Disusun oleh :
AGUNG ADI ARYONO
A21100397
Laporan Kasus
Asuhan Keperawatan Pada Tn S Dengan Retensi Urin Pada Bph Di Igd Rsud Saras Husada
Purworejo
Mengetahui :
Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik
A. LATAR BELAKANG
Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan pada
pria yang menapak usia lanjut1. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya
merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel
epitel kelenjar prostat. Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria
di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80
tahun.
Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (lower urinary
tract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi
(storage symptoms) yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia,
pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas
sehabis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urine. Hubungan antara BPH dengan
LUTS sangat kompleks. Tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan
sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH.
Terapi yang akan diberikan pada pasien tergantung pada tingkat keluhan pasien,
komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan pilihan pasien. Di berbagai daerah di
Indonesia kemampuan melakukan diagnosis dan modalitas terapi pasien BPH tidak sama
karena perbedaan fasilitas dan sumber daya manusia di tiap-tiap daerah. Walaupun
demikian dokter di daerah terpencilpun diharapkan dapat menangani pasien BPH dengan
sebaik-baiknya. Penyusunan guidelines di berbagai negara maju ternyata berguna bagi
para dokter maupun spesialis urologi dalam menangani kasus BPH dengan benar.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan GADAR dengan retensi urine di IGD RSUD
Saras Husada Purworejo.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien pada pasien BPH dengan masalah
utama retensi urine di IGD RSUD Saras Husada P urworejo
b. Mampu menganalisis dan merumuskan masalah keperawatan berdasarkan
kegawatdaruratan pada pasien dengan masalah keperawatan retensi urine di
IGD RSUD Saras Husada Purworejo
c. Mengetahui efektifitas tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien
dengan masalah keperawatan retensi urine di IGD RSUD Saras Husada
Purworejo
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Retensio urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria.
(Kapita Selekta Kedokteran). Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam akndung
kemih, dapat terjadi secara akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes 1995).
B. ETIOLOGI
Adapun penyebab dari penyakit retensio urine adalah sebagai berikut:
1. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis S2 S4
setinggi T12 L1. Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian
ataupun seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis,
kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel, tabes doraslis, atau spasmus
sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang heb at.
2. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada
pasien DM atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.
3. Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur, batu
kecil, tumor pada leher vesika, atau fimosis.
4. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan patologi
urethra (infeksi, tumor, kalkulus), trauma, disfungsi neurogenik kandung
kemih.
Sedangkan pada BPH penyebab secara pasti belum diketahui, namun terdapat faktor
resiko umur dan hormon androgen (Anonim,FK UI,1995).
C. BATASAN KARAKTERISTIK
Adapun tanda dan gejala atau menifestasi klinis pada penyakit ini adalah sebagai berikut:
a. Diawali dengan urine mengalir lambat.
b. Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan
kandung kemih tidak efisien.
c. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih.
d. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
e. Pada retensi berat bisa mencapai 2000 -3000 cc.
f. Sensasi kandung kemih penuh
g. Tidak ada haluran urine
BAB V
KESIMPULAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 45 menit di IGD pada pasien S dapat
disimpulkan :
1. Pasien dengan masalah keperawatan retensi urin merupakan kejadian yang gawat
yang perlu segera ditangani.
2. Tindakan keperawatan memilih tindakan pemasangan lebih kateter dari pada
dilakukan pungsi pada vesika.
3. Rencana keperawatan selanjutnya mengajurkan melakukan perawatan kateter karena
berkaitan dengan resiko terjadinya ISK
4. Efektifitas penggunaan Jelly K-Y dengan Instillagel tindakan keperawatan memasang
kateter terbukti tidak ada perbedaan bermakna antara kecepatan pemasangan
kateterisasi urin yang dioleskan jelly k-y pada ujung kateter dan yang disemprotkan
instillagel langsung ke meatus uretra dan tidak ada perbedaan bermakna antara
keluhan nyeri pada pemasangan kateterisasi urin yang dioleskan jelly k-y pada ujung
kateter dan yang disemprotkan instillagel langsung ke m eatus uretra.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A and Willson, Lorraine M, 1996, P atofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
penyakit, Edisi empat, EGC, Jakarta
Sjamsuhidayat, R., Dejong, W., (1997 ) Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications,
Philadelphia, USA