Anda di halaman 1dari 20

KOLITIS

Pengertian

• Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan


akumulasi cytokine yang mengganggu ikatan antar sel epitel
sehingga menstimulasi sekresi kolon, stimulasi sel goblet
untuk mensekresi mucus dan mengganggu motilitas kolon.
Mekanisme ini menurunkan kemampuan kolon untuk
mengabsorbsi air dan menahan feses ( Tilley et al, 1997).
Klasifikasi Kolitis
Kolitis Infeksi Kolitis Non Infeksi
• Amebiasis Kolon • Kolitis Ulserativa
• Disentri Basiler (Shigellosis)
• Escherichia Coli (Patogen)
• Kolitis Tuberkulosa
Anatomi fisiologi
• Usus besar atau colon berbentuk saluran muscular beronga
yang membentang dari secum hingga canalisani dan dibagi
menjadi sekum, colon (assendens, transversum, desendens, dan
sigmoid), dan rectum. Katup ileosekal mengontrol masuknya
kimus ke dalam kolon, sedangkan otot sfingter eksternus dan
internus mengotrol keluarnya feses dari kanalis ani. Diameter
kolon kurang lebih 6,3 cm dengan panjang kurang lebih 1,5 m.
ETIOLOGI

• Infeksi
• Faktor familial/genetik
• ada predisposisi genetik terhadap perkembangan penyakit ini
• Trauma
• Alergi
• Polyps rektokolon
• Intususepsi ileokolon
• Inflamasi
• Neoplasia
• Sindrom iritasi usus besar
Manifestasi Klinik

• Anemia • Terdapat darah dan nanah dalam


• Fatigue/ Kelelahan kotoran.
• Berat badan menurun • Perdarahan rektum (anus).
• Hilangnya nafsu makan • Rasa tidak enak di bagian perut.
• Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi • Mendadak perut terasa mulas.
• Lesi kulit (eritoma nodosum) • Kram perut.
• Lesi mata (uveitis) • Sakit pada persendian.
• Nyeri sendi • Rasa sakit yang hilang timbul
• Kegagalan pertumbuhan pada rectum
(khususnya pada anak-anak) • Anoreksia
• Buang air besar beberapa kali • Dorongan untuk defekasi
dalam sehari (10-20 kali sehari)
• Hipokalsemia
Patofisiologi
Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya
berkurang.Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi
berulang dari lapisan mukosa kolon dan rectum. Penyakit ini umumnya
mengenai orang kaukasia, termasuk keturunan Yahudi. Puncak insidens
adalah pada usia 30-50 tahun. Kolitis ulseratif adalah penyakit serius,
disertai dengan komplikasi sistemik dan angka mortalitas yang tinggi.
Akhirnya 10%-15% pasien mengalami karsinoma kolon.
Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan
dikarakteristikkan dengan adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar,
dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik. Perdarahan terjadi
sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara
bergiliran, satu lesi diikuti lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada
rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus
menyempit, memendek dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan
deposit lemak.
Pengobatan

• Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS)


• Obat imunosupresan
• Anti biotik
• Obat – obatan lain
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil
pemeriksaan tinja. Pemeriksaan darah menunjukan adanya:
• Anemia
• Peningkatan jumlah sel darah putih
• Peningkatan laju endap darah.
Diagnosa keperawatan
1.Nyeri berhubungan dengan iritasi intestinal, diare, kram abdomen,
sembelit, respons pembedahan.

No Intervensi Rasional
1. Jelaskan dan bantu pasien Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
dengan tindakan pereda nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
nyeri nonfarmakologi dan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
noninvasif.
2 Lakukan manajemen nyeri Pendekatan PQRST dapat secara komprehensif
keperawatan , meliputi: menggali kondisi nyeri pasien.
 Kaji nyeri dengan P: Penyebab nyeri dapat diakibatkan oleh respons
pendekatan PQRST diare, kram  abdomen, dan sembelit atau
kerusakan jaringan pascabedah.
Q: kualitas nyeri seperti tumpul, kram, dan
mules.
R: Area nyeri pada abdomen bawah kiri.
S: pasien mengalami skala nyeri 3 (0-4).
T: Nyeri bertambah bila tidak bisa melakukan
BAB.
3 Beri oksigen nasal apabila skala Pemberian oksigen dilakukan untuk
nyeri ≥3 (0-4). memenuhi kebutuhan oksigen pada saat
pasien mengalami nyeri pascabedah
yang dapat mengganggu kondisi
hemodinamik.

4 Ististirahatkan pasien pada saat Istirahat diperlukan untuk menurunkan


nyeri muncul. Biasakan pasien peristaltik usus. Istirahat secara fisiologis
untuk BAB di tempat tidur. dan melakukan BAB di tempat tidur akan
menurunkan kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme basal pada aktivitas dan
menurunkan keletihan pascanyeri.

5 Atur posisi fisiologis. Pengaturan posisi semifowler dapat


membantu merelaksasi otot-otot abdomen
pascabedah sehingga dapat menurunkan
stimulus nyeri dari luka pascabedah.
6 Beri kompres hangat pada Memberikan respons vasodilatasi.
abdomen. Kompres ini hanya dilakukan pada
pasien tanpa pembedahan. Memberikan
respons vasodilatasi. Kompres ini hanya
dilakukan pada pasien tanpa
pembedahan.

7 Ajarkan teknik Meningkatkan intake oksigen sehingga


relaksasi pernapasan dalam pada akan menurunkan nyeri sekunder dari
saat nyeri muncul. iskemia spina.

8 Ajarkan teknik distraksi pada saat Distraksi (pengalihan perhatian) dapat


nyeri. menurunkan stimulus internal.
9. Lakukan manajemen sentuhan. Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan dukungan psikologis
dapat membantu menurunkan nyeri.

10. Tingkatkan pengetahuan tentang: Pengetahuan yang akan dirasakan


sebab-sebab nyeri dan membantu mengurangi nyerinya dan
menghubungkan berapa lama nyeri dapat membantu mengembangkan
akan berlangsung. kepatuhan pasien terhadap rencana
terapeutik.
11. Kolaborasi dengan tim medi suntuk Analgetik diberikan untuk membantu
pemberian: menghambat stimulus nyeri ke pusat
· Analgetik via intravena. persepsi nyeri di korteks selebri sehingga
· Antidiare. nyeri dapat berkurang.
Penurunan respons diare dapat
menurunkan stimulus nyeri
2. Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang kurang adekuat.
No Intervensi Rasional
1. Kaji dan berikan nutrisi sesuai Pemberian nutrisi pada pasien dengan
tingkat toleransi individu. enteritis regional bervariasi sesuai
dengan kondisi klinik dan tingkat
toleransi individu.
2. Sajikan makanan dengan cara yang Membantu merangsang nafsu makan.
menarik. Hal ini dapat diberikan bila toleransi
oral tidak menjadi masalah pada
pasien.
3. Fasilitasi pasien memperoleh diet Diet diberikan pada pasien dengan
rendah lemak. gejala malabsorpsi akibat hilangnya
fungsi penyerapan permukaan
mukosa, khususnya penyerapan
lemak. Keterlibatan ileum terminal
dapat mengakibatkan steatorrhea
(buang air besar dengan feses
bercampur lemak).
4. Fasilitasi pasien memperoleh diet Suplemen serat dikatakan bermanfaat
dengan kandungan serat tinggi. bagi pasien dengan penyakit kolon
karena fakta bahwa serat diubah
menjadi rantai pendek asam lemak,
yang menyediakan bahan bakar untuk
penyembuhan mukosa kolon.

5. Fasilitasi pasien memperoleh diet Diet rendah serat biasanya diindikasikan


rendah serat pada gejala obstruksi. untuk pasien dengan gejala obstruksi.

6. Fasilitasi untuk pemberian nutrisi Nutrisi parenteral total (TPN) digunakan


parenteral total. bila gejala penyakit usus inflamasi
bertambah berat. Dengan TPN, perawat
dapat mempertahankan catatan akurat
tentang intake dan output cairan, serta
berat badan pasien setiap hari.
7. Pantau intake dan output, Berguna dalam mengukur keefektifan
anjurkan untuk timbang berat nutrisi dan dukungan cairan.
badan secara periodik (sekali
seminggu).

8. Lakukan perawatan mulut. Intervensi ini untuk menurunkan risiko


infeksi oral.

9. Kolaborasi dengan ahli gizi Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan
mengenai jenis nutrisi yang akan komposisi dan jenis makanan yang akan
digunakan pasien. diberikan sesuai dengan kebutuhan
individu.
3. Aktual/risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan diare, kehilangan cairan dari gastrointestinal, gangguan absorpsi
usus besar, pengeluaran elektrolit dari muntah.

No Intervensi Rasional
1. Kaji terhadap adanya tanda Sebagai parameter dasar untuk pemberian
kekurangan volume cairan: kulit dan intervensi terapi cairan atau pemenuhan
membran mukosa kering, penurunan hidrasi.
turgor kulit, oliguria, kelelahan,
penurunan suhu, peningkatan
hematokrit, peningkatan berat jenis
urine, dan hipotensi.
2. Intervensi pemenuhan cairan:
  Identifikasi faktor penyebab, Parameter dalam menentukan intervensi
awitan (onset), spesifikasi usia dan kedaruratan. Adanya riwayat keracunan
adanya riwayat penyakit lain. dan usia anak atau lanjut usia memberikan
tingkat keparahan dari kondisi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
  Lakukan pemasangan IVFD Apabila kondisi diare dan muntah
berlanjut, maka lakukan pemasangan
IVFD. Pemberian cairan intravena
disesuaikan dengan derajat dehidrasi.
Pemberian 1-2 L cairan Ringer Laktat
dengan tetesan cepat sebagai kompensasi
awal hidrasi cairan diberikan untuk
mencegah syok hipovolemik.
  Dokumentasi dengan akurat Sebagai evaluasi penting dari intervensi
tentang asupan dan haluaran hidrasi dan mencegah terjadinya over
cairan. hidrasi.
  Bantu pasien apabila muntah Aspirasi muntah dapat terjadi terutama pada
usia lanjut dengan perubahan kesadaran.
Perawat mendekatkan tempat muntah dan
memberikan masase ringan pada pundak
untuk membantu menurunkan respons nyeri
dari muntah.
3. Intervensi pada penurunan Untuk mendeteksi adanya kondisi
kadar elektrolit: hiponatremi dan hipokalemi sekunder dari
  Evaluasi kadar elektrolit hilangnya elektrolit dari plasma
serum.

  Dokumentasikan perubahan Perubahan klinik seperti penurunan urine


klinik dan laporkan dengan tim output secara akut perlu diberitahu kepada tim
medis. medis untuk mendapatkan intervensi
selanjutnya dan menurunkan risiko terjadinya
asidosis metabolik.
  Monitor khusus Individu lansia dapat dengan cepat mengalami
ketidakseimbangan elektrolit dehidrasi dan menderita kadar kalium rendah
pada lansia. (hipokalemia) sebagai akibat diare. Individu
lansia yang menggunakan digitalis harus
waspada terhadap cepatnya dehidrasi dan
hipokalemia pada diare. Individu ini juga
diintruksikan untuk mengenali tanda-tanda
hipokalemia karena kadar kalium rendah
dapat memperberat kerja digitalis, yang dapat
menimbulkan toksisitas digitalis.
4. Kolaborasi dengan tim medis Antimikroba diberikan sesuai
terapi farmakologis. dengan pemeriksaan feses
Antimikroba. agar pemberian antimkroba
dapat rasional diberikan dan
mencegah terjadinya
resistensi obat.
Antidiare/antimotilitas. Agen ini digunakan untuk
menurunkan frekuensi diare.
Salah satu obat yang lazim
diberikan adalah Loperamide
(Imodium).

Anda mungkin juga menyukai