Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ACUTE LIMB ISCHEMIA

DISUSUN OLEH:
ARIE GUSTIAN
(4006180044)

PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING AKADEMIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ACUTE LIMB ISCHEMIA

A. DEFINISI
Acute Limb Ischemia merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan
aliran darah ke ekstremitas secara tiba-tiba yang menyebabkan gangguan pada
kemampuan pergerakkan, rasa nyeri atau tanda-tanda iskemik berat dalam
jangka waktu dua minggu dan umumnya iskemia akut tungkai disebabkan oleh
proses oklusi akut atau adanya aterosklerosis ( Khaffaf, 2009).
Acute Limb Ischemia merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan
aliran darah ke ekstremitas secara tiba-tiba yang menyebabkan gangguan pada
kemampuan pergerakkan,rasa nyeri atau tanda-tanda iskemik berat dalam
jangka waktu dua minggu dan umumnya iskemia akut tungkai disebabkan oleh
proses oklusi akut atau adanya aterosklerosis (Baradero, 2009).

B. ETIOLOGI
Menurut Marry (2009) penyebab terjadinya Acute Limb Ischemia adalah
sebagai berikut:
a. Trombosis
Trombosis merupakan pembentukan bekuan darah (trombus) di dalam
pembuluh darah, menghambat aliran darah melalui sistem peredarah darah.
b. Embolus
Emboli merupakan hambatan pada aliran pembuluh darah dapat berupa
gelembung udara atau darah yang menggumpal. Pada kasus Acute Limb
Ischemia
c. Faktor Resiko Yang Dapat Diubah
1. Merokok
Nikotin mengganggu saraf simpatis, sehingga menyebabkan ketagihan
merokok dan juga merangsang pelepasan adrenalin yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah dan merusak arteri. Carbonmonoksida (CO)
menimbulkan desaturasi O2 sehingga suplay O2 kejaringan tubuh
berkurang.
2. Diabetes Melitus
Semakin tinggi kadar gula dalam darah akan mempungaruhi viskositas
darah, sehingga resiko timbulnya trombus meningkat.
3. Hipertensi
Tekanan darah tinggi yang berlangsung secara terus menerus akan
mengakibatkan meningkatnya tekanan pada dinding arteri, sehingga
akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah arteri.
d. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Diubah
1. Usia
Proses degeneratif akan mempengaruhi struktur pembuluh darah.
Semakin bertambahnya usia elastisitas dinding pembuluh darah akan
menurun disertai adanya penumpukan plak, sehingga menyebabkan
terjadinya aterosklerosis akan meningkat.

C. PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya, trombus yang mengalami penyumbatan pada arteri dalam
kasus ALI ini, merupakan salah satu bentuk patogenesis yang kemungkinan
ditimbulkan oleh beberapa faktor resiko dan faktor predisposisi yang cukup
komleks, seperti usia, gaya hidup tidak sehat (merokok, tidak pernah olahraga
dan pola makan tinggi kolesterol) dapat meningkatkan resiko terjadinya ALI,
sedangkan patogenesis yang sifatnya predisposisi seperti penyakit rheumatoid
hearth disease juga dapat menimbulkan ALI.
Pada awalnya tungkai tampak pucat, tetapi setelah 6-12 jam akan terjadi
vasodilatasi yang disebabkan oleh hipoksia dari otot polos vaskular. Kapiler
akan terisi kembali oleh darah teroksigenasi yang stagnan, yang memunculkan
penampakan mottled (yang masih hilang bila ditekan). Bila tindakan
pemulihan aliran darah arteri tidak dikerjakan, kapiler akan ruptur dan akan
menampakkan kulit yang kebiruan yang menunjukkan iskemia irreversibel.
Nyeri terasa hebat dan seringkali resisten terhadap analgetik. Adanya nyeri
pada ekstremitas dan nyeri tekan dengan penampakan sindrom kompartemen
menunjukkan tanda nekrosis otot dan keadaan kritikal (yang kadangkala
irreversibel). Defisit neurologis motor sensorik seperti paralisis otot dan
parastesia mengindikasikan iskemia otot dan saraf yang masih berpotensi
untuk tindakan penyelamatan invasif (urgent). Tanda-tanda diatas sangat khas
untuk kejadian sumbatan arteri akut yang tanpa disertai kolateral. Bila oklusi
akut terjadi pada keadaan yang sebelumnya telah mengalami sumbatan kronik,
maka tanda yang dihasilkan biasanya lebih ringan oleh karena telah terbentuk
kolateral. Adanya gejala klaudikasio intermitenpada ekstremitas yang sama
dapat menunjukkan pasien telah mengalami oklusi kronik sebelumnya.
Keadaan akut yang menyertai proses kronik umumnya disebabkan trombosis.
Perjalanan ALI yang cukup kompleks ini, dapat menimbulkan beberapa
masalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan suatu
masalah keperawatan yang kompleks pula, diantaranya gangguan perfusi
jaringan, gangguan rasa nyaman nyeri, intoleransi aktivitas, cemas, resiko
tinggi perdarahan dan resiko tinggi cedera serta banyak lagi yang satu sama
lain saling berhubungan dan perlu segera ditangani.
D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada kasus Acute
Limb Ischemia merupakan tanda dan gejala yang sangat khas dengan sebutan
“6P” yang terdiri dari:
1. Pain (nyeri)
2. Parasthesia (tidak mampu merasakan sentuhan pada ekstremitas),
3. Paralysis (kehilangan sensasi motorik pada ekstremitas),
4. Pallor (pucat),
5. Pulseless (menurunnya/tidak adanya denyut nadi),
6. Perishingly cold /Poikilothermia (dingin pada ekstremitas).
Adapun manifestasi klinik pada ALI yang dikatagorikan berdasarkan
penyebabnya terdiri dari :
1. Trombus
Terjadi dalam beberapa jam sampai berhari hari, ada klaudikasio, ada
riwayat aterosklerotik kronik, ekstremitas yang terkena tampak sianotik
dan lebam, pulsasi pada kolateral ekstremitas tidak ada, dapat terdiagnosa
dengan angiografi dan dilakukan tindakan bypass atau pemberian obat -
obatan seperti fibrinolitik.
2. Embolus
Tanda dan gejala muncul secara tiba - tiba dalam beberapa menit, tidak
terdapat klaudikasio ada riwayat atrial fibrilasi, ekstremitas yang terkena
tampak kekuningan.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Wahlberg (2011) menjelaskan beberapa prosedur diagnostik yang
dilakukan pada kasus penyakit arteri oklusif atau dalam perkembangannya
menjadi ALI terdiri dari :
1. Angiografi
Suatu prosedur menggunakan teknik komputer yang dipakai untuk
memantau sirkulasi darah arteri. Hasil gambaran akan memperlihatkan
bentuk arteri. Dalam pemeriksaanya menggunakan kontras zat warna
radiopaak sehingga arteri tampak lebih jelas.
2. Elektrokardiografi (EKG)
Suatu pencatatan aktivitas listrik jantung yang dapat merekan irama
jantung pada pasien. Prosedur diagnostik ini dilakukan sebagai prosedur
kontrol dalam memantau aktivitas jantung terutama pada pasien dengan
gangguan jantung dan pembuluh darah, salah satunya ALI yang mana
penyebab awal ALI adalah trombus yang lepas yang diakibatkan oleh
riwayat penyakit infeksi jantung salah satunya rheumatoid heart diseases
sehingga terjadi gangguan katup terutama mitral yang memicu timbul
atrial fibrilasi.
3. Echokardiografi
Merupakan prosedur pemeriksaan menggunakan gelombang ultrasonik
sebagai media pemeriksaan yang dapat memberikan informasi penting
mengenai struktur dan gerakan ruang jantung, katup dan setiap dinding
bagian jantung. Hal ini jelas untuk memberikan data penunjang terutama
pada pasien dengan penyakit jantung dan pembuluh darah salah satunya
ALI sehingga dapat diperoleh penyebab utama trombus pada ALI ini dapat
lepas apakah dari penyakit jantung atau tidak.
4. MSCT (Multiple Sliced Computed Tomography)
Prosedur diagnostik ini dalam bidang vaskuler memberikan gambaran
langsung dinding pembuluh darah sehingga dapat dengan jelas dibedakan
antara pembuluh darah yang mengalami oklusi atau tidak melalui
gambaran 2 warna khas pencitraan radiografi (hitam dan putih).

G. PENATALAKSANAAN
a. Preoperative antikoagulan dengan IV heparin
b. Resusitasi cairan, koreksi asidosis sistemik, inotropik support
c. Terapi pembedahan diindikasikan untuk iskemia yang mengancam
ekstremitas
d. Thrombolektomi/embolektomi (dapat dilakukan dengan Fogarty baloon
catheter, dimana alat tersebut dimasukkan melewati sisi oklusi, dipompa,
dan dicabut sehingga membawa trombus/embolus bersamanya).
Trombolektomi juga dapat dilakukan distal dari sisi teroklusi, dimana
hampir 1/3 penderita dengan oklusi arteri mempunyai oklusi di tempat
lain, kebanyakan trombus distal. Adapun manual trombosuction secara
prosedural sama dengan angiojet namun tidak menggunakan alat
berkecapatan tinggi seperti angiojet saja perbedaannya.
e. Melindungi vascular bed distal terhadap obstruksi proksimal merupakan
hal yang sangat penting dan dapat dipenuhi oleh antikoagulan sistemik
yang diberikan segera dengan eparin melalui intravena. Heparinisasi
sistemik menawarkan suatu perlindungan dapat melawan perkembangan
trombosis distal dan biasanya tidak menyebabkan masalah yang bermakna
sepanjang prosedur operasi, beberapa keuntungan pheologic telah di klaim
untuk pemberian larutan hipertonik seperti manitol.
f. Terapi utama akut iskemia adalah pembedahan dalam bentuk embolektomi
atau tindakan rekonstruksi pembedahan vaskuler yang sesuai. Terapi non
pembedahan pada iskemia akut dari episode emboli atau trombolitik dapat
dilakukan dengan streptokinase atau urokinase.
g. Preintervensi anti koagulan dengan kadar terapeutik heparin mengurangi
tingkat morbiditas dan mortalitas (bila dibandingkan dengan tidak
menggunakan antikoagulan) dan merupakan bagian dari keseluruhans
trategi terapi pada pasien. Hal ini bukan hanya membantu mencegah
terbentuknya bekuandarah. Namun,pada kasus embolisme arterial juga
amitigasi melawan embolus lain.
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan utama
Gejala kaki pada ALI berhubungan secara primer terhadap nyeri atau
fungsi. Onset serangan dan waktu nyeri yang tiba-tiba, lokasi dan
intensitasnya, bagaimana perubahan keparahan sepanjang waktu
kesemuanya harus digali. Durasi dan intensitas nyeri adalah penting
dalam membuat keputusan medis. Onset tiba-tiba dapat memiliki
implikasi etiologi (seperti, emboli arteri cenderung muncul lebih
mendadak daripada arterial thrombosis), sedangkan kondisi dan lokasi
nyeri dapat membantu menegakkan diagnosis banding.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Hal ini penting untuk ditanyakan, apakah pasien mempunyai nyeri pada
kaki sebelumnya (seperti, riwayat klaudikasio), apakah telah
diintervensi untuk “sirkulasi yang buruk” pada masa lampau, dan
apakah didiagnosis memiliki penyakit jantung (seperti atrial fibrilasi)
maupun aneurisma (seperti kemungkinan sumber emboli). Pasien juga
sebaiknya ditanyakan tentang penyakit serius yang berbarengan atau
factor risiko (hipertensi, diabetes, penggunaan tembakau,
hiperlipidemia, riwayat keluarga terhadap serangan jantung, stroke,
jendalan darah, atau amputasi).
4. Pemeriksaan fisik fokus (ekstremitas bawah)
Bandingkan dengan ekstremitas kanan dengan kiri (yang terkena efek
ALI dengan yang normal)
1) Pulsasi
Apakah defisit pulsasi bersifat baru atau lama mungkin sulit
ditentukan pada pasien penyakit arteri perifer (PAD) tanpa suatu
riwayat dari gejala sebelumnya, pulsasi radialis, dorsalis pedis
mungkin normal pada kasus mikro embolisme yang mengarah pada
disrupsi (penghancuran) plak aterosklerotik atau emboli kolestrol.
2) Lokasi
Tempat yang paling sering terjadinya oklusi emboli arterial adalah
arteri femoralis, namun juga dapat di temukan pada arteri aksila,
poplitea iliaka dan bifurkasio aorta.
3) Warna dan temperatur
Harus dilakukan pemeriksaan terhadap abnormalitas warna dan
temperatur. Warna pucat dapat terlihat, khususnya pada keadaan
awal, namun dengan bertambahnya waktu, sianosis lebih sering
ditemukan. Rasa yang dingin khususnya ekstremitas sebelahnya
tidak demikian, merupakan penemuan yang penting.
4) Kehilangan fungsi sensoris
Pasien dengan kehilangan sensasi sensoris biasanya mengeluh
kebas atau parestesia, namun tidak pada semua kasus. Perlu
diketahui pada pasien DM dapat mempunyai defisit sensoris
sebelumnya dimana hal ini dapat membuat kerancuan dalam
membuat hasil pemeriksaan.
5) Kehilangan fungsi motorik
Defisit motorik merupakan indikasi untuk tindakan yang lebih
lanjut, limb-thtreatening ischemia. Bagian ini berhubungan dengan
fakta bahwa pergerakkan pada ekstremitas lebih banyak
dipengaruhi oleh otot proximal.
b. Analisa Data
No Symptoms Etology Problems
1 Data Subjektif: Faktor penyebab (Usia, merokok, Nyeri Akut
hipertensi, diabetes melitus,
- Pasien mengeluh nyeri pada
dislipidemia)
ekstremitas bawah ↓
Kekakuan pembuluh darah
Data Objektif:

- Pasien tampak meringis Penumpukan plak di dinding
pembuluh darah
- Skala nyeri sedang sampai

berat (numeric pain rating Aterosklerosis

scale)
Penyempitan lumen pembuluh darah

Ruptur plak

Embolus

Menyumbat pada arteri/pembuluh
darah kecil pada ekstremitas

Aliran darah menurun

Suplai O2 menurun

Metabolisme anaerob

Asam laktat meningkat

Nyeri
2 Data Subjektif: Faktor penyebab (Usia, merokok, Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
hipertensi, diabetes melitus,
-Pasien mengeluh lemas
dislipidemia)
Data Objektif: ↓
Kekakuan pembuluh darah
- Pasien tampak lemas

- Konjungtiva anemis Penumpukan plak di dinding
pembuluh darah
- Akral pucat dan teraba dingin

- CRT >2 detik Aterosklerosis

Penyempitan lumen pembuluh darah

Ruptur plak

Embolus

Menyumbat pada arteri/pembuluh
darah kecil pada ekstremitas

Aliran darah menurun

Suplai O2 menurun

Iskemik

Gangguan Perfusi Jaringan Perifer

3 Data Subjektif: Faktor penyebab (Usia, merokok, Gangguan Mobilitas Fisik


hipertensi, diabetes melitus,
-Pasien mengeluh anggota
dislipidemia)
geraknya mengalami kelemahan ↓
Kekakuan pembuluh darah
-pasien mengatakan anggota

geraknya terasa baal Penumpukan plak di dinding
pembuluh darah
Data Objektif:

- ekstremitas pasien mengalami Aterosklerosis

kelamahan
Penyempitan lumen pembuluh darah
-Parasthesia ↓
Ruptur plak
-Paralysis

Embolus

Menyumbat pada arteri/pembuluh
darah kecil pada ekstremitas

Aliran darah menurun

Suplai O2 menurun

Iskemik

Perfusi ke saraf menurun

Penurunan sensorik dan motorik

Parathesia dan paralysis

Gangguan Mobilitas Fisik

c. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan obstruksi emboli
2. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi akibat emboli atau trombus pada arteri
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan anggota gerak
d. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
Tujuan Rencana Keperawatan Rasional
1 Gangguan perfusi Tujuan Jangka panjang: 1. Kaji nadi perifer, kaji CRT 1. Mengetahui tingkat
jaringan perifer Gangguan perfusi jaringan pantau tanda-tanda sianosis obstruksi ekstremitas
berhubungan dengan menjadi adekuat 2. Anjurkan napas dalam 2. Menciptakan relaksasi
obstruksi emboli Tujuan Jangka Pendek: melalui abdomen. 3. Mempertahankan
Setelah dilakukan tindakan 3. Pertahankan oksigen aliran oksigen yang masuk ke
keperawatan gangguan rendah tubuh
perfusi jaringan menjadi 4. Posisikan pasien untuk 4. Mengoptimalkan
adekuat, ditandai dengan mengoptimalkan pernapan, pernafasan menurunkan
kriteria hasil: dengan posisi kepala obstruksi arteri
1. perfusi jaringan adekuat sedikit fleksi dan posisi 5. Meringankan gejala
2. CRT dalam rentang yang kaki lebih rendah dari trombus
normal badan
3. Tidak ada tanda-tada 5. Kolaborasi pemberian
sianosis antiplatelet
4. TD dalam batas normal
5. Nadi dalam batas normal

2 Nyeri akut berhubungan Tujuan Jangka Panjang: 1. Kaji nyeri dan catat 1. Mengetahui skala nyeri
dengan obstruksi akibat Nyeri tidak ada respon pasien (QRST) yang dirasakan
emboli atau trombus Tujuan Jangka Pendek: 2. Pantau TD dan nadi 2. Observasi Keadaan
pada arteri Menunjukkan tingkat nyeri perifer umum
sedang 3. Anjurkan teknik relaksasi 3. Relaksasi dapat
Kriteria Hasil: tarik nafas dalam menurunkan rasa nyeri
1 Nyeri berkurang 4. Beri posisi ekstremitas 4. Posisi menjuntai
2 Kegelisahan dan yang sakit menjuntai mengikuti arah gravitasi
ketegangan otot tidak (posisi lebih rendah dari dapat mengurangi nyeri
ada badan) 5. Mengurangi rasa nyeri
3 Tekanan darah dan nadi 5. Kolaborasi pemberian
normal analgetik

3 Gangguan mobilitas Tujuan Jangka Panjang: 1. Jelaskan akibat dari 1. Merubah pengetahuan
Gangguan mobilitas fisik pasien apabila tidak
fisik berhubungan imobilisasi.
dapat teratasi melakukan mobilisasi
dengan kelemahan Tujuan Jangka Pendek: 2. Jelaskan manfaat latihan 2. Memberi pengetahuan
Setelah dilakukan tindakan kepada pasien manfaat
anggota gerak gerak aktif.
keperawatan gangguan dari melakukan ROM
mobilitas fisik dapat teratasi 3. Ajarkan untuk melakukan aktif/ROM pasif
ditandai dengan kriteria 3. Latihan rentang gerak
rentang gerak aktif pada
hasil: dapat mencegah
1. Pasien berpartisipasi anggota gerak yang sehat. terjadinya kekakuan
pada aktivitas yang sendi, atrofi otot, dan
4. Evaluasi tingkat
diinginkan. pembentukan trombosis
2. Pasien dapat memenuhi kemampuan pasien dalam vena atau arteri
perawatan diri sendiri, 4. Mengetahui sejauh
menggerakkan anggota
3. Pasien mencapai mana kemampuan
peningkatan toleransi badannya yang sehat. rentang gerak aktif pada
aktifitas yang dapat pasien
diukur, dibuktikan oleh
menurunnya kelemahan
dan kelelahan.
DAFTAR PUSTAKA

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017


Edisi 10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC
Rokhaeni, H. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC

Khaffaf, Haytam and Sharon Dorgan. 2009. Vascular Disease : A Handbook


For NursesCambridge University Press, Cambridge.

Baradero, M, dkk. 2009. Prinsip dan Praktek Keperawatan Perioperatif. Jakarta:


EGC

Wahlberg E, etc. 2011. Emergency Vascular Surgery : a Pratical Guide. Springer-


Verlag, Berlin

Anda mungkin juga menyukai