Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

SEPSIS

Disusun Oleh:

Arie Gustian
(4006180044)

Pembimbing Akademik

( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG

TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
SEPSIS

I. Definisi
Sepsis adalah sindrom yang berkarakteristikan oleh tanda-tanda klinis
dan gejala infeksi yang parah yang berkembang kearah septisma dan syok
(Liwang, 2009 dalam dongoes marilin E: 2002).
Sepsis adalah suatu kondisi dimana terjadi reaksi peradangan sistemik
(inflammatory sytemic rection) yang dapat disebabkan oleh invansi bakteri,
virus, jamur atau parasit. Selain itu, sepsis dapat juga disebabkan oleh adanya
kuman-kuman yang berproliferasi dalam darah dan osteomyelitis yang
menahun. Efek yang sangat berbahaya dari sepsis adalah terjadinya kerusakan
organ dan dalam fase lanjut akan melibatkan lebih dari satu organ.
Sepsis adalah respons inflamasi sistemik tubuh terhadap infeksi.
Respons inflamasi sistemik tersebut, atau biasa disebut sebagai Systemic
Inflamatory Response Syndrome (SIRS) terjadi akibat cedera klinis yang berat.
Oleh sebab itu sepsis ditegakkan bila dicurigai atau terbukti bakteremia pada
pasien-pasien SIRS. Dalam perjalanannya, sepsis dapat menjadi sepsis berat,
syok septik, hingga menjadi Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS)
(Mansjoer, 2014 dalam Kapita Selekta Kedokteran).

II. Etiologi
Menurut Muttaqin (2009), etiologi dari sepsis kebanyakan disebabkan oleh
bakteri gram negative dan bakteri gram positive.
a. Bakteri Gram Negative
Bakteri gram negative yang sering menyebabkan sepsis adalah E. Coli,
Klebsiella Sp. Pseudomonas Sp, Bakteriodes Sp, dan Proteus Sp.
b. Bakteri Gram Positive
Organisme gram positif yang sering menyebabkan sepsis adalah
staphilococus, streptococcus dan pneumococcus.
III. Patofisiologi
Agen-agen infeksius, biasanya bakteri-bakteri, mulai menginfeksi
hampir segala lokasi organ atau alat-alat yang ditanam (contohnya, kulit,
paru, saluran pencernaan, tempat operasi, kateter intravena, dll.). Agen-
agen yang menginfeksi atau racun-racun mereka (atau kedua-duanya)
kemudian menyebar secara langsung atau tidak langsung kedalam aliran
darah. Ini mengizinkan mereka untuk menyebar ke hampir segala sistim
organ lain. Kriteria SIRS berakibat ketika tubuh mencoba untuk melawan
kerusakan yang dilakukan oleh agen-agen yang dilahirkan darah ini.
Sepsis bisa disebabkan oleh mikroorganisme yang sangat bervariasi,
meliputi bakteri aerobik, anareobik, gram positif, gram negatif, jamur, dan
virus.
Bakteri gram negative mengandung liposakarida pada dinding
selnya yang disebut endotoksin. Apabila dilepaskan dan masuk ke dalam
aliran darah, endotoksin dapat menyebabkan berbagai perubahan biokimia
yang merugikan dan mengaktivasi imun dan mediator biologis lainnya
yang menunjang timbulnya shock sepsis sedangkan Organime gram positif
melepaskan eksotoksin yang berkemampuan menggerakkan mediator
imun dengan cara yang sama dengan endotoksin.
Normalnya, pada keadaan infeksi terdapat aktivitas lokal
bersamaan dari sistem imun dan mekanisme down-regulasi untuk
mengontrol reaksi. Efek yang menakutkan dari sindrom sepsis tampaknya
disebabkan oleh kombinasi dari generalisasi respons imun terhadap tempat
yang berjauhan dari tempat infeksi, kerusakan keseimbangan antara
regulator pro-inflamasi dan anti inflamasi selular, serta penyebarluasan
mikroorganisme penyebab infeksi (Mansjoer, 2014 dalam Kapita Selekta
Kedokteran).
IV. Pathway
V. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala umum dari sepsis adalah: demam atau hypothermia,
berkeringat, sakit kepala dan nyeri otot. Berikut manifestasi klinis sepsis
berdasarkan klasifikasinya menurut Mansjoer (2014):
a. Systemic Inflamatory Response Syndrome (SIRS)
1. Suhu tubuh >38oC
2. Frekuensi nadi >90 kali/menit
3. Frekuensi napas >20 kali/menit
4. Jumlah leukosit >12.000/mm3 atau jumlah neutrofil batang >10%
b. Sepsis Berat
1. Asidosis laktat
2. Oliguri (keluaran urine <0,5 mL/kgBB/jam selama >2 jam meski
telah diberi resusitasi cairan secara adekuat
3. Acute Lung Injury (ALI) dengan PaO2/FiO2 <200 (bila tidak ada
penumonia) atau PaO2/FiO2 <250 (bila tidak ada pneumonia).
4. Kreatinin serum >2,0 mg/dL
5. Bilirubin >2 mg/dL
6. Hitung trombosit <100.000/mm3
7. Koagulopati (INR >1,5)
c. Syok septik
Sepsis dengan kelainan hipotensi yang tidak membaik dengan
resusitasi cairan awal
d. Multiple Organ Disfunction Syndrome (MODS)
Adanya gangguan fungsi organ-organ tubuh secara akut sehingga
homeostasis yang tidak dapat dipertahankan tanpa intervensi.

VI. Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil laboratorium sering ditemukan asidosis metabolik,
trombositopenia, pemanjangan waktu prothrombin dan tromboplastin
parsial, penurunan kadar fibrinogen serum dan peningkatan produk
fibrin split, anemia, penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2, serta
perubahan morfologi dan jumlah neutrofil. Peningkatan neutrofil serta
peningkatan leukosit imatur, vakuolasi neutrofil, granular toksik, dan
badan Dohle cenderung menandakan infeksi bakteri. Neutropenia
merupakan tanda kurang baik yang menandakan perburukan sepsis.
Pemeriksaan cairan serebrospinal dapat menunjukkan neutrofil dan
bakteri. Pada stadium awal meningitis, bakteri dapat dideteksi dalam
cairan serebrospinal sebelum terjadi suatu respons inflamasi. Berikut
Indikator laboratorium untuk sepsis menurut Guntur ( 2009):

Tes Temuan Keterangan


laboratorium
Hitung sel Leukositosis atau Endotoksemia dapat
darah putih Leukopenia menyebabkan early leukopenia
Hitung Trombositosis atau Nilai tinggi awal dapat dilihat
platelet trombositopenia sebagai respon fase akut,
jumlah trombosit yang rendah
terlihat pada DIC
Coagulation Defisiensi Protein C; Kelainan dapat diamati
cascade defisiensi sebelum timbulnya kegagalan
antitrombin; level D- organ dan tanpa perdarahan
dimer meningkat; PT yang jelas.
(Prothrombin Time)
dan PTT (Partial
Thromboplastin
Time)
memanjang
Level Meningkat Doubling-menandakan cedera
kreatinin ginjal akut
Level asam Lactic acid > Mengindikasikan hipoksia
laktat 4 mmol/L (36 mg/dL) jaringan
Level enzim Level alkaline Mengindikasikan cedera
hepar phosphatase, AST, hepatoseluler akut yang
ALT, bilirubin disebabkan hipoperfusi
meningkat
Level serum Hipofosfatemia Berkorelasi terbalik dengan
fosfat tingkat sitokin proinflamasi
Level C- Meningkat Respons fase akut
reactive
protein
(CRP)
Level Meningkat Membedakan SIRS yang
prokalsitonin infeksius dari SIRS yang non-
infeksius

VII. Penatalaksanaan
Manajemen dan tatalaksana pada sepsis harus dilakukan sesegera mungkin
dalam periode emas 6 jam pertama. Secara ringkas, strategi terapi sepsis
mencakup 3 hal berikut: resusitasi awal dan kontrol infeksi, terapi
dukungan hemodinamik serta terapi support lainnya.
a. Resusitasi awal dan kontrol infeksi
1. Resusitasi cairan (dalam 6 jam pertama). Berikan sesegera
mungkin pada kondisi hipotensi atau peningkatan laktat serum >4
mmol/L. Resusitasi menggunakan cairan fisiologis, baik kristaloid
(NaCl, Ringer Laktat) maupun koloid.
 Berikan cairan kristaloid minimal 30 mL/kgBB bolus secara
cepat selama 30 menit dengan prinsip fluid challenge
technique
 Albumin boleh diberikan setelah pasien mendapatkan cairan
kristaloid dalam jumlah yang adekuat
 Target resusitasi CVP 8-12 mmHg, MAP ≥ 65 mmHg,
produksi urine ≥ 0,5 mL/kgBB/jam.
2. Pemberian antibiotik
Antibiotik diberikan sesuai etiologi berdasarkan hasil kultur darah
b. Terapi dukungan hemodinamik
1. Pemberian agen vasopresor dan inotropik
Vasopresor diberikan untuk menjaga tekanan arteri rata-rata >65
mmHg dan inotropik diberikan pada pasien dengan disfungsi
miokardium (peninggian tekanan pengisian jantung dan curah
jantung rendah). Vasopresor pilihan pertama ialah norepinefrin
(ditambahkan setelah norefineprin) dapat dipertimbangkan untuk
menjaga tekanan darah tetap adekuat. Vasopresor dosis 0,3
U/menit dapat ditambahkan pada norefineprin untuk meningkatkan
MAP atau menurunkan dosis norefineprin. Penggunaan dopamin
sebagai vasopresor alternatif hanya diberikan pada pasien tertentu,
seperti resiko rendah mengalami takiaritmia, bradikardia absolut
dan relatif).
2. Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid intravena (dosis 50 mg setiap 6 jam
selama 7 hari) hanya di rekomendasikan pada pasien dewasa
dengan syok septik yang tidak mengalami perbaikan tekanan darah
setelah resusitasi cairan dan terapi vasopresor.

VIII. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Data Fokus Pengkajian
1. Pengkajian Primer
 Airway
Yakinkan kepatenan jalan napas, berikan alat bantu napas jika
perlu (guedel atau nasopharyngeal), jika terjadi penurunan fungsi
pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera mungkin
ke ICU.
 Breathing
Kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala
yang signifikan, kaji saturasi oksigen, periksa gas darah arteri
untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan asidosis,
berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask, auskulasi dada,
untuk mengetahui adanya infeksi di dada, periksa foto thorak.
 Circulation
Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda
signifikan, monitoring tekanan darah, tekanan darah, periksa waktu
pengisian kapiler, pasang infuse dengan menggunakan canul yang
besar, berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel, pasang
kateter, lakukan pemeriksaan darah lengkap, siapkan untuk
pemeriksaan kultur, catat temperature, kemungkinan pasien
pyreksia atau temperature kurang dari 36Oc, siapkan pemeriksaan
urin dan sputum, berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan
setempat.
b. Pemeriksaan Fisik dan Tanda-Tanda Vital
 Temperatur atau suhu
Terjadi hipertermia ( >37,5 0C ) atau hipotermia ( <36 0C) sebagai
respon inflamasi yang berlebihan dsertai pelepasan mediator
vasoaktif.
 Pulse (denyut nadi)
Terjadi peningkatan denyut nadi ( Takikardi ) lebih dari 90 kali/
menit
 Respirasi (pernapasan)
Peningkatan frekuensi pernapasan (>20 kali/ menit atau PaCO2 < 32
mmHg) sebagai kompensasi akibat asidosis metabolik.
 Tekanan darah
Hipotensi
 Sistem Kulit /Integumen
a. Edema (kulit kemerahan)
b. Kulit hangat, kering (tahap awal)
c. Kulit dingi (syok tahap awal)
d. Kulit berkeringat
Analisa Data

No Symptoms Etiology Problems


1 Data Subyektif : Sepsis Gangguan
Pasien mengalami penurunan kesadaran. ↓ Pertukaran Gas
Data Obyektif: Pelepasan endotoksin

a. Pasien tampak sesak
Disfungsi mikrosirkulasi
b. Pasien dengan kesadaran somnolen ↓
c. RR: 24x/menit Kegagalan respon terhadap
kebutuhan O2
d. Nadi : 105 x/menit

e. Pasien tampak menggunakan retraksi otot dada Kegagalan kontrol aliran darah
f. pH : High 7,55 (7,35-7,45) lokal
PaCO2 > 45 mmHg (35-45) ↓
↓ saturasi O2

Pelepasan nitrit oksida

Vasodilatasi kapiler

Maldistribusi volume darah

Hipoperfusi/kekurangan oksigen

Gangguan Pertukaran Gas
2 Data Subyektif Bakteri gram negative dan Penurunan Curah
bakteri gram positive masuk Jantung
- Pasien mengatakan sesak nafas kedalam tubuh
- Sulit melakukan aktifitas yg berlebihan ↓
- Sering terbangun pada malam hari karna sesak
Invasi bakteri dan kontaminasi
Data Obyektif sistemik
K/u : Lemah ↓
TTV : TD : 86/53 mmHg Infeksi
N : 87/x mnt ↓
S : 38 ,8 oC Sepsis
RR : 21 x/mnt ↓
Pelepasan endotoksin

Kegagalan mikrosirkulasi ke otot
jantung

Iskemia otot jantung

Pompa jantung tidak adekuat

Penurunan Curah Jantung

3 Data Subyektif : Bakteri gram negative dan Hipertermi


Pasien mengalami penurunan kesadaran bakteri gram positive masuk
Data Obyektif : kedalam tubuh
Suhu: 37,9˚C ↓
Invasi bakteri dan kontaminasi
sistemik

Infeksi

Sepsis

Pelepasan endotoksin

Merangsang sintesa dan pelepasan
zat pirogen oleh leukosit

Zat pirogen beredar dalam darah

Aktivasi prostaglandin

Prostaglandin mempengaruhi
pusat termoregulasi di hipotalamus

Hipotalamus ↑ poin suhu

Peningkatan suhu tubuh dari
kisaran normal

Hipertermi
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan pompa jantung yang tidak adekuat, kegagalan mikrosirkulasi ke otot
jantung
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Tujuan Rencana Keperawatan Rasional
1 Gangguan pertukaran gas Perbaikan ventilasi 1. kaji frekuensi, kedalaman, 1. Manifestasi distres
berhubungan dengan dan oksigenasi dan kemudahan pernafasan pernafasan tergantung
perubahan membran jaringan dengan 2. Observasi warna kulit, pada derajat keterlibatan
alveolar-kapiler GDA dalam rentang membran mukosa dan kuku. paru dan status
normal dan tidak ada Catat adanya sianosis kesehatan umum
distres pernafasan. 3. Kaji status mental 2. Sianosis menunjukkan
Hasil yang 4. Tinggikan kepala dan dorong vasokontriksi atau
diharapkan : sering mengubah posisi, respon tubuh terhadap
- Menunjukkan nafas dalam, dan batuk demam/ menggigil dan
adanya perbaikan efektif terjadi hipoksemia.
ventilasi dan 5. Kolaborasi pemberian 3. Gelisah, penurunan
oksigenasi jaringan oksigen dengan benar sesuai kesadaran, bingung
- Berpartisispasi pada dengan indikasi dapat menunjukkan
tindakan untuk hipoksemia.
memaksimalkan 4. Tindakan ini
oksigenasi meningkatkan inspirasi
maksimal, meningkatkan
pengeluaran sekret untuk
memperbaiaki ventilasi.
5. Mempertahankan PaO2
di atas 60 mmHg.
2 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan tindakan 2. Berikan posisi nyaman yaitu keadaan pasien
pompa jantung yang keperawatan curah posisi semifowler 2. posisi semifowler untuk
tidak adekuat, kegagalan jantung kembali 3. Monoton output cairan mempermudah
mikrosirkulasi ke otot normal . 4. Kolaborasi dengan tim medik pernafasan
jantung untuk pemberian terapi 3. untuk bisa mengetahui
KH : Curah jantung kemasukan cairan dan
norma pengeluaran
4. Dengan pemberian
terapi untuk
mempercepat
penyembuhan

3 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan 1. Observasi keadaan umum 1. Mengetahui


dengan proses infeksi tindakan pasien perkembangan keadaan
keperawatan suhu 2. Observasi tanda-tanda vital umum dari pasien
dalam batas normal pasien 2. Mengetahui perubahan
(36,5 oC -37,5oC) 3. Anjurkan pasien untuk tanda-tanda vital pasien
banyak minum 3. Mencegah terjadinya
dehidrasi sewaktu panas
4. Anjurkan pasien untuk 4. Meminimalisir produksi
banyak istirahat panas yang diproduksi
5. Anjurkan pasien untuk oleh tubuh
memakai pakaian yang tipis 5. Membantu
6. Beri kompres hangat di mempermudah
beberapa bagian tubuh penguapan panas
7. Kolaborasi/ delegatif dalam 6. Mempercepat dalam
pemberian obat sesuai penurunan produksi
indikasi, contohnya : panas
paracetamol 7. Membantu dalam
penurunan panas
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Penatalaksanaan Sepsis.


Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Guntur HA. 2009. SIRS, SEPSIS dan SYOK SEPTIK (Imunologi, Diagnosis dan
Penatalaksanaan). Surakarta: Sebelas Maret University Press

Mansjoer, Arif. 2014. Kapita Selekta Kedokteraan . Edisi IV. Jilid 2. Jakarta :
Mediaesculapius.

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10


editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

Suyono, S, et al. 2010. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai