Anda di halaman 1dari 24

asuhan keperawatan

kritikal pada lansia


KELOMPOK 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
dan Karunia-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada Bapak/Ibu Dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas II yang
telah memberikan bimbingan berkaitan dengan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritikal pada Lansia” ini
selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II juga dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam pendidikan maupun profesi keperawatan.
Pada penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, baik
mengenai isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan
kepada para pembaca untuk dapat memberikan masukan-masukan baik kritik
maupun saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah yang sempurna
pada tugas yang akan datang.
makassar, November 2014   Penyusun
  
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme


yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta
menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang
disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan
saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara
linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),
keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan
keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses
kemunduran (Bondan, 2009).
LANJUTAN …….

Hal yang pertama perawat lakukan dalam memberikan asuhan keperawatan


pada
pada lansia
lansia adalah
adalah pengkajian.
pengkajian. Menurut
Menurut Potter
Potter &
& Perry,
Perry, (2005),
(2005), pengkajian
pengkajian
keperawatan
keperawatan adalah
adalah proses
proses sistematis
sistematis dari
dari pengumpulan,
pengumpulan, verifikasi
verifikasi dan
dan
komunikasi data tentang klien. Proses keperawatan ini mencakup dua langkah
yaitu
yaitu pengumpulan
pengumpulan data
data dari
dari sumber
sumber primer
primer (klien)
(klien) dan
dan sumber
sumber sekunder
sekunder
(keluarga,
(keluarga, tenaga
tenaga kesehatan),
kesehatan), dan
dan analisis
analisis data
data sebagai
sebagai dasar
dasar untuk
untuk diagnose
diagnose
keperawatan.

Secara
Secara umum,
umum, sakit
sakit dipandang
dipandang sebagai
sebagai suatui
suatui kondisi
kondisi yang
yang dialami
dialami individu
individu
yang
yang gagal
gagal mencapai
mencapai kesehatan
kesehatan optimum.
optimum. Sakit
Sakit akut
akut adalah
adalah satu
satu kondisi
kondisi sakit
sakit
pada individu yang berhasil ditangani oleh intervensi atau membaik seiring dengan
waktu.
waktu. Sakit
Sakit kronis
kronis adalah
adalah satu
satu kondisi
kondisi tidak
tidak adanya
adanya resolusi
resolusi proses
proses penyakit.
penyakit.
LANJUTAN …..
Implikasinya adalah individu akan menderita sakit ini sampai ia
meninggal; tidak ada pengobatan. Karena individu seringkali dapat hidup
panjang dan produktif dengan penyakit kronisnya, haruskah mereka disebut
“sakit”? mungkin sebutan yang paling tepat adalah kondisi kesehatan kronis.
Banyak individu diberbagai komunitas hidup dengan kondisi kesehatan
kronis.

Jika dilihat sekilas, mengidentifikasi individu dengan kondisi kesehatan


kronis adalah hal yang mudah. Namun, sebenarnya ini adalah tugas yang
berat. Bagaimanakah seharusnya. ”kondisi kesehatan kronis” didefinisikan?
Elemen apa yang harus ada untuk membedakan antara
LANJUTAN ……
kondisi
kondisi kesehatan
kesehatan akut
akut dan
dan kondisi
kondisi kesehatan
kesehatan kronis?
kronis? Dapatkah
Dapatkah kondisi
kondisi kesehatan
kesehatan
terdiri
terdiri atas
atas kondisi
kondisi akut
akut dan
dan kronis?
kronis? Dalam
Dalam kondisi
kondisi seperti
seperti apa?.
apa?.

Pendekatan
Pendekatan holistik
holistik terhadap
terhadap asuhan
asuhan keperawatan
keperawatan menolak
menolak adanya
adanya penggolongan
penggolongan
individual.
individual. Pendekatan
Pendekatan holistik
holistik menekankan
menekankan pada
pada keterkaitan
keterkaitan individual.
individual. Apabila
Apabila
ditinjau
ditinjau secara
secara harfiah,
harfiah, pendekatan
pendekatan ini
ini dapat
dapat digunakan
digunakan untuk
untuk menggambarkan
menggambarkan individu
individu
dengan
dengan kondisi
kondisi kesehatan
kesehatan kronis.
kronis. Kesehatan
Kesehatan individu
individu seharusnya
seharusnya tidak
tidak digolongkan,
digolongkan,
seperti
seperti diabetik,
diabetik, penderita
penderita kanker,
kanker, skizofrenik,
skizofrenik, atau
atau individu
individu yang
yang teriunfeksi
teriunfeksi HIV.
HIV.
Bagaimanapun,
Bagaimanapun, perawat
perawat dipaksa
dipaksa oleh
oleh pendekatan
pendekatan sistem
sistem pelayanan
pelayanan kesehatan
kesehatan untuk
untuk
cenderung
cenderung melabel
melabel dan
dan mengategorikan
mengategorikan kesehatan
kesehatan individu.
individu. Dengan
Dengan demikian,
demikian, dalam
dalam
pembahasan
pembahasan ini,
ini, suatu
suatu upaya
upaya dilakukan
dilakukan untuk
untuk menggambarkan
menggambarkan populasi
populasi ini
ini dalam
dalam
konteks
konteks yang
yang sangat
sangat luas
luas ..

  
B.       Rumusan Masalah
Secara
Secara garis
garis besar,
besar, masalah
masalah yang
yang kami
kami rumuskan
rumuskan adalah
adalah sebagai
sebagai berikut.
berikut.
1.        
1.         Apa
Apa yang
yang dimaksud
dimaksud dengan
dengan kondisi
kondisi kritis/kritikal?
kritis/kritikal?
2.        
2.         Apa
Apa saja
saja masalah
masalah kondisi
kondisi kritis
kritis pada
pada lansia?
lansia?
3.        
3.         Apa
Apa saja
saja penyebab
penyebab kondisi
kondisi kritis
kritis pada
pada lansia?
lansia?
4.        
4.         Bagaimana
Bagaimana asuhan
asuhan keperawatan
keperawatan kritikal
kritikal pada
pada lansia?
lansia?

C.     
C.      Tujuan
Tujuan
1.        
1.         Tujuan
Tujuan umum
umum
Tujuan
Tujuan umum
umum dari
dari penulisan
penulisan makalah
makalah ini
ini adalah
adalah untuk
untuk ::
a.        
a.         Mengetahui
Mengetahui apa
apa yang
yang dimaksud
dimaksud dengan
dengan kondisi
kondisi kritis/kritikal
kritis/kritikal
b.       
b.        Mengetahui
Mengetahui apa
apa saja
saja masalah
masalah kondisi
kondisi kritis
kritis pada
pada lansia
lansia
c.        
c.         Mengetahui
Mengetahui apa
apa saja
saja penyebab
penyebab kondisi
kondisi kritis
kritis pada
pada lansia
lansia
d.       
d.        Mengetahui
Mengetahui apa
apa saja
saja asuhan
asuhan keperawatan
keperawatan kritikal
kritikal pada
pada lansia
lansia
  

2.        
2.         Tujuan
Tujuan Khusus
Khusus
Tujuan
Tujuan khusus
khusus dari
dari penulisan
penulisan makalah
makalah ini
ini adalah
adalah untuk
untuk memenuhi
memenuhi tugas
tugas kelompok
kelompok pada
pada mata
mata kuliah
kuliah
Keperawatan Komunitas
Keperawatan Komunitas 2 2
BAB II
KONSEP MEDIS

A.      Pengertian Kondisi Kritis/Kritikal

Kritis : suatu kondisi yang mana pasien dalam keadaan gawat tetapi masih ada

kemungkinan untuk mempertahankan kehidupan. Kondisi kritis Progresif: Kondisi kesehatan

menjadi lebih buruk atau menjadi lebih parah seiring perjalanan waktu. Periodenya mungkin

meliputi seluruh rentang kehidupan atau dalam waktu yang lama. Selama kondisi kesehatan

kronis, mungkin terdapat periode diam yang diikuti oleh periode ekserbarsi/bertambah

parahnya penyakit atau memburuk secara perlahan. Contoh kondisi kesehatan kronis progresif

adalah beberapa jenis kanker yang tumbuh perlahan pada penderitanya dan tidak dapat

disembuhkan serta menyebabkan kematian yang tidak terelakkan. Penyakit paru obstruktif

menahun/kronis ditandai dengan penurunan kapasitas paru yang progresif secara perlahan.

Periode gagal jantung kronis meliputi periode diam dan kontrol terhadap pola serangan akut

gagal jantung. Diabetes melitus, terutama tipe DM bergantung-insulin, menjadi progresif

sehingga lebih sulit ditanggulangi.


LANJUTAN …..

Ireversibel: kondisi yang tidak dapat disembuhkan. Kondisi kesehatan kronis


dapat menyebabkan kematian. Muncul kerusakan yang tidak dapat dikoreksi.
Contohnya adalah kanker pankreas, yang menghancurkan kemampuan klien untuk
memproduksi enzim digesti, yang menyebabkan defisit nutrisi. Terdapat beberapa tipe
penyakit ginjal yang pada akhirnya menyebabkan penyakit gagal ginjal total dan dan
dapat merusak sistem utama lainnya seperti sistem saraf pusat dan sistem
kardiovaskular. Penyakit Paru Obstruktif Kronis dapat menyebabkan penurunan fungsi
paru, yang tidak dapat kembali normal/ireversibel. Skizofrenia dan penyakit hipolar
tidak dapat disembuhkan, tetapi keduanya dapat dikontrol; bagaimanapun, individu
yang pernah menderita penyakit ini dalam waktu yang lama dapat mengalami gangguan
penilaian, keterampilan sosial, dan aktivitas hidup sehari-hari.
LANJUTAN …..

Kompleks: kondisi kronis dapat memengaruhi berbagai sistem. Pengaruh dari


kondisi kesehatan kronis dapat menjangkau area yang lebih luas dibandingkan pada
saat permulaan proses. Penderita asma tidak hanya mengalami manifestasi fisik, tetapi
mereka sering kali membatasi aktivitas dalam cara-cara tertentu yang dapat
menyebabkan isolasi, sehingga dapat memengaruhi kesehatan mental dan rekreasional
mereka. Depresi adalah sekuel yang sering ditimbulkan oleh kondisi kesehatan kronis
(Davidson & Meltzer-Brody, 1999). Terapi terhadap kondisi kronis mungkin
menimbulkan efek samping, seperti nyeri dan defisit nutrisi yang menjadi bagian dari
kondisinya. Diabetes melitus dapat menyebabkan neuropati; retinopati menyebabkan
kebutaan; masalah sirkulasi menyebabkan amputasi, umumnya terjadi pada kaki dan
tungkai. Hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal .
B.       Masalah Kondisi Kritis Pada Lansia

Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia :

1.    Mudah jatuh

a.    Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian,

yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan

atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Ruben, 1996).

b.    Jatuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intrinsik: gangguan gaya berjalan, kelemahan

otot ekstremitas bawah, kekuatan sendi dan sinkope-dizziness; faktor ekstrinsik: lantai yang licin dan tidak

rata, tersandung oleh benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya yang kurang terang dan sebagainya.

2.    Mudah lelah, disebabkan oleh :

a.    Faktor psikologis: perasaan bosan, keletihan, depresi

b.    Gangguan organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dll

c.    Pengaruh obat: sedasi, hipnotik


C.      Penyebab Kondisi Kritis pada Lansia

Beberapa penyebab kondisi kritis pada lansia :

1.    Kecelakaan (Accident)

Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehinga
menimbulkan cedera (fisik, mental, sosial)

2.    Cedera

Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.

Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :

a.         Tempat kejadian

·           kecelakaan lalu lintas


·           kecelakaan di lingkungan rumah tangga
·           kecelakaan di lingkungan pekerjaan
·           kecelakaan di sekolah
·           kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya: tepat rekreasi, perbelanjaan, di arena
olahraga dan lain lain
LANJUTAN …..

b.         Mekanisme kejadian

Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing. tersengat, terbakar baik karena
efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.

c.         Waktu kejadian

·           Waktu perjalanan (traveling/trasport time)

·           Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain- lain

 
 
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A.      Pengkajian

1.         Kaji tingkat kesadaran pasien.


2.         Kaji tanda-tanda perubahan fisik pasien : tonus otot, penurunan sirkulasi ,perubahan
Tanda-tanda vital ( TTV), gangguan sensoris dan perubahan tingkat kesadaran.
3.         Kaji kondisi nutrisi pasien : penampilan umum, berat badan, kekuatan dan ketebalan
otot, nilai Hb dan kondisi konjungtiva.
4.         Kaji status cairan pasien : volume output cairan ( urine, muntah, diare, keringat ), kondisi
membrane mukosa dan turgor kulit.
5.         Kaji rasa aman dan nyaman pasien : rasa nyeri, personal hygiene
6.         kaji perubahan psikologis pasien: menurunnya proses intelektual, seperti menurunnya
kemampuan untuk mengingat informasi, tidak dapat berfikir jernih, dan sulit mengambil
keputusan; meningkatnya sensitivitas ( mudah tersinggung, mudah marah, mudah sedih, dst. ),
menurunnya kemampuan untuk melaksanakan aktivitas dan tugas dalam mengadaptasi masalah,
serta reaksi berkabung.
B.       Diagnosa Keperawatan

1.         Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak


mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor
biologi.

2.         Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan


neuromuskular.

3.         Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan


neuromuscular.

4.         Risiko kerusakan integritas kulit b.d kemampuan regenerasi sel atau
jaringan menurun.
C. INTERVENSI
1.         Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu dalam memasukkan,
mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan asupan nutrisi pasien tidak
bermasalah, asupan makanan dan cairan tidak bermasalah berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan, dan
tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

Intervensi :

·      Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai. Rasional : mengidentifikasi nutrisi yang diberikan
dan juga untuk intervensi selanjutnya.

·      Observasi dan catat masukan makanan klien. Rasional : mengawasi masukan kalori.

·      Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien. Rasional : agar pasien mengetahui
bagaimana konsep nutrisi yang baik.

·      Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan dan kenaikan atau pemeliharaan
berat badan. Rasional : agar nutrisi pasien dapat terpenuhi.

·      Berikan makan sedikit tapi sering. Rasional : meningkatkan pemasukan kalori secara total.

·      Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari. Rasional : supaya mencapai
dan atau mempertahankan berat badan sesuai target.

·     
LANJUTAN …..

Berikan pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang mendukung peningkatan berat
badan. Rasional : agar pasien senang dan bersemangat untuk berusaha meningkatkan berat badannya .

2.         Inkontinensia urin fungsional b.d keterbatasan neuromuskular.


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24 jam diharapkan pasien mampu ;

ü  Kontinensia Urin.

ü  Merespon dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK).

ü  Mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu.

ü  Mampu memprediksi pengeluaran urin.

Intervensi :

·      Monitor eliminasi urin. Rasional : untuk mengetahui jumlah urin yang keluar.

·      Bantu klien mengembangkan sensasi keinginan BAK. Rasional : dengan membantu klien, diharapkan
klien akan mampu memprediksi pengeluaran urinnya.

·      Modifikasi baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke toilet. Rasional : membantu klien untuk
mencapai toilet dan mengeluarkan urin tepat waktu.

·      Instruksikan pasien untuk mengonsumsi air minum sebanyak 1500 cc/hari. Rasional : minum air yang
cukup dapat mengganti cairan yang hilang.
LANJUTAN …..

3.         Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular.


Tujuan ; Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat :
ü  Memposisikan penampilan tubuh.
ü  Ambulasi : berjalan.
ü  Menggerakan otot.
ü  Mengkolaborasikan gerakan.
Intervensi ;
·      Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang aman. Rasional :
diharapkan otot klien tidak kaku karena kurang bergerak.
·      Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri (mudah goyah/tidak
kokoh). Rasional : meskipun dengan menggunakan alat bantu, klien masih bisa menggerakkan
otot-ototnya agar tidak kaku.
·      Konsultasi kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana gerakan yang sesuai dengan
kebutuhan. Rasional : membantu dalam ambulasi dan memposisikan penampilan tubuhnya.

 
LANJUTAN …..
.         Risiko kerusakan integritas kulit b.d kemampuan regenerasi sel atau
jaringan menurun.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
Intervensi ;
·      Monitor area kulit yang terlihat kemerahan dan adanya kerusakan.
·      Monitor kulit yang sering mendapat tekanan dan gesekan.
·      Monitor warna kulit.
·      Monitor suhu kulit.
·      Periksa pakaian, jika pakaian terlihat terlalu ketat
 
D. Evaluasi

1.      Asupan nutrisi pasien tidak bermasalah, asupan makanan dan cairan tidak
bermasalah dan berat badan ideal.

2.      Pasien mampu kontinensia urin, merespon dengan cepat keinginan buang air kecil
(bak), mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu, mampu
memprediksi pengeluaran urin.

3.      Pasien dapat memposisikan penampilan tubuh, ambulasi : berjalan, menggerakan


otot dan mengkolaborasikan gerakan.

4.      Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

 
 
BAB IV
PENUTUP

A.     
A.      Kesimpulan
Kesimpulan

Kondisi
Kondisi kritis
kritis Progresif:
Progresif: Kondisi
Kondisi kesehatan
kesehatan menjadi
menjadi lebih
lebih buruk
buruk atau
atau menjadi
menjadi lebih
lebih parah
parah
seiring
seiring perjalanan
perjalanan waktu.
waktu. Periodenya
Periodenya mungkin
mungkin meliputi
meliputi seluruh
seluruh rentang
rentang kehidupan
kehidupan atau
atau dalam
dalam
waktu
waktu yang
yang lama.
lama.

Ireversibel:
Ireversibel: kondisi
kondisi yang
yang tidak
tidak dapat
dapat disembuhkan.
disembuhkan. Kondisi
Kondisi kesehatan
kesehatan kronis
kronis dapat
dapat
menyebabkan
menyebabkan kematian.
kematian. Muncul
Muncul kerusakan
kerusakan yang
yang tidak
tidak dapat
dapat dikoreksi.
dikoreksi.

Kompleks:
Kompleks: kondisi
kondisi kronis
kronis dapat
dapat memengaruhi
memengaruhi berbagai
berbagai sistem.
sistem. Pengaruh
Pengaruh dari
dari kondisi
kondisi kesehatan
kesehatan
kronis
kronis dapat
dapat menjangkau
menjangkau area
area yang
yang lebih
lebih luas
luas dibandingkan
dibandingkan pada
pada saat
saat permulaan
permulaan proses.
proses.

Masalah
Masalah fisik
fisik sehari-hari
sehari-hari yang
yang sering
sering ditemukan
ditemukan pada
pada lansia
lansia yaitu
yaitu Mudah
Mudah lelah
lelah dan
dan mudah
mudah jatuh.
jatuh.

  
B. Saran

Kelompok lanjut usia memiliki masalah kesehatan, baik dari segi fisik
maupun dari segi mental. Kerja Perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan diharapakan bisa berlangsung secara komprehansif dan holictik
untuk proses penatalaksanaan klien dengan lanjut usia. Sehingga lansia dapat
menjalani proses menua dengan kualitas hidup seoptimal mungkin.

 
 
DAFTAR PUSTAKA

-       
http://nursing-community.blogspot.com/2013/04/kelompok-6-askep-pada-la
nsia-dengan.html
-       
http://arekareks14b.blogspot.com/2013/04/askep-lansia-dengan-kondisi-krit
is.html
-       
http://healthandnewsdarulmuttaqin.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperaw
atan-lansia-dengan.html
ERI
MA
KA
H S I
170
5

Anda mungkin juga menyukai