Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT IRNA MEDIKAL DALAM

MENGINTERPRETASI HASIL EKG

Rosmalinda (1) Darwin Karim 2) Ari Pristiana Dewi (3)

Abstract

The aim of this study was to identity description in medical ward to interprete the result of
electrocardiogram. The metode of thus study was describtion that conducted in medical ward Arifin
Achmad Hospital Pekanbaru. The total of respondent was 69 in 6 ward (Nuri I, Nuri II, Murai I, Murai
II, Merak II, Melati). The method was quota sampling. The data was idected by questionnare. The
research used univariate analysis. Based on the results of research conducted, the data obtained a good
knowledge as 28 respondents (40, 6%), quite as 20 respondents (29%), approximately as 21 respondents
(30.4%). The results of this study recommend the hospital to hold a training electrocardiogram in the
room, so the nurse will be able to handle and identify patients with emergency conditions frequently
encountered in everyday practice.

Keywords: interpretation electrocardiogram, knowledge, ward


Reference: 45 (2001-2012)

PENDAHULUAN Penyakit terbanyak yang ada di seluruh


Penyakit jantung merupakan penyakit yang rumah sakit di Provinsi Riau pada tahun 2006
disebabkan oleh adanya gangguan pada fungsi adalah penyakit pada sistem pembuluh darah
anatomi dan fisiologi jantung dan pembuluh sebesar 21, 63 % (Depkes, 2006). Tahun 2009 di
darah yang menyebabkan kerusakan hantaran Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin
oksigen ke seluruh tubuh, sehingga bisa Achmad Pekanbaru didapatkan pasien dengan
menyebabkan kematian (Ignatavisius & penyakit jantung dan pembuluh darah adalah
Workman, 2010). Tahun 2008 penyakit jantung sebanyak 31.277 orang. Pada unit Instalasi
telah membunuh sekitar 17,3 juta orang di dunia Gawat darurat (IGD) pada tahun 2009
dan diperkirakan akan menjadi 23,3 juta jiwa didapatkan kasus penyakit jantung dan pembuluh
pada tahun 2030 (WHO, 2013). Penyakit jantung darah termasuk dalam 15 penyakit terbesar
merupakan penyebab kematian no. 01 di dengan kunjungan 699 orang.
Amerika dengan angka 37,3 % dari penyebab Pada ruangan Irna Medikal Nuri 1
kematian akibat penyakit lain (Black & Hawks, (ruangan khusus untuk penyakit jantung) jumlah
2008). pasien jantung pada tahun 2009 adalah sebanyak
Penyakit jantung dan pembuluh darah saat 448 orang, tahun 2010 adalah sebanyak 494
ini menduduki urutan pertama penyebab orang, tahun 2011 adalah sebanyak 688 orang
kematian di Indonesia. Sekitar 25 % dari seluruh (Rekam Medik RSUD Arifin Achmad, 2012).
kematian hampir disebabkan oleh gangguan Hal ini menunjukkan bahwa penyakit jantung
kelainan jantung dan pembuluh darah. Hasil semakin hari semakin bertambah begitu juga
Riskesdas tahun 2007 menunjukkan prevalensi dengan angka kematian akibat penyakit jantung
beberapa penyakit jantung dan pembuluh darah juga akan bertambah.
seperti hipertensi (berdasarkan pengukuran Penyakit jantung dapat ditandai dengan
tekanan darah) sangat tinggi, yaitu sebesar 31, beberapa tanda dan gejalanya, dimana tanda dan
7%, sedangkan penyakit jantung 7,2 % dan gejala yang paling umum adalah nyeri dada,
stroke 8,3 % per 1000 penduduk (Depkes, 2008). dipsnea, sianosis, sinkop, palpitasi, edema,
Stroke dan hipertensi merupakan sepertiga ketidaknyamanan epigastrik, tetapi tanda
penyebab kematian di Indonesia dengan jumlah tersebut tidak langsung bisa menandakan bahwa
15, 4%, hipertensi 6,8 %, penyakit jantung seseorang mengalami penyakit jantung. Oleh
iskemik 5,1 % dan penyakit jantung 4,6% karena itu dibutuhkan pemeriksaan diagnostik
(Depkes, 2008).
untuk memastikan bahwa seseorang terkena Achmad Provinsi Riau adalah rumah sakit
penyakit jantung (Black & Hawk, 2008). rujukan utama dari semua kabupaten di provinsi
Pemeriksaan diagnostik merupakan Riau dan rumah sakit pendidikan tipe B, dimana
pemeriksaan yang dilakukan untuk menambah semua penyakit akan di tangani, termasuk
data yang objektif setelah mendapatkan data penyakit dengan komplikasi jantung dan tempat
subjektif dari klien. Pemeriksaan penunjang pada mahasiswa menuntut ilmu jadi peneliti berharap
seseorang dengan penyakit jantung adalah kepada profesikeperwatan bisa menginterpretasi
Elektrokardiogram (EKG), sinar x, computerized EKG dengan benar supaya mereka bisa
tomography scanner (CT scan), arteriografi dan membimbing dan mengajar adek-adek
lain-lain (Ignatavisius & Workman, 2010). EKG profesikeperawatan yang praktek di RSUD
merupakan rekaman potensial listrik yang dalam menginterpretasi hasil EKG dan
timbul sebagai akibat aktifitas listrik jantung. memasang EKG secara benar sesuai SOP.
Hasil yang dapat di rekam adalah aktifitas Instalasi Rawat Inap (IRNA) Medikal
listrik yang timbul pada waktu otot-otot jantung merupakan ruangan yang menangani pasien non
berkontraksi, sehingga bisa mengintrepretasikan bedah dimana terdiri atas ruangan Melati kelas 1
adanya aritmia, infark dan iskemi. Rekaman Irna Medikal, Merak 2 penyakit syaraf dan kulit,
EKG biasanya dibuat pada kertas yang berjalan Murai 1 penyakit dalam pria, Murai 2 Penyakit
dengan kecepatan baku 25 mm/detik dan dalam wanita, Nuri 1 penyakit jantung dan Nuri
depleksi 10 mm sesuai dengan potensial 1 mV 2 penyakit paru. Semua penyakit pasien ruangan
(Black & Hawks, 2008). tersebut beresiko untuk komplikasi penyakit
Pasien dengan masalah aritmia, infark dan jantung. Adapun jumlah perawat ruangan IRNA
iskemi, memerlukan pemantauan EKG secara Medikal sebanyak 84 orang (Inst Irna Medikal,
terus menerus. Pasien perlu dipantau dengan 2012).
baik agar mereka bisa lepas dari resiko Pemeriksaan EKG merupakan salah satu
keterlambatan pertolongan. Dalam perawatan di pemeriksaan yang wajib dilakukan pada setiap
rumah sakit kritis, perawatan jantung, dan unit pasien yang memiliki komplikasi penyakit
telemetri, perawat adalah orang yang paling jantung. Untuk pemeriksaan EKG sendiri
terlibat dengan pemantauan EKG dengan dilakukan oleh perawat ruangan. Berdasarkan
kompetensi menempatkan elektroda, pemantauan hasil studi pendahuluan di ruang Nuri 1 RSUD
EKG, tujuan menentukan pemantauan, memilih Arifin Achmad didapatkan dari 5 perawat
memimpin dan parameter alarm, menonton ruangan yang diwawancara 3 diantaranya tidak
monitor, mengevaluasi dan merekam irama, mengetahui cara menginterpretasi hasil EKG
memberitahu dokter perubahan yang signifikan dengan menilai 5 area diantaranya menentukan
dan mengevaluasi efektivitas pengobatan. bentuk gelombang EKG (Gelombang P,QRS,T),
Perawat perlu memiliki pengetahuan yang cukup segmen ST, aksis, frekuensi (Heart Rate), irama.
untuk melaksanakan semua tanggung jawab Berdasarkan hasil pengamatan dari 12
dalam merawat klien (Wu, 2012). orang perawat ruangan Nuri 1 di temukan hanya
Menurut Depkes (2008), perawat perlu 4 orang yang mampu menginterpretasi hasil
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang EKG secara benar dan dari 12 orang perawat
memadai dalam menggunakan EKG untuk hanya 2 orang yang pernah mendapatkan
memberikan pelayanan keperawatan yang pelatihan EKG.
profesional pada pasien dengan penyakit jantung
dan pembuluh darah. Penelitian Wu tahun 2012 TUJUAN
dengan judul Retention Of Knowledge By Nurses Mendapatkan gambaran pengetahuan
After An Online Ecg Monitoring Course perawat Instalasi Rawat Inap Medikal (IRNA
menyebutkan bahwa pengetahuan perawat untuk MEDIKAL) tentang menginterpretasi hasil EKG
menginterpretasikan EKG dapat meningkatkan di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
kualitas pelayanan, baik itu dalam bentuk
asuahan keperawatan pada klien maupun kriteria METODE
hasil yang diinginkan. Desain; penelitian adalah deskripsi yaitu
Penggunaan EKG juga dilakukan di RSUD untuk membuat deskipsi, gambaran atau lukisan
Arifin Achmad Provinsi Riau. RSUD Arifin secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar Tabel 2
fenomena yang diselidiki. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan
Sampel: Metode pengambilan sampel perawat tentang interpretasi hasil EKG (n=69)
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
quota sampling sampling dengan jumlah sampel No Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase
sebanyak 69 orang. (Orang) (%)
Instrument: Alat pengumpul data yang 1 Baik 28 40,6
digunakan lembar kuesioner. 2 Cukup 20 29
Analisa Data: Analisa data yang di 3 Kurang 21 30,4
gunakan dalam penelitian ini adalah analisa Total 69 100
univariat untuk mendeskripsikan masing masing
variable, untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan perawat tentang menginterpretasi PEMBAHASAN
EKG. Analisa univariat ini juga untuk melihat
distribusi frekuensi proporsi variabel yang 1. Karakteristik Responden
diteliti.
Jenis Kelamin
HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
Berdasarkan penelitian yang telah data bahwa mayoritas perawat adalah
dilakukan terhadap 69 perawat di Instalasi Rawat perempuan yaitu sebanyak 61 perawat (88,4%),
Inap Medikal (IRNA MEDIKAL) RSUD Arifin dan perawat yang berjenis laki-laki sebanyak 8
Achmad Provinsi Riau tentang gambaran perawat (11,6%). Melalui pembelajaran
pengetahuan perawat tentang interpretasi hasil manajemen keperawatan rumah sakit, diketahui
EKG, diperoleh hasil sebagai berikut: bahwa tidak ada batas yang pasti dan ideal untuk
Tabel 1 perbandingan antara perawat laki-laki dan
Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik perempuan di pelayanan keperawatan.
perawat (n=69) Manajemen keperawatan rumah sakit
hanya menganjurkan sebaniknya dalam satu shift
No Karakteristik Perawat Frekuensi Persentase jadwal dinas terdapat perawat laki-laki dan
(Orang) (%) perempuan, sehingga apabila melakukan
1 Jenis Kelamin tindakan yang bersifat privacy misalnya personal
a. Laki-laki 8 11,6
b. Perempuan 61 88,4 hygiene, eliminasi, perekaman EKG,
Jumlah 69 100 pemasangan asesoris bed side monitor, tindakan
2 Usia tersebut bisa dilakukan oleh perawat yang sama
a. Dewasa Awal 64 92,8 jenis kelaminnya dengan pasien (Kusumapraja,
(21-44 Tahun) 2002).
b. Dewasa 5 7,2
Menengah (45-
Hasil penelitian ini sesuai dengan
59 Tahun) penelitian yang telah dilakukan oleh Susilawati
Jumlah 69 100 (2011) tentang pengaruh pemberian penyegaran
3 Pendidikan pelatihan EKG terhadap pengetahuan perawat
a. D3 54 78,3 tentang interpretasi EKG di IGD, yang
b. S1 15 21,7 menyatakan bahwa jumlah perawat laki-laki
Jumlah 69 100
4 Lama Kerja
(44,3%) lebih sedkit dibandingkan dengan
a. < 5 tahun 29 42 perempuan (56,7%). Hal tersebut diasumsikan
b. > 5 tahun 40 58 bahwa profesi perawat cenderung lebih diminati
Jumlah 69 100 oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
5 Pelatihan Jumlah perawat perempuan RSUD Arifin
a. Tidak 63 91,3 Achmad Pekanbaru lebih banyak dari jumlah
b. Ya 6 8,7
Jumlah 69 100 perawat laki-laki, hal ini dikarenakan kurangnya
jumlah perawat laki-laki yang mendaftar di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Padahal
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru telah
memprioritaskan penerimaan perawat laki-laki keperawatan yang maksimal kepada setiap
dibandingkan dengan perempuan untuk mengisi pasiennya.
ketenagaan yang cukup besar di tiap ruangan.
Pendidikan
Usia Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa mayoritas pendidikan yaitu D3
data bahwa mayoritas perawat termasuk sebanyak 54 perawat (78,3%) dan sarjana
kedalam usia dewasa awal yaitu sebanyak 64 sebanyak 15 perawat (21,7%). Terdapat empat
perawat (92,8%). Menurut Notoadmojo (2005), jenjang pendidikan keperawatan yaitu
usia adalah umur individu yang terhitung mulai pendidikan D3 keperawatan yang menghasilkan
dari dilahirkan sampai saat berulang tahun. perawat vokasional, pendidikan ners dimana
Secara fisiologis pertumbuhan dan menghasilkan sarjana keperawatan dan perawat
perkembangan perawat digambarkan dalam profesional (Ners “First, Profesional Degree”),
pertambahan umur. pendidikan ners spesialis yang menghasilkan
Kemampuan berfikir kritis seseorang pun perawat ilmuwan (Magister) dan perawat
akan terus meningkat secara teratur selama usia profesional (Ners Spesialis, “Second Profesional
dewasa. Pada usia dewasa awal seseorang akan Degree”), dan pendidikan S3 Keperawatan yang
memusatkan harapannya pada pekerjaan dan menghasilkan perawat ilmuwan (Nursalam,
sosialiasi pada lingkungan sekitarnya Pada masa 2011).
ini, seseorang akan menjadi terpacu dan ikut Hubungan antara pendidikan dengan
serta dalam persaingan dengan orang lain atau kinerja perawat pernah diteliti oleh Faizan
rekan kerjanya untuk menunjukkan (2008), dimana didapatkan nilai p value = 0,002
produktifitasnya dalam bekerja. Seseorang akan (p < 0,05). Melalui pendidikan, diharapkan
menggunakan kemampuan motorik yang masih adanya peningkatan pengetahuan yang dapat
baik dalam belajar menguasai keterampilan baru menimbulkan peningkatan kinerja perawat dalam
dan menggunakan kemampuan mental seperti melakukan asuhan keperawatan.
mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, Mayoritas pendidikan perawat di RSUD
penalaran analogis, dan berfikir kreatif serta Arifin Achmad Pekanbaru adalah tamatan D3
didukung dengan kemampuan fisik/ tenaga yang Keperawatan, hal ini dikarenakan mayoritas
masiih efisien agar mampu bersaing dengan perawat yang melamar pekerjaan di RSUD
lingkungannya (Potter & Perry, 2009). Arifin Achmad Pekanbaru di dominasi oleh
Kemampuan berfikir kritis dalam pendidikan D3 Keperawatan baik D3
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Keperawatan negeri maupun dari D3
penggunaan dan interpretasi EKG, pernah diteliti Keperawatan Swasta, hanya sebagian kecil saja
oleh Wu (2012) dengan judul Retention Of S1 keperawatan yang melamar ke rumah sakit
Knowledge By Nurses After An Online ECG ini.
Monitoring Course, yang menyatakan bahwa Berdasarkan wawancara, peneliti
usia akan mempengaruhi kemampuan berfiikir mendapatkan data bahwa sebagian besar
kritis seorang perawat dalam meningkatkan responden menyatakan hanya mempelajari
pengetahuan terhadap penggunaan dan sebagian kecil materi EKG sewaktu pendidikan
interpretasi hasil EKG dengan tujuan D3 Keperawatan. Responden lebih banyak
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. mengenal penggunaan dan interpretasi hasil
Hasil penelitian ini juga menunjukkan EKG berdasarkan pengalaman bekerja mereka
bahwa pada usia dewasa awal, seorang perawat selama ini.
akan menjadi terpacu dan ikut serta dalam
persaingan rekan kerjanya untuk menunjukkan Lama Kerja
produktifitasnya dalam bekerja. Perawat dalam Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
penelitian ini meiliki kemampuan berfikir kritis data bahwa sebagian besar dengan pengalaman
dan mampu untuk bersaing baik secara mental, bekerja selama > 5 tahun yakni sebanyak 40
kemampuan motorik, penalaran analogis dan perawat (58%). Semakin lama perawat bekerja
sebagainya, agar dapat memberikan suatu asuhan maka akan semakin baik kualitas/ kinerjanya
dalam asuhan keperawatan. Pengalaman bekerja
akan meningkatkan keahlian dan keterampilan 6 orang perawat (8,7%) sedangkan 63 orang
seseorang dalam bekerja, dengan waktu selama perawat (91,3%) lainnya belum pernah
itu pengetahuan perawat dan keterampilannya mengikuti kegiatan pelatihan EKG. Menurut
terus diasah dengan bervariasinya kasus yang Notoadmojo (2010), pelatihan memiliki tujuan
ditangani (Sastrohadiwiryo, 2002). penting untuk meningkatkan pengetahuan dan
Lama kerja perawat akan mempengaruhi keterampilan sebagai kriteria keberhasilan
kinerja seorang perawat itu sendiri. Pengalaman program secara keseluruhan. Pelatihan
akan memberikan wawasan dan keterampilan merupakan suatu upaya yang baik bagi petugas
baru bagi perawat dalam memecahkan suatu kesehatan dalam meningkatkan wawasan melalui
kasus yang baru. Hubungan antara lama kerja pengalaman belajar.
dengan kinerja perawat ini pernah diteliti oleh Tujuan pelatihan EKG adalah agar para
Faizan (2008), dimana didapatkan nilai p value = peserta kursus dapat menginterpretasikan EKG
0,000 (p < 0,05). Melalui pengalaman bekerja, dengan baik, terutama dalam menangani dan
diharapkan adanya peningkatan pengetahuan dan mengenali kondisi pasien dengan
perilaku yang dapat menimbulkan peningkatan kegawatdaruratan yang sering ditemui dalam
kinerja perawat dalam melakukan asuhan praktek sehari-hari sehingga dapat memutuskan
keperawatan. tatalaksana yang tepat pada pasiennya (Firdaus,
Sebagian besar pengalaman bekerja 2009).
perawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Pentingnya pelatihan EKG bagi tenaga
lebih dari lima tahun. Pengalaman bekerja ini kesehatan ini pernah di teliti oleh Wulandari
jelas mempengaruhi keahlian dan keterampilan (2009), yang menyampaikan bahwa
perawat dalam menginterpreasikan hasil EKG. dibutuhkannya suatu pelatihan Basic Life
Hal ini dibuktikan pada hasil kuesioner Support (BLS) dan elektrokardiogram (EKG)
interpretasi EKG yang telah disebarkan oleh (66,7%) bagi perawat di klinik umum dan bedah
peneliti, dimana responden yang berpengalaman sedangkan pelatihan EKG, BLS dan patient
kerja di ruang jantung (Ruang Nuri 1), memiliki safety (83,3%) bagi perawat di klinik spesialis.
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan Kurangnya pemberian pelatihan EKG
dalam menginterpretasikan hasil EKG karena kepada perawat IRNA MEDIKAL RSUD Arifin
seringnya terpapar akan informasi EKG tersebut. Achmad Pekanbaru ini erat kaitannya dengan
Hampir 100% hasil kuesioner menunjukkan keterbatasan dana dari rumah sakit tersebut.
pengetahuan yang baik telah dimiliki oleh Pelatihan perawat seperti pelatihan Basic Life
perawat di ruang jantung tersebut. Support (BLS) dan elektrokardiogram (EKG)
Persentase keberhasilan interpretasi hasil hanya bisa diikuti oleh perawat dengan dana
EKG ruangan Nuri I tidak sama halnya dengan sendiri. Hal inilaih yang cenderung
hasil persentase kuesioner ruangan lainnya. Hal menyebabkan perawat enggan untuk mengikuti
ini dikarenakan ruangan IRNA MEDIKAL pelatihan yang ada, sehingga pengetahuan
lainnya (NURI II, MURAI I, MURAI II, perawat terhadap elektrokardiorgam masih
MERAK II dan MELATI) kurang terpapar akan sangat terbatas.
informasi EKG tersebut. Kebanyakan perawat
yang mampu untuk menginterpretasikan hasil Pengetahuan
EKG diruangan selain NURI I adalah perawat
yang sudah berpengalaman bekerja > 5 tahun, Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
sempat ikut pelatihan EKG, atau sempat mutasi dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
dari ruang Nuri I. Hal ini menunjukkan bahwa penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
erat kaitannya paparan informasi dengan tingkat Penginderaan terjadi melalui panca indera
pengetahuan perawat dalam menginterpretasikan manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
hasil EKG penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.
Pelatihan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan yang sangat penting dalam membentuk tindakan
data bahwa hanya sebagian kecil perawat yang seseorang (over behavior) (Fitriani, 2011).
pernah mengikuti pelatihan EKG yakni sebanyak
Mayoritas tingkat pengetahuan perawat hubungan yang bermakna antara tingkat
dalam penelitian ini adalah baik yaitu 28 perawat pengetahuan perawat terhadap keterampilan
(40,6%), cukup yaitu sebanyak 20 perawat perawat itu sendiri dengan nilai p value = 0,004
(29%), kurang yaitu sebanyak 21 perawat (p<0,05).
(30,4%). Pengetahuan perawat RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru di ruang IRNA MEDIKAL KESIMPULAN
ini dapat dikatakan baik, namun ternyata masih
cukup banyak perawat yang tidak mampu untuk Setelah dilakukan penelitian terhadap 64
melakukan interpretasi EKG. responden tentang gambaran pengetahuan
Hal ini tentunya menimbulkan perawat tentang interpretasi hasil EKG di
kekhawatiran tersendiri atas kemampuan perawat Instalasi Rawat Inap Medikal (IRNA
dalam menganalisa hasil EKG, dimana MEDIKAL) RSUD Arifin Achmad Provinsi
dikhawatirkan perawat akan kurang mampu Riau maka didapatkan data bahwa mayoritas
mengenali kondisi pasien yang mengalami responden berjenis kelamin perempuan yaitu
kegawatdaruratan. Kegawatdaruratan ini tidak sebanyak 61 responden (88,4%), mayoritas
menutup kemungkinan terjadi di ruang gawat responden termasuk kedalam usia dewasa awal
darurat saja, namun juga dapat terjadi di ruang yaitu sebanyak 64 responden (92,8%), dengan
IRNA MEDIKAL. Pengetahuan perawat yang mayoritas pendidikan yaitu akademi
baik terhadap interpretasi hasil EKG akan keperawatan sebanyak 54 responden (78,3%),
memudahkan pemantauan dan penatalaksanaan sebagian besar dengan pengalaman bekerja
pasien selama di ruangan IRNA MEDIKAL, selama > 5 tahun yakni sebanyak 40 responden
sehingga jumlah pasien yang sampai pada fase (58%) dan sebagian kecil responden yang pernah
drop dan yang harus di tangani diruang Intensive mengikuti pelatihan ada sebanyak 6 responden
Care Unit (ICU) dapat segera di tanggulangi. (8,7%). Berdasarkan hasil penelitian yang
Tingkat pengetahuan yang masih kurang dilakukan, didapatkan data pengetahuan
kemungkinan besar timbul akibat dari kurangnya responden yang baik yaitu 28 responden
pelatihan EKG di ruang lingkup keperawatan (40,6%), cukup yaitu sebanyak 20 responden
ruang Rawat Inap Medikal (IRNA MEDIKAL) (29%), kurang yaitu sebanyak 21 responden
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Hal ini (30,4%).
dibuktikan bahwa hanya sebagian kecil saja
perawat yang pernah mengikuti pelatihan EKG SARAN
yakni sebanyak 6 perawat (9,4%). Kebanyakan
perawat mampu membaca EKG bukan Bagi rumah sakit hasil penelitian ini
berdasarkan pada pelatihan dan pendidikan dapat digunakan sebagai masukan dan
melainkan lebih banyak pada pengalaman pertimbangan agar dilakukannya pelatihan EKG
mereka sendiri selama bekerja di RSUD Arifin di setiap ruangan sehingga perawat akan mampu
Achmad Pekanbaru. untuk menangani dan mengenali kondisi pasien
Pengaruh pemberian penyegaran dengan kegawatdaruratan yang sering ditemui
pelatihan EKG terhadap pengetahuan perawat dalam praktek sehari-hari.
tentang interpretasi EKG pernah diteliti oleh
Susilawati (2011). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata ¹Rosmalinda, Mahasiswa Program studi Ilmu
skor pengetahuan perawat sebelum dan sesudah Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
diberikan penyegaran pelatihan EKG dengan ²Darwin Karim, Dosen Bidang Keilmuan
nilai p value= 0,000 (p<0,005). Keperawatan Medikal Bedah
Kurangnya pengetahuan perawat juga Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
akan mempengaruhi keterampilan perawat dalam Riau, Indonesia
melakukan pelayanan asuhan keperawatan di ³Ari Pristiana Dewi, Dosen Bidang Keilmuan
rumah sakit. Hal ini pernah diteliti oleh Keperawatan Komunitas
Harminati (2009) tentang hubungan pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
dan pengetahuan terahadap keterampilan perawat Riau, Indonesia
rawat inap rumah sakit, dimana ditemukan suatu
Kurniati, N. (2007). Analisis tingkat resiko
DAFTAR PUSTAKA penyakit jantung koroner pada karyawan PT
ITP Citeurep Bogor tahun 2007. Diperoleh
Alim, M.A. (2007). Pocket ECG how to learn tanggal 16 Mei 2013 dari
ECG from zero. Yogyakarta: Gadja Mada http://www.digilib.ac.id/opac/themes/libri2/
Universitiy Press. detail.Jsp?id=82931.
Black & Hawk. (2008).Medical surgical Kusumapraja R. (2002). Perencanaan kebutuhan
nursing: Clinical management for positive tenaga perawat di RS. Makalah Manajemen
outcomes. Philadelphia: Evoilve. Keperawatan. Jakarta: RSU Persahabatan.
Depkes. (2005). Seri PPGD Materi teknis medis Mangkunegara,P. (2007). Manajemen sumber
standar. Jakarta: Bakti Husada. daya manusia perusahan. Bandung: Remaja
Depkes. (2006). Profil kesehatan provinsi Riau Rosdaya Offset.
tahun 2005. Pekanbaru. Mubarak, Chayatin, Rozikin, & Supradi. (2007).
Depertemen Kesehatan RI. (2008). Riset Promosi kesehatan: Sebuah pengantar
kesehatan dasar 2007. Jakarta: Badan promosi belajar mengajar dalam pendidikan.
penelitian dan pengembangan kesehatan. Jakarta: Graha Ilmu.
Dewi, M.N. (2010). Modus pratikum konsep Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian
dasar EKG. Pekanbaru: PSIK Riau kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
University. Notoatmodjo, S.(2007). Promosi kesehatan dan
Faizan. (2008). Hubungan tingkat pendidikan ilmu prilaku. Jakarta: Rineka Cipta
dan lama kerja perawat dengan kinerja Notoatmodjo, S.(b2010). Metodologi penelitian
perawat RSU Pandan Arang Kabupaten kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.
Boyolali. Diperoleh pada tanggal 07 Januari Notoatmodjo,S.(a2010). Metodologi penelitian
2014 dari kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.
http://eprint.ums.ac.id/11041/39pdf. Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan
Firdaus. (2009). Elektrokardiografi praktis metodelogi penelitian ilmu keperawatan
tentang kegawatan jantung, edisi 1. Jakarta: pedoman skripsi, tesis dan instrument
PERKI Jaya. penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba
Fitriani, S. (2011). Promosi kesehatan. Medika
Yogyakarta: Graha Ilmu Nursalam. (2011). Manajemen keperawatan:
Hamton. (2006). Dasar-dasar EKG. Jakarta: Aplikasi dalam praktik keperawatan
EGC. profesional, edisi 3. Jakarta: Salemba
Harrison,et al. (2002). Prinsip-prinsip ilmu Medika
penyakit dalam. Jakarta:EGC. Parker, S. (2013). Ilmu kedokteran. Jakarta;
Hidayat, A.A. (2008). Riset keperawatan dan Balai Pustaka.
teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Potter, P. A. & Perry, A. G. (2009). Buku ajar
Medika. fundamental keperawatan, konsep, proses
Hidayat,A.A. (2007). Metode penelitian dan praktik. Jakarta: EGC.
keperawatan dan teknik analisa data. Price, A. (2005). Patologi konsep klinis proses-
Jakarta: Salemba Medika. proses penyakit. Jakarta: EGC.
IGD.(2010). Rekapitulasi tindakan instalasi Price. (2005). Patofisiologi. Jakarta:EGC
gawat darurat. Pekanbaru: RSUD Arifin Rahayo,et al. (2003). Advance cardiac life
Ahmad. support. Jakarta: Koka Pusdiklat.
Ignativius & Workman.(2010). Medical surgical Rivai, V. (2004). Manajemen sumber daya
nursing; Patient centered collaborative manusia untuk perusahaaan. Jakarta:
care.Philadephia: Saunders. Kencana.
Irna Medikal (2012). Rekapitulasi penyakit Roebiona, Santoso, Baraas & Rilantono. (2003).
jantung di RSUD Arifin Ahmad. Pekanbaru. Buku ajar kardiologi. Jakarta: Gaya Baru.
Joewono, S.B. (2003). Ilmu penyakit jantung. RSUD. (2010). Rekam medis pengolahan
Surabaya: Airlangga Univercity Press data.Pekanbaru: RSUD.
Jota. (2002). Diagnosis penyakit jantung. Saljan, M. (2005). Pengaruh pelatihan supervise
Jakarta: Widia Medika. terhadap peningkatan kinerja perawat
pelaksana dirunang rawat inap rumah Susilawati, S. (2011). Pengaruh pemberian
sakit. Jakarta: Pondok Kopi. Diperoleh penyegaran pelatihan EKG terhadap
tanggal 20 Mei 2013 dari pengetahuan perawat tentang interpretasi
http:/www.digilib.ui.id/opac/libri2/detail.js EKG di IGD RSUD Arifin Achmad
p?=97514. Pekanbaru. Skripsi Unri. Tidak
Santoso, et al. (2008). Bantuan hidup jantung dipublikasikan
lanjut. Jakarta: PERKI Thaler, S.M.(2009). Satu-satunya buku EKG
Santoso,et al. (2008). Bantuan hidup jantung yang anda perlukaan. Jakarta: EGC.
lanjut. Jakarta: PERKI. Wu,H. (2012). Retention of knowledge by nurses
Sastrohadiwiryo, S. (2002). Manajemen Tenaga after an online ECG monitoring course.
Kerja Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara Yale University. Diperoleh tanggal 3 Mei
Setiadi. (2007). Konsep penulisan riset 2013 dari http:www.E-
keperawatan. Yogyakarta. Graha Ilmu. Journal.ac.id/opac/1037084852
Sundana, K. (2008). Interprestasi EKG pedoman Wulandari. (2009). Analisis kebutuhan pelatihan
untuk perawat. Jakarta: ECG. perawat. Diperoleh pada tanggal 13
Januari 2014 dari http://fkm@unair.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai