Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT DALAM KOMUNITAS :

KESEHATAN WANITA DAN PRIA DEWASA (Hipertensi dan Ca Mamame)

Disusun oleh:
Kelompok 11
Dani Akbari 20200910170008
Khisyafatul Ghita 20200910170048
Rivka Amalia 20200910170058

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
SEMESTER GENAP 2021-2022

KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat, ridho dan hidayah dari-Nya lah sehingga pada hari ini saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat beriring salam kepada  junjungan Nabi
Muhammad saw, yang telah membawa kita semua ke zaman yang berilmu pengetahuan
seperti sekarang.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Pengantar
Komunitas dan Konsep Dasar Keperawatan Komunitas yang di sajikan berdasarkan dari
berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa
memang makalah ini belum sempurna seutuhnya.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun guna untuk perbaikan di masa yang akan datang. Terakhir pesan dari kami
semoga makalah ini dapat dipahami dan selanjutnya dapat bermanfaat di bidang pendidikan
dan di dunia perkuliahan, serta bermanfaat untuk pembangunan kesehatan bangsa ini.

Jakarta, April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................6

C. Tujuan Penulisan................................................................................................................7

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Penyakit Tidak Menular.....................................................................................................8

B. Hipertensi...........................................................................................................................9

C. Kanker Payudara..............................................................................................................19

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian........................................................................................................................31

B. Diagnose Keperawatan.....................................................................................................37

C. Intervensi keperawatan.....................................................................................................37

Daftar Pustaka......................................................................................................................43
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global.

Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun

2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak

Menular. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara

dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada

orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di

negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian.

Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak

Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar

akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari

populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit

jantung, stroke dan diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52

juta jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta

jiwa pada saat ini.

Secara global, regional dan Nasional pada tahun 2030 transisi epidemiologi dari

penyakit menular menjadi penyakit tidak menular semakin jelas. Diproyeksikan jumlah

kesakitan akibat penyakit tidak menular dan kecelakaan akan meningkat dan penyakit

menular akan menurun. PTM seperti kanker, jantung, DM dan paru obstruktif kronik,

serta penyakit kronik lainnya akan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun

2030. Sementara itu penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, Malaria, Diare

dan penyakit infeksi lainnya diprediksi akan mengalami penurunan pada tahun 2030.
Peningkatan kejadian PTM berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat

perubahan gaya hidup seiring dengan perkembangan dunia yang makin modern,

pertumbuhan populasi dan peningkatan usia harapan hidup.

Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah Triple Burden

Diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai dengan masih

sering terjadi KLB beberapa penyakit menular tertentu, munculnya kembali beberapa

penyakit menular lama (Re-Emerging Diseases). Di sisi lain, PTM menunjukkan adanya

kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-

2007) telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak menular

semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular semakin menurun.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (2007), terdapat 50.1% responden laki- laki

yang terkena Hipertensi. Hal ini dikarenakan prevalensi merokok di Indonesia sangat

tinggi, terutama pada laki-laki mulai dari anak, remaja dan dewasa. Data dari Riskesdas

tahun 2010 menunjukkan prevalensi perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki

(65.9%) dibandingkan perempuan (4.2%). Selain dari merokok, hal lain yang memicu

tingginya hipertensi disebabkan oleh kebiasaan memakan makanan yang kadar asupan

lemaknya >30%, aktivitas fisik yang sangat kurang dan mengalami stress. Sedangkan,

prevalensi asma dan kanker di Indonesia cenderung lebih tinggi pada perempuan

dibandingkan dengan laki-laki. Prevalensi kanker cenderung lebih tinggi pada

masyarakat kota dibanding pedesaan dan cenderung lebih tinggi pada orang yang

berpendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat, kebiasaan

mengkonsumsi makanan cepat saji, serta kurangnya aktivitas fisik (Riskesdas, 2013).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi

prevalensi PTM di Indonesia, namun belum sepenuhnya mencapai derajat kesehatan

yang optimal. Sebagai seorang perawat, peran kita tidak hanya sebagai pemberi

pengobatan ataupun perawatan di rumah sakit, namun juga dapat berperan sebagai

perawat komunitas yang berperan meliputi pendidik, pengamat kesehatan, koordinator

pelayanan kesehatan, peran pembaharu, role model dan fasilitator kesehatan. Peran

perawat komunitas dalam mengurangi PTM yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat seoptimal mungkin melalui praktik keperawatan komunitas, dilakukan melalui

peningkatan kesehatan (Promotif), dan pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat

pencegahan (levels of prevention) tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitative. Hal

inilah yang melatarbelakangi penulis untuk Menyusun makalah asuhan keperawatan

agregat dalam komunitas : Kesehatan wanita dan pria dengan penyakit tidak menular

Hipertensi dan Ca Mamae.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Penyakit Tidak Menular ?

2. Apa definisi dari Penyakit Tidak Menular : Hipertensi dan Ca Mamae ?

3. Bagaimana focus pengkajian komunitas pada klien Hipertensi ?

4. Bagaimana focus pengkajian komunitas pada klien Ca Mamae ?

5. Apa saja diagnose yang mungkin muncul pada klien dengan Hipertensi ?

6. Apa saja diagnose yang mungkin muncul pada klien dengan Ca Mamae ?

7. Apa saja intervensi keperawatan yang bisa dilakukan pada klien dengan Hipertensi ?

8. Apa saja intervensi keperawatan yang bisa dilakukan pada klien dengan Ca Mamae ?
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran secara nyata dan mengembangkan pola piker ilmiah dalam

melakukan asuhan keperawatan agregat dalm komunitas : Kesehatan wanita dan pria :

Hipertensi dan Ca Mamae.

2. Tujuan khusus

Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah,

penulis mampu :

a. Memahami definisi dari Penyakit Tidak Menular

b. Memahami apa definisi dari Penyakit Tidak Menular : Hipertensi dan Ca Mamae

c. Memahami Bagaimana focus pengkajian komunitas pada klien Hipertensi

d. Memahami Bagaimana focus pengkajian komunitas pada klien Ca Mamae

e. Memahami Apa saja diagnose yang mungkin muncul pada klien dengan Hipertensi

f. Memahami Apa saja diagnose yang mungkin muncul pada klien dengan Ca Mamae

g. Memahami Apa saja intervensi keperawatan yang bisa dilakukan pada klien dengan

Hipertensi

h. Memahami Apa saja intervensi keperawatan yang bisa dilakukan pada klien dengan

Ca Mamae
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Penyakit Tidak Menular

1. Definisi

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu atau masalah kesehatan dunia

dan Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia

kesehatan karena merupakan salah satu penyebab dari kematian (Jansje & Samodra

2013). Penyakit tidak menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak

ditularkan dari orang ke orang, mereka memiliki durasi yang panjang dan pada

umumnya berkembang secara lambat (Riskesdas, 2013). Menurut Bustan (2007),

dalam Buku Epidemiologi Penyakit Tidak Menular mengatakan bahwa yang tergolong

kedalam PTM antara lain adalah; Penyakit kardiovaskuler (jantung, atherosklerosis,

hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke), diabetes mellitus serta kanker.

2. Prevalensi Penyakit Tidak Menular

Menurut data WHO, PTM merupakan penyebab kematian utama di dunia di

bandingkan penyebab lainnya. Hampir 80% kematian akibat PTM terjadi di Negara –

Negara berpenghasilan bawah - menengah (WHO, 2010). Penyakit Tidak Menular

(PTM) di Indonesia diprediksi akan mengalami peningkatan yang signifikan pada

tahun 2030. Sifatnya yang kronis dan menyerang usia produktif, menyebabkan

permasalahan PTM bukan hanya masalah kesehatan saja, akan tetapi mempengaruhi

ketahanan ekonomi Nasional jika tidak dikendalikan secara tepat, benar dan kontinyu.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa penyakit tidak menular (PTM)

merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke orang. Data PTM

dalam Riskesdas 2013 meliputi : (1) asma; (2) penyakit paru obstruksi kronis (PPOK);

(3) kanker; (4) DM; (5) hipertiroid; (6) hipertensi; (7) jantung koroner; (8) gagal
jantung; (9) stroke; (10) gagal ginjal kronis; (11) batu ginjal; (12) penyakit sendi /

rematik.

Selain penyakit kanker, penyakit tidak menular (PTM) yang menyebabkan kematian

tertinggi di dunia adalah penyakit kardiovaskuler. Tingginya angka mortalitas tersebut

disebabkan oleh faktor risiko utama, yaitu peningkatan tekanan darah. Peningkatan

tekanan darah seseorang akan meningkatkan risiko terkena stroke dan penyakit jantung

koroner (WHO, 2011). Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan

tekanan darah seseorang > 140/90 mmHg (Essop & Naidoo, 2009). Berdasarkan

penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi 2, yaitu: hipertensi primer dan sekunder.

Hipertensi primer / esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya

dan telah mendominasi 95% kasus-kasus hipertensi. Sementara itu, hipertensi

sekunder (5%) adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti penyakit

parenkim ginjal, penyakit renovaskuler, endokrin, sindrom Cushing, dan hipertensi

gestasional (Gray, 2002).

B. Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi abnormal dan diukur paling tidak pada 3

kesempatan yang berbeda (Corwin, 2009). Sedangkan menurut Wijaya dan Putri

(2013) hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah

secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah

yang disebabkan suatu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan

sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal.


Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang persisten (Nurarif dan

Kusuma, 2013).

2. Etiologi Hipertensi

Menurut Sagala (2009), hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung,

volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Peningkatan salah satu dari

ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan

TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau

hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat

rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh

darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan

demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas

pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung

dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan

afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi

(membesar). Hipertrofi menyebabkan kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin

meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi

untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga

mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan

penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup (Hayens, 2003).

3. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di

pusat vasomotor pada medula di otak, dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula

spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor


dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Sagala, 2009).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat

sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi (Sagala, 2009). Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal

mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi

kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor

pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan

volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi

(Sagala, 2009).

4. Tanda dan gejala Hipertensi

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang

tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil

(edema pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai

bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan

manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah

bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia

(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah

(Blood Urea Nitrogen) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat

menimbulkan strok atau serangan iskemiktransien yang bermanifestasi sebagai

paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan

(Sagala, 2009).

Menurut Sagala (2009) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul

setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa : nyeri kepala saat terjaga,

kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah

intrakranial, penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan

langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena

peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen dan

pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya

terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran

darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain- lain (Sagala, 2009).

5. Faktor resiko Hipertensi

a. Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya

umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin

meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan

alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan

hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan

insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Yulianti, 2005).

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada

masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada

wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami

menopause. Laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari

pria dan 11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada

pria dan 17,4% wanita. Daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada

pria dan 10,9% pada wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6

pada pria dan 13,7% pada wanita (Gunawan, 2001 dalam Sagala, 2009).

c. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya

hipertensi. Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang

dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidupnya memiliki

kemungkinan 25% terkena hipertensi (Sagala, 2009).

d. Garam dapur

Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi.

Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam

yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan

hipertensi yang rendah jika asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi
hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap

timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah jantung

dan tekanan darah (Basha, 2004 dalam Sagala, 2009).

Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang peka sodium lebih

mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan peningkatan

tekanan darah (Sagala, 2009). Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan

darah tinggi gangguan pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku

pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika asupan garam kurang dari 3 gram

sehari prevalensi hipertensi presentasinya rendah, tetapi jika asupan garam 5-15

gram perhari, akan meningkat prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo, 2004).

Mengkonsumsi garam lebih atau makan-makanan yang diasinkan dengan

sendirinya akan menaikan tekanan darah karena garam mempunyai sifat

menahan air. Hindari pemakaian garam yang berlebih atau makanan yang

diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama sekali dalan

makanan. Sebaliknya jumlah garam yang dikonsumsi batasi (Wijayakusuma, 2000

dalam Sagala, 2009).

e. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan

merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan

darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan

diedarkan oleh pembulu darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin

dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin).

Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung

untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon

monoksida dalam asap rokok menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan
menagakibatkan tekanan darah karena jantung dipaksa memompa untuk

memasukkan oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan tubuh (Sagala, 2009).

f. Aktivitas/olahraga

Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang yang

kurang aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih

tinggi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.

Otot jantung semakin keras dan sering memompa maka makin besar tekanan

yang dibebankan pada arteri (Sagala, 2009).

g. Depresi/stress

Depresi juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi

dimana hubungan antara depresi dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak

menentu). Depresi yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah

menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di

masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat

dihubungkan dengan pengaruh depresi yang dialami kelompok masyarakat yang

tinggal di kota (Dunitz, 2001 dalam Sagala, 2009).

6. Komplikasi Hipertensi

a. Stroke

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus

yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.Stroke dapat

terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri- arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang

diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat

melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma

(Sagala, 2009). Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti,

orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian

tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa

kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak

(Santoso, 2006).

Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak

dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang

menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.Karena hipertensi kronik

dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.Hipertropi

ventrikel dapat juga menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik

melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan

resiko pembentukan bekuan (Sagala, 2009).

b. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada

kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Rusaknya glomerolus, darah akan mengalir

keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi

hipoksia dan kematian. Rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui

urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang

sering dijumpai pada hipertensi kronik (Sagala, 2009).

c. Gagal jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang

kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki

dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru – paru menyebabkan

sesak napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering

dikatakan edema (Sagala, 2009).

Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang

cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh

susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta

kematian (Sagala, 2009).

7. Tingkatan Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Klasifikasi Tekanan darah Sistole Tekanan darah Diastol


Normal <120 <80
Pre Hipertensi 120 - 139 80 - 90
Hipertensi tingkat I 140 - 159 90 - 99
Hipertensi tingkat II >160 >100

8. Pengendalian Hipertensi

Pengendalian hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan

memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yangmenderita

hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk

mengurangai efek buruk dari pada hipertensi.


Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat

badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang mencakup psikis antara lain

mengurangi stress, olahraga, dan istirahat (Sagala, 2009).

a. Berhenti merokok

Merokok sangat besar peranannya meningkatkan tekanan darah, hal ini disebabkan

oleh nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon adrenalin yang

menyebabkan tekanan darah meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh

darah didalam paru dan diedarkan keseluruh aliran darah lainnya sehingga terjadi

penyempitan pembuluhdarah. Hal ini menyebabkan kerja jantung semakin

meningkat untuk memompa darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah yang

sempit. Berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan, disamping itu

jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi tidak akan bekerja secara optimal

dan dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat (Santoso, 2009).

b. Mengurangi kelebihan berat badan

Pengurangan berat badan juga menurunkan resiko diabetes miletus, penyakit

kardiovaskular, dan kanker. Tubuh yang berat akan semakin tinggi tekanan darah,

jika menerapkan pola makan seimbang maka dapat mengurangi berat badan dan

menurunkan tekanan darah dengan cara yang terkontrol.

c. Menghindari alkohol

Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormon-hormon lain yang membuat

pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan natrium dan air.

Minum-minuman yang beralkohol yang berlebih juga dapat menyebabkan

kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium dan mengurangi mengkonsumsi

alkohol dapat menurunkan tekanan sistolik 10 mmHg dan diastolic 7 mmHg.

d. Modifikasi diet
Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klienhipertensi, tujuan

utama dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang

dapat mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakit kardiovaskuler.

Ada empat macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan

keadaan tekanan darah yakni : diet rendah garam, diet rendah kolestrol, lemak

terbatas serta tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat badan (Sagala,

2009). Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta

hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan

untuk mencegah edema dan penyakit jantung (lemah jantung). 

e. Manajemen stress/depresi

Stres/depresi tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi depresi berat dapat

menyebabkan kenaikan tekanan darah yang bersifat sementara yang sangat tinggi.

Apabila periode depresi sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada

pembuluh darah, jantung dan ginjal sama halnya seperti yang menetap (Sagala,

2009).

f. Aktifitas olahraga

Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik seperti jalan kaki, jogging,

berenang dan bersepeda sangat mampu meredam hipertensi. Pada olah raga isotonik

mampu menyusutkan hormone noradrenalin dan hormon-hormon lain penyebab

naiknya tekanan darah. Hindari olah raga isometrik seperti angkat beban, karena

justru dapat menaikkan tekanan darah (Mayer, 1980 dalam Sagala, 2009).

Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam tubuh,

istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Waktu istirahat itu perlu

dilakukan secara rutin diantara ketegangan jam bekerja sehari-hari. Istirahat juga

bukan berarti melakukan rekreasi yang melelahkan, tetapi yang dimaksudkan


dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan

mengembalikan keseimbangan hormon dan dalam tubuh (Sagala, 2009).

C. Kanker Payudara

1. Definisi

Carsinoma Mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal

mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak

dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Nurarif & Kusuma,

2015).

Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan

tubuh yang berubah menjadi ganas (Harianto 2005). Jadi kanker payudara (ca

mammae) adalah suatu gangguan pada sel normal mammae yang tumbuh

menjadi sel abnormal yang dapat berubah menjadi ganas.

2. Etiologi

Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat

beberapa faktor resiko yang telah ditetapkan, yaitu lingkungan atau genetik.

Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang

membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat

hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang atipikal dan kemudian

berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Kanker

membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa.

Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam


pembentukan kanker payudara (estradisol dan progesterone mengalami

perubahan dalam lingkungan seluler) (Brunner & Suddarth, 2002).

3. Faktor resiko kanker payudara

a. Riwayat keluarga tentang kanker payudara

Keluarga tingkat pertama (keluarga maternal atau paternal) dengan kanker

payudara 2-3 kali lebih besar terkena kanker. Ibu dan saudara

perempuan,atau 2 saudara perempuan terkena kanker payudara mempunyai

resiko 6 kali lebih besar terkena kanker payudara.

b. Usia

Usia 30-50 tahun mengalami peningkatan kasus ca.mammae dan tingkat

menurun saat menopause.

c. Lokasi geografis dan ras

Pada orang Eropa barat dan Amerika Utara mengalami peningkatan kasus

ca.mammae lebih dari 6-10 kali orang keturunan Amerika, perempuan

Afrika - Amerika sebelum usia 40 tahun.

d. Bentuk tubuh

Orang yang obesitas setiap penambahan 10 kg berat badan maka 80% lebih

besar terkena kanker payudara.

e. Sosial ekonomi dan status perkawinan

Perempuan tidak menikah 50% lebih sering terkena kanker payudara dan

kelompok sosial ekonomi menengah keatas.

f. Paparan radiasi
Peningkatan resiko untuk setiap radiasi pada perempuan muda dan anak-

anak,bermanifestasi setelah usia 30 tahun,periode laten minimun 10-15

tahun.

g. Kanker primer kedua

Orang dengan kanker ovarium primer memiliki resiko kanker payudara 3-4

kali lebih besar. Orang dengan kanker endometrium primer memiliki resiko

kanker payudara 2 kali lebih besar. Orang dengan kanker kolorektal

mempunyai resiko 2 kali lebih besar terhadap kanker payudara (Price, A

Sylvia. 2006).

h. Manarke dini

i. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama.

j. Menopouse.

k. Riwayat penyakit payudara jinak

l. Obesitas resiko terendah diantara wanita pascamenopouse.

m. Kontrasepsi oral lebih dari 7 tahun meningkatkan terjadinya ca.mammae

(Depkes RI, 2007).

n. Terapi pergantian hormone.

o. Masukan alcohol

4. Manifestasi Klinis

a. Nyeri

Nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi saat

menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Nyeri

yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker
payudara pada kasus lebih lanjut. Biasanya nyeri timbul jika kanker sudah

bermetastase ke tulang (Brunner & Sudarth, 2002).

b. Benjolan pada payudara

Benjolan ini mula-mula kecil makin lama semakin membesar, lalu melekat

pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau puting

susu.

c. Erosi atau eksema putting susu

Kulit atau puting susu tertarik kedalam (retraksi) berwarna merah muda atau

kecoklat-coklatan sampai menjadi edema, hingga kulit terlihat seperti jeruk

(  peau d’orange) mengkerut atau timbul borok (ulkus pada payudara).

Ulkus itu semakin lama semakin besar dan mendalam sehingga dapat

menghancurkan payudara, sering berbau busuk dan mudah berdarah.

d. Timbul pembesaran kelenjar getah bening ketiak bengkak pada lengan dan

penyebaran kanker diseluruh tubuh

e. Penglupasan papilla payudara

f. Keluar cairan abnormal dari putting susu berupa nanah darah, cairan encer padahal

ibu tidak sedang hamil ataupun menyusui.

5. Klasifikasi TNM kanker payudara dan harapan hidup

TUMOR PRIMER (T)

Tumor Primer

T0 Tidak ada bukti tumor primer


Tis Karsinoma in situ

T1 Tumor < 2 cm

T2 Tumor > 2 cm tapi < 5 cm

T3 Tumor > 5 cm

T4 Perluasan kedinding dada, inflamasi

Kelenjar getah bening regional (N)

Kelenjar Getah Bening Regional


N0 Tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening

N1 Metastasis kelenjar ipsiteral yang dapat

berpindah-pindah

N2 Metastase kekelenjar ipsiteral yang menetap

N3 Metastase kekelenjar mamaria interna

ipsilateral

Metastasis jauh (M)

Metastasis jauh
M0 Tidak ada metastatis jauh
M1 Metastatis jauh (termasuk menyebar ke

kelenjar supraklavikular ipsilateral)


Pengelompokan stadium

Pengelompokan Bertahan hidup 5

stadium tahun (% pasien)


Stadium 0 N0 MO 99%
Stadium I N0 MO 92%
Stadium II A TQ N1 MO 82%
T1 N1 MO
T2 N0 MO
Stadium II B T2 N1 MO 65%
T3 N0 MO
Stadium III A T0 N2 MO 47%
T1 N2 MO
T2 N2 MO
T3 N1,N2 MO
Stadium III B T4 N apa saja MO 44%
T apa saja N3 MO
Stadium IV T apa saja N apa saja M1 14%

(American Joint Committee on Cancer, 1997.* National Cancer Institute-


Surveillance, Epidemiology,and End Result <SEER>, 2001).

6. Tipe kanker payudara

a. Karsinoma ductal menginfiltrasi

Kanker ini terasa jelas sangat keras saat dipalpasi, biasanya kanker ini

bermetastasis ke nodus aksila.

b. Karsinoma lobular menginfiltrasi


Tipe kanker ini dapat terjadi penebalan disalah satu area atau kedua area

payudara. Karsinoma duktal biasanya menyebar ketulang, paru, hepar atau

otak, sementara karsinoma lonular biasanya bermetastasis kepermukaan

meningeal atau tempat-tempat tidak lazim lainnya.

c. Karsinoma medular

Ini tubuh didalam kapsul dalam tubuh, tipe tumor ini dapat menjadi besar

tetapi meluas dengan lambat.

d. Kanker musinus

Penghasil lendir, tumbuh dengan lambat, mempunyai prognosis yang lebih

baik.

e. Kanker duktal-tubular

Bermetastasis ke aksilaris secara histologi tidak lazim, maka prognosisinya

sangat baik.

f. Karsinoma inflamatori

Tumor setempat ini terasa nyeri tekan dan sangat nyeri, payudara secara

abnormal keras dan membesar, kulit diatas tumor ini merah dan agak

kehitaman, sering terjadi edema retraksi puting susu. Penyakit menyebar

dengan cepat pada bagian tubuh lainnya.

7. Pemeriksaan penunjang

a. Non Invasif

1) Mammografi

Mammografi adalah teknik pencitraan payudara yang dapat mendeteksi

lesi yang tidak terpalpasi. Mammografi terakhir harus dibandingkan

dengan hasil mammografi terbaru. Keuntungan dari pemeriksaan ini


jauh lebih ringan dari resiko yang ditimbulkan, pasien perlu menemukan

pusat perawatan payudara yang mempunyai akreditasi dalam mammografi

berkaitan dengan bergamnya setting satu ke setting lainnya. Pedoman

ACS menganjurkan setiap 1 atau 2 tahun bagi wanita di usia 40-50 tahun

dan setelah usia 50 tahun. Mammografi bagi wanita antara usia 35 dan 40

tahun belum dianjurkan.

2) Ultrasonografi (USG)

USG dilakukan untuk membedakan kista yang berisi cairan denganjenis

lesi lainnya. Teknik ini 95% sampai 99% akurat dalam mendiagnosisi

kista tetapi tidak secara definitif menyingkirkan lesi (Brunner & Sudarth,

2002).

3) MRI

MRI digunakan untuk membedakan karsinoma mammae yang rekuren

atau jaringan parut, untuk memeriksa mammae kontralateral pada wanita

karsinoma payudara, menentukan penyebaran dari karsinoma terutama

karsinoma lobuler atau menentukan respon terhadap kemoterapi

neoadjuvan.

b. Invasif

1) Biopsi bedah

2) Biopsi eksisional

3) Tru-cut core biopsy

4) Biopsi stereotaktik

5) Aspirasi jarum halus


8. Komplikasi

Komplikasi terjadi karena ini bermetastasis melalui saluran limfe (limfogen) ke paru-

paru, tulang dan hati.

9. Penatalaksanaan

a. Terapi medis

1) Modiefied radical mastectomy yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,

jaringan payudara ditulang dada, tulang selangkang dan tulang iga, serta

benjolan disekitar ketiak.

2) Total (simple) Mastectomy yaitu pengangkatan diseluruh payudara saja,

tetapi bukan kelenjar ketiak.

3) Radical mastectomy yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara,

biasanya disebut  Lumpectomy  yaitu pengangkatan hanya pada bagian

yang mengandung sel kanker bukan seluruh payudara.

b. Terapi non medis

1) Lintas Metabolisme

Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan

resorpsi tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang

diinduksi oleh overian suppression, hiperkalsemia dan kelainan

metabolisme tulang, menunjukkan efektivitas untuk menurunkan

metastasisi sel kanker pudara menuju tulang. Walaupun penggunaan

dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti

osteonerkrosisi dan turunnya fungsi ginjal.

2) Radiasi

3) Kemoterapi
a) Kemoterapi Adjuvant

b) Neoadjuvant Chemotheraphy

4) Terapi anti-estrogen

5) Terapi antibodi anti-HER 2/neu

10. Pengobatan

Pengobatan kanker payudara yang sudah disepakati oleh ahli kanker menurut

(Mediastore, 2011) yaitu :

Stadium Pengobatan
I Dilakukan operasi dan kemoterapi
II Operasi dilanjutkan dengan

kemoterapi, hormonal
III Operasi dilanjutkan dengan

kemoterapi ditambah dengan

radiasi dan hormonal


IV Dilakukan kemoterapi dilanjutkan

dengan radiasi dan hormonal


Selanjutnya Setelah diobati harapan hidup

pasien paling lama adalah 4 tahun

11. Pencegahan

a. Melakukan pemeriksaan payudara secara mandiri (SADARI).

b. Memberikan ASI pada bayi bagi ibu menyusui.


c. Jika menemukan benjolan/gumpalan segera kedokter.

d. Mencari tahu riwayat keluarga mengenai kanker payudara.

e. Mengurangi konsumsi alcohol.

f. Memperhatikan berat badan untuk mencegah obesitas dan mengurangi

makanan yang banyak mengandung lemak.

g. Untuk usia 50-40 dan usia lebih dari 50 tahun untuk melakukan skrinning

mammografi 1 atau 2 tahun sekali.

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Geografi

a. Apakah anda tingal di daerah pegunungan atau pantai?

b. Bagaimana keadaan tanah di daerah ini ?

c. Berapa luas daerah ini ?

d. Ada berapa batas wilayah di daerah ini dan apa saja nama wilayah di

masing- masing batasnya?

e. Bagaimana lingkungan setempat? Apakah dekat pabrik atau pasar? Karena

hal tersebut bisa menunjang terjadinya ca mamae

2. Demografi

a. Berapakah jumlah KK di daerah ini ?

b. Berapakah jumlah penduduk di daerah ini ?

c. Bagaimana mobilitas penduduk, apakah penduduk jarang di rumah ketika

pagi dan siang hari karena bekerja, sedangkan anak-anak pada sekolah?

d. Apakah daerah ini termasuk daerah yang padat dengan penduduk?

3. Vital Statistik

a. Bagaimana status kelahiran di daerah ini?

b. Penyakit apa saja yang banyak terjadi di masyarakat khususnya pada wanita

usia dewasa?

c. Penyakit apa saja yang banyak terjadi di daerah ini khususnya pada pria usia

dewasa?

d. Apakah dalam satu bulan ini sudah terdapat banyak warga yang meninggal?

4. Kelompok Etnis

a. Suku apa yang dianut di masyarakat?

b. Nilai dan Keyakinan

c. Apakah ada masjid / mushola atau tempat ibadah lainnya?


d. Apakah masyarakat menganut agama yang sama?

e. Keyakinan apa yang di anut dalam masyarakat?

Pengakajian Sub Sistem

1. Lingkungan fisik

a. Apakah rumah penduduk tergolong perumahan yang menetap?

b. Apakah pencahayaan di rumah penduduk sudah cukup?

c. Apakah di daerah ini sirkulasi udara sudah baik ? misalnya terdapat

pepohonan dan terdapat ventilasi yang cukup pada setiap rumah warga?

2. Pelayanan Kesehatan

a. Apakah terdapat praktik klinik swasta di daerah ini ?

b. Berapa jumlah tenaga kesehatan di daerah ini (perawat, bidan, dokter)?

c. Apakah terdapat mushola atau tempat ibadah lainnya di daerah ini ?

d. Ada berapa sekolah yang terdapat pada daerah ini ?

e. Apakah terdapat panti sosial di daerah ini?

f. Apakah terdapat pasar/swalayan/ toko yang menyediakan kebutuhan

masyarakat?

g. Apakah ada tempat perkumpulan untuk melakukan musyawarah di daerah ini

h. Apakah program posyandu terlaksana di daerah ini? Posyandu apa saja yang

diselenggarakan di daerah ini? Apakah posyandu sudah berjalan aktif?

Berapa kali diselenggarakan?

i. Apakah sanitasi warga sudah tergolong baik atau tidak ?

j. Dari mana sumber air yang digunakan dalam masyarakat?

k. Dimanakah pembuangan air limbah pada masyarakat?

l. Apakah mayoritas warga telah memiliki jamban pada setiap rumah ?


m. Dimanakah mayoritas warga melakukan MCK?

n. Dimankah tempat penumpukan/pembuangan sampah ?

o. Dari mana terdapatnya sumber polusi yang mungkin mengancam kesehatan

atau kegiatan sehari-hari?

p. Apakah ada vektor penyebab penyakit di masyarakat?

3. Keamanan & Transportasi :

a. Apakah ada pemadam kebakaran?

b. Apakah ada terdapat siskamling atau hansip?

c. Apakah ada transportasi umum atau pribadi yang bisa digunakan di

masyarakat?

d. Apakah keadaan jalanan di daerah ini sudah dalam keadaan baik?

e. Bagaimana cara pemilihan RT/RW di daerah ini ?

4. Pemerintah dan politik

a. Ada berapa RT dan RW di desa ini ?

b. Ada berapa kader di desa ini ?

c. Apakah ada karang taruna di desa ini? Apakah sudah berjalan dengan baik

dan aktif?

d. Apakah terdapat tokoh agama di desa ini ?

5. Pendidikan

a. Tingkat pendidikan komunitas ?

b. Apa fasilitas pendidikan yang tersedia?

c. Jenis bahasa apa yang digunakan dalam pendidikan?

6. Rekreasi

a. Apakah masyarakat sering melakukan rekreasi antar warga atau kelompok

tertentu?
b. Fasilitas apa yang digunakan jika pergi berekreasi?

7. Ekonomi

a. Apakah warga memiliki pekerjaan yang tetap?

b. Berapa jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan?

c. Berapa jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan?

d. Berapa jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut usia?

Pengkajian komunitas pada klien Hipertensi

1. Riwayat kesehatan

a. Apakah anda pernah merasa berat di tengkuk?

b. Apakah anda sering merasa pusing?

c. Apakah anda pernah merasa pandangan kabur?

d. Apakah anda merasa telinga berdengung?

e. Apakah anda merasa kesulitan untuk tidur?

f. Apakah anda sering merasa jantung berdebar-debar?

2. Riwayat kesehatan keluarga

a. Apakah di dalam keluarga ada anggota keluarga yang mengalami hipertensi?

3. Makanan yang dikonsumsi

a. Biasanya anda lebih sering makan makanan yang (Asin, manis, pedas)?

b. Berapa banyak anda makan dalam sehari?

c. Apakah anda sering mengemil makanan seperti kue, roti, biscuit, makanan

berlemak, santan, jeroan dan tetelan? Jika iya, berapa kali dalam seminggu?

d. Apakah anda pernah mengkonsumsi alcohol?

e. Apakah anda pernah mengkonsumsi kopi? Jika iya, berapa kali dalam

sehari?

f. Apakah anda merokok? Jika iya, berapa batang yang anda habiskan dalam
sehari?

4. Aktivitas fisik

a. Berapa kali anda berolahraga dalam seminggu? Berapa durasi waktunya?

5. Riwayat pengobatan

a. Apakah yang anda lakukan dalam mengatasi rasa nyeri/berat di tengkuk

tersebut?

6. Komunikasi

a. Darimanakah anda mendapatkan informasi mengenai hipertensi?

b. Apakah yang telah anda lakukan dalam perawatan hipertensi dalam

kehidupan sehari-hari?

c. Apakah ada papan pengumuman tentang hipertensi di lingkungan anda? Jika

iya, Apakah anda mengerti isi dari informasi tersebut?

d. Apakah anda juga mendapatkan informasi mengenai hipertensi dari teman

terdekat atau tetangga?

Deteksi Kanker

Langkah-langkah yang dilakukan antara lain:

1. Mempersiapkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Memetakan Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama yang dapat melakukan pemeriksaan Kanker Leher Rahim dan

Kanker Payudara

2. Melakukan pemetaan peserta wanita sudah menikah dan wanita berisiko

dengan ketentuan :

. Berisiko tinggi Kanker Leher Rahim, antara lain: menikah/hubungan seksual

pada usia muda, sering melahirkan, merokok, berganti-ganti pasangan

seksual, dan infeksi menular seksual.

1) Apakah anda sudah menikah?


2) Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual pada usia muda?

3) Berapakali anda melahirkan?

4) Apakah anda merokok ?

5) Apakah anda pernah berganti-ganti pasangan seksual?

6) Apakah anda pernah mengalami infeksi menular seksual?

b. Berisiko tinggi Kanker Payudara, antara lain: riwayat keluarga ada yang
menderita Kanker Payudara, menstruasi dini, wanita yang mempunyai anak
pertama diatas usia 30 tahun, tidak pernah menyusui, menopause usia lanjut,
riwayat tumor jinak payudara, terapi hormon, pajanan radiasi, kontrasepsi
oral terlalu lama, alkohol dan trauma terus menerus.
1) Apakah ada keluarga anda yang menderita kangker payudara?
2) Pada umur berapakah anda mulai menstruasi?
3) Pada usia berapa anda melahirkan anak pertama?
4) Apakah anda memberikan ASI kepada anak anda?
5) Apakah anda masih menstruasi setiap bulannya? Kapan terkahir
menstruasi?
6) Apakah sebelumnya anda mempunyai riwayat tumor jinak
payudara?
7) Apakah anda pernah melakukan terpai hormon?
8) Apakah anda berada di lingkungan yang terpapar radiasi?
9) Apakah anda mengkonsumsi pik KB? Berapa lama anda
mengkonsumsinya?
10) Apakah anda pernah mengkonsumsi alkohol?
11) Apakah anda pernah mengalami trauma yang terus-menrus?
. Peserta mendapatkan rekomendasi dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

. Peserta mendaftar dengan lembar kesediaan Formulir Permohonan

Pelayanan Deteksi Kanker Leher Rahim atau Kanker Payudara.


B. Diagnosa Keperawatan

1. Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan olahraga

bagi kesehatan : suatu kebiasaan hidup yang dicirikan dengan aktivitas fisik

yang rendah.

2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan sosial : Hambatan

kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam cara yang

memperbaiki status kesehatan.

3. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d keterampilan komunikasi yang

tidak efektif : ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari

bantuan untuk mempertahankan kesehatan.

4. Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada pemberi

layanan kesehatan.

5. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan sosial.

C. Intervensi Keperawatan

Dx.1 Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang

keuntungan olahraga bagi kesehatan : 00168

Kriteria hasil :

1. (185520) Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku kesehatan :

dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.

2. (185522) Strategi pencegahan penyakit : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke

5.

3. (185525) Manfaat dukungan sosial: dipertahankan pada 2 di tingkatkan ke 5.

4. (180502) Manfaat olahraga teratur : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.


5. (182308) Perilaku meningkatkan kesehatan : dipertahankan pada 2 ditingkatkan

ke 5.

NIC :

1. Peningkatan Latihan : Latihan kekuatan.

2. Terapi latihan : Latihan pergerakan sendi.

3. Bantuan modifikasi diri.

4. Fasilitasi tanggung jawab diri.

Dx. 2 Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan

sosial : 00188

Kriteria hasil :

1. Penerimaan status kesehatan

a. 130016 : Mempertahankan hubungan : dipertahankan pada 3 di tingkatkan 5.

b. 130007 : Menyesuaikan perubahan dalam status kesehatan :

dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

c. 130011 : Membuat keputusan tentang kesehatan : dipertahankan pada 2

ditingkatkan ke 4.

2. Kepercayaan mengenai kesehatan : Sumber-sumber yang diterima

a. 170303 : Merasakan dukungan dari tetangga : dipertahankan pada 3

ditingkatkan ke 5.

b. 170304 : Merasakan dukungan dari penyedia layanan kesehatan :

dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5.

c. 170305 : Merasakan dukungan dari dukungan kelompok sendiri :

dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5.


NIC :

1. Modifikasi perilaku

2. Membangun hubungan yang kompleks

3. Peningkatan koping

4. Dukungan pengambilan keputusan

Dx. 3 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d kurang

pengetahuan tentang keuntungan olahraga bagi kesehatan : 00099

Kriteria hasil :

1. Keseimbangan Gaya Hidup : 2013

a. 201301 : Mengenali kebutuhan untuk menyeimbangkan aktivitas- aktivitas

hidup : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.

b. 201302 : Mencari informasi tentang startegi untuk aktivitas hidup yang

seimbang : dipertahankan pada 2 ditingkatkan pada 4.

2. Pengetahuan : Manajemen Kanker : 1833

a. 183301 : hasil skrining abnormal : Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

b. 183302 : Tanda dan gejala kanker : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

c. 183303 : diagnosis kanker tertentu : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

3. Pengetahuan : Manajemen Hipertensi : 1837

a. 183703 : Target tekanan darah dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5.

b. 183705 : komplikasi potensial hipertensi dipertahankan pada 2 ditingkatkan

pada 4.

c. 183706 : Pilihan pengobatan yang tersedia dipertahankan pada 2

ditingkatkan ke 4.

d. 183707 : manfaat pengobatan jangka panjang dipertahankan pada 2

ditingkatkan ke 4.
4. Pengetahuan : gaya hidup sehat : 1855

a. 185522 : strategi pencegahan penyakit dipertahankan pada 2 ditingkatkan di

4.

b. 185527 : Pentingnya skrining pencegahan dipertahankan pada 2 ditingkatkan

ke 4.

c. 185535 : strategi meningkatkan keseimbangan hidup dipertahankan pada 2

ditingkatkan ke 4.

NIC :

1. Berikan pendidikan kesehatan.

2. Peningkatan kesadaran kesehatan.

3. Lakukan Skrining kesehatan.

4. Berikan panduan sistem pelayanan kesehatan.

5. Fasilitasi pembelajaran.

Dx. 4 Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses

pada pemberi layanan kesehatan : 00215

Kriteria hasil

1. Status imun komunitas : 2800

a. 280001 : Tingkat imunisasi sama dengan atau lebih besar dari

standar dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

b. 280007 : Skrining pada populasi beresiko infeksi dipertahankan pada 1

ditingkatkan ke 4.
c. 280008 : Kepatuhan dengan rekomendasi imunisasi dipertahankan pada 2

ditingkatkan ke 4.

2. Kontrol resiko komunitas penyakit kronik : 2801

a. 280101 : Penyediaan program pendidikan publik tentang penyakit kronis

dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

b. 280102 : Tingkat partisipasi populasi target dalam program pengurangan

resiko dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

c. 280103 : Ketersediaan program preventif dipertahankan pada 2 ditingkatkan

ke 4.

d. 280105 : ketersediaan program pendidikan manajemen penyakit kronis

sendiri dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

e. 280119 : pemantauan insiden penyakit kronis dipertahankan pada 2

ditingkatkan ke 4.

f. 280123 : pemantauan komplikasi penyakit kronis dipertahakan pada 2

ditingkatkan ke 5.

3. Kefektifan skrining kesehatan komunitas : 2807

a. 280701 : identifikasi kondisi berisiko tinggi yang umum di komunitas

dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

b. 280703 : pemilihan skrining difokuskan pada deteksi dini dipertahankan

pada 2 ditingkatkan ke 4.

c. 280707 : identifikasi kebutuhan skrining untuk orang dewasa

dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.


 NIC :

1. Pengembangan kesehatan komunitas.

2. Manajemen sumber daya keuangan.

3. Skrining kesehatan.

Dx. 5 Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan

sosial : 00078

Kriteria hasil :

1. Perilaku patuh : 1600

a. 160001 : Menanyakan pertanyaan terkait kesehatan dipertahankan pada 2

ditingkatkan ke 4.

b. 160002 : mencari informasi kesehatan dari berbagai macam sumber

dipertahakan pada 2 ditingkatkan ke 4.

c. 160003 : Menggunakan informasi kesehatan yang dapat dipercaya untuk

mengembangkan strategi dipertahakan pada 2 ditingkatkan ke 4.

NIC :

1. Membangun hubungan yang kompleks.

2. Modifikasi perilaku.

3. Peningkatan koping.

4. Konseling.

5. Dukungan emosional.

6. Panduan sistem pelayanan kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (2002).  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8

volume 2. Jakarta : EGC.

Gray, Huon H, dkk, 2002.  Lucture Notes : Kardiologi (Edisi Keempat). Erlangga

Medical Series. Jakarta.

Hayens, B, dkk. (2003). Buku pintar menaklukkan Hipertensi. Jakarta : Ladang

Pustaka

Mooheread,sue dkk. 2015. Nursing Interventions Cassification, NOC Edisi VI Ahli

Bahasa: Intrasi Nurjannah, dk. Elesiver; Jakarta.

Nur Arif dan Kusuma. 2013.  Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Nanda

NIC-NOC. Edisi Revisi. Jilid 1 dan 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC:

Jakarta. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Nanda NIC-

NOC. Edisi Revisi. Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.

Sagala, LMB.2010 .Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku

Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe. Skripsi. Fakultas

Keperawatan. Medan: Universitas Sumatra Utara.

Wijaya, A.S dan Putri, Y. M. 2013. Ke perawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan

Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai