhubungan secara linear dengan
morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler. Jumlah penderita tertinggi pada bulan
Mei 2011 sebanyak 46.626 pasien (Dinkes Jatim, 2011). Dari data POSBINDU PTM desa
Banaran wilayah kerja Puskesmas Kauman terhitung bulan Juni 2016 sampai Januari
2017terdapat 240 orang menderita PTM, dan penderita hipertensi sebanyak 86 (35,5%)

1
penderita, dan sisanya 154 menderita penyakit tidak menular lainnya. Pos Pembinaan
Terpadu (POSBINDU) PTM adalah peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan
deteksi dini dan monitoring terhadap faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang
dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Pelaksanaan tindak lanjutnya dalam
bentuk konseling dan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan definisi penyakit hipertensi!

2. Jelaskan faktor penyebab terjadinya hipertensi!

3. Jelaskan klasifikasi penyakit hipertensi!

4. Jelaskan status Kesehatan masyarakat pesisir dan kepulauan!

5. Jelaskan kaitannya hipertensi dengan sosioantropologi (budaya masyarakat


pesisir dan kepulauan)!

6. Jelaskan pencegahan dan penanggulangan penyakit hipertensi!

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit hipertensi

2. Untuk mengetahui factor penyebab terjadinya penyakit hipertensi

3. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit hipertensi

4. Untuk mengetahui status Kesehatan masyarakat pesisir dan kepulauan

5. untuk mengetahui kaitannya hipertensi dan sosioantropologi

6. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan penyakit hipertensi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang sangat berbahaya
(Silent Killer). Definisi hipertensi sendiri ialah suatu kondisi dimana terjadi kenaikan
tekanan darah sistolik mencapai angka diatas sama dengan 140 mmHg dan diastolik diatas
sama dengan 90 mmHg. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), di seluruh
dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi. Di Indonesia
sendiri, prevalensi hipertensi mencapai 31,7% dan sekitar 60% penderita hipertensi
berakhir pada stroke. Faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi diantaranya faktor
genetik dan faktor lingkungan seperti obesitas, stres, konsumsi garam berlebih, merokok,
dan alkohol. Gangguan fisiologis yang terjadi pada pengaturan aliran darah sehingga
menyebabkan hipertensi diantaranya gangguan pada kardiak output dan resistensi perifer,
gangguan pada sistem renin-angiotensin, dan gangguan pada sistem saraf otonom.
Terdapat hubungan antara onset dari hipertensi dan komplikasi hipertensi. Selama jangka
waktu yang panjang tersebut, serangkaian perubahan terjadi dalam sistem kardiovaskular
termasuk sirkulasi serebral. Perubahan yang terjadi seperti renovasi vaskular, peradangan,
stres oksidatif, dan disfungsi barorefleks berkontribusi dalam patogenesis stroke yang
disebabkan oleh hipertensi..Hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat
bermacam-macam pada setiap individu. Salah satu upaya promotif dan preventif adalah
melakukan deteksi dini hipertensi yang memerlukan pelatihan pengukuran tekanan darah,
menggunakan tensimeter dan pemeriksaan EKG.

Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler, stroke, gagal ginjal
dan kebutaan dan penyebab utama kematian di seluruh dun ia. Kon sum si mak ana n laut
yang tinggi serta hiperkolesterolemia berperan dalam kecenderungan hipertensi. Hipertensi
lebih banyak pada wilayah pantai dibandingkan dengan wilayah pegunungan. Konsumsi
makanan laut yang tinggi serta hiperkolesterolemia berperan dalam kecenderungan
hipertensi di daerah pesisir pantai. Kebiasaan konsumsi tinggi garam dan kolesterol
masyarakat pesisir menjadi kecenderungan terjadinya hipertensi pada daerah pesisir.

3
2.2 Faktor-Faktor penyebab terjadinya hipertensi

Beberapa faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu: Usia, Jenis kelamin, Laki-laki
mempunyai risiko lebih tinggi mengalami peningkatan tekanan darah dibanding
perempuan, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan naik,
setelah usia 65 tahun, akibat faktor hormonal pada perempuan kejadian hipertensi lebih
tinggi daripada laki-laki; Riwayat keluarga.

Faktor risiko yang dapat diubah yaitu: Merokok; Kurang makan buah dan
sayur;Konsumsi garam berlebih; Berat badan berlebih/kegemukan (obesitas); Kurang
aktivitas fisik; Konsumsi alkohol berlebihan; Dislipidemia;Diet Tinggi Lemak; Stres.

2.3 Klasifikasi penyakit hipertensi

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu hipertensi primer dan sekunder.


Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebab pastinya. Pada
hipertensi primer tidak ditemukan penyakit renovaskuler maupun penyakit lainya.
Sedangkan hipertensi sekunder disebabkan karena kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid) dan lain-lain. Penyakit hipertensi dapat menambah
risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Setiap peningkatan 20 mmHg tekanan darah
sistolik atau 10 mmHg tekanan darah diastolik dapat menambah risiko kematian akibat
penyakit jantung iskemik dan stroke. Terkontrolnya tekanan darah sistolik dapat
menurunkan risiko kematian, penyakit kardiovaskular, strok, dan gagal jantung.
Melakukan pola hidup sehat terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan dapat
menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Adapun pengaruh tidak signifikan
antara BMI, tingkat pendidikan, dan olahraga terhadap tekanan darah. Akan tetapi, ada
pengaruh signifikan antara merokok dan konsumsi makanan yang tinggi garam serta tinggi
lemak terhadap tekanan darah. Adapun pola hidup sehat yang disarankan di antaranya
penurunan berat badan, mengurangi asupan garam, olahraga, mengurangi konsumsi
alkohol, dan berhenti merokok. Kejadian hipertensi termasuk masalah kesehatan yang
umum dihidap oleh masyarakat indonesia dan salah satu penyakit tidak menular penyebab
kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya.

4
2.4 Status Kesehatan masyarakat pesisir dan kepulauan

Masyarakat yang hidup di pulau-pulau kecil kehidupan sehari-harimereka terpapar


dengan risiko kesehatan antara lain kurangnya tersedia air bersih dan berkualitas untuk
dapat diminum, minimnya ketersediaanmakanan yang bergizi dan terbatasnya pelayanan
kesehatan dari sektor publik terutama pada saat musim badai. Kondisi perumahan yang
padatdan kurang memenuhi syarat kesehatan sehingga mudah terinfeksi denganvektor
dan agen penyakit yang berkembang, dan menambah kebutuhanakan Kesehatan. Sekitar
16,42 juta jiwa penduduk Indonesia merupakan masyarakatyang hidup di kawasan pesisir.
Mereka bertempat tinggal di 8.090 desa pesisir yang tersebar di seluruh wilayah negeri.
Masyarakat pesisir,termasuk nelayan, memiliki risiko kesehatan yang tinggi sehingga
perludiberikan perhatian khusus dalam upaya pembangunan kesehatan.Sayangnya, kondisi
pelayanan kesehatan masyarakat nelayan, khususnyayang berada di pulau-pulau kecil di
Indonesia Timur justru terbilang memprihatinkan.

Banyak masyarakat berpikir bahwa laut termasuk di dalamnya wilayah pesisir


merupakan tempat sampah yang ideal. Laut yang luas diperkirakan mampu
menghancurkan atau melarutkan setiap bahanbahan yang dibuang ke perairan laut.
Faktanya, laut merupakan suatu sistem ekologis yang mempunyai kemampuan daya urai
yang terbatas. Hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya kegiatan manusia dalam
usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan ini menghasilkan produk-produk yang
diperlukan bagi kehidupannya dan menghasilkan produk sisa (limbah) yang dapat menjadi
bahan pencemar (polutan). Cepat atau lambat polutan itu sebagian akan sampai ke daerah
pesisir dan laut. Hal ini dapat menyebabkan masalah pada lingkungan dan masalah
kesehatan masyarakat khususnya masyarakat pesisir dan laut.

Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks. Hal ini saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan. Demikian pula pemecahan
masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tetapi
harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah "sehat-sakit".

5
2.5 Kaitan penyakit hipertensi dan masyarakat kepulauan

Secara geografis, masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang berdomisili di


pesisir pantai dan mempunyai pluralisme budaya. Masyarakat kawasan pesisir cenderung
agresif karena kondisi lingkungan pesisir yang panas. terbuka, keluarga nelayan mudah di
pengaruhi, dan salah satu kebiasaan yang jamak dikalangan nelayan (masyarakat pesisir)
adalah karena kemudahan mendapatkan ikan menjadikan hidup mereka lebih
konsumtif.Masyarakat pesisir memiliki kecenderungan mengonsumsi makanan dengan
kandungan natrium yang tinggi berasal dari kelebihan hasil laut yang dikelola dengan cara
diasinkan. Contoh dari makanan dengan kandungan natrium tinggi yang masyarakat
pesisir konsumsi yaitu ikan asin dan udang baik yang belum maupun yang telah keringkan.
Konsumsi hewan 6 laut yang memiliki kadar kolesterol tinggi juga menjadi faktor risiko
hipertensi.

Pola hidup masyarakat yang tidak mencerminkan pola hidup sehat berhubungan erat
dengan peningkatan jumlah penderita hipertensi. Seperti pada masyarakat pesisir, pola
hidup dengan kebiasaan mengonsumsi makanan dengan asupan natrium dan kolestrol
yang tinggi adalah suatu hal yang dapat mengancam kesehatan masyarakat. Terlebih
hipertensi dikenal sebagai silent killer, artinya pada awalnya penderita hipertensi selama
bertahun-tahun tidak merasakan sesuatu gangguan atau gejala. Kemudian,seiring
berjalannya waktu, jika tidak didukung dengan pola hidup yangsehat penderita akan
mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal.
Penyakit hipertensi yang pada awalnya tidak menimbulkan suatugejala berat, membuat
sebagian besar masyarakat pesisir pantai tidak menghiraukan penyakit ini. Mereka tidak
menyadari bahwa, ada suatukecenderungan dari pola hidup mereka yang dapat menjadi
faktor risiko hipertensi. Pada penyakit hipertensi perlu dilakukan pencegahan sejak
diniserta memberikan penanganan yang tepat bagi penderitanya.

6
2.6 Pencegahan dan penanggulangan penyakit hipertensi

Puskesmas merupakan layanan kesehatan tingkat pertama yang menyediakan layanan


kesehatan dasar di masyarakat. Puskesmas melakukan upaya kesehatan masyarakat secara
komprehensif mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Akan tetapi,
diharapkan Puskesmas lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif yang bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Upaya promotif dan preventif yang dilakukan di Puskesmas terdiri dari 10


penyuluhan/KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi), deteksi, kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat:

1. Penyuluhan /KIE

Penyuluhan kesehatan menggunakan media cetak sebagai sarana promosi


kesehatan, mulai dari poster, brosur, leaflet yang tersedia di Puskesmas dan
dibagikan kepada masyarakat. Penggunaan media ini bertujuan untuk memfasilitasi
masyarakat mendapat informasi kesehatan untuk pencegahan dan pengendalian.

2. Deteksi dini

Deteksi dini menemukan faktor resiko PTM sedini mungkin. Deteksi dini dapat
dilakukan oleh kelompok yang beresiko dan tidak beresiko melalui wawancara dan
pengukuran tekanan darah di layanan kesehatan yang tersedia.

3. Kemitraan

Kemitraan yang dilakukan oleh Puskesmas yaitu dengan kerja sama lintas sektor
mulai dari Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Kecamatan, sekolah-sekolah di wilayah
kerja Puskesmas, Kelurahan, Ketua RW dan RT. PKK, dan organisasi Karang Taruna.
Hal ini agar setiap program yang dilakukan dapat berjalan dengan adanya dukungan
dari berbagai sektor sehingga dapat diterima di masyarakat. Kegiatan yang sudah
berjalan dengan adanya bantuan dari kerja sama lintas sektor adalah adanya

7
penyuluhan bahaya rokok di sekolah, sosialisasi perilaku cerdik di kegiatan
Kecamatan dan Kelurahan.

4. Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu cara yang dilakukan untuk


menggerakkan masyarakat secara mandiri untuk menjaga kesehatan. Pemberdayaan
dilakukan melalui hubungan kerja sama dengan tokoh masyarakat dan organisasi
masyarakat, dan tersedianya Posbindu yang dikelola dari masyarakat dan untuk
masyarakat.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler,stroke, gagal ginjal


dan kebutaan dan penyebab utama kematian diseluruh dunia. Konsumsi makanan laut
yang tinggi sertahiperkolesterolemia berperan dalam kecenderungan hipertensi. faktor
risiko yang tidak dapat diubah yaitu: Usia, Jenis kelamin, Laki-laki mempunyai risiko lebih
tinggi mengalami peningkatan tekanan darah dibanding perempuan, setelah memasuki
menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan naik, setelah usia 65 tahun, akibat
faktor hormonal pada perempuan kejadian hipertensi lebih tinggi daripada laki-laki;
Riwayat keluarga.Faktor risiko yang dapat diubah yaitu: Merokok; Kurang makan buah dan
sayur;Konsumsi garam berlebih; Berat badan berlebih/kegemukan (obesitas); Kurang
aktivitas fisik; Konsumsi alkohol berlebihan; Dislipidemia;Diet Tinggi Lemak; Stres.
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebab pastinya. Pada
hipertensi primer tidak ditemukan penyakit renovaskuler maupun penyakit lainya.
Sedangkan hipertensi sekunder disebabkan karena kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid) dan lain-lain. Puskesmas merupakan layanan
kesehatan tingkat pertama yangmenyediakan layanan kesehatan dasar di masyarakat.
Puskesmasmelakukan upaya kesehatan masyarakat secara komprehensif mulaidari
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Akan tetapi,diharapkan Puskesmas lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif yang bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatanmasyarakat. Upaya promotif dan preventif yang dilakukan diPuskesmas terdiri
dari penyuluhan/KIE (Komunikasi Informasi danEdukasi), deteksi, kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat.

9
3.2 Saran

Diharapakan dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca dalam memahami
penyakit hipertensi serta kaitannya dengan sosioantropologi. Dan saya menyadari masih
banyak kekurangan yang saya miliki, baik dari tulisan maupun bahasa yang saya sajikan,
oleh karena itu mohon diberikan sarannya agar saya bisa membuat makalah lebih baik lagi
dan juga saya harapkan perlu adanya penangan khusus terkait penyakit hipertensi di
daerah pesisir dan kepulauan baik itu dengan diberikan penyuluhan terkait penyakit
hipertensi maupun berbagai kegiatan pemberdayaanmasyarakat lainnya dengan berbagai
pendekatan spesifik dan dapatditerima baik, yang dengannya dapat tercapai tujuan utama
yakni derajat kesehatan masyarakat yang baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Andi Sri Herdiyanti. (2023). Pengaruh Rendahnya Pola Hidup Sehat terhadap Penyakit
Hipertensi pada Masyarakat Pesisir di Kabupaten Pangkep. Santa, S. F. (2020). Perlunya
perhatian khusus untuk kesehatan masyarakat di pulau terpencil

Fuadah, D. Z., & Rahayu, N. F. (2018). Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)
Penyakit Tidak Menular (PTM) pada Penderita Hipertensi. Jurnal Ners dan Kebidanan
(Journal of Ners and Midwifery), 5(1), 020-028.

Indriastuti, D., & Syahwal, M. (2020). Budaya Makan Masyarakat Pesisir Yang Beresiko
Terjadi Hipertensi Pada Lansia Dini Di Kabupaten Konawe. 04.

Rambu Kuba, S., Weynand Nusawakan, A., Pambuka Putra, K., Keperawatan, I., Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, F., Kristen Satya Wacana, U., Kartini No, J., & Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi, P. (2021). Upaya Promotif Preventif dan Pengendalian Hipertensi oleh Puskesmas
Tegalrejo Kota Salatiga. Care. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 9(2), 208-222.

Sinaga, A. F., Syahlan, N., Siregar, S. M., Sofi, S., Zega, R. S., Annisa, A., & Dila, T. A. (2022).
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Hipertensi Di Kelurahan Medan Tenggara. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (Undip), 10(2), 136-147.

Yonata, A., & Pratama, A. S. P. (2016). Hipertensi sebagai faktor pencetus terjadinya
stroke. Jurnal Majority, 5(3), 17-21.

11

Anda mungkin juga menyukai