Fasilitator:
Siti Nur Hasina, S.Kep.Ns., M.Tr.Kep.
Oleh:
Riyatna Hamidah, S.Kep.
1120019173
Penulis
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar
1. Konsep Dasar Lansia
a. Definisi
Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun keatas. Pada
lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara
perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas atau infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi. Oleh karena itu, dalam tubuh akan
menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut penyakit
degeneratif yang menyebebkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode
terminal (Sunaryo dkk, 2016)
b. Batasan Umur Lansia
Menurut pendapat beberapa ahli dalam Efendi (2009), batasan-batasan
umur yang mencakup batasan umur lansia sebagai berikut:
1) Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 pasal 1
ayat (2), (3), (4) tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
2) Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat
kriteria berikut: Usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) ialah 60-70 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat
tua (very old) ialah diatas 90 tahun.
3) Menurut Jos Masdani (Psikologi UI) terdapat empat fase, yaitu: pertama (fase
inventus) ialah 24-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga
(fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 tahun
hingga tutup usia.
4) Menurut Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): >65 tahun
atau 70 tahun. Masa lanjut usia (geriatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga
batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old )
>80 tahun (Sunaryo dkk, 2016)
c. Tipologi Lansia
Beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Sunaryo dkk, 2016).
Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1) Tipe arif bijaksana.
2) Tipe mandiri.
3) Tipe tidak puas.
4) Tipe pasrah.
5) Tipe bingung.
d. Proses penuaan
Proses penuaan merupakan proses yang berhubungan dengan umur
seseorang. Manusia mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya umur
tersebut. Semakin bertambah umur semakin berkurang fungsi-fungsi organ tubuh.
Hal ini dapat kita lihat dari perbandingan struktur dan fungsi organ antara manusia
yang berumur 70 tahun dengan mereka yang berumur 30 tahun, yaitu berat otak
pada lansia 56%, aliran darah ke otak 80%, cardiac output 70%, jumlah
glomerulus 56%, glomerular filtration rate 69%, vital capacity 56%, asupan O2
selama olahraga 40%, jumlah dari axon pada syaraf spinal 63%, kecepatan
pengantar impuls saraf 90%, dan berat badan 88%. Banyak faktor yang
mempengaruhi penuaan tersebut, sehingga muncullah teoti-teori yang
menjelaskan mengenai faktor penyebab proses penuaan ini (Sunaryo dkk, 2016).
Adapun faktor yang mempengaruhi proses penuaan tersebut dapat dibagi
atas dua bagian. Pertama, faktor genetik, yang melibatkan perbaikan DNA,
respons terhadap stress, dan pertahanan terhadap antioksidan. Kedua, faktor
lingkungan, yang meliputi pemasukan kalori, berbagai macam penyakit, dan stress
dari luar, misalnya radiasi atau bahan-bahan kimia. Kedua faktor tersebut akan
mempengaruhi aktivitas metabolisme sel yang akan menyebabkan terjadinya
stress oksidasi sehingga terjadi kerusakan pada sel yang menyebabkan terjadinya
proses penuaan.
e. Perubahan-perubahan yang Terjadi Akibat Proses Penuaan
1) Perubahan pada semua sistem dan implikasi klinik (Sunaryo dkk, 2016):
a) Sel
Jumlah sel pada lansia lebih sedikit, ukurannya lebih besar, jumlah cairan
tubuh dan cairan intraseluler berkurang, proporsi protein diotak, otot, ginjal,
darah, dan hati menurun. Jumlah sel otak menurun, otak menjadi atrofis beratnya
berkurang 5-10%, dan terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b) Perubahan pada Sistem Sensoris
Lansia yang mengalami penurunan persepsi sensori, akan merasa enggan
bersosialisasi karena kemunduran fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki.
Merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori adalah:
(1) Penglihatan
(a) Terjadinya awitan presbiopi dengan kehilangan kemampuan akomodasi.
Kerusakan ini terjadi karena kerusakan otot-otot siliaris menjadi lebih lemah
dan kendur, dan lensa kristalin mengalami sklerosis, dengan kehilangan
elastisitas dan kemampuan untuk memusatkan penglihatan jarak dekat.
(b) Penurunan ukuran pupilatau miosis pupil terjadi karena sfingkter pupil
mengalami sklerosis.
(c) Perubahan warna dan meningkatnya kekeruhan lensa kristal yang
terakumulasi dapat menimbulkan katarak.
(d) Penurunan produksi air mata.
(2) Pendengaran
(a) Pada telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi sensorineural. Hal ini
terjadi karena telinga bagian dalam dan komponen syaraf tidak berfungsi
dengan baik sehingga terjadi perubahan konduksi.
(b) Pada telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya tangkap membran timpani,
pengapuran dari tulang pendengaran, otot dan ligamen menjadi lemah dan
kaku.
(c) Pada telinga bagian luar, rambut menjadi panjang dan tebal, kulit menjadi
lebih tipis dan kering, dan peningkatan keratin.
(3) Perabaan
Perabaan mungkin sistem sensori pertama yang menjadi fungsional
apabila terhadap gangguan pada penglihatan dan pendengaran.
(4) Pengecapan
Penurunan jumlah dan kerusakan papila atau kuncup-kuncup perasa lidah.
(5) Penciuman
Penurunan atau kehilangan sensasi penciuman karena penuaan dan usia.
c) Perubahan pada Sistem Integumen
Pada lansia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas
tonjolan-tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah, dan permukaan dorsalis
tangan dan kaki. Sedikitnya kolagen yang terbentuk pada proses penuaan dan
adanya penurunan jaringan elastik, mengakibatkan penampilan yang lebih keriput.
Tekstur kulit lebih kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan
aktivitas kelenjar eksokrin dan kelenjar sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan
penyambung disertai penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan
turgot kulit. Massa lemak bebas berkurang 6,3% BB per dekade dengan
penambhan massa lemak 2% per dekade. Massa ini berkurang sebesar 2,5% per
dekade.
(1) Stratum Korneum
(a) Kohesi sel dan waktu regenerasi sel menjadi lebih lama.
(b) Pelembaban pada stratum korneum berkurang.
(2) Epidermis
(a) Jumlah sel basal menjadi sedikit, perlambatan dalam proses perbaikan sel,
dan penurunan jumlah kedalaman rate ridge.
(b) Terjadi penurunan jumlah melanosit
(c) Penurunan jumlah sel langerhans sehingga menyebabkan penurunan
kompetensi imun.
(d) Kerusakan struktur nukleus kreatinosit.
(3) Dermis
(a) Volume dermal mengalami penurunan yang menyebabkan penipisan dermal
dan jumlah sel berkurang.
(b) Penghancuran serabut elastis dan jaringan kolagen oleh enzim-enzim.
(c) Vaskularisasi menurun dengan sedikit pembuluh darah kecil.
(4)Subkutis
(a) Lapisan jaringan subkutan mengalami penipisan.
(b) Distribusi kembali dan penurunan lemak tubuh.
(5)Bagian tambahan pada kulit
(a) Berkurangnya folikel rambut.
(b) Pertumbuhan kuku melambat.
(c) Corpus pacini (sensasi tekan) dan corpus meissner (sensasi sentuhan
menurun)
(d) Kelenjar keringat sedikit.
(e) Penurunan kelenjar apokrin.
d) Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal
Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas,
gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan
dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon
esterogen pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormon lain. Tulang-tulang
trabekulae menjadi lebih berongga, mikro-aksitetur berubah dan sering patah, baik
akibat benturan ringan maupun spontan.
(1) Sistem Skeletal
(a) Penurunan tinggi badan secara progresif karena penyempitan didkus
intervertebral dan penekanan pada kolumna vertebralis.
(b) Penurunan produksi tulang kortikal trabekular yang berfungsi sebagai
perlindungan terhadap beban gerakan rotasi dan lengkungan.
(2) Sistem Muskular
(a) Waktu untuk kontraksi dan relaksasi muskular memanjang.
(b) Perubahan kolumna vertebralis, akilosis atau kekakuan ligamen dan sendi,
penyusutan dan sklerosis tendon dan otot, dan perubahan degeneratif
ekstrapiramidal.
(3)Sendi
(a) Pecahnya komponen kapsul sendi dan kolagen.
(b) Kekakuan ligamen dan sendi.
(4) Esterogen
Perubahan yang terjadi pada sistem skeletal akibat proses menua, yaitu
penurunan hormon esterogen. Implikasi dari hal ini adalah kehilangan unsur-unsur
tulang yang berdampak pada pengeroposan tulang.
e) Perubahan pada Sistem Neurologis
(1) Konduksi saraf perifer yang lebih lambat.
(2) Peningkatan lipofusin sepanjang neuron-neuron.
(3) Termoregulasi oleh hipotalamus kurang efektif.
f) Perubahan pada Sistem Kardiovaskular
(1) Penebalan dinding ventrikel kiri karena peningkatan densitas kolagen dan
hilangnya fungsi serat-serat elastis.
(2)Jumlah sel-sel peace maker mengalami penurunan dan berkas his kehilangan
serat konduksi yang membawa impuls ke ventrikel.
(3)Sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus karena peningkatan
serat kolagen dan hilangnya serat elasti dalam lapisan medial arteri.
(4)Vena meregang dan mengalami dilatasi.
g) Perubahan pada Sistem Pulmonal
(1) Paru-paru kecil dan kendur, hilangnya rekoil elastis, dan pembesaran alveoli.
(2) Penurunan kapasitas vital penurunan PaO2 residu.
(3) Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi.
(4) Klasifikasi kartlago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi pengembangan.
(5) Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru.
(6) Kelenjar mukus kurang produktif.
(7) Penurunan sensitivitas sfingter esofagus.
(8) Penurunan sensitivitas kemoreseptor.
h) Perubahan pada Sistem Endokrin
(1) Kadar glukosa darah meningkat.
(2) Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat.
(3) Residu urin didalam kandung kemih meningkat.
(4) Kelenjar tiroid menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun, dan
waktu paruh T3 dan T4 meningkat.
GOUT
Mekanisme peradangan
Defisiensi pengetahuan
Vasodilatasi dari kapiler Oedema jaringan
a. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis, pemberian obat yang menurunkan kadar asam urat
a. Allopurinol : suatu inhibitor oksidase proten, bekerja mencegah konfersi
hipoxantin menjadi xantin dan konfersi xantin menjadi asam urat (gout).
b. Probenesid : obat yang berfungsi menurunkan asam urat (gout) dalam serum
c. Sulfinpirazon : dirivat pirazolon dosis 200 – 400 mg/hari
d. Azapropazon : diberikan dengan dosis 4 x 300 mg/hari
2) Penatalaksanaan diit gout arthritis
Penderita gout arthritis tinggi, memang harus hati – hati terhadap makanan.
Diit yang dilakukan, harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Pembatasan purin
Apabila telah terjadi pembengkakan sendi maka penderita gout arthritis
harus melakukan diet bebas purin. Namun karena hampir semua bahan makanan
sumber protein mengandung nukleoprotein maka hal ini hampir tidak mungkin
dilakukan. Maka yang harus dilakukan adalah membatasi asupan purin menjadi
100 – 150 mg purin per hari. (diet normal biasanya mengandung 600 – 1.000 mg
purin per hari.
b) Kalori sesuai kebutuhan
Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gout arthritis yang kelebihan
berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah
konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar
asam urat karena adanya keton bodies yang akan mengurangi pengeluaran asam
urat melalui urine.
c) Tinggi karbohidrat
Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti, dan ubi sangat baik
dikonsumsi oleh penderita gout arthritis karena akan meningkatkan pengeluaran
asam urat melalui urin. Konsumsi karbohidrat sederhana jenis fluktosa seperti
gula, permen, arum manis, gulali, dan sirup sebaiknya dihindari karena fruktosa
akan meningkatkan kadar asam urat dalam darah.
d) Rendah protein
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam
urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam
jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa. Asupan protein
yang dianjurkan bagi penderita gout arthritis adalah sebesar 50 – 70 gram/hari
atau 0,8 – 1 gram/kg berat badan/hari. Sumber protein yang disarankan adalah
protein nabati yang berasal dari susu, keju, dan telur.
e) Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang
digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi
lemak sebaiknya sebanyak 15 persen total kalori
f) Tinggi cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat
melalui urin. Karena itu, disarankan untuk menghabiskan minum minimal
sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas sehari. Air minum ini bisa berupa air putih masak,
teh, atau kopi. Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah – buahan
segar yang mengandung banyak air. Buah – buahan yang disarankan adalah
semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah –
buahan tersebut, buah – buahan lain juga boleh dikonsumsi karena buah – buahan
sangat sedikit mengandung purin. Buah – buahan yang sebaiknya dihindari adalah
alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
g) Tanpa alkohol
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat (gout) mereka
yang mengkonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
mengkonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam
laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat (gout)
dari tubuh.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Gout Arthritis
a. Pengkajian
Pengumpulan data yang akurat dan sistemis akan membantu dalam
menetukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh
melalui anamnese, pemeriksaan fisik dan riwayat psikososial.
1) Anamnese
a) Identitas
(1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik,
alamat, semua data mengenai identitas klien tersebut untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
(2) Identitas Penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.
b) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan. Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu
mengidentifikasi adanya:
(1) Kesemutan atau linu
(2) Sendi asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas, nyeri luar biasa pada
malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
(3) Jenis kelamin sering pada laki-laki
(4) Pola latihan dan aktivitas
c) Pola Aktivitas Sehari-hari
Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga,
pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, dan toilet.
Olahraga dapat membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih
baik. Selain itu, olahraga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi.
Lansia memerlukan aktivitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh.
Aktivitas tubuh memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan
muskuloskeletal.
Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan menurunnya gerak
persendian adalah agility (kemampuan cepat dan lancar) menurun, dan stamina
menurun.
2) Aspek Penunjang
a) Pemeriksaan Fisik
(1) B1 (Breathing).
Inspeksi: Bila tidak melibatkan sistem pernapasan, biasanya ditemukan
kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak napas, tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan.
Palpasi: Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi: Suara resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi: Pada kasus lanjut usia, biasanya didaptkan suara ronkhi.
(2) B2 (Blood).
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan
pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gengguan pembuluh darah
atau edema yang berkaitan dengan efek obat.
(3) B3 (Brain).
Kesadaran biasanya komposmentis. Pada kasus yang lebih parah, klien
dapat mengeluh pusing dan gelisah.
Kepala dan wajah : Ada sianosis
Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.
Leher : Biasanya JVP dalam keadaan normal.
(4) B4 (Bladder).
Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
sistem perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke gijal
berupa pielonefritis, batu asam urat, dan gagal ginjal kronik yang akan
menimbulkan perubahan fungsi pada sistem ini.
(5) B5 (Bowel).
Kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi perlu
dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses. Selain itu perlu di kaji
frekiensi, konstitensi, warna, bau, dan jumlah urine. Klien biasanya mual,
mengalami nyeri lambung, dan tidak ada nafsu makan, terutama klien yang
memakai obat analgesik dan anti hiperurisemia.
(6) B6 (Bone)
Look : Keluhan nyeri sendi yang merupakan keluhan utama yang mendorong
klien mencari pertolongan (meskipun sebelumnya sendi sudah kaku dan
berubah bentuknya).
Feel : Ada nyeri tekan pada sendi yang membengkak.
Move : Hambatan gerakan sendi biasanya semakin memberat.
3) Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan penyakit
klien dalam keluarga dan masyarakat. Respon yang didapat meliputi adanya
kecemasan individu dengan rentang variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan
berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat
respon nyeri, dan ketidaktahuan akan program pengobatan dan prognosis
penyakit serta peningkatan asam urat terhadap sirkulasi. Adanya perubahan
peran dalam keluarga akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik
memberikan respon terhadap konsep diri yang maldaptif.
4) Pengkajian Status Fungsional
Pengkajian status fungsional ini meliputi pengukuran kemampuan
seseorang dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, penentuan
kemandirian, mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien, serta
menciptakan pemilihan intervensi yang tepat. Pengkajian status fungsional ini
melakukan pemeriksaan dengan instrumen tertentu untuk membuat penilaian
secara objektif. Instrumen yang biasa digunakan dalam pengkajian status
fungsional adalah:
a) Indeks katz/aktivitas kehidupan sehari-hari
(1) Bathing
(2) Dressing
(3) Toileting
(4) Transfering
(5) Continence
(6) Feeding
Indeks Katz pada aktivitas kehidupan sehari-hari memfokuskan pada 6
aktivitas sehari-hari seperti yang tertera di atas. Selain ke 6 aktivitas tersebut
indekz ini mengkaji kemampuan individu untuk melakukan secara mandiri.
Misalnya pada individu yang ditempatkan pada posisi indeks seperti
“membutuhkan bantuan untuk berpindah”. Posisi ini memberikan gambaran
definitif pada individu, apakah mereka dapat menggambarkan kemampuannya,
seperti kemampuan untuk makan dan mempertahankan kontinensia tapi
mengalami kesulitan dalam bergerak.
Penilaian didasarkan pada kemampuan pasien untuk melakukan ke 6 hal
yang dikriteriakan di atas namun pada pelaksanaannya perlu beberapa
modifikasi penilaian untuk memastikan status fungsional usia lanjut. (Jurnal
kesehatan masyarakat, 2009).
b) Barthel Indeks
c) Sullivan Indeks Katz
Alat ini digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan prognosis pada
lansia dan penyakit kronis. Lingkup pengkajian meliputi keadekuatan enam
fungsi, yaitu mandi, berpakaian, toileting, berpidah, kontinen dan makan, yang
hasilnya untuk mendeteksi tingkat fungsional klien (mandiri/dilakukan sendiri
atau tergantung).
5) Pengkajian Status Kognitif/Afektif
Pengkajian Status Kognitif/Afektif merupakan pemeriksaan status mental
sehingga dapat memberikan gambaran perilaku dan kemampuan mental dan
fungsi intelektual. Pengkajian status mental ditekankan pada pengkajian tingkat
kesadaran, perhatian, keterampilan berbahasa, ingatan interpretasi bahasa,
keterampilan menghitung dan menulis, serta kemampuan konstruksional.
Pengkajian status mental bisa digunakan untuk klien yang beresiko delirium.
Pengkajian ini meliputi Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ),
Mini-Mental State Exam (MMSE), Inventaris Depresi Beck (IDB), Skala Depresi
Geriatrik Yesavage. Berikut akan diuraikan secara singkat aspek pengkajian
tersebut.
a) Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Pengkajian ini digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan
intelektual instrumen SPMSQ terdiri dari 10 pertanyaan tentang orientasi,
riwayat pribadi, memori dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan
diri, memori jauh dan kemampuan matematis. Penilaian dalam pengkajian
SPMSQ adalah nilai 1 jika rusak/salah dan nilai 0 tidak rusak/benar.
b) Mini-Mental State Exam (MMSE)
Mini-Mental State Exam (MMSE) digunakan untuk menguji aspek kognitif
dari fungsi mental: Orientasi, registrasi, perhatian, kalkulasi, mengingat kembali,
dan bahasa. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melengkapi dan menilai, tetapi
tidak dapat digunakan untuk tujuan diagnostik, namun berguna untuk mengkaji
kemampuan klien.
c) Inventaris Depresi Beck (IDB)
Inventaris Depresi Beck (IDB) merupakan alat pengukur status afektif yang
digunakan untuk membedakan jenis depresi yang mempengaruhi suasana hati.
Instrumen ini berisikan 21 karakteristik: Alam perasaan, pesimisme, rasa
kegagalan, kepuasan, rasa bersalah, rasa terhukum, kekecewaan terhadap
seseorang, kekerasan terhadap diri sendiri, keinginan untuk menangis, mudah
tersinggung, menarik diri, ketidakmampuan membuat keputusan, gambaran
tubuh, gangguan tidur, kelelahan, gangguan selera makan, kehilangan berat
badan. Selain itu, juga berisikan 13 hal tentang gejala dan sikap yang
berhubungan dengan depresi.
d) Skala Depresi Geriatrik Yesavage
Skala Depresi Geriatrik Yesavage atau biasa disebut dengan Geriatric
Depression Scale (GDS) merupakan instrumen yang disusun secara khusus untuk
memeriksa depresi. Instrumen ini terdiri atas 30 atau 15 pertanyaan dengan
jawaban YA atau TIDAK. GDS ini telah diuji kesahihan dan keandalannya.
Beberapa nomer jawaban YA dicetak tebal, dan beberapa nomer yang lain
jawaban TIDAK dicetak tebal. Jawaban yang dicetak tebal mempunyai nilai 1
apabila dipilh. Instrumen GDS dengan 30 item pertanyaan ini dikatakan juga
dengan GDS Long Version, sedangkan yang mengguankan 15 item pertanyaan
biasa disebut GDS Short Version.
b. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI, 2016 :
1) Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis dibuktikan
dengan mengeluh nyeri
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan nyeri
saat bergerak.
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
dibuktikan dengan menanyakan masalah yang dihadapi.
c. Intervensi
Intervensi keperawatan menurut Doenges, dkk. (2000), adalah preskripsi
untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan/tindakan yang harus
dilakukan perawat. Perencanaan tindakan atau intervensi berupa pernyataan
menggunakan kalimat perintah, seperti: Monitor intensitas cemas, laporkan
kualitas tidur yang adekuat, kontrol renspons cemas, rencanakan strategi koping
dalam situasi stres, kaji pengetahuan keluarga, jelaskan mekanisme timbulnya
nyeri, beri kesempatan kelarga bertanya, beri reinforcement positif, ajarkan
teknik untuk mengurangi nyeri, anjurkan olahraga ringan, dan berikan informasi
tentang fasilitas kesehatan. (Sunaryo dkk, 2016).
Perawat mengembangkan rencana pelayanan yang berhubungan dengan
lansia dan hal-hal yang berkaitan. Tujuan, prioritas, serta pendekatan
keperawatan yang digunakan dalam rencana perawatan termasuk didalamnya
kepentingan terapeutik, promotif, preventif, dan rehabilitatif.
Rencana keperawatan membantu klien memperoleh dan mempertahankan
kesehatan pada tingkatan yang paling tinggi kesejahteraan dan kualitas hidup
dapat tercapai, demikian juga halnya untuk menjelang kematian secara damai.
Rencana dibuat untuk keberlangsungan pelayanan dalam waktu yang tak
terbatas, sesuai dengan respons atau kebutuhan klien.
No. Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Indonesia (SDKI) (SLKI) (SIKI)
Kategori : Psikologis
b. Objektif
19.Frekwensi nadi
1. Bersikap protektif Kompres Panas (I.08235)
20.Pola napas
2. Waspada
21.Tekanan darah
3. Pola tidur berubah
22.Proses berpikir
4. Anoreksia
23.Fokus Definisi:
5. Fokus menyempit
24.Fungsi berkemih
6. Berfokus pada diri sendiri Melakukan stimulasi kulit dan jaringan
25.Perilaku
26.Nafsu makan dengan panas untuk mengurangi nyeri,
Kondisi Klinis Terkait 27.Pola tidur spasme otot, dan mendapatkan efek
terapeutik lainnya melalui paparan panas.
1. Kondisi kronis
2. Infeksi Tindakan
Keterangan:
3. Cedera medulla spinalis
Observasi
4. Kondisi pasca trauma 1 = Memburuk
5. Tumor 1. Identifikasi kontraindikasi kompres panas
2 = Cukup Memburuk
2. Identifikasi kondisi kulit yang akan
dilakukan kompres panas
3 = Sedang 3. Periksa suhu alat kompres
4. Monitor iritasi kulit atau atau kerusakan
4 = Cukup Membaik jaringan selama 5 menit pertama
5 = Membaik Terapeutik
Kontrol Nyeri (L.08063) 1. Pilih metode kompres yang nyaman dan
mudah didapat
2. Pilih lokasi kompres
Definisi: 3. Balut alat kompres panas dengan kain
pelindung, jika perlu
Tindakan untuk meredakan pengalaman 4. Lakukan kompres panas pada daerah
sensotik atau emosional yang tidak yang cedera
menyenangkan akibat kerusakan jaringan 5. Hindari penggunaan kompres pada
jaringan yang terpapar terapi radiasi
Edukasi
Ekspektasi: Meningkat
1. Jelaskan prosedur penggunaan kompres
panas
Kriteria Hasil: 2. Anjurkan tidak menyesuaikan pengaturan
suhu secara mandiri tanpa
1. Melaporkan nyeri terkontrol pemberitahuan sebelumnya
2. Kemampuan mengenali onset nyeri 3. Ajarkan cara menghindari keruskan
3. Kemampuan mengenali penyebab nyeri jaringan akibat panas
4. Kemampuan menggunakan teknik non-
farmakologis
5. Dukungan orang terdekat
Keterangan:
1 = Menurun
2 = Cukup Menurun
3 = Sedang
4 = Cukup Meningkat
5 = Meningkat
6. Penggunaan analgesik
Keterangan:
1 = Meningkat
2 = Cukup Meningkat
3 = Sedang
4 = Cukup Menurun
5 = Menurun
2. BAB: IV Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Ambulasi (1.06171)
Kategori: Fisiologis
Sub Kategori: Aktivitas/istirahat Definisi: kemampuan dalam gerakan fisik Definisi: memfasilitasi pasien untuk
dari satu atau lebih ekstremitas secara meningkatkan aktivitas berpindah
Gangguan Mobilitas Fisik mandiri
Tindakan
Definisi: keterbatasan dalam Ekspetasi: Meningkat Observasi:
gerakan fisik dari satu atau lebih 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
ekstremitas secara mandiri Kriteria Hasil: lainnya
1. pergerakan ekstremitas 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
Penyebab: 2. kekuatan otot ambulasi
1. Kerusakan integritas struktur 3. rentang gerak (ROM) 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
tulang darah sebelum memulai ambulasi
2. Perubahan metabolisme 4. Monitor kondisi umum selama melakukan
3. Ketidakbugaran fisik Keterangan: ambulasi
4. Penurunan kendali otot 1= Menurun
5. Penurunan massa otot Terapeutik
6. Penurunan kekuatan otot 2= Cukup Menurun 1. Fasilitasi aktifitas ambulasi dengan alat
7. Kekauan sendi bantu (tongkat, kruk)
8. Gangguan muskuloskletal 3= Sedang
2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
9. Gangguan Neuromuskular perlu
4= Cukup Meningkat
10. Nyeri 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
11. Kecemasan 5= Meningkat dalam meningkatkan ambulasi
12. Gangguan sensori persepsi
13.
Gejala dan Tanda Mayor: 4. nyeri Edukasi:
5. kecemasan
Subjektif: 6. kaku sendi 1. Jelaskan tujuan dan prosedur melakukan
7. Gerakan tidak terkoordinasi ambulasi
1. Mengeluh sulit menggerakkan 2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
8. Gerakan terbatas
ekstremitas 3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
9. Kelemahan fisik
Objektif: dilakukan (berjalan dari tempat tidur ke
Keterangan: kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke
1. Kekekuatan otot menurun kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
2. Rentang gerak (ROM) 1= Meningkat
menurun
2= Cukup meningkat Dukungan Mobilisasi (1.05173)
Kategori : Perilaku
Sub Kategori : Penyuluhan dan Definisi: Kecukupan informasi kognitif yang Definisi: Menganjurkan pengelolaan faktor
Pembelajaran berkaitan dengan topik tertentu resiko hidup bersih serta sehat.
Observasi
5 = Meningkat
Keterangan:
1 = Meningkat
2 = Cukup Meningkat
3 = Sedang
4 = Cukup Menurun
5 = Menurun
Keterangan:
1 = Memburuk
2 = Cukup Memburuk
3 = Sedang
4 = Cukup Membaik
5 = Membaik
Ahmad, dan Khursid. 2015. Konsep penyakit asam urat. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna, Heni Dwi Windarwati, Akemat Pawirowiyono, Arsyad Subu.
2015. NANDA Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-
2017, Ed. 10. Jakarta. EGC.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria hasil Kepreawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
1. PENGKAJIAN
A. Data Biografis Klien
Nama : Ny. A
Alamat : Gedangan Sidayu Gresik
Jenis kelamin : • Laki-laki √ Perempuan
Kriteria umur : • Middle √ Elderly • Old • Very old
Status perkawinan : • Menikah • Tidak menikah √ Janda • Duda
Agama : √ Islam • Protestan • Hindu • Budha
Suku : √ Jawa • Madura •Lainnya,
_______________________
Pendidikan : • Tidak tamat SD √ Tamat SD
• SMP
• SMA • PT • Buta huruf
Lama di panti : • ≤ 1 tahun • 1-3 tahun • ≥ 3
tahun
Sumber pendapatan:
• Ada, jelaskan:
__________________________________________________________
√ Tidak ada, jelaskan: Klien saat ini tidak bekerja
Riwayat pekerjaan: Klien dulu bekerja sebagai petani
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang dirasakan saat ini:
• Nyeri dada • Pusing • Batuk • Demam
• Sesak napas • Gatal • Diare √ Nyeri sendi
• Jantung berdebar• Penglihatan kabur
Lainnya: Klien mengatakan mengalami nyeri pada kedua lutut sampai
pergelangan kaki sejak 1 setengah tahun yang lalu. Ia juga
mengatakan dulu sering mengangkat beban berat sehingga saat ini ia
sering mengalami nyeri pada lututnya.
P: Nyeri klien disebabkan oleh penyakit Gout Arthritis.
Q: Kualitas nyeri linu.
R: Nyeri pada kedua lutut yang menjalar ke pergelangan kaki.
S: Skala nyeri 7.
T: Nyeri sejak 1 ½ tahun yang lalu, hilang timbul, sering kambuh di
pagi dan malam hari.
Klien mengatakan apabila nyeri kambuh, ia jarang melakukan
aktivitas karena sulit berjalan, nafsu makan menurun dan hanya
tiduran dikasur. Klien tampak kacau dan sesekali meringis kesakitan.
Klien juga mengatakan merasa khawatir akan kondisinya. Klien
tampak gelisah dan tegang.
Keluhan yang dirasakan tiga bulan terakhir:
• Nyeri dada • Pusing • Batuk • Demam
• Sesak napas • Gatal • Diare √ Nyeri sendi
• Jantung berdebar √ Penglihatan kabur
Lainnya:
_______________________________________________________________
C. Status Fisiologis
Pemeriksaan tanda-tanda vital dan status gizi:
TD = 120/80 mmHg
N = 84 kali/menit
Suhu = 36,8 °C
RR = 20 kali/menit
TB = 49 cm
BB = 152 kg
IMT = 21,3
UA = 7,5 mg/dL
Pemeriksaan fisik
1. Kepala
√ Bersih • Kotor
Kerontokan rambut : • Ya √ Tidak
Keluhan : • Ya √ Tidak
Jika ya, jelaskan:
_______________________________________________________
2. Mata
Sklera : √ putih • icterus • merah •
perdarahan
Konjungtiva : • pucat √ merah muda
Pupil : √ isokor • anisokor • miosis • midriasis
Strabismus : • Ya √ Tidak
Riwayat katarak: • Ya √ Tidak
Fungsi penglihatan: Sedikit mengalami kekaburan karena faktor usia
Peradangan: __________________________
Keluhan : • Ya √ Tidak
Jika ya, jelaskan: ______________________
3. Hidung
Hidung bagian luar: Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada radang, bentuk
hidung normal, kelenturan normal, tidak ada nyeri tekan.
Hidung bagian dalam: Tidak ada benjolan, tanpa radang pada batas
hidung.
Peradangan: tidak ada
Fungsi penghidu: Normal
Keluhan : • Ya √ Tidak
Jika ya, jelaskan:
_______________________________________________________
4. Mulut dan tenggorokan
Sedikit kotor
Peradangan: Tidak ada
Kesulitan mengunyah : • Ya √ Tidak
Kesulitan menelan : • Ya √ Tidak
Keluhan : • Ya √ Tidak
Jika ya, jelaskan:
_______________________________________________________
5. Telinga
√ Bersih • Kotor
Peradangan: Tidak ada
Fungsi pendengaran: Normal
Keluhan : • Ya √ Tidak
Jika ya, jelaskan:
_______________________________________________________
6. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : • Ya √ Tidak
JVD: Normal/<4 cm
7. Thoraks
Bentuk dada : √ simetris • tidak simetris
Suara napas tambahan
• wheezing lokasi : ___________________
• ronchi lokasi : ___________________
√ Tidak ada
Suara jantung
√ normal, S1 S2 tunggal
• lainnya, ______________________________
Keluhan : • Ya √ Tidak
Jika ya, jelaskan:
_______________________________________________________
8. Abdomen
Keadaan kulit dan permukaan perut: Datar, tidak tegang, tidak terdapat
stria livide/gravidarum, tidak ada lesi.
Bentuk perut: Simetris.
Gerakan dinding perut: mengempis saat ekspirasi dan mengembang saat
inspirasi.
Umbilikus: Normal, bersih.
Rectum : Normal, bersih
BAB : 1x sehari Konsistensi : Lembek
• diare • konstipasi • feses berdarah • tidak terasa
• lavament
• kesulitan • melena • colostomy • wasir
• pencahar
√ tidak ada masalah
• alat bantu: tidak ada
√ diet khusus: rendah purin
9. Genitalia
Payudara : √ simetris • asimetris • tidak ada benjolan
√ bersih • kotor, _________________________________________
Keluhan : • Ya √ Tidak
Jika ya, jelaskan:
_______________________________________________________
10. Integumen
√ bersih • kotor, _________________________________________
Warna kulit : • ikterik • cyanosis • pucat
• kemerahan • pigmentasi √
sawo matang
Akral : √ hangat • panas
• dingin basah • dingin kering
Turgor : • Baik √ cukup • buruk/menurun
Keluhan : • Ya √ Tidak
Jika ya, jelaskan:
_______________________________________________________
11. Ekstremitas
Kemampuan pergerakan sendi: √ bebas • terbatas
Parese : • ya √ tidak
Paralise : • ya √ tidak
Kekuatan otot : 4444|4444
3333|3333
Postur tubuh : Tegap
Deformitas : • ya √ tidak
Tremor : • ya √ tidak
Edema : √ ya • tidak
Alat bantu : √ tidak • ya, ______________________________
Refleks:
Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
D. Status Kesehatan
Keluhan utama : Nyeri sendi
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan: Klien mengetahui
bahwa nyeri sendinya disebabkan oleh penyakit Gout Arthritis, biasanya
minum obat untuk mengurangi nyerinya.
Penggunaan obat-obatan
No Nama Obat Dosis Keterangan
1. Allupurinol 300 mg 1x1
E. Pengkajian Psikososial
Hubungan dengan orang lain dalam wisma:
• Tidak kenal • Sebatas kenal • Mampu interaksi √
Mampu bekerja sama
Hubungan dengan orang lain di luar wisma di dalam panti:
• Tidak kenal • Sebatas kenal √ Mampu interaksi •
Mampu bekerja sama
Stabilitas emosi:
• Labil √ Stabil • Irritable • Datar
F. Pengkajian Fungsional
1. Masalah emosional
Pertanyaan tahan 1
a) Apakah klien mengalami susah tidur? Kadang-kadang
b) Ada masalah atau banyak pikiran? Tidak
c) Apakan klien murung atau menangis sendiri? Tidak
d) Apakah klien sering was-was atau khawatir? Tidak
Keterangan: Tidak ada gangguan emosional
Perintahkan Menutup
klien untuk hal mata,
berikut (bila Menulis
aktivitas sesuai satu
perintah nilai 1 kalimat,
point) “tutup Menyalin
mata anda”. gambar (2
Klien menutup buah segi
mata 5)
Perintahkan
pada klien
untuk menulis
satu kalimat dan
menyalin
gambar (2 buah
segi 5).
24 Total nilai
Interpretasi:
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
Keterangan:
Masing- masing indikator penilaian memiliki rentang nilai 5-10
Interpretasi:
0 - 20 : Ketergantungan
21 - 61 : Ketergantungan berat/ sangat tergantung
62 - 90 : Ketergantungan berat
91 - 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
H. Pengkajian Lingkungan
1. Pemukiman
Luas bangunan : 10x6 m2
Bentuk bangunan :
√ Permanen • Petak • Asrama • Paviliun
Jenis bangunan :
√ Permanen • Semi permanen • Non permanen
Atap rumah :
√ Genting • Seng • Ijuk • Kayu • Asbes
Dinding :
√ Tembok • Kayu • Bambu • Lainnya, _____________
Lantai :
• Semen • Ubin √ Keramik • Tanah • Lainnya,
___________
Kebersihan lantai : √ Baik • Kurang
Ventilasi : • < 15% luas lantai √ 15% luas lantai
Pencahayaan : √ Baik • Kurang
Pengaturan penataan perabot: √ Baik • Kurang
Kelengkapan alat rumah tangga: √ Lengkap • Tidak Lengkap
2. Sanitasi
Penyediaan air bersih (MCK) :
• PDAM √ Sumur • Sungai • Lainnya, _____________
Penyediaan air minum :
√ Air rebus sendiri • Air biasa tanpa rebus • Beli air
kemasan
Pengelolaan jamban: • Bersama √ Pribadi • Kelompok •
Lainnya, _____
Jenis Jamban :
• Leher angsa • Cemplung tertutup √ Cemplung terbuka
• Lainnya, ______________________________
Jarak dengan sumber air: √ < 10 meter • > 10 meter
Sarana pembuangan air limbah: √ Lancar • Tidak lancar
Pembuangan sampah :
• Ditimbun • Dibakar • Didaur ulang
• Di buang sembarang tempat √ Di kelola desa
Polusi udara :
• Pabrik √ Rumah Tangga • Industri • Lainnya, ______
Pengelolaan binatang pengerat :
√ Dengan racun • Dengan alat • Lainnya, ___________
3. Fasilitas
Peternakan : √ Ada • Tidak Jenis: Ayam, bebek
Perikanan : • Ada √ Tidak Jenis: ____________
Sarana olahraga : • Ada √ Tidak Jenis: ____________
Taman : • Ada √ Tidak Jenis: ____________
Ruang pertemuan : • Ada √ Tidak Jenis: ____________
Sarana hiburan. : √ Ada • TidakJenis: Televisi
Saran ibadah : √ Ada • TidakJenis: Musholla
4. Keamanan dan transportasi
Sistem keamanan lingkungan : √ Ada • Tidak
Penanggulangan kebakaran : √ Ada • Tidak
Penanggulangan bencana : √ Ada • Tidak
Kondisi jalan masuk posyandu :
√ Rata • Tidak rata • Licin • Tidak licin
Transportasi yang dimiliki :
√ Mobil • Sepeda motor • Lainnya, __________________
5. Komunikasi
Sarana komunikasi : √ Ada • Tidak
Jenis komunikasi yang digunakan dalam posyandu:
√ Telepon • Kotak surat • Fax • Lainnya, _______
Cara penyebaran informasi :
√ Langsung • Tidak langsung • Lainnya: Media Sosial
Total 6
ANALISA DATA
No Diagnosa Keperawatan
.
1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis dibuktikan
dengan klien mengeluh nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri kronis dibuktikan dengan
nyeri saat digerakkan
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dibuktikan dengan klien merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Keterangan:
1 = Menurun
2 = Cukup Menurun
3 = Sedang
4 = Cukup Meningkat
5 = Meningkat
12.Penggunaan analgesik
Keterangan:
1 = Meningkat
2 = Cukup Meningkat
3 = Sedang
4 = Cukup Menurun
5 = Menurun
BAB: IV Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi
Kategori: (1.05173)
Fisiologis Definisi: kemampuan dalam gerakan
Sub Kategori: fisik dari satu atau lebih ekstremitas
Aktivitas/istirahat secara mandiri
Definisi: memfasiltasi pasien
Gangguan Ekspetasi: Meningkat untuk meningkatkan aktivitas
Mobilitas Fisik pergerakan fisik
Kriteria Hasil:
Definisi: 10. pergerakan ekstremitas
keterbatasan 11. kekuatan otot
Tindakan
dalam gerakan 12. rentang gerak (ROM)
fisik dari satu Observasi:
atau lebih
ekstremitas Keterangan: 5. Identifikasi adanya nyeri
secara mandiri atau keluhan fisik lainnya
1= Menurun
6. Identifikasi toleransi fisik
2= Cukup Menurun melakukan pergerakan
7. Monitor frekuensi jantung
3= Sedang dan tekanan darah
sebelum memulai
4= Cukup Meningkat mobilisasi
8. Monitor kondisi umum
5= Meningkat
selama melakukan
moblisasi
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
DOKUMENTASI