Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

L
DENGAN GANGGUAN SISTEM GASTRONTESTINAL
POST LAPARATOMI EKSPLORASI EC PERITONITIS DIFUSE EC PERFORASI
HOLLOW VISCUS PERFORASI GASTER
DI RUANG HIGH CARE UNIT RSUD Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Disusun Oleh
Adi Setiawan 4006180018 Anggota Tim
Anisa Sholihat 4006180022 Anggota Tim
Astrid Caroline Pitna 4006180061 Anggota Tim
Dewi Wisuda Wardani 4006180019 Anggota Tim
Dian Rismayani Putri 4006180052 Anggota Tim
Martono Prasetya 4006180041 Anggota Tim
Rina Dayanti 4006180012 Anggota Tim
Serly Dwi Irmayanti 4006180055 Anggota Tim
Syamsul Arifin 4006180051 Anggota Tim
Wulandari Alfiani 4006180042 Anggota Tim
Yaniar Dewi Nurastuti 4006180028 Anggota Tim

Pembimbing Klinik

( )

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perforasi gaster adalah suatu penetrasi yang kompleks dari dinding lambung, usus
besar, usus halus akibat dari bocornya isi dari usus ke dalam rongga perut. Perforasi dari
lambung berkembang menjadi suatu peritonitis kimia yang disebabkan karena kebocoran
asam lambung dalam rongga perut (Warsinggih, 2016). Perforasi adalah ancaman
abdominal dan indikasi bahwa pembedahan diperlukan (Brunner & Suddarth, 2001).
Perforasi dalam bentuk apapun yang terjadi dan mengenai saluran pencernaan merupakan
salah satu kasus kegawatdaruratan terutama dalam kegawatan bedah. Penatalaksanaan
bedah yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah laparatomi eksplorasi.
(Warsinggih, 2018).
Kasus tindakan laparatomi mengalami peningkatan di beberapa negara di dunia. Salah
satunya di daerah Afrika, pada tahun 2015 terdapat 1276 kasus laparatomi dengan 449
kasus (35%) di bagian obsetri dan 876 kasus (65%) pada bagian bedah umum (Ngowe,
N.M., et.al, 2014; Baison, G.N, 2017). Di Indonesia, jumlah tidakan operasi terhitung pada
tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa dan diperkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan
bedah laparatomi (Kemenkes RI, 2013). Penelitian Thorsen et.al (2013) menyebutkan
bahwa masih terdapat resiko tinggi terhadap motilitas dan morbilitas pada pasien yang
mendapatkan terapi pembedahan, mortalitas akibat perforasi gaster diatas 27% dan
komplikasi dilaporkan terjadi pada 20-50% pasien. Dari 19 kasus yang dilakukan operasi,
12 (63%) kasus sembuh dengan lama perawatan post op diruangan antara 7-10 hari
rawatan dan sebanyak 7 kasus (37%) kasus meninggal paska operasi karena sepsis
(Wahyudi, 2009).
Di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung , kasus perforasi gaster tahun 2005
26 orang, tahun 2006 sejumlah 38 orang dan tahun 2007 meningkat menjadi 57 orang. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang juga dilakukan di Rumah Sakit Immanuel Bandung
dimana kasusnya pada tahun 2006 tidak lebih dari 10 orang, tetapi dalam 6 bulan terakhir
mencapai 46 orang. Mayoritas kasus adalah pria (77%) dan terbanyak pada usia 50 – 70
%, termuda usia 22 tahun dan tertua usia 80 tahun. Hal yang menarik dari penelitian diatas
adalah seluruh penderita perforasi gaster adalah pengkonsumsi jamu-jamuan atau obat-
obatan yang dibeli sendiri tanpa resep dokter karena keluhan rematik, nyeri kepala, obat
kuat, dan lain-lain. (Wahyudi, 2009)
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Perforasi Gaster ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang penyakit Perforasi Gaster
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian penyakit Perforasi Gaster
b. Mengetahui etiologi penyakit Perforasi Gaster
c. Mengetahui klasifikasi penyakit Perforasi Gaster
d. Mengetahui manifestasi klinik penyakit Perforasi Gaster
e. Mengetahui patofisiologi penyakit Perforasi Gaster
f. Mengetahui penatalaksanaan dan terapi penyakit Perforasi Gaster
g. Mengetahui komplikasi penyakit Perforasi Gaster
h. Dapat melakukan asuhan keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada
penyakit Perforasi Gaster

D. Ruang Lingkup
Penulisan makalah ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan
pada pasien dengan Perforasi Gaster di ruang HCU RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian penyakit Perforasi Gaster


Perforasi gastrointestinal adalah penyebab umum dari akut abdomen. Penyebab
perforasi gastrointestinal adalah : ulkus peptik inflamasi divertikulum kolon sigmoid,
kerusakan akibat trauma, perubahan pada kasus penyakit Crohn, kolitis ulserasi, dan
tumor ganas di sistem gastrointestinal. Perforasi paling sering adalah akibat ulkus
peptik lambung dan duodenum. Perforasi dapat terjadi di rongga abdomen
(perforatio libera) atau adesi kantung buatan (perforatio tecta) Pada anak-anak cedera yang
mengenai usus halus akibat dari

Trauma tumpul perut sangat jarang dengan insidensinya 1-7 %. Sejak 3 tahun yang lalu
perforasi pada ulkus peptikum merupakn penyebab yang tersering. Perforasi ulkus
duodenum insidensinya 2-3 kali lebih banyak daripada perforasi ulkus gaster. Hampir
1/3 dari perforasi lambung disebabkan oleh keganasan pada lambung. Sekitar 10-
15 % penderita dengan divertikulitis akut dapat berkembang menjadi perforasi
bebas. Pada pasien yang lebih tua appendicitis acuta mempunyai angka kematian
sebanyak 35 % dan angka kesakitan 50 %. Faktor-faktor utam yang berperan terhadap angka
kesakitan dan kematian pada pasien-pasien tersebut adalah kondisi medis yang berat yang
menyertai appedndicitis tersebut Perforasi pada saluran cerna sering disebabkan oleh
penyakitpenyakit seperti ulkus gaster, appendicitis, keganasan pada saluran cerna,
divertikulitis, sindroma arteri mesenterika superior, trauma.

B. Etiologi penyakit Perforasi Gaster


1. Cedera tembus yang mengenai dada bagian bawah atau perut (contoh:trauma tertusuk
pisau).
2. Trauma tumpul perut yang mengenai lambung. Lebih sering ditemukan pada
anak-anak dibandingkan orang dewasa.
3. Obat aspirin, NSAID, steroid. Sering ditemukan pada orang dewasa
4. Kondisi yang mempredisposisi : ulkus peptikum, appendicitis akuta,divertikulosis akut,
dan divertikulum Meckel yang terinflamasi.
5. Appendicitis akut: kondisi ini masih menjadi salah satu penyebabumum
perforasi usus pada pasien yang lebih tua dan berhubungandengan hasil akhir
yang buruk.
6. .Luka usus yang berhubungan dengan endoscopic : luka dapat terjadi oleh ERCP dan
colonoscopy.
7. Pungsi usus sebagai suatu komplikasi laparoscopic: faktor yangmungkin
mempredisposisikan pasien ini adalah obesitas, kehamilan,inflamasi usus akut dan
kronik dan obstruksi usus.
8. Infeksi bakteri: infeksi bakteri ( demam typoid) mempunyaikomplikasi menjadi
perforasi usus pada sekitar 5 % pasien.Komplikasi perforasi pada pasien ini sering
tidak terduga terjadi padasaat kondisi pasien mulai membaik.
9. Penyakit inflamasi usus : perforasi usus dapat muncul pada paiendengan
colitis ulceratif akut, dan perforasi ileum terminal dapatmuncul pada pasien
dengan Crohn’s disease.
10. Perforasi sekunder dari iskemik usus (colitis iskemik) dapat timbul.
11. Perforasi usus dapat terjadi karena keganasan didalam perut ataulimphoma
12. Radiotherapi dari keganasan cervik dan keganasan intra abdominallainnya dapat
berhubungan dengan komplikasi lanjut, termasukobstruksi usus dan perforasi usus.
13. Benda asing (tusuk gigi) dapat menyebabkan perforasi oesophagus,gaster, atau usus
kecil dengan infeksi intra abdomen, peritonitis, dansepsis

C. Manifestasi klinik penyakit Perforasi Gaster


Perforasi gaster akan menyebabkan peritonitis akut. Penderita yang mengalami
perforasi akan tampak kesakitan hebat, seperti ditikamdi perut. Nyeri ini timbul
mendadak, terutama dirasakan di daerah epigastrium karena rangsang peritoneum
oleh asam lambung, empedudan/atau enzim pankreas. Cairan lambung akan
mengalir ke kelok parakolika kanan, menimbulkan nyeri perut kanan bawah,
kemudian menyebar ke seluruh perut menimbulkan nyeri seluruh perut. Pada awal
perforasi, belum ada infeksi bakteria, fase ini disebut fase peritonitis kimia.
Adanya nyeri di bahu menunjukkan adanya rangsangan peritoneum di permukaan
bawah diafragma. Reaksi peritoneum berupa pengenceran zat asam yang merangsang itu
akan mengurangi keluhan untuk sementara sampai kemudian terjadi peritonitis bakteria.
Rangsangan peritoneum menimbulkan nyeri tekan dan defans muskuler. Pekak
hati bisa hilang karena adanya udara bebas di bawah diafragma. Peristaltis usus menurun
sampai menghilang akibat kelumpuhan sementara usus. Bila telah terjadi peritonitis
bakteria, suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardia, hipotensi, dan penderita
tampak letargik karena syok toksik.
Rangsangan peritoneum menimbulkan nyeri pada setiap gerakan yang menyebabkan
pergeseran peritoneum dengan peritoneum. Nyerisubjektif dirasakan waktu penderita
bergerak, seperti berjalan, bernapas,menggerakkan badan, batuk, dan mengejan. Nyeri
objektif berupa nyeri ketika digerakkan seperti pada saat palpasi, tekanan dilepaskan,
colokdubur, tes psoas, dan tes obturator.

D. Patofisiologi penyakit Perforasi Gaster


Secara fisiologis, gaster relatif bebas dari bakteri dan mikroorganisme lainnya
karena keasaman yang tinggi. Kebanyakan orang yang mengalami trauma abdominal
memiliki fungsi gaster yang normal dan tidak berada pada resiko kontaminasi bakteri yang
mengikuti perforasi gaster. Bagaimana pun juga mereka yang memiliki masalah
gaster sebelumnya berada pada resiko kontaminasi peritoneal pada perforasi gaster.
Kebocoran asam lambung kedalam rongga peritoneum sering menimbulkan peritonitis
kimia. Bila kebocoran tidak ditutup dan partikel makanan mengenai rongga peritoneum,
peritonitis kimia akan di perparah oleh perkembangan yang bertahap dari peritonitis
bakterial. Pasien dapat asimptomatik untuk beberapa jam antara peritonitis kimiaawal dan
peritonitis bakterial lanjut.
Mikrobiologi dari usus kecil berubah dari proksimal sampai kedistalnya. Beberapa
bakteri menempati bagian proksimal dari usus kecildimana, pada bagian distal dari usus
kecil (jejunum dan ileum) ditempati oleh bakteri aerob (E.Coli) dan anaerob (
Bacteriodes fragilis (lebihbanyak)). Kecenderungan infeksi intra abdominal atau luka
meningkat pada perforasi usus bagian distal.
Adanya bakteri di rongga peritoneal merangsang masuknya sel-sel inflamasi akut.
Omentum dan organ-oragan viceral cenderung melokalisir proses peradangan,
mengahasilkan phlegmon ( biasa terjadipada perforasi kolon). Hypoksia yang
diakibatkannya didaerah itumemfasilisasi tumbuhnya bakteri anaerob dan
menggangu aktifitas bakterisidal dari granulosit, yang mana mengarah pada
peningkatan aktifitas fagosit daripada granulosit, degradasi sel-sel, dan pengentalan cairan
sehingga membentuk abscess, efek osmotik, dan pergeseran cairanyang lebih banyak ke
lokasi abscess, dan diikuti pembesaran abscesspada perut. Jika tidak ditangani
terjadi bakteriemia, sepsis, multipleorgan failure dan shock

E. Penatalaksanaan dan terapi penyakit Perforasi Gaste


Penderita yang lambungnya mengalami perforasi harus diperbaiki keadaan
umumnya sebelum operasi. Pemberian cairan dankoreksi elektrolit, pemasangan pipa
nasogastrik, dan pemberian antibiotic mutlak diberikan. Jika gejala dan tanda-tanda
peritonitis umum tidak ada,kebijakan non operatif mungkin digunakan dengan terapi
antibiotic langsung terhadap bakteri garm negative dan anaerob. Tujuan dari terapi bedah
adalah:
1. Koreksi masalah anatomi yang mendasari
2. Koreksi penyebab peritonitis
3. Membuang setiap material asing di rongga peritoneum yang dapat menghambat
fungsi leukosit dan mendorong pertumbuhan bakteri(seperti darah, makanan,
sekresi lambung)

F. Pemeriksaan Diagnostik
2. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine, kimia darah, analisa gas darah.
3. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras: mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan,
determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.
4. MRI : digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
5. Cerebral Angiography: menunjukkan anomali sirkulasi cerebral, seperti perubahan
jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
6. X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan, edema), fragmen tulang. Ronsent Tengkorak maupun thorak.
7. CSF, Lumbal Punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
8. ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan (oksigenasi) jika
terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
9. Kadar Elektrolit: Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrakranial. (Musliha, 2010).

H. Komplikasi
1. Infeksi luka, Angka kejadian infeksi berkaitan dengan muatan bakteri pada gaster
2. Kegagalan luka operasi
Kegagalan luka operasi (kerusakan parsial atau total pada setiaplapisan luka
operasi) dapat terjadi segera atau lambat. Factor-faktorberikut ini dihubungkan dengan
kegagalan luka operasi:
a. Malnutrisi
b. Sepsis
c. Uremia
d. Diabetes mellitus
e. Terap kortikosteroid
f. Obesitas
g. Batuk yang berat
h. Hematoma (dengan atau tanpa infeksi)
3. Abses abdominal terlokalisasi
4. Kegagalan multi organ dan syok septik
a. Septikemia adalah proliferasi bakteri dalam darah yang menimbulkan
manifestasi sistemik, seperti kekakuan, demam,hipotermi (pada septikemia gram
negative dengan endotoksemia),leukositosi atau leucopenia (pada septicemia berat),
takikardi, dan kolaps sirkuler
b. Syok septik dihubungkan dengan kombinasi hal-hal berikut:
1) Hilangnya tonus vasomotor
2) Peningkatan permeabilitas kapiler
3) Depresi myocardial
4) Pemakaian leukosit dan trombosit
5) Penyebaran substansi aktif kuat, seperti histamine,serotonin, dan
prostaglandin, menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
6) Aktivasi komplemen dan kerusakan endotel kapiler
c. Infeksi gram negative dihubungkan dengan prognosis yang lebihburuk dari gram
positif, mungkin karena hubungan dengan endotoksemia
5. Gagal ginjal dan ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan pH6.
6. Perdarahan mukosa gaster, Komplikasi ini biasanya dihubungkan dengan kegagalan
system multiple organ dan mungkin berhubungan dengan defek proteksi oleh mukosa
gaster
7. Obstruksi mekanik sering disebabkan karena adesi post operatif
8. Delirium post operatif, Faktor berikut dapat menyebabkan predisposisi delirium post
operatif:
a. Usia lanjut
b. Ketergantungan obat
c. Demensia
d. Abnormalitas metabolic
e. Infeksif
f. Riwayat delirium sebelumnya
g. Hipoksia
h. Hipotensi intraoperatif/postoperative

I. Pathway
Belum
BAB III
PEMBAHASAN

Kasus

Ny. L usia 53 tahun di rawat di ruang HCU High Care Unit dengan post LE e.c Peritonitis
difuse e.c perforasi hollow viscus. perforasi gaster pada saat dilakukan pengkajian Ny. L
mengeluh nyeri pada luka operasi nyeri dirasakan hilang timbul nyeri seperti di tusuk-tusuk
nyerti bertambah bila pasien banyak bergerak dan berkurang saat istirahat dengan skala nyeri
1 (1-10) tanda-tanda vital : TD 113/63 mmHg, N : 83x/menit. RR: 18X/menit, S: 36,9̊ C,
Terpasang O2 dengan menggunakan Simple Mask dengan 6 lpm. Terpasang Folley Cateter dan
NGT. Ny. L juga mengatakan mengkonsumsi obat voltadex selama satuhn terakhir. Ny. L
mendapatkan terapi obat ceftriaxone 2 gr/24 jam, PCT 1 gr/6jam, Omeprazole 40 mg/ 12 jam,
metronidazole 1500/ 24 jam, fentanyl 25 mg/ 24 jam, Ny. L di puasakan setelah operasi

I. Step 1 ( Kata Sulit )


a. Perforasi gaster

II. Step 2 ( Definisi Masalah Dalam Skenario )


1. Apa masalah yang mungkin muncul dari kasus tersebut?
2. Bagaimana penatalaksanaan pada perforasi gaster ?
3. Apa saja tindakan keperawatan yang dapat di lakukan pada Ny. L?
4. Apa yang akan terjadi apabila perforasi gaster tidak secepatnya ditangani ?
5. Apakah terapi obat-obatan tersebut dapat mempengaruhi hemodinamik ?
6. Cairan apa saja kah yang dapat mengganti nutrisi selama pasien dipuasakan setelah post
operasi dan apa manfaatnya ?

III. Step 3 ( Diskusi Masalah – Prior Knowledge )


a. Perforasi gaster adalah bocornya isi usus kedalam rongga perut.
1. Trauma tajam, penggunaan obat berkepanjangan, apendiksitis
2. Nyeri akut, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan
pemenuhan ADL, resiko infeksi, dan resiko jatuh
3. Pembedahan dan pemberian antibiotik
4. Terdapat beberapa penatalaksanaan dari 5 diagnosa yang terdapat pada kasus ny. L
yaitu :
 Nyeri : Identifikasi ulang nyeri, Observasi TTV,Anjurkan untuk melakukan
relaksasi nafas dalam dan kolaborasi dalam pemberian analgetik.
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan : Mengkaji kebutuhan nutrisi
klien, menghitung intake dan output.

 Gangguan pemenuhan ADL : Mengkaji kebutuhan sehari hari klien ( personal


hygiene, oral hygiene )
 Resiko infeksi : mengkaji tanda tanda infeksi ( dolor, kalor, tumor, rubor ),
melakukan perawatan luka post op.
 Resiko jatuh : ( mengkaji resiko jatuh dengan alat ukur morse, memasang bed
plang, pasang tanda resiko jatuh dan atur pencahayaan )
5. Dapat menyebabkan sepsis
6. Bisa karna fungsi obat yang diberikan untuk Ny. L berbeda-beda.
Paracetamol ( golongan obat antipiretik dan analgesik yang memiliki efek samping
tekanan darah rendah ( hipotensi ) dan ( takikardia ) yaitu jantung berdetak cepat yang
dapat mempengaruhi hemodinamik ny. L. Selain itu terdapat juga obat golongan
antibiotik yaitu ceftriaxone dimana efek samping obat ini yaitu mual muntah yang akan
mempengaruhi tekanan darah pasien.
7. D10, RL, Aminofusion yaitu untuk memperkuat sistem imunitas tubuh dan membantu
mengatasi kelainan pada proses metabolisme lemak tubuh selain itu membantu proses
metabolisme gula dalam tubuh yang berfungsi sebagai sumber energi menggantikan
asupan nutrisi peroral selama klien puasa.

IV. Step 4 ( Analisis Masalah )

Sudah jelas Belum Jelas

Tidak ada Step 1 & 2

V. Step 5 ( Rumusan Tujuan Belajar )


Learning Objektive
1. Laporan Pendahuluan Perforasi Gaster
2. Resiko Jatuh
3. Pengertian, indikasi, kontraindikasi efek samping obat Fentanyl dan Ceftriaxone

VI. Step 6 ( Self Study )


A. Pengertian
Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang komplek dari
lambung, usus halus, usus besar, akibat dari bocornya isi dari usus ke dalam rongga
perut. Perforasi dari usus mengakibatkan secara potensial untuk terjadinya
kontaminasi bakteri dalam rongga perut (keadaan ini dikenal dengan istilah
peritonitis). Perforasi lambung berkembang menjadi suatu peritonitis kimia yang di
sebabkan karna kebocoran asam lambung ke dalam rongga perut. Perforasi dalam
bentuk apapun yang mengenai saluran cerna merupakan suatu kasus kegawatan
bedah. (Ekawati, 2011)
B. Penyebab Perforasi Gaster
1. Cedera tembus yang mengenai dada bagian bawah atau perut (contoh: trauma
tertusuk pisau)
2. Trauma tumpul perut yang mengenai lambung. Lebih sering ditemukan pada
anak-anak dibandingkan orang dewasa.
3. Obat aspirin, NSAID, steroid. Sering ditemukan pada orang dewasa
4. Kondisi yang mempredisposisi : ulkus peptikum, appendicitis akuta,
divertikulosis akut, dan divertikulum Meckel yang terinflamasi.
5. Appendicitis akut: kondisi ini masih menjadi salah satu penyebab umum
perforasi usus pada pasien yang lebih tua dan berhubungan dengan hasil akhir
yang buruk.
6. Luka usus yang berhubungan dengan endoscopic : luka dapat terjadi oleh ERCP
dan colonoscopy.
7. Pungsi usus sebagai suatu komplikasi laparoscopic: faktor yang mungkin
mempredisposisikan pasien ini adalah obesitas, kehamilan, inflamasi usus akut
dan kronik dan obstruksi usus.
8. Infeksi bakteri: infeksi bakteri ( demam typoid) mempunyai komplikasi menjadi
perforasi usus pada sekitar 5 % pasien. Komplikasi perforasi pada pasien ini
sering tidak terduga terjadi pada saat kondisi pasien mulai membaik.
9. Penyakit inflamasi usus : perforasi usus dapat muncul pada paien dengan colitis
ulceratif akut, dan perforasi ileum terminal dapat muncul pada pasien dengan
Crohn’s disease.
10. Perforasi sekunder dari iskemik usus (colitis iskemik) dapat timbul.
11. Perforasi usus dapat terjadi karena keganasan didalam perut atau limphoma
12. Radiotherapi dari keganasan cervik dan keganasan intra abdominal lainnya
dapat berhubungan dengan komplikasi lanjut, termasuk obstruksi usus dan
perforasi usus.
13. Benda asing (tusuk gigi) dapat menyebabkan perforasi oesophagus, gaster, atau
usus kecil dengan infeksi intra abdomen, peritonitis, dan sepsis. ( Laksana, E.
2011)
C. Patofisiologi Perforasi Gaster

Banyak faktor yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya ulkus peptikum. Walau
telah diyakini bahwa ulkus gaster dan duodenum disebabkan oleh infeksi H. pylori
dan penggunaan OAINS, jalur akhir dari pembentukan ulkus ialah perlukaan karena
asam yang dihasilkan terhadap barier mukosa gastroduodenum. Eliminasi infeksi
H. pylori atau penggunaan OAINS penting untuk penyembuhan ulkus yang optimal
dan mungkin bahkan lebih penting untuk mencegah ulkus berulang dan/atau
komplikasi yang ditimbulkannya. Beberapa penyakit lain yang dipercaya
menimbulkan ulkus peptikum antara lain sindroma Zollinger Ellison (gastrinoma),
hiperfungsi sel G antrum dan/atau hiperplasia, mastositosis sistemik, trauma, luka
bakar, dan stress psikologis berat. Faktor penyebab lain termasuk obat-obatan
(OAINS, aspirin, dan kokain), merokok, alkohol dan stres psikologis (Mansjoer,
B.L. 2010)
D. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
1. Nyeri akut
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Gangguan pemenuhan ADL
4. Resiko infeksi
5. Dan resiko jatuh
E. Penatalaksanaan Perforasi Gaster
Penderita yang lambungnya mengalami perforasi harus diperbaiki keadaan
umumnya sebelum operasi. Pemberian cairan dan koreksi elektrolit, pemasangan
pipa nasogastrik, dan pemberian antibiotic mutlak diberikan. Jika gejala dan tanda-
tanda peritonitis umum tidak ada, kebijakan nonoperatif mungkin digunakan
dengan terapi antibiotic langsung terhadap bakteri garm negative dan anaerob.
Tujuan dari terapi bedah adalah:
1. Koreksi masalah anatomi yang mendasari
2. Koreksi penyebab peritonitis
3. Membuang setiap material asing di rongga peritoneum yang dapat menghambat
fungsi leukosit dan mendorong pertumbuhan bakteri (seperti darah, makanan,
sekresi lambung)
F. Penatalaksaan Perforasi Gaster
tergantung penyakit yang mendasarinya. Intervensi bedah hampir selalu
dibutuhkan dalam bentuk laparotomi explorasi dan penutupan perforasi dan
pencucian pada rongga peritoneum (evacuasi medis). Terapi konservatif di
indikasikan pada kasus pasien yang nontoxic dan secara klinis keadaan umumnya
stabil dan biasanya diberikan cairan intravena, antibiotik, aspirasi NGT, dan
dipuasakan pasiennya. Laparotomi dilakukan segera setelah upaya suportif
dikerjakan. Jahitan saja setelah eksisi tukak yang perforasi belum mengatasi
penyakit primernya, tetapi tindakan ini dianjurkan bila keadaan umum kurang baik,
penderita usia lanjut, dan terdapat peritonitis purulenta. Bila keadaan
memungkinkan, tambahan tindakan vagotomi dan antrektomi dianjurkan untuk
mencegah kekambuhan. Terapi utama perforasi gastrointestinal adalah
tindakan bedah. Terapi gawat darurat dalam kasus perforasi gastrointestinal
adalah:
1. Pasang akses intravena (infuse). Berikan terapi cairan kristaloid pada pasien
dengan gejala klinis dehidrasi atau septikemia.
2. Jangan berikan apapun secara oral.
3. Berikan antibiotik secara intravena pada pasien dengan gejala septicemia.
Berikan antibiotik spectrum luas. Tujuan pemberian antibiotik adalah untuk
eradikasi infeksi dan mengurangkan komplikasi post operasi

Pemberian antibiotik terbukti efektif dalam menurunkan kadar infeksi postoperasi


dan dapat memperbaiki hasil akhir dari pasien dengan infeksi
intraperitoneum dan septikemia. Contoh antibiotik yang diberikan adalah
seperti Metronidazol, Gentamisin, dan Cefoprazone. (Savi, et.al. 2010)

G. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
d. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
Suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
g. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
h. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
i. Tingkatkan istirahat
j. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
c. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
d. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
e. Monitor lingkungan selama makan
f. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
g. Monitor turgor kulit
h. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan
kadar Ht
i. Monitor mual dan muntah
j. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
k. Monitor intake nuntrisi
l. Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat
nutrisi
m. Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
n. Kelola pemberan anti emetik
o. Anjurkan banyak minum
p. Pertahankan terapi IV line
q. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval
3. Gangguan pemenuhan ADL
a. Monitor kebutuhan klien untuk alat- alat bantu untuk kebersihan diri,
berpakaian, berhias, toileting dan makan.
b. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-
care. Oral Hygiene
c. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
-Bantu BAB dan BAK klien
-Bantu membuang balance cairan klien
-Bantu personal hygiene klien (di seka)
-Menggunting kuku klien
-Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan
bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
4. Resiko infeksi
a. Pertahankan teknik aseptif
b. Batasi pengunjung bila perlu
c. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
d. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
e. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
f. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
g. Tingkatkan intake nutrisi
h. Berikan terapi antibiotik
i. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
j. Pertahankan teknik isolasi k/p
k. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
l. Monitor adanya luka
m. Dorong masukan cairan
n. Dorong istirahat
o. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
p. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
5. Resiko jatuh
a. Pencegahan jatuh
b. Dukungan ambulasi
c. Dukungan mobilisasi
d. Edukasi keselamatan lingkungan
e. Edukasi pengurangan resiko
f. Identifikasi risiko
H. Yang akan terjadi apabila perforasi gaster tidak secepatnya ditangani
Komplikasi dari perforasi gaster yaitu :
1. Infeksi Luka, angka kejadian infeksi berkaitan dengan muatan bakteri pada gaster
2. Kegagalan luka operasi
Kegagalan luka operasi (kerusakan parsial atau total pada setiap lapisan luka operasi)
dapat terjadi segera atau lambat
I. Apakah terapi obat-obatan tersebut dapat mempengaruhi hemodinamik
Ya, karena pada pada beberapa intervensi obat obatan yang diberikan pada Ny. L
terdapat efeksamping yang mempengaruhi suhu, tekanan darah, nadi dan respirasi
klien. Dibawah ini terdapat efek samping pada obat-obatan tersebut :
No Nama Tujuan Efek samping

1 RL Ringer laktat adalah cairan Nyeri dada., detak jantung tidak


infus yang biasa digunakan normal, Turunnya tekanan darah,
pada pasien dewasa dan Kesulitan bernapas, batuk, bersin-
anak-anak sebagai sumber bersin, ruam kulit, gatal pada kulit dan
elektrolit dan air untuk sakit kepala.
hidrasi.

2 Ceftriaxone Ceftriaxone adalah obat Tanda-tanda reaksi alergi, seperti


antibiotik dengan fungsi ruam; gatal-gatal; gatal; merah,
untuk mengobati berbagai bengkak, melepuh, atau kulit dengan
macam infeksi bakteri. atau tanpa demam; sesak di dada atau
tenggorokan; kesulitan bernapas,
menelan, atau berbicara; suara serak
yang tidak biasa; atau pembengkakan
pada mulut, wajah, bibir, lidah, atau
tenggorokan. Tanda-tanda masalah
ginjal seperti tidak dapat buang air
kecil, urin yang sedikit, pembengkakan

3 Paracetamol Paracetamol adalah salah - Penurunan jumlah sel-sel darah,


satu obat yang masuk ke seperti sel darah putih atau
dalam golongan analgesik trombosit.
(pereda nyeri) dan - Muncul ruam, terjadi
antipiretik (penurun pembengkakan, atau kesulitan
demam). bernapas karena alergi.
- Tekanan darah rendah (hipotensi)
dan jantung berdetak cepat
(takikardia).
- Kerusakan pada hati dan ginjal
jika menggunakan obat ini secara
berlebihan.
- Bisa menyebabkan overdosis jika
digunakan lebih dari 200 mg/kg,
atau lebih dari 10 gram, dalam 24
jam.

4 Omeprazole Omeprazole adalah obat Sakit kepala., sembelit atau konstipasi.


yang mampu menurunkan
diare, sakit perut, nyeri sendi, sakit
kadar asam yang diproduksi
tenggorokan, kram otot, hilang selera
di dalam lambung.
makan.

5 Metronidazole Metronidazole adalah obat Warna urine menjadi gelap, Nafsu


antimikroba yang digunakan makan menurun, Mual, Konstipasi,
untuk mengobati berbagai Sakit perut, Sakit kepala, Pusing,
macam infeksi yang Perubahan rasa pada lidah.
disebabkan oleh
mikroorganisme protozoa
dan bakteri anaerob.

6 Fentanyl Fentanyl adalah obat pereda Sesak napas, irama jantung melambat,
nyeri yang digunakan untuk otot kaku, pusing, gangguan
meredakan rasa sakit yang panglihatan, mual dan muntah, gatal,
hebat. Obat ini juga berkeringat, tekanan darah tinggi
digunakan sebagai salah satu
obat bius ketika pasien akan
menjalani operasi. Fentanyl
bekerja dengan mengubah
respon otak dan sistem saraf
pusat terhadap rasa sakit.

7 Aminofusin Nutrisi parenteral untuk Belum ditemukan adanya efek samping


pasien dengan gangguan dalam penggunaan Aminofusin
fungsi hati kronis untuk
membantu mempertahankan
kesadaran

8 Dextrose 10% Dextrose adalah gabungan Sakit kepala, demam, cemas,


antara senyawa gula berkeringat, lemah, kulit pucat, sulit
sederhana dan air, yang konsentrasi, batuk kronis, kejang,
digunakan untuk halusinasi, denyut jantung kian cepat
meningkatkan kadar gula di atau tidak beraturan, sesak napas atau
dalam darah, pada kondisi napas berbunyi (mengi),
hipoglikemia. (hiperglikemia: kadar gula darah
berada di atas normal), (hipokalemia:
kadar kalium di dalam darah berada di
bawah normal), lokasi bekas suntikan
terasa sakit, merah, bengkak, reaksi
alergi obat.

J. Cairan apa saja kah yang dapat mengganti nutrisi selama pasien dipuasakan
setelah post operasi
1. RL
Kandungan yang terdapat dalam RL adalah : Natrium, Klorida, Kalium,
Kalisum, Laktat
2. D10
Dextrose adalah obat dengan fungsi untuk menyediakan cairan yang membawa
gula ke dalam tubuh saat Anda tidak dapat meminum cairan yang cukup atau
saat cairan tambahan dibutuhan. Sebagai sumber energi (larutan nutrisi) dengan
kandungan kalori 400 kalori per liter.
D10 mengandung 100,0 g Anhydrous Glucose.Osmolaritas 555 mOsm/L.
3. Amunifusin L600
Fungsi utama dari Aminofusin L600 adalah untuk memberikan berbagai jenis
nutrisi seperti Protein, elektrolit, energi, air dan vitamin melalui parenteral
(diberikan tanpa melalui oral) atau infus. Selain memiliki fungsi untuk
memberikan berbagai jenis nutrisi, berbagai kandungan senyawa yang terdapat
pada obat ini akan berusaha untuk mencegah terjadinya kerusakan sel-sel saraf
sehingga fungsi hati untuk melakukan detoksifikasi racun berupa ornithine
arginine, aspartate, asam malat dapat bekerja dengan maksimal. Fungsi lainya
adalah untuk melakukan penyesuaian kadar elektrolit didalam tubuh, misalnya
ketika tubuh mengalami penurunan kadar kalium dan natrium tapi terdapat
peningkatan pada kadar magnesium, maka Aminofusin akan berusaha untuk
menyeimbangkannya.

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. L


DENGAN GANGGUAN SISTEM GASTRONTESTINAL
POST LAPARATOMI EKSPLORASI EC PERITONITIS DIFUSE EC PERFORASI
HOLLOW VISCUS PERFORASI GASTER
DI RUANG HIGH CARE UNIT RSUD Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

A. PENGKAJIAN
I. Identitas
a. Identitas Pasien
1) Nama inisial : Ny. L
2) No RM : 1760364
3) Usia : 55 Tahun
4) Status perkawinan : Menikah
5) Pekerjaan : IRT
6) Agama : Islam
7) Pendidikan : SLTA/SEDERAJAT
8) Suku : Sunda
9) Alamat rumah : Jl. Pasir Koja Gg Sukapakir Tengah
10) Sumber biaya : BPJS
11) Tanggal masuk RS : 28-04-2019
12) Diagnosa Medis : Post Laparatomi ec Peritonitis Difuse ec Perforasi
Hollow Viscus Perforasi Gaster

b. Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Ny. R
2) Umur : 37 Tahun
3) Hubungan dengan pasien : Adik Kandung
4) Pendidikan : SLTA/SEDERAJAT
5) Alamat : Jl. Pasir Koja Gg Sukapakir Tengah

II. Riwayat Kesehatan


a. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri luka post op.
b. Riwayat kesehatan saat pengkajian/riwayat penyakit sekarang (PQRST) :
Penyebab, onset, lamanya, frequensi, intensitas, faktor pencetus, lokasi, hal
yang memperberat, hal yang memperingan.
Pada saat dilakuka pengkajian pada tanggal 29 april 2019 pukul 08:00 WIB
klien mengeluh nyeri post op laparatomi dibagian abdomen, panjang luka ±20cm,
dengan nyeri tekan, terdapat kemerahan. Dengan skala nyeri 1 dari 1-10, nyeri
seperti di tusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri bertambah apabila klien bergerak
dan berkurang apabila klien tidur. Klien mengatakan nyerinya hilang timbul.
c. Riwayat kesehatan lalu
Riwayat alergi, riwayat kecelakaan, riwayat perawatan di RS, riwayat
penyakit berat/kronis, riwayat pengobatan, riwayat operasi
Klien tidak memiliki riwayat alergi, makanan, maupun obat-obatan, klien tidak
memiliki riwayat kecelakaan, riwayat dirawat di rumah sakit dan klien juga tidak
memiliki riwayat penyakit berat/kronis. Klien mengatakan mengkonsumsi obat
penghilang rasa pegal yaitu voltadex selama satu tahun terakhir.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram atau penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang
menjadi faktor resiko, 3 generasi.
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama.
e. Riwayat psikososial dan spiritual
1. Support sistem terdiri dari dukungan keluarga, lingkungan, fasilitas kesehatan
terhadap penyakitnya.
Klien mengatakan keluarganya mendukung dan percaya akan
kesembuhannya. Salah satu cara keluarga klien mendukung akan kesembuhan
klien adalah dengan cara menunggu dan menjenguk klien di rumah sakit.
Klien juga mengatakan lingkungan tempat tinggalnya dekat dengan fasilitas
kesehatan yang dapat membantu pengobatannya.
2. Komunikasi terdiri dari pola interaksi sosial sebelum dan saat sakit
Klien mengatakan sebelum dan setelah sakit tetap berkomunikasi seperti biasa
bersama keluarga dan orang lain disekitarnya. Keluarga klien juga
mengatakan bahwa klien merupakan orang yang mudah bergaul saat sebelum
sakitnya. Klien tidak memiliki kesulitan dalam bersosialisasi dengan orang
lain maupun perawat dirumah sakit.
3. Sistem nilai kepercayaan sebelum dan saat sakit
Klien mengatakan sebelum dan setelah sakit tetap melakukan kegiatan
beribadah, saat dirumah sakit klien menghadapi kendala saat melakukan
ibadah sholat lima waktu akibat keadaannya tetapi klien mengatakan selalu
berdoa dan percaya dengan Allah atas kesembuhannya. Klien percaya bahwa
apa yang dialaminya saat ini merupakan cobaan yang diberikan oleh Allah.
f. Lingkungan
1. Rumah
 Kebersihan: Rumah klien bersih karena sering dibersihkan setiap pagi
setiap hari.
 Polusi : Klien mengatakan rumahnya jauh dari pabrik atau sumber polusi.
2. Pekerjaan
Klien bekerja sebagai ibu rumah tangga.

B. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda tanda vital
S : 36.9 c TD : 113/63 mmHg N : 83x/ menit RR : 18x/menit
Kesadaran : Compos Mentis Apatis Somnolen
Sopor Koma
2. Sistem Pernafasan (B1)
a. RR : 18x/menit
b. Keluhan : sesak nyeri waktu nafas orthopnea
Batuk : Ya/ Tidak produktif tidak produktif

c. Penggunaan otot bantu nafas:


Klien tidak nampak penggunaan otot bantu nafas
d. Pernapasan Cuping Hidung : Ya Tidak
e. Irama nafas : Teratur Tidak teratur
f. Penggunaaon Otot donding dada : Ya Tidak
g. Pola nafas : Dispneu Kusmaul Cheyne Stokes
h. Suara nafas Cracles Ronki Wheezing Lainnya, tidak
ada suara nafas tambahan
i. Alat bantu napas Ya Tidak
Jenis: Simple Mask Flow: 6 lpm

j. Penggunaan WSD: Ya Tidak


k. Tracheostomy: Ya Tidak
l. Lain-lain: Saturasi Oksigen 98%

3. Sistem Kardio vaskuler (B2)


a. TD : 113/63 mmHg
b. N : 83x/menit
c. Keluhan nyeri dada: Ya Tidak
d. Irama jantung: Reguler Ireguler
e. Suara jantung: Normal (S1/S2 Tunggal) Murmur
Gallop Lain-Lain.....

f. CRT : < 2 detik


g. Akral: Hangat Kering Merah Basah Pucat
Panas Dingin
h. Sikulasi perifer: Normal Menurun
i. Konjunctiva Ananemis Anemis
j. CVP : Terpasang CVP di vena Jugularis sebelah kanan.
k. Lain-lain :

4. Sistem Persyarafan (B3)


a. GCS : 15
E = 4, V = 5, M = 6
b. Refleks fisiologis:
Patella: Normal/Tidak Triceps: Normal/ Tidak Biceps: Normal/ Tidak
c. Refleks patologis Babinsky Brudzinsky Kernig
Lain-lain :

d. Keluhan pusing Ya Tidak


e. Pemeriksaan saraf kranial:
N1 : Normal Tidak
Ket: Klien dapat mencium dengan baik, hal tersebut dibuktikan saat perawat
melakukan pengkajian klien dapat mencium bau minyak zaitun.
N2 : Normal Tidak
Ket: Klien dapat melihat dengan baik, hal ini terbukti dengan klien dapat
membaca nametag perawat dari jarak ±30cm.
N3, 4 dan 6 : Normal Tidak
Ket: Klien dapat mengikuti arah pulpen saat perawat melakukan pengkajian
six cardinal, lapang pandang, pada klien. Refleks cahaya mata klien normal
dapat berdilatasi saat cahaya dating.
N5 : Normal Tidak
Ket: Refleks mengunyah klien normal.
N7 : Normal Tidak
Ket: Klien dapat mengerutkan keningnya, tersenyum dan bersiul dengan baik.
N8 : Normal Tidak
Ket: Klien dapat mendengar dengar baik, hal ini terbukti saat perawat
melakukan pengkajian klien dapat menjawabdengan baik.
N9 : Normal Tidak
Ket: Tidak Terkaji, klien sedang puasa hari pertama
N10: Normal Tidak Ket: Refleks menelan klien baik
N11: Normal Tidak
Ket: Klien dapat menggerakan pundak dan lehernya secara perlahan.
N12: Normal Tidak
Ket: Klien dapat menggerakan lidah dengan baik tanpa ada tremor.

f. Pupil Anisokor Isokor Diameter: 3 mm/ 3 mm


g. Isitrahat/Tidur : 11 Jam/Hari Gangguan tidur: Ya/ Tidak
h. Lain-lain: -

5. Sistem perkemihan (B4)


a. Kebersihan genetalia: Bersih Kotor
b. Sekret: Ada Tidak
c. Kebersihan meatus uretra: Bersih Kotor
d. Keluhan kencing: Ada Tidak
e. Kemampuan berkemih:
Spontan Alat bantu, sebutkan: Urinary catheter
Jenis : Dower Cateter
Ukuran : 18
Hari ke :2
f. Produksi urine : 50 ml/jam
Warna : Kuning kecoklatan
Bau : Khas urine
g. Kandung kemih : Membesar Ya Tidak
h. Nyeri tekan Ya Tidak
i. Intake cairan oral : Puasa POD1 parenteral :4474 cc/hari
j. Balance cairan:
Input – Output
2118 - 1878
= +240
i. Lain-lain: -
6. Sistem pencernaan (B5)
a. TB : 156 BB : 67
b. IMT : 27.5 Interpretasi : Berat badan lebih
c. Mulut: Bersih Kotor Berbau
d. Membran mukosa: Lembab Kering Stomatitis
e. Tenggorokan:
Sakit Menelan Kesulitan Menelan
Pembesaran Tonsil Nyeri Tekan
f. Abdomen: Tegang Kembung Ascites
g. Nyeri tekan: Ya Tidak
h. Luka operasi: Ada Tidak
Tanggal operasi : 28 April 2019
Jenis operasi : Laparatomi ekspolrasi
Lokasi : Midline incision
Keadaan : luka ±20cm, dengan nyeri tekan, terdapat kemerahan.
Drain : Ada tidak
- Jumlah :1
- Warna : Serosa
- Kondisi area sekitar insersi : Kemerahan
i. Peristaltik: 4 x/menit
j. BAB: belum BAB Terakhir tanggal : 27 apri 2019
k. Konsistensi: Keras Lunak Cair Lendir/Darah
l. Diet: Padat Lunak Cair
m. Diet Khusus:
Klien tidak mengikuti diet apapun.
n. Nafsu makan: baik menurun Frekuensi:.......x/hari
o. Porsi makan: habis tidak Keterangan:.......................
p. Lain-lain: Klien sedang puasa POD 1
7. Sistem Penglihatan
a. Pengkajian fungsi penglihatan :
Baik, Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan

b. Keluhan nyeri Ya Tidak


d. Luka operasi: Ada Tidak
e. Lain-lain : Tidak ada keluhan

8. Sistem pendengaran
a. Tes Pendengaran
Normal klien dapat mendengar dengan baik ketika diberikan pertanyaan
b. Keluhan nyeri Ya Tidak
c. Luka operasi: Ada Tidak
d. Alat bantu dengar : Klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran
e. Lain-lain : -

8. Sistem muskuloskeletal (B6)


a. Pergerakan sendi: Bebas Terbatas
b. Kekuatan otot:
3 3

3 3

c. Kelainan ekstremitas: Ya Tidak


d. Kelainan tulang belakang: Ya Tidak
e. Fraktur: Ya Tidak
f. Traksi: Ya Tidak
g. Penggunaan spalk/gips: Ya Tidak
h. Keluhan nyeri: Ya Tidak
i. Sirkulasi perifer: CRT < 2 detik
j. Kompartemen syndrome Ya Tidak
k. Kulit: Ikterik Sianosis Kemerahan Hiperpigmentasi
l. Turgor Baik Kurang Jelek
m. Luka operasi: Ada Tidak
n. ROM :
o. Lain-lain :-
10. Sistem Integumen
a. Penilaian resiko decubitus
Aspek Yang Kriteria Penilaian Nilai
Dinilai
1 2 3 4

Persepsi Terbatas Sangat Keterbatasan Tidak 4


Sensori Sepenuhny Terbatas Ringan Ada
a Ganggua
n
Kelembaban Terus Sangat Kadang2 Jarang 3
Menerus Lembab Basah Basah
Basah
Aktifitas Bedfast Chairfast Kadang2 Lebih 1
Jalan Sering
jalan
Mobilisasi Immobile Sangat Keterbatasan Tidak 3
Sepenuhny Terbatas Ringan Ada
a Keterbata
san
Nutrisi Sangat Kemungkina Adekuat Sangat 3
Buruk n Tidak Baik
Adekuat
Gesekan & Bermasala Potensial Tidak 2
Pergeseran h Bermasalah Menimbulka
n Masalah
NOTE: Pasien dengan nilai total < 12 maka dapat Total 16
dikatakan bahwa pasien beresiko mengalami Nilai Low risk
dekubisus (pressure ulcers: 15 or 16 = low risk, 13
or 14 = moderate risk, 12 or less = high risk)

b. Warna :kuning langsat


c. Pitting edema: +1
d. Ekskoriasis: Ya Tidak
e. Psoriasis: Ya Tidak
f. Pruritus: Ya Tidak
g. Urtikaria: Ya Tidak
h. Lain-lain: -

11. Sistem Endokrin


a. Pembesaran Tyroid: Ya Tidak
b. Pembesaran Kelenjar Getah Bening: Ya Tidak
c. Hipoglikemia: Ya Tidak
d. Hiperglikemia: Ya Tidak
e. Kondisi Kaki DM
- Luka Gangren Ya Tidak
f. ABI : -
g. Lain-lain:-

C. PEMERIKSAN DAN PENATALAKSANAAN


I. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium : (Lampiran hasil)
Pemeriksaan Hematologi
Tanggal 28 April 2019

Pemeriksaan Nilai Satuan Normal Keterangan

Hematologi

Hemoglobin 11.3 g/dL 12.3 – 15.3 Rendah

Hematokrit 33.7 % 36.0 – 45.0 Rendah

Leukosit 18.03 10^3 /𝑢𝐿 4.50 – 11.0 Tinggi

Eritrosit 3.73 Juta/uL 4.2 – 5.5 Rendah

Trombosit 476 Ribu/uL 150 – 450 Tinggi

Index Eritrosit

MCV 90.3 fL 80 – 96% Normal

MCH 30.3 pg 27.5 – 33.2 Nomal

MCHC 33.5 % 33.4 – 35.5 Normal

Hemotosis

PT 12.90 Detik 9.1 – 13.1 Normal

INR 1.16 0.8 – 1.2 Normal

APTT 29.90 Detik 14.2 – 34.2 Normal

Kimia
GDS 114 mg/dL <140 Normal

Asam laktat 1.9 mmol/L 0.7 – 2.5 Normal

Ureum 45.8 mg/dL 15.0 – 39 Tinggi

Kreatinin 0.78 mg/dL 0.6 – 1.0 Normal

Natrium 136 mEq/L 135 – 145 Normal

Klorida 110 mEq/L 98 – 109 Tinggi

Kalsium Ion 4.61 mg/dL 4.5 – 5.6 Normal

Magnesium 1.5 mg/dL 1.8 – 2.4 Normal

AGD - Elektrolit

pH Rendah
7.33 7.35 7.45 (Basa)

PCO2 34.4 mmHg 35 – 45 Rendah

PO2 125.1 mmHg 80 – 105 Tinggi

HCO3 18.7 mmol/L 22 – 26 Rendah

+CO2 19.8 mmol/L 23.5 - 27.35 Rendah

Standar BE-b -5 mmol (-2) – (+2) Rendah

Saturasi O2 97.6 % Normal

Kimia

Peritoritis Difuse

Albumin 2.40 g/dL 3.4 – 3.0 Rendah

Ureum 61.0 mg/dL 15.0 - 39 Tinggi

Kreatinin 1.16 mg/dL 0.8 – 1.0 Tinggi


II. Penatalaksanaan medis
1) Jelaskan tindakan medis yang sudah dilakukan contohnya operasi, pemasangan
alat invasif, dll) :
Laparatomi Eksplorasi tanggal 28 April 2019
CVP tanggal 28 April 2019
Kateter Urine
NGT
2) Pemberian obat dan jelaskan nama, dosi, rute dan tujuan. :
No Nama Dosis Rute Tujuan

1 RL 1500/24 jam IV Ringer laktat adalah cairan infus


yang biasa digunakan pada pasien
dewasa dan anak-anak sebagai
sumber elektrolit dan air untuk
hidrasi.

2 Ceftriaxone 2gr / 24 jam IV Ceftriaxone adalah obat antibiotik


dengan fungsi untuk mengobati
berbagai macam infeksi bakteri.

3 Paracetamol 1 gr flacon IV Paracetamol adalah salah satu obat


yang masuk ke dalam golongan
analgesik (pereda nyeri) dan
antipiretik (penurun demam).

4 Omeprazole 40 mg/ 12 IV Omeprazole adalah obat yang


jam mampu menurunkan kadar asam
yang diproduksi di dalam lambung.

5 Metronidazole 1500/ 24 jam IV Metronidazole adalah obat


antimikroba yang digunakan untuk
mengobati berbagai macam infeksi
yang disebabkan oleh
mikroorganisme protozoa dan bakteri
anaerob.
6 Fentanyl 25mg/ jam IV Fentanyl adalah obat pereda nyeri
yang digunakan untuk meredakan
rasa sakit yang hebat. Obat ini juga
digunakan sebagai salah satu obat
bius ketika pasien akan menjalani
operasi. Fentanyl bekerja dengan
mengubah respon otak dan sistem
saraf pusat terhadap rasa sakit.

7 Aminofusin 500 IV Nutrisi parenteral untuk pasien


dengan gangguan fungsi hati kronis
untuk membantu mempertahankan
kesadaran

8 Dextrose 10% 500 IV Dextrose adalah gabungan antara


senyawa gula sederhana dan air, yang
digunakan untuk meningkatkan kadar
gula di dalam darah, pada kondisi
hipoglikemia.

D. ANALISA DATA
Analisa data
No Symptom Etiologi Problem

1. Ds: Klien mengatakan Perforasi Gaster Nyeri Akut


nyeri luka post op.
Penatalaksanaan
Do: pembedahan :
- Terdapat luka post op Laparatomi eksplorasi
dengan midline Insisi pembedahan
incision. Panjang luka
±20cm, dengan nyeri Terputusnya
tekan, terdapat inkontinuitas jaringan
kemerahan.
Hal ini merangsang
- Skala nyeri 1 (0-10) pengeluaran histamine
dan prostaglandin
- Pasien nampak
meringis kesakitan Nyeri akut

- S : 36.9 c

- TD : 113/63 mmHg

- N : 83x/ menit

- RR : 18x/menit

- Fentanyl 25 mg

- Paracetamol 1 gr

2. Ds: - Perforasi Gaster Ketidakseimbangan


Do: nutrisi kurang dari
- Klien sedang puasa Gangguan kebutuhan tubuh
POD pertama gastrointestinal

- BB : 65 kg Klien puasa selama 5


- Terdapat luka post op hari
dengan midline
incision. Panjang luka Asupan nutrisi
±20cm, dengan nyeri inadekuat
tekan, terdapat
kemerahan. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
- Skala nyeri 1 (0-10) kebutuhan tubuh

- Bibir kering

- Turgor kulit <2 detik

Ds : Keluarga Post op laparotomy Gangguan


mengatakan klien tidak eksplorasi pemenuhan ADL
mampumelakukan
perawatan diri secara Kelemahan fisik
mandiri
ADL terganggu
Do :
- Terdapat luka post op Gangguan pemenuhan
dengan midline ADL
incision. Panjang luka
±20cm, dengan nyeri
tekan, terdapat
kemerahan.

- Skala nyeri 1 (0-10)

- Kuku klien panjang


dan kotor

- Klien dibantu untuk


personal hygiene

- Klien tampak lemah

Ds : Klien mengeluh Perforasi Gaster Resiko Infeksi


nyeri luka post op.
Penatalaksanaan
Do : pembedahan :
- Terdapat luka post op Laparatomi eksplorasi
dengan midline Insisi pembedahan
incision. Panjang luka
±20cm, dengan nyeri Terputusnya
tekan, terdapat inkontinuitas jaringan
kemerahan.
Resiko infeksi
- Skala nyeri 1 (0-10)

- TTV

S : 36.9 c
TD : 113/63 mmHg
N : 83x/ menit
RR : 18x/menit
- Fentanyl 25 mg

Paracetamol 1 gr
Ceftriaxone 2 gr
Metronidazole 40 mg
Ds: - Perforasi Gaster Resiko Jatuh

Do: Penatalaksanaan
- Terdapat luka post op pembedahan :
dengan midline Laparatomi eksplorasi
incision. Panjang luka Insisi pembedahan
±20cm, dengan nyeri
Terputusnya
inkontinuitas jaringan
tekan, terdapat
kemerahan. Hal ini merangsang
pengeluaran histamine
- Klien diberikan dan prostaglandin
Fentanyl 25 mg

- Klien nampak lemah Nyeri akut

Terpasang obat
analgetik via IV line

Resiko Jatuh
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan ditandai dengan
adanya luka post op pada abdomen
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan b.d
ketidak mampuan
3. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
adanya luka post op
4. Resiko Infeksi berhbungan dengan adanya luka operasi
5. Resiko jatuh berhubungan dengan kelemahan
F.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Inisial Klien/Ruang : Ny. L / HCU Kemuning Bed 6 Nama Mahasiswa : Kelompok 3


No. RM/Dx. Medis : 1760364/ Post Laparatomi ec Peritonitis Difuse NIM : ______________________
ec Perforasi Hollow Viscus Perforasi Gaster

DIAGNOSA PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Nyeri akut Tupan: 1. Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya 1. Menjadi parameter dasar untuk
berhubungan dengan serangan, faktor pencetus / yang melihat sejauh mana rencana
terputusnya Setelah dilakukan memperberat. Tetapkan skala 0-10. intervensi yang diperlukan dan
kontinuitas jaringan intervensi nyeri akut sebagai evaluasi keberhasilan
ditandai dengan hilang/ berkurang dari intervensi menajemen nyeri
adanya luka post op keperawatan.
pada abdomen
Tupen: 2. Untuk menghilangkan stres
2. Pertahankan tirah baring, posisi semi pada otot-otot punggung.
Setelah dilakukan fowler dengan tulang spinal,
tindakan keperawatan, pinggang dan lutut dalam keadaan
nyeri akut hilang atau fleksi, posisi telentang.
berkurang dengan 3. Meningkatkan asupan O2
kriteria hasil : sehingga akan menurukan
nyeri.
- Klien tidak 3. Ajarkan teknik relaksasi pernafasan
mengeluh nyeri dalam. 4. Istirahat diperlukan selama fase
akut. Disini akan meningkatkan
- Skala nyeri suplai darah pada jaringan yang
berkurang mengalami peradangan.
4. Menajemen lingkungan, lingkungan Lingkungan tenang akan
- Pasien nampak tenang dan batasi pengunjung.
tenang menurunkan stimulus nyeri
eksternal dan pembatasan
- TTV normal pengunjung akanmembantu
meningkatkan kondisi O2
- S : 36.9 c
ruangan yang akan berkurang
- TD : 120/80 mmHg apabila banyak pengunjungyang
berada diruangan.
- N : 83x/ menit
5. Analgetik memblok lintasan
- RR : 18x/menit nyeri sehingga nyeri akan
berkurang.

5. Kolaborasi dengan dokter,


pemberian analgetik.

Fentanyl 25 mg/jam
2. Ketidakseimbangan Tupan: 1. Mengkaji status nutrisi pasien 1. Mempermudah menentukan
nutrisi kurang dari meliputi tanda-tanda vital dan bising intervensi sesuai keadaan pasien
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan usus
berhubungan dengan intervensi nutrisi klien 2. Mengobservasi kebutuhan
b.d ketidak mampuan dapat terpenuhi 2. Mengukur intake dan output pasien nutrisi

3. Untuk memonitor status nutrisi


3. Monitor hasil lab seperti glukosa, pasien
Tupen: elektrolit, albumin, hemoglobin,
Setelah dilakukan kolaborasikan dengan dokter.
tindakan keperawatan
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dapat
terpenuhi dengan
kriteria hasil :

- Tidak ada
penurunan BB yang
berarti

- Nafsu makan baik

- TTV normal

- S : 36.9 c
- TD : 120/80 mmHg

- N : 83x/ menit

- RR : 18x/menit

3 Gangguan Tupan: 1. Monitor kebutuhan klien untuk alat- 1. Untuk pemenuhan ADL klien
Pemenuhan ADL: alat bantu untuk kebersihan diri,
Defisit Perawatan Setelah dilakukan berpakaian, berhias, toileting dan
Diri intervensi ADL klien makan.
dapat terpenuhi 2. Sediakan bantuan sampai klien
mampu secara utuh untuk 2. Untuk memfasilitasi dan
melakukan self-care. menyemangati juga percaya
Tupen: diri pada pasien dan keluarga
- Oral Hygiene
3. Dorong klien untuk melakukan
Setelah dilakukan
aktivitas sehari-hari yang normal 3. Untuk pemenuhan ADL klien
tindakan keperawatan
sesuai kemampuan yang dimiliki.
defisit perawatan diri
4. Dorong untuk melakukan secara
teratas dengan kriteria
mandiri, tapi beri bantuan ketika
hasil: 4. Untuk pemenuhan ADL klien
klien tidak mampu melakukannya.
1. Klien terbebas - Bantu BAB dan BAK klien
dari bau badan - Bantu membuang balance
2. Menyatakan cairan klien
kenyamanan - Bantu personal hygiene klien
terhadap (di seka)
kemampuan - Menggunting kuku klien
untuk melakukan 5. Ajarkan klien/ keluarga untuk
ADLs mendorong kemandirian, untuk
3. Dapat melakukan memberikan bantuan hanya jika 5. Untuk memberi semangat juga
ADLS dengan pasien tidak mampu untuk percaya diri pada pasien dan
bantuan melakukannya. keluarga

4. Resiko Infeksi Tupan: 1. Bersihkan lingkungan sekitar klien 1. lingkungan yang bersih akan
berhbungan dengan terhindar dari kuman-kuman
adanya luka operasi Setelah dilakukan penyebab infeksi
intervensi tidak terjadi
infeksi 2. mencuci tangan sebelum dan
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah sesudah tindakan dapat
melakukan perawatan pasien lain meminimalkan kotoran-kotoran
Tupen: penyebab infeksi

Setelah dilakukan 3. untuk menghindari infeksi dan


tindakan keperawatan mempercepat penyembuhan.
selama perawatan 3. Lakukan perawatan luka sehari
resiko keperawatan sekali.
tidak terjadi dengan 4. penjelasan tentang tanda-tanda
kriteria hasil : infeksi akan menambah
pengetahuan klien
- Tidak ada tanda- 4. Jelaskan pada klien tentang tanda-
tanda infeksi tanda infeksi.
- Tanda-tanda vital
normal

S : 36.9

TD : 120/80 mmHg
N : 83x/ menit
RR : 18x/menit

5. Resiko Jatuh Tupan: 1. Kaji ulang adanya faktor-faktor 1. Untuk mengetahui faktor-
berhubungan dengan resiko jatuh pada klien faktor resiko jatuh pada klien
kelemahan Setelah dilakukan 2. Modifikasi lingkungan dapat
intervensi resiko jatuh 2. Lakukan modifikasi lingkungan menurunkan resiko jatuh
tidak terjadi agar lebih aman ( memasang pada klien
pinggiran tempat tidur dll) sesuai
hasil pengkajian bahaya jatuh
Tupen: 3. Ajarkan klien tentang upaya 3. Meningkatkan kemandirian
pencegahan cidera ( pasien untuk mencegah risiko
Setelah diakukan
menggunakan pencahayaan yang jatuh
tindakan keperawatan
klien mampu untuk baik, memasang penghalang
menurunkan risiko tempat tidur, menempatkan
jatuh pada diri klien. benda berbahaya di tempat yang
aman
Ditandai dengan: 4. Kolaborasi dengan dokter
untuk memberikan terapi
1. Mengidentifikasi 4. Kolaborasi dengan dokter untuk yang sesuai dengan penyakit
bahaya lingkungan penatalaksanaan vertigo pada yang diderita klien
yang dapat klien
meningkatkan
kemungkinan
cidera
2. Mengidentifikasi
tindakan preventif
atas bahay tertentu
3. Melaporkan
penggunaan cara
yang tepat dalam
melindungi dari
cidera
G.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Inisial Klien/Ruang : Ny. L / HCU Kemuning Bed 6 Nama Mahasiswa : Kelompok 3


No. RM/Dx. Medis : 1760364/ Post Laparatomi ec Peritonitis Difuse NIM : ______________________
ec Perforasi Hollow Viscus Perforasi Gaster

DX. HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON PARAF


KEPERAWATAN
H. CATATAN PERKEMBANGAN
Dx. Kep Hari/Tgl/Jam SOAP Paraf

S:

O:

A:

P:

S:

O:

A:

P:

S:

O:

A:

P:

S:

O:

A:

P:

S:
O:

A:

P:

S:

O:

A:

P:
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Alam & Hadibroto. (2008). Gagal Ginjal. Jakarta: PT Gramedia


Handayani, M., 2006. Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK)
RawatInap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan
Tahun2002-2004. Medan: Skripsi Mahasiswa FKM USU.
Haven. (2005). Hemodialisis: Bila Ginjal Tak Lagi Berfungsi.
http://www.wartamedika.com, diperoleh tanggal 6 Juni 2014.
Joanne McCloskey Dochterman&Gloria M. Bulechek. 2004.
NursingInterventions Classification (NIC) Fourth Edition. Mosby: United
StatesAmerica
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta:
MediaAesculapius FK UI
Marilyn, E. Doenges, et-al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
MonicaEster, Penerjemah. Jakarta:EGC
Nanda International. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC
Ridwan, M 2009. Mengenal,Mencegah,Mengatasi Silent Killer Hipertensi,
Semarang: Pustaka Widyamara.
Smeltzer , Suzanna C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Suharyanto, T., 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: TIM
Warsinggih, Bahan Ajar Kuliah Bedah Umum Fakultas KedokteranUniversitas
Hasanudin Makasar. www.med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-
content/uploads/2016/10/APPEDISITIS-AKUT.pdf Diakses tanggal 2 mei
2019
Wahyudi, Andreas, 2008, Gambaran Perforasi Gaster di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta Tahun 2007

Anda mungkin juga menyukai