Anda di halaman 1dari 144

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN PEMBERIAN PERASAN LABU SIAM (SECHIUM EDULE)


TERHADAP PENYAKIT HIPERTENSI
TAHUN 2020

OLEH:
WIWIK PEBRIANTI
195140083

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas keperawatan keluarga yang berjudul

“Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pemberian

Perasan Labu Siam (Sechium Edule) terhadap Penyakit Hipertensi tahun

2020”.

Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase keperawatan keluarga.

Dalam penyusunan tugas ini penulis telah berusaha sebaik- baiknya, namun

penulis menyadari atas segala kekurangan itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan tugas ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas segala bantuan dari semua pihak

yang terlibat dalam penulisan karya ilmiah akhir ners ini. Mudah-mudahan karya

ilmiah akhir ners ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Jakarta, Desember 2020

Wiwik Pebrianti
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Tujuan ..............................................................................................6
1.2.1. Tujuan Umum................................................................6
1.2.2. Tujuan Khusus...............................................................6
1.3.Manfaat ...........................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga............................................................................8
2.1.1 PengertianKeluarga.......................................................8
2.1.2 Ciri-Ciri Struktur Keluarga...........................................9
2.1.3 type Keluarga...............................................................9
2.1.4 Tujuan Dasar Keluarga..................................................12
2.1.5 fungsi Dan tugas Keluarga............................................12
2.1.6 Struktur Keluarga..........................................................14
2.1.7 Fungsi Kesehatan Keluarga...........................................15
2.1.8 Peran Perawat Memberikan Asuhan Keperawatan
Kesehatan Kelarga.......................................................16
2.2 Konsep Terapi Non Farmakologi...................................................17
2.2.1 Pengertian Terapi non Farmakologi..............................17
2.2.2 Pengobatan Komplementer Tradisional-Alternatif.......18
2.2.3 Model Pengobatan Komplementer dan Alternatif...........20
2.3 Konsep Labu Siam.........................................................................20
2.3.1 Pengertian Labu Siam..................................................20
2.3.2 Protease Tumbuhan.......................................................23
2.5 Konsep hipertensi...........................................................................23
2.5.1 Pengertian Hipertensi....................................................31
2.5.2 Klasifikasi Hipertensi....................................................24
2.5.3 Etiologi Dan Faktor Resiko...........................................25
2.5.4 Patofisiologi Hipertensi.................................................30
2.5.5 Pathway Hipertensi........................................................31
2.5.6 Manifestasi Klinis Hipertensi........................................33
2.5.7 Komplikasi Hipertensi...................................................34
2.5.8 Pemeriksaan Penunjang hipertensi................................36
2.5.9 Pencegahan Hipertensi..................................................37
2.5.10 Penatalaksanaan Hipertensi...........................................40
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga........................................42
2.5.1 Pengkajian.....................................................................42
2.5.2 Prioritas diagnosa Keperawatan....................................50
2.5.3 intervensi Keperawatan Keluarga.................................51
2.5.4 implementasi.................................................................53
2.5.5 evaluasi..........................................................................55
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELURGA
3.1. Pengkajian......................................................................................67
3.2. Scoring Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga......................86
3.3. Nursing Plan Care........................................................................89
3.4 catatan Perkembangan.................................................................95
BAB IV PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
5.1 Kesimpulan....................................................................................108
5.2 Saran..............................................................................................110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian

Kesehatan tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga,

disingkat PIS-PK. Pada program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah

satu cara puskesmas meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan

meningkatkan akses yankes di wilayahnya (mendatangi keluarga). Tujuan

pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk meningkatkan akses

keluarga pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu. PIS-PK

dilaksanakan dengan ciri sasaran utama adalah keluarga,mengutamakan

upaya promotif-preventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis

masyarakat, kunjungan rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan

siklus kehidupan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan terkait penanganan

penyakit menular dan tidak menular yang salah satunya adalah penyakit

hipertensi (Sarkomo, 2016).

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan

darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140

mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit

darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara

kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah

untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi didalam tubuh (Koes Irianto,

2014).
Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi yang berusia 18

tahun di seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1 dari 2 orang dengan

penderita hipertensi tidak tahu bahwa dia penyandang hipertensi. Oleh karena itu sering

ditemukan penderita hipertensi pada tahap lanjut dengan komplikasi seperti serangan

jantung, stroke.

Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau

sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Data Sample Registration Survey tahun 2014

menunjukkan bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di

Indonesia dengan prosentase sebesar 6,7% setelah stroke dan penyakit jantung.

Pelayanan kesehatan pada penyakit hipertensi di tingkat keluarga dilaksanakan dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan

kepada keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan sampai evaluasi keperawatan yang bertujuan agar pelayanan kesehatan

yang dilaksanakan bisa efektif dan komprehensif. Semua pelayanan itu diterapkan pada

semua tatanan puskesmas (Koes Irianto, 2014).

Berdasarkan hasil pengkajian di RS. Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto di

ruang GRIU 4 terdapat salah satu pasien yaitu Tn, A yang menderita penyakit hipertensi

dan tidak mengetahui mengenai penanganan penyakit hipertensi, berdasarkan latar

belakang di atas, perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan dengan asuhan

keperawatan pada keluarga Tn. A


1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mendiskripsikan dan melaporkan asuhan keperawatan pada

keluarga Tn. A dengan hipertensi dalam pemberian terapi komplementer: perasan

labu siam untuk menurunkan tekanan darah di Ruang GRIU 4 Rs. Bhayangkara

Tk. I Raden Said Sukanto tahun 2020.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Menerapkan konsep asuhan keperawatan hipertensi dengan keluarga

b. Melakukan pengkajian dengan masalah hipertensi kepada keluarga Tn. A

dalam pemberian terapi komplementer: perasan labu siam untuk

menurunkan tekanan darah.

c. Menegakkan diagnosa keperawatan kepada keluarga Tn. A dalam

pemberian terapi komplementer: perasan labu siam untuk menurunkan

tekanan darah.

d. Merencanakan intervensi keperawatan kepada keluarga Tn. A dalam

pemberikan terapi komplementer: perasan labu siam untuk menurunkan

tekanan darah.

e. Melakukan implementasi keperawatan kepada keluarga Tn. A dalam

pemberian terapi komplementer: perasan labu siam untuk menurunkan

tekanan darah.

f. Melakukan evaluasi kepada keluarga Tn. A dalam pemberian terapi

komplementer: perasan labu siam untuk menurunkan tekanan darah.

g. Melakukan dokumentasi kepada keluarga Tn. A dalam pemberian terapi

komplementer: perasan labu siam untuk menurunkan tekanan darah.


1.3 Manfaat Studi Kasus

Untuk perkembangan ilmu keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan

pada keluarga Tn. A dengan hipertensi di Ruang GRIU 4 Rs. Bhayangkara Tk. I

Raden Said Sukanto tahun 2020.

1.2.1 Manfaat Praktis

Sebagai masukan bagi instusi puskemas agar memberikan motivasi perawat dalam

melakukan perawatan yaitu dengan kegiatan promosi kesehatan dalam rangka

pencegahan penyakit dan peningkatan pelayanan kesehatan pada keluarga dengan

hipertennsi di Ruang GRIU 4 Rs. Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto tahun

2020.
BAB II
TINJUAUN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

keluarga merupakan unit terkecil yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul, saling ketergantungan dan tinggal di

suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan (Effendy, 2011).

Pengertian keluarga menurut (Burges, dkk, 1963 dalam Andarmoyo,

2016) berorientasi pada tradisi di mana :

1. Keluarga yaitu orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan,

darah dan ikatan adopsi.

2. Para anggota keluarga hidup bersama-sama dalam satu rumah

tangga, jika mereka hidup secara berpisah, mereka tetap

menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

3. Anggota keluarga berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain

dalam peran sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak

laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari.

4. Keluarga menggunakan kultur yang sama yang dari masyarakat

dengan ciri unik tersendiri (Andarmoyo, 2016)

Keluarga dalam suatu cara yang komprehensip, merupakan sebagai

dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan

keintiman (Friedman, Marlin, M., 2015).

Keluaraga merupakan dua atau lebih individu yang tergabung

karena hubungan perkawinan dan hubungan darah, menciptakan serta

mempertahankan kebudayaan dan didalam perannya masing-masing

(Friedman, Marlin, M., 2015).


2.1.2 Ciri-Ciri Struktur Keluarga

ciri stuktur keluarga adalah Menurut Effendy, N (2012):

1. Saling berhubungan, terorganisasi, dan saling ketergantungan

antara anggota keluarga.

2. Setiap anggota keluarga memiliki keterbatasan dan kebebasan

tetapi mereka memiliki keterbatasan menjalankan fungsi dan tugas

masing-masing.

3. Keluarga memiliki perbedaan dan kekhususan, anggota keluarga

mempenya peranan dan fungsi masing-masing.

2.1.3 Type Keluarga

1. Tradisional nuclear / keluarga inti

Merupakan bentuk keluarga yang paling idela, terdiri dari ayah,

ibu dan anak.

2. Keluarga pasangan suami istri

Merupakan keluarga yang mana pasangan suami istri keduanya

bekerja diluar rumah. Keluarga pasangan suami istri merupakan

pengembangan dari nontradisional diaman pengambilan

keputusan di ambil oleh orang tua.

3. Keluarga tanpa anak atau dyadic nuclear

Adalah kelaurga diaman pasangan suami istri yang sudah

berumur tetpai belum mempunyai anak. Keluarga yang tidak

memiliki anak dapat di sebakan karena ketidak mampuan

melanjuti keturuana atau karena pemcapaian karil dan biasanya

kelaurga ini akan mengabdosi anak.


4. Commuter Family
Adalah kelaurga diamana suami istri hidup terbisah karena hal

tertentu dan bertemu pada waktu dan kesempatan tertentu.

5. Reconstituted Nuclear

Merupakan keluarga yang terbentuk karena perkawinan kembali

Suami/istri, dan tinggal serumah dengan anak dengan perkawinan

terdahulu (anak tiri).

6. Keluarga besar

Merupakan kelaurga yang di dalam nya terdapat ayah, ibu, anak

dan anggota kelaurga yang lain mis,mertua, kakak ipar dan adik

ipar yang memiliki rencana pembelanjaan rumah tangga bersama-

sama.

7. Keluarga dengan orang tua tunggal

Merupakan keluarga yang terdiri dari satu orang tua misalkan

ayah atau ibu. Kelaurga dengan orang tua tunggal membesarkan

anak sendirian.

8. Keluarga Nontradisional

Bentuk-bentuk dari keluarga non tradisional meliputi bentuk-

bentuk keluarga yang sangat berbeda satu sama lain, baik dalam

stuktur maupun dinamikanya, Orang-orang dalam pengaturan

keluarga nontradisional sering menekankan nilai aktualitas diri,

kemandirian, persamaan, jenis kelamin, keintiman dalam berbagai

hubungan interpersonal meskipun lebih memiliki persamaan atau

sama lain dalam haltujuan dan nilai daripada keluarga inti

tradisional. (Andarmoyo,2012)
2.1.4 Tujuan Dasar Keluarga

tujuan dasar keluarga terdiri dari :

1. Unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan

individu merupakan keluarga.

2. Tujuan dari keluarga yaitu sebagai perantara bagi kebutuhan

harapan keluarga untuk mengayomi keluarga ke masyarakat

3. Keluarga sebagai memnuhi kebutuahn anggota keluarga dan

menstabilkan kasih sayang dan sosial ekonomi.

4. Keluarga sebagai pembentukan identitas seorang individu dan

perasaan harga diri (Andarmoyo, 2012)

2.1.5 Fungsi dan Tugas Keluarga

Menurut Mubarak, dkk, (2010) fungsi dan tugas keluarga adalah:

1. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk memeliharah dan

membesarkan anak dan meneruskan keturunan, dan juga

memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

2. Fungsi psikologis, yaitu fungsi keluarga untuk memberikan

perhatian dan kasih sayang seta rasa aman bagi keluarga,

memberikan perhatian di antara keluarga, memberikan identitas

dan kedewasaan pada keluarga.

3. Fungsi sosialisasi, yaitu untuk membina sosial pada anak, dan

membentuk tingkah laku sesuai dengan perkembangan.

4. Fungsi ekonomi, yaitu untuk memcari penghasilan dan membuat

tabungan untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga.

5. Fungsi pendidikan, yaitu untuk memnuhi pendidikan dan sekolah

anggota keluarga untuk menyiapkan masa depan anggota

kelaurga.
2.1.6 Struktur Keluarga

Struktur bagaimana keluarga melaksanakan fungsi (Harnilawati, 2013)

1. Patrilineal

Keluarga sedarah terdiri dari sanak saudara yang sedarah dalam

beberapa generasi, dan hubungan melalui jalur garis ayah.

2. Matrilineal

Keluarga sedarah yang sanak saudara sedarah di mana hubungan

itu disusun melalui jalur garis ibu.

3. Matrilokal

Suami istri yang tinggal dengan kelaurga istri

4. Patrilokal

Suami istri yang tingga dengan kelaurga suami.

5. Keluarga kawin

Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena

adanya hubungan dengan suami atau istri

2.1.7 Fungsi Kesehatan Keluarga

1 Mengenal masalah kesehatan.

Fungsi kelaurga ini untuk dapat mengenal masalah kesehatan pada

anggota. Dalam hal ini pengkajian terhadap keluarga mengenai

masalah kesehatan yang saat ini dialami anggota keluarga.

2 Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

Fungsi kelaurga untuk mengambil keputusan dalam tindakan

kesehatan untuk anggota kelaurga yang menderita penyakitt

sehingga mendapatkan tindakan kesehatan yang tepat dan benar.


3 Memberi perawatan kepada keluarga yang sakit.

Keluarga memiliki fungsi untuk merawat anggota keluarga yang

sakit.. Tindakan kesehatan yang telah ditetapkan oleh keluarga

dapat dilakukan atas bantuan oleh institusi pelayanan kesehatan.

Namun keluarga juga dapat memberikan promosi kesehatan dan

perawatan bagi anggotanya yang sakit sebagai tanggung jawab

prima serta dapat berkoordinasi dengan profesional kesehatan

terkait layanan yang diberikan.

4 Memodifikasi lingkungan

Dilakukan dengan melihat kemampuan keluarga dalam

memodifikasi lingkungan sebagi salah satu penerapan fungsi

kesehatan serta bentuk upaya preventif terhadap masalah kesehatan

yang terdapat di dalam anggota keluarga agar tidak berlanjut atau

menimbulkan komplikasi.

5 Menggunakan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan masyarakat.

Dilakukan dengan melihat kemampuan keluarga untuk

menanfaatkan fasilitas pelayanan masyarakat sebagai sumber

informasi masalah kesehatan dan melakukan pengobatan. Serta

mencari tahu alasan keluarga dalam memanfaatkan sarana

pelayanan kesehatan tersebut

2.1.8 Peran Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan

Kesehatan Keluarga.

Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga ada beebrapa peran

yang diberikan oleh perawat (Setiadi,2010),


1. Memberikan asuhan keperawatan keluarga

2. Pengamat dan pengenal dalam masalah kesehatan keluarga.

3. Mengkoordiansi pelayanan kesehatan kelaurga.

4. Menjadi fasilitas pelayanan kesehatan agar menajdi terjangkau.

5. Mempromosi kan kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik

kesehatan agar masyarakat memperhatiak kesehatan keluarga.

6. Memberikan penyuluhan atau konsultasi, perawat dapat menjadi

peyulu dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

2.2 Konsep Hipertensi

2.2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu kondisi diman tekanan darah berada di atas

normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas maupun

mortalitas, tekanan sistolik 140 mmHg menunjukan darah sedang

dipompa oleh jantung dan tekanan diastolik 90 mmHg menunjukakn

darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2015).

Hipertensi merupakan gangguan pada sistem kardiovaskuler yang sering

terjadi pada lansia, dengan sistolik lebih dari150 mmHg dan diastolik

lebih 90 mmHg, tekanan darah yang di anggap normal pada lansia yaitu

sistolik 150-155 mmHg (Sdarta, 2013).

Hipertensi merupakan resiko penyakit kardiovaskuler aterosklerosis,

gagal ginjal, gagal jantung dan stroke di tandai dengan tekanan darah

diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran

atau lebih (Smeltzer, Bare, Hinkkle, & Cheever, 2012).

Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah baik sitolik maupun diastil.

Hiperrtensi di bagi menjadi 2 type yaitu hipertensi esensial merupakan

yang paling sering terjadi dan hipertensi sekunder disebabkan oleh

penyakit renal atau penyabab lain, sedangkan hipertensi malignan


merupakan hipertensi yang berat,fulminan yang sering dijumpai di 2 tipe

hipertensi tersebut (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).

Hipertensi merupakan peningkatan abnormal dari tekanan darah dalam

pembuluh darah arteri dala satu periode, mengakibatkan arteriola

berkontraksi yang membuat darah sulit untuk mengalir dan

meningktakan tekanan melawan dinding arteri (Udjianti, 2012).

2.2.2 Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi yang di dasarkan oleh tekanan darah sitolik dan

diastol yang di bagi menjadi empat klasifikasi.

Tabel 2.1
Klasifikasi tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolok
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan darah
(mmHg) diastolik (mmHg)

< 120 mmHg < 80 mmHg


Hp Normal
120-139 mmHg 80-89 mmHg
Prahipertensi
140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 1
≥160 mmHg ≥ 100 mmHg
Stadium 2

Sumber: (Smeltzer, et al 2012)

Klasifikasi hipertensi juga berdasarkan tekanan darah pada orang dewasa

menurut Triyanto (2014


Tabel 2.2
Klasifikasi berdasarkan tekanan darah pada orang dewasa

Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah

(mmHg) diastolik (mmHg)

< 130 mmHg < 85 mmHg


Normal
130-139 mmHg 85-89 mmHg
Normal Tinggi
140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 1 (ringan)
160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 2 ( sedang)
180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 3 (berat)
≥ 210 mmHg ≥120 mmHg
Stadium 4 (maligna)

Sumber: (Triyanto, 2014)

2.2.3 Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebab hipertensi sesuai dengan tipe masingmasing hipertensi yaitu:

1 Etiologi

a. Hipertensi esensial atau primer

Hipertensi esensial belum dapat di pastikan, dan pada penyebab

dari hipertensi sekunder dari hipertensi esensial belum juga

dapat di temukan. Penyakit renivaskuler, gagal ginjal maupun

penyakit lainnya tidak di temukan pada hipertensi. Ras serta

genetik dapat mejadi bagian dari penyebab timbulnya hipertensi


esensial termasuk stress, merokok, lingkungan, gaya hidup dan

intake alkohol moderat ( Triyanto, 2014).

b. Hipertensi Sekunder

Penyebab dari hipertensi sekunder sudah diketahui,

penyebabnya dapat terajadi karena kelainan pembuluh darah

ginjal, hiperaldosteronisme, gangguan kelenjer tiroid

(hipertiroid), penyakit parankimal dan hiperldosteronisme (Buss

& Labus, 2013).

2 Faktor Resiko

Faktor dari hipertensi ada yang dapat di cegah dan ada yang tidak

dapat di cegah (Sutanto, 2010) yaitu:

a. Faktor resiko yang dapat kontrol

a) Kegemukan (obesitas)

Berdasarkan penelitain orang kegemukan atau dengan

obesitas mudah terkena hipertensi. wanita usia 30 tahun

dengan kegemukan memiliki peluang 7 kali lebih beresiko

terkana hipertensi di bandingkan dengan wanita langsi

dengan usia yang sama. Curah jantung dan sirkulasi volume

darah penderita hipertensi yang obesitas. Hubungan antara

hipertensi dan obesitas belum di ketahui dengan pasti, namun

terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume

darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi

dibanding penderita hipertensi dengan berat badan normal.


b) Kurang Olahraga

Olahraga memiliki peranan yang sangat penting karena

seseorang yang kurang melakukan olahraga cenderung

mengalami kegemukan dan akan mudah penaikan tekanan

darah. Dengan olahraga kita dapat meningkatkan pompa

jantung.

c) Konsumsi Garam Berlebihan

Di dalam masyarakat kita kerap mendengar antara hubungan

garam dengan kejadian hipertensi. Garam merupakan hal

yang penting dalam mekanisme timbulnya hipertensi.

Pengaruh dari garam terhadap hipertensi yaitu melalui cairan

tubuh dan tekanan darah. Dimana ini akan diikuti oleh

peningkatan ekresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga

kembali pada kondisi keadaan sistem hemodinamik

(pendarahan) yang normal.

 Banyak orang yang mengatakan, mereka mengatakan

tidak ada mengkonsumsi garam, dan setelah di telusuri

mereka mengatakan tidak mengkonsusmi garam mejadi

,tetapi masih mengkonsumi pemasak makan yang

menggandung natrium.

 Natriumdan klorida merupakan ion utama cairan

ekstraseluler. Mengkonsumsi natrium yang berlebihan

dapat menyebabkan konsetrasi natrium di dalam

ekstrasekuker meningkat. Untuk menormalkannya


kembali, cairan intreseluler harus ditarik keluar sehingga

volume cairan ekstraseluler meningkat. Dengan

meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut dapat

menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga

berdampak pada timbulnya hipertensi.

d) Merokok dan Mengkonsumsi Alkohol

Zat yang terdapat di dalam rokok salah satu nya yaitu nikotin

yang dapat memperburuk kesehatan selain dari itu juga dapat

meningkatkan penggumpalan darah di dalam pembuluh

darah.

e) Stress

Hipertensi dapat di sebabkan karena stress. Ketegangan atau

dikejar masalah dapat menyebabkan tekanan darah kita dapat

meningkat. Dan jika kita sudah kembali rilek makan tekan

darah akan kembali normal. Dalam keadaan stres maka

terjadi respon sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan

pengeluaran atau pengangkutan natrium.

b. Faktor yang tidak dapat di kontrol

a) Keturunan (genetika)

Keturunan memiliki peranan yang besar terhdap terjadinya

hipertensi. Kejadian hipertensi lebih banyaj terjadi pada

kembar monozigot (dari satu sel telur) dibandigkan dengan

heterozigot (sel telur yang berbeda). Sifat genetik hipertensi

primer dan tidak melakukan penanganan dan pengobatan


maka akan menyebabkan hupertensi berkembang di

lingkungan lebih cepat tiga puluh tahun dan akan

menyebabkan konfilikasi.

b) Jenis Kelamin

Hipertensi lebih banyak di temukan pada pria di bandingkan

pada wanita. Jenis kelamin pria lebih banyak terkena

hipertensi karena lebih banyak membawa faktor penyebab

hipertensi, seperti perasaan kurang nyaman, kelelahan,

pekerjaan, pengangguran dan makanyang tidak di kontrol.

Dan hipertensi pada wanita biasanya meningkat pada saat

menoupose..

c) Umur

Semangkin pertambahnya usia maka semangkin mudah ya

terekana hipertensi. timbulnya hipertensi disebabkan adanya

interaksi anatara faktor risiki terhadap timbulnya hipertensi.

faktor penyabab hipertensi yaitu hanya pelebaran pembuluh

darah dan elastisitas jaringan yang erterosklerosis pada usia

tua. Pada usia 31 tahun biasanya hipertensi terjadi pada lansia

dan 45 tahun hipertensi terajadi pada wanita.

2.2.4 Patofisiologi

Peningkatan tekanan darah di dalam arteri di sebabkan melaluai beberapa

cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalir lebih banyak

cairan setiap , sehingga dapat menyebabkan arteri besar kehilangan

kelenturanya dan menjadi kaku yang mengakibatkan arteri tidak dapat


mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.

Darah yang mengalir dan mellaui pembuluh dara yang sempit akan

menyebbkan peningkatan aliran darah, dan inilah yang terjadi pada lanjut

usiat, karena arteri pada lansia sudah menebal dan kaku yang di sebabkan

karena arterioskalierosis. Yang menyebabkan tekanan darah meningkat

pada vasokonstriksi, yaitu arteri kecil mengerut untuk beberapa waktu

untuk hormon di dalamnya yang menyebabkan darah dalam sirkulasi bisa

meningkatnya tekanan darah. hal ini di sebabkan karena tumpukan garam

dan cairan tidak bisa di buang karena gangguan fungsi ginjal.

Aktivitas pompa jantung yeng berkurang akan menyebabkan arteri

megalami pelebaran, banyak cairan yang kelaur dari sirkulasi dan akan

menyebabkan tekanan darah menurun. Perubahan terhadap fungsi ginjal

dan sistem saraf otom yang mengatur fungsu tubuh secara otonom.

Perubahan fungsi ginjal mempengaruhi tekanan darah dari beberapa cara

yaitu: ginjal akan mngeluarkan garam dan cairan yang menyebabkan

berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah normal

jika tekanan darah meningkat Jika tekanan darah menurun, sehingga

volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal ginjal akan

mengurangi pembuangan garam dan air. Enzim rrenin yang di hasilakn

ginjal Ginjal bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah yang dapat

memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu

pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam

pengembalian tekanan darah dan berdasarkan itu kelainan yang terjadi

pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.. cidera


atau peradangan pada ginjal juga dapat menyebabkan tekanan darah

meningkat (Triyanto 2014).

Perubahan tekanan darah pada lansia terjadi karena Perubahan struktural

dan fungsional pada system pembuluh perifer. Aterosklerosis, hilangnya

elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos

pembuluh darah adalah perubahan yang terjadi, yang akan menyababkan

penurunan kemampuan daya regang pembuluh darah dan distensi. Maka

akan menyebabkan aorta dan arteri besarb kemampuannya akan

berkurang dalam pemompan jantung dalam mengakomodasi volume

darah, yangb berakinat penurunan curah jantunng dan meningkatkan

tahanan perifer (Prima,2015).


2.2.5 Pathway Hipertensi

Faktor resiko etiologi

HT primer HT sekunder

Hilangnya eteroskleros Mual,


↓rileksasi Kurang
elastisitas is muntah
otot polos informa
jaringan PD si
ikat Intake
inadekuat

MK: resti ↓ curah Vasokonstriksi PD


jantung

renal
dan perfusi
↓vol. Extracell

jantung↓
Curah
ginjal
Iskemik

kebutuhantubuh
nutrisi< dari
kebutuhan
MK: Gg
han
kelema
Defisit motorik
perifer ↑
Tahanan
maksimal
tidak
nutrisi
O2dan
Suplai
intoleransi
Aktivitas

MK:

pengetahuan
MK: Kurang
renin

angiontensinigen Angiontensin I

Meka Harapa Perseps


nisme n i
kopin tidak tidak
Angiontensin II (vasokontriktor) g tidak terpe reali
A
CE efektif nuhi stik

Sekresi aldosteron Koping individu inefektif

T IO meningkat
Ion exchange di tubulus ginjal Tekanan
intar
veskuler
Reabsorbsi Na dan air

MK: gangguan rasa MK
nyaman nyeri ga
↑ vol caiarab eksracell ng
Tekanan
gu
pada an
otak pe
meningk ngl
at iha
tan
MK:
d
e
fi
sit lapang pandang

Resiko
↑ TD cidera
2.2.6 Manifestasi Klinis

Penderita hipertensi sebagian besar tidak menyadari tanda dan gejala

hipertensi. dan bila ada gejala biasanya penderita hipertensi

mengeluhkan: bingung, pucat, kelellahan, masalah penglihatan, mimisan

atau geliasa, detak jantung keras atau tidak beraturan (palpasi), suara

berdenging di telinga, sakit kepala, pusing, dan disfungsi ereksi

(Pudiastuti,2011)

Gejala-gejala yang mudah diamati menurut Sutanto (2010) antara lain

yaitu :

1 Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala

2 Wajah merah

3 Sering gelisah

4 Mudah marah

5 Tengkuk terasa pegal

6 Sukar tidur

7 Telinga berdegung

8 Sesak napas

9 Rasa berat ditengkuk

10 Mata berkunang-kunag

11 Mudah lelah

12 Mimisan

gejala hipertensi Menurut Crea (2010) adalah kaku kuduk, sakit

kepala,pusing mual dan kepala pusing, dada berdebar-debar dan lemas,

sesak nafas, berkeringat, dan pusing.


2.2.7 Komplikasi Hipertensi

Komplikasi hipertensi Menurut (Triyanto,2014) yaitu:

1 Stroke

Stroke dapat terjadi karena akibat oerdarahan tekanan tinggi di otak,

atau embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan

tekanan tinggi. Stroke akan terajdi pada hipertensi koronis yaitu

apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi

dan menebal akan menyabkan aliran darah ke daerah-daerah yang

diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak dapat mengalami

arterosklerosis sehingga menjadi lemah, sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentukya aneurisma. Gejala terkenan stroke adalah

sakit kepala, seperti orang mabuk atau binggung atau bertingkah

laku.

2 Infral miokard bisa terjadi apabila arteri koroner tidak dapat

menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk

trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah

tersebut. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan

perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel

sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko

pembentukan bekuan Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel,

maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi

dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infrak..

3 Kerusakan progresif ginjal dapat mengakibatkan tekanan tinggi pada

kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus,


darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan

terganggudan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.

Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui

urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,

menyebabkan edema yang sering di jumpai pada hipertensi kronik.

4 Cairan didalam paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan

cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan

edema. Ensefolopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang cepat). Ketidak mampuan jantung dalam memompa

darah yang kembalinya kejantung dengan cepat dengan

mengakibatkan caitan terkumpul diparu, kaki dan jaringan lain

sering disebut edema. Neuron-neuron disekitarnya kolap dan terjadi

koma. Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan

peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruangan

intertisium diseluruh susunan saraf pusat.

Pengukuran tekanan darah bertujuan untuk mengetahui Hipertensi.

Penderita hipeertensi jika tidak ditangani secara intensif akan beresiko

meningkatkan peninggal karena komplikasi yang terajdi karena

hioertensi, kerusakan yang di akibatkan oleh hipertensi yaitu:

a. Pada otak menyebabkan stroke

b. Pada mata dapat menyebabkan kebutaan atau gangguan pada

penglihatan.

c. Pada jantung dapat menyebabkan gangguan pada jantung seperti

gagal jantung.
d. Pada ginjal menyebabkan penyakit koronis pada ginjal

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada penderita hipertensi yaitu dapat dilakukan:

1. General check up

Seseoarnag yang di curigai terkena hipertensi dapat dilakukan

bebrapa pemeriksaan yaitu wawancara untuk megetahui riwayat

kesehatan kelaurga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,

pemeriksaaan ECG dan meperiksaan khusus. Pengobatan hipertensi

bertujuan untuk hipertensi adalah mencegah komplikasi yang

ditimbulkan. Langkah pengobata adalah yang mengendalikan tensi

atau tekanan darah agar tetap normal.

2. Tujuan pemeriksaan laboratolriun untuk hipertensi ada dua macam

yaitu:

a. Panel Evaluasi Awal Hipertensi : pemeriksaan sesegera setelah

terdiagnosa hipertensi dan sebelum pengobatan.

b. Panel hidup sehat dengan hipertensi : pengobatan untuk

memantau keberhasilan terapi

2.2.9 Pencegahan Hipertensi

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah terajdinya

hipertensi yaitu:

1. Mengurangi konsumsi garam.

Pembatasan dalam mengkonsumsi garam dapat mencegah

terajdinya hipertensi..
2. Menghindari kegemukan (obesitas).

Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan mengjaga berat badan dan

mengatur pola hidup agar berat badan tidak menjadi obesiats yang

dapat menyebabkan hipertensi.

3. Membatasi konsumsi lemak.

Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya

endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama

kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat

pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian,

akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung

memperparah hipertensi

4. Makan banyak buah dan sayuran segar.

Buah dan sayuran segar banyak mengandung vitam dan kaliaum

yang dapat mencegah terajdinya tekanan darah atau hipertesi.

5. Tidak minum alkohol dan merokok

6. Latihan relaksasi atau meditasi.

Relaksasi dilaksanakan untuk dapat mengencangkan dan atau

mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang

damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan

dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi. Relaksasi atau

meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa..

7. Berusaha membina hidup yang positif.

Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan,

tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau


beban stress (ketegangan) bagi setiap orang. Agar terhindar dari

efek negative tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang

positif.Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui

daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah,

tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Beberapa cara untuk

membina hidup yang positif adalah sebagai berikut:

a. Membicarakan yang terpendalam dalam hati dan mencari

pemecahan masalah.

b. Menyediakan waktu istirahat dan waktu santai dengan

membuat jadwal kerja agara waktu terjadwal dengan benar.

c. Menyelesaikan tugas bagian kita dan biarkan orang lain

menyelesaikan tugas bagian dia.

d. Belajar berdamai yaitu dengan mengalah

e. Menolong orang lain

f. Hipertensi dapat di cegah dengan mengilangkan iri dan

dengki

2.2.10 Penatalaksanaan

Penatalaksanan hipertensi di bagi menjadi 3 yaitu:

1. Terapi non-farmakologi

Penanatlaksanan non farmakologi yang dilakukan yaitu dengan

tampa obat-obat hipertensi dari rumah sakit. Perubahan tekanan

darah diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku

hidup sehat seperti :

a. Batasi konsumis garam dan natrium.


b. Mengontrol berat badan secara teratur

c. Lakukan olahraga secara teratur

d. Tidak minum yang mengandung alkohol

e. Tidak merokok

f. Hindari strees

g. menghindari obesitas

h. terapi herbal

2. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)

Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan,

antara lain obat-obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis

kalsium, dan penghambat konfersi enzim angiotensi. selain cara

terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang utama..

a. Diuretik

mengonsumsi diuretik akan terjadi pengurangan jumlah cairan

dalam pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada dinding

pembuluh darah.Beta bloker dapat mengurangi kecepatan

jantung dalam memompa darah dan mengurangi jumlah darah

yang dipompa oleh jantung.

b. ACE-inhibitor

dapat mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan

menurunkan tekanan darah dan mencegah penyempitan

dinding pembuluh darah.

c. Ca bloker
Dapan merilek kan pembuluh darah dan mengurangi kecepatan

denyut jantung.

3. Terapi herbal

banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan

sebagaiobat hipertensi sebai berikut :

a Daun seledri

Semua bagian tanaman seledri memiliki bau yang khas, identik

dengan sayur sub. Bentung batangnya bersegi, bercabang,

memiliki ruas, dan tidak berambut.bunganya berwarna putih,

kecil, menyerupai payung, dan majemuk. Seledri (Apium

graveolens, Linn.) merupakan tanaman terna tegak dengan

ketinggian dari 50 cm. Buahnya berwarna hijau kekuningan

berbentuk kerucut. vasodilator perifer yang berhubungan dengan

efek hipotensifnya. Percobaan lain menunjukkan efek hipotensif

herbal seledri berhubungan dengan integritas sistem saraf

simpatik Daunnya memiliki pertulangan yang menyirip,

berwarna hijau, dan bertangkai. Tangkai daun yang berair dapat

dimakan mentah sebagai lalapan dan daunnya digunakan

sebagai penyedap masakan, seperti sayur sop.

. (Mun’im dan hanani, 2011)


2.3 Konsep Terapi Non Farmakologi

2.3.1 Pengertian Terapi Non Farmakologi

adalah terapi tambahan selain hanya mengonsumsi obat-obatan. Manfaat

dari terapi non farmakologi yaitu meningkatkan efikasi obat, mengurangi

efek samping, serta memulihkan keadaan pembuluh darah dan jantung.

Bentuk terapi non farmakologi adalah terapi alternatif dan komplementer.

Pengobatan alternatif adalah pengobatan yang dipilih sebagai pengganti

terhadap.

pengobatan komplementer adalah pengobatan yang dapat digunakan

bersama dengan obat medis (Aryando, 2012).

2.3.2 Pengobatan Komplementer Tradisional-Alternatif

Pengobatan komplementer tradisional-alternatif yaitu pengobatan non

konvensional yang ditujukan guna meningkatkan derajat kesehatan yang

mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang

didapat melalui pendidikan sistematis dengan keamanan, kualitas, dan

efektivitas yang tinggi berdasarkan ilmu pengetahuan biomedik namun

belum diterima dalam ilmu kedokteran konvensional (Aryando, 2012).

2.3.3 Metode Pengobatan Komplementer dan Alternatif

1. Akupunktur

Suatu pengobatan dengan mangaat rangsangan pada titik tertentu

tertentu sehingga mempengaruhi peredaran bioenergi di dalam tubuh.

Secara tradisional sistem tersebut berdasarkan konsep keseimbangan

antara permukaan tubuh dengan organ melalui bentuk meridian yang

tegas. dilanjutkan oleh deretan yang koherensinya sama dengan titik


meredian menuju organ yang dikehendaki. Titik akupunktur sebagai

pintu masuk rangsangan berdasarkan kualitas energi yang masuk dan

diubah menjadi sinyal biologi (kombinasi elektrik dan fibrasi fisik)

(Wasito, 2010).

Efek akupunktur pada DM telah diamati secara eksperimen dan secara

klinis. Hewan percobaan menunjukkan bahwa akupunktur dapat

mengaktifkan glukosa-6-fosfat dan mempengaruhi hipotalamus.

Akupunktur dapat bertindak pada pankreas untuk meningkatkan

sintesis insulin, meningkatkan jumlah reseptor pada sel target dan

mempercepat pemanfaatan glukosa sehingga menurunkan gula darah.

Efek terapi akupunktur pada DM bukanlah hasil dari tindakan pada

organ tunggal tetapi pada beberapa sistem (Pandey, 2011).

2. Meditasi

Siatu proses yang menggunakan teknik tertentu seperti memfokuskan

perhatian atau mempertahankan postur yang spesifik untuk menunda

aliran pikiran dan tubuh sehingga membuat pikiran menjadi rileks.

mediasi digunakan karena berbagai alasan misalnya untuk

meningkatkan relaksasi, ketenangan mental, dan keseimbangan

psikologis (Ernst, 2012).

Yoga merupakan salah satu contoh meditasi. Mempelajari yoga dapat

juga mengontrol tekanan darah. Latihan yoga menunjukkan perbaikan

yang signifikan bagi hipertensi dengan komplikasi yang sudah ada

sebelumnya. Yoga memiliki peran bahkan dalam pencegahan


hipertensi. Yoga membantu mengatur proses fungsi dan psikis tubuh

serta meningkatkan kesejahteraan. (Pandey, 2011).

3. Obat Herbal

Sebuah sistem pengobatan yang menggunakan berbagai obat

yang berasal dari tanaman dan ekstrak tumbuh–tumbuhan (produk

herbal, ramuan, botani, tanaman baik itu bagian bunga, daun, kulit,

batang) dan sifat terapi yang potensial untuk mengobati gangguan dan

menjaga kesehatan. Menurut WHO, manusia yang menggunakan

pengobatan ini mencapai 4 miliar orang atau sekitar 80% penduduk

dunia (Handriono, 2010).

2.4 Konsep Labu Siam (Sechium edul.)

2.4.1 Pengertian Labu Siam (Sechium Edul)

Tanaman ini berasal dari Meksiko dan telah dibudidayakan sejak zaman

pra-Kolombia . Labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) merupakan

tanaman subtropis dan termasuk ke dalam spesies cucurbitaceus yang

sering digunakan sebagai bahan makanan. Labu siam termasuk salah satu

komoditas yang sangat mudah ditemukan, hal ini sesuai dengan data

statistik yang menyatakan bahwa produksi labu siam dari tahun 2000

hingga tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu dari 158.654 ton

menjadi 428.083 ton (BPS, 2013). Buah labu siam ditunjukkan pada

Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Labu Siam

Sistem klasifikasi tanaman labu siam adalah (Putri,

2012) Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Cucurbitales

Suku : Cucurbitaceae

Marga : Sechium

Jenis :Sechium edule (Jacq.) Sw

Dalam pengobatan labu siam memiliki aktivitas diuretik,

aintihiperlipidemia, antiinflamsi dan penurunan tekanan darah dan (Putri,

2012). Labu siam sangat bermanfaat dalam mencegah dan menghambat

penyerapan kolesterol dalam tubuh. Alkaloid mampu meperlancar

peredaran darah sehingga dapat mencegah stroke, menurunkan risiko

penyakit jantung, menurunkan tekanan darah, membantu mencegah

kanker, dan membantu menghentikan proses inflamasi, sedangkan tanin

memiliki aktivitas antimikroba. Senyawa polifenol, antosianin, dan

flavonoid memiliki aktivitas antioksidan, (Higgins, 2010; Mélo et al.,

2016). Kandungan gizi buah labu siam dalam 100 gram daging buah labu

siam dapat dilihat pada Tabel 2.1


Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Labu Siam Modgil et al., 2010).

Kandungan Gizi Jumlah Kandungan Gizi Jumlah

Kalori 26-31 kkal Kalsium 12-19 mg


Gula larut air 3,30% Fosfor 4-30 mg
Protein 0,9-1,1% Seng 2,77 mg
Lemak 0,1-0,3% Mangan 0,38 mg
Karbohidrat 3,5-7,7% Besi 0,2-0,6 mg
Serat 0,4-1% Tembaga 0,25 mg
Hemiselulosa 7,55 mg Vitamin A 5 mg
Selulosa 16,42 mg Thiamin 0,03 mg
Lignin 0,23 mg Riboflavin 0,04 mg
Natrium 36 mg Niasin 0,4-0,5 mg
Kalium 3378,62 mg Asam askorbat 11-20 mg
Magnesium 147 mg Saponin 1,65%
Alkaloid 1,57 Flavonoid 0,95%
Polifenol 5,93 mg Proantosianin 75,73 mg
2.4.2 Protease Tumbuhan

Komposisi rata-rata unsur kimia yang menyusun protein yaitu karbon

50%, hidrogen 7%, nitrogen 16%, belerang 0-3%, oksigen 23% dan

fosfor 0-3%. Protease (proteinase) merupakan jenis enzim yang termasuk

dalam kelompok enzim hidrolase yang bekerja mengkatalis reaksi

pemecahan ikatan peptida pada molekul protein dengan cara hidrolisis.

Hasil reaksi pemecahan protein (polipeptida) ini yaitu asam amino dan

peptida rantai pendek (Poedjiadi, 2012.Enzim merupakan protein yang

berfungsi sebagai biokatalis dalam proses metabolisme.). Gambar 2.2

menunjukkan contoh reaksi hidrolisis ikatan peptida pada molekul

polipeptida oleh bantuan protease yang menghasilkan dua buah molekul


peptida yang lebih pendek yaitu peptida yang mengandung asam amino

ujung N (a) dan peptida yang mengandung asam ujung C (b).

Gambar 2.2 Reaksi Hidrolisis Ikatan Peptida oleh Protease

Mekanisme umum reaksi hidrolisis yang melibatkan enzim serta

substrat

peptida secara umum ditunjukkan pada Gambar 2.3. Hidrolisis ikatan

peptida merupakan suatu reaksi yang melibatkan pemindahan gugus

fungsional peptida ke molekul air (Lehninger, 2009). Protease dalam

reaksi hidrolisis bertindak sebagai nukleofil, yang secara umum akan

bereaksi dengan atom karbon karbonil pada ikatan peptida sehingga

membentuk intermediet tetrahedral. Produk yang dilepaskan peptida

mengandung asam amino ujung C dari sisi aktif yan digantikan secara

bersamaan dengansatu molekul air, sehingga terbentuk intermediet

tetrahedral kedua. Pada akhir reaksi dihasilkan produk berupa peptida

yang mengandung asam amino ujung N, proton sertaenzim yang

telah diregenerasi.
Gambar 2.3 Mekanisme Umum Hidrolisis Enzimatik Substrat Peptida
(Moran et al., dalam Pakpahan 2009)
Keterangan :
R1 = Rantai peptida yang mengandung asam amino ujung N

R2 = Rantai peptida yang mengandung asam amino ujung C

Sel tumbuhan memiliki lebih dari 10.000 jenis protein yang

beberapa diantaranya mungkin tidak berfungsi ataupun rusak sehingga

tidak diperlukan lagi oleh tumbuhan. Protein yang tidak dibutuhkan

inilah yang akan menjadi substrat untuk didegradasi oleh protease

menjadi monomernya yaitu asam amino bebas dan peptida rantai pendek.

Asam amino bebas dan peptida rantai pendek yang dihasilkan nantinya

akan digunakan lagi, salah satunya untuk membuat protein baru.

Degradasi protein pada tumbuhan berfungsi untuk peremajaan sel

yang mana setiap 4-7 hari sebagian protein yang menyusun sel

tumbuhan tersebut

2.5 konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

2.5.1 Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil

informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang


dibinanya (Murwani, 2010).

Hal-hal yang dikaji dalam keluarga adalah :

1. Data umum

Pengkajia terhadap data umum keluarga meliputi :

a. Nama kepala keluarga (KK)

b. Alamat dan telepon

c. Pekerjaan kepala keluarga

d. Pendidikan kepala keluarga

e. Komposisi keluarga

f. Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala

atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga

tersebut.

g. Tipe bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan

kesehatan. Suku dapat menajadi salah satu faktor dari

hipertensi, contohnya suku minang yang kebiasaan

masyarakat suku minang yang suka mengkonsumsi makanan

mengandung klosterol misalnya makanan bersantan.

h. Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan

yang dapat mempengaruhi kesehatan.

i. Status sosial ekonomi keluarga

Status ekonomi sosial keluarga ditentukan oleh pendapatan

baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.

Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentuka pula oleh

kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta

barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

j. Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga

pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi

tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan

radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah :

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua

dari keluarga inti

b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang

belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas

perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3. Riwayat keluarga Inti.

Menjelasakn terbentuknya keluarga. Keluarga bisa terbentuk dengan

perjodohan atau dengan menjalin hubungan pacaran dan melanjutkan

kepernikahan.

4. Riwayat keluarga sebelumnya

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada inti, yang meliputi

riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing

anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit

(imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan serta

riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian atau pengalaman

penting yang berhubungan dengan kesehatan. Pada penderita

hipertensi dapat disebabkan dari penyakit keturunan yaitu adanya

keluarga sebelumnya yang menderita hipertensi.

5. Data lingkungan

a. Karakteristik rumah

Karakteristik rumah dididentifikasikan dengan melihat luas

rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela,

pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga,


jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air, sumber

air minum yang digunakan serta denah rumah.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan

komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan

fisik, aturan/ kesepakatan penduduk setempat, budaya

setempat yang mempengaruhi kesehatan.

d. Mobiltas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan

keluarga berpindah tempat.

e. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga

untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan

sejauh mana keluarga interaksinya dengan masyarakat.

f. Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah

jumlah keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki

keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup,

fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota

keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat

setempat.
6. Struktur keluarga

a. Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota

keluarga. Komunikasi dalam keluarga yang dapat menyebabkan

hipertensi yaitu komunikasi tertutup dan komunikasi yang tidak

baik antara anggota keluarga yang memicu stress.

b. Struktur kekeuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan

mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

c. Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik

secara formal maupun informal. Peran keluarga untuk penderita

hipertensi yaitu mengontrol pola makan, aktivitas dan dukungan

dalam pengobatan.

d. Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh

keluarga, yang berhubungan denga kesehatan.

e. Fungsi-fungsi keluarga

a) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota

keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,

dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,

bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga, dan


bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai.

b) Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan

dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar

disiplin, norma, budaya dan perilaku

c) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan

makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota

keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga

mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga di dalam

melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari

kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan

keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah

kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan

tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga

yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat

meningkatkan kesehatan, dan keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat


dilingkungan setempat. Anggota keluarga dengan

hipertensi mengeluhkan sakit kepala, pundak berat-berat,

pusing, nafsu makan berkurang, susdah tidur dll. Faktor

resiko yang dapat mendukung terjadinya hipertensi adalah

merokok, pola makan, strees dan aktivitas.


d) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji megenai fungsi reproduksi keluarga

adalah:

- Berapa jumlah anak

- Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota

keluarga

- Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlah anggota keluarga.

e) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga

adalah :

- Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,

pangan dan papan

- Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang

ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status

kesehatan keluarga.

6. Stres dan koping keluarga

a. Stresor jangka pendek dan panjang

a) Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.

Penyakit hipertensi sendiri dapat menyebabkan stress pada

penderita yang baru terdiagnosis hipertensi.

b) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6


bulan. Stress jangka panjang pada penderita hipetensi bisa di

sebabkan dengan pengobatan yaitu minum obat dalam jangka

lama.

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stresor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon

terhadap situasi / stresor.

c. Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila meghadapi

permasalahan.

d. Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang

digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan. Dalam

penyakit hipertensi coping negatif yaitu akibat pengobatan yang

lama dan akibat pemeriksaan kepelayanan kesehatan secara

rutin.

7. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode

yang digunakan pada pemeriksaan fisik berbeda dengan

pemeriksaan fisik di klinik. Pada pemeriksaan fisik untuk penderita

hipertensi di dapatka tekanan darah > 140/90mmHg, nyeri kepala,

pusing, pundak berat-berat dll.


8. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

Diagnosa Masalah keperawatan Hipertensi yang muncul sesuaii dengan SDKI,


2.5.1 SIKI, SLKI dalam Panduan Asuhan Keperawatan :
1. Nyeri Akut (D.0077)
2. Gangguan pola tidur (D.0055)
3. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif (D.0115)
4. Manajemen kesehatan tidak efektif (D.0116)
5. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif (D.0117)
6. Resiko penurunan curah jantung (D.0011)
7. Intoleransi aktivitas (D.0056)
8. Resiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017)
9. Resiko jatuh (D.0143)

Tabel 2.3 Cara Membuat Skor Penentuan Prioritas Masalah


Keperawatan(Bailon dan Maglaya, 2018)
No Criteria NOai Bobot
1 Sifat masalah
Skala:
3 1
a. Aktual 2
b. b.Resiko 1
c. c. Potensial

2 Kemunskinan masalahdapat diubah


Skala:
2 2
a. Densan mudah 1
b. Hanyasebasian 0
c. Tidak dapat

3 Potensial masalah untuk dicesah


Skala:
3 1
a. Tinssi 2
b. Cukup 1
b. c. Rendah
4 Menonjolnya masalah
Skala:
2
a. Masalahberatharus sesera ditansani 1 1
b. Masalah vans tidak perlu sesera 0
b. ditansani

c. c. Masalah tidak dirasakan

TOTAL 5

Catatan : Skor dihitung bersama dengan

keluarga Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan

prioritas :

 Kriteria 1 : Sifat masalah bobot yang lebih berat diberikan pada

tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan

biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.

 Kriteria 2 : Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu

memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut : Pengetahuan

yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah,

Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga, Sumber

daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu,

Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam

masyarakat dan dukungan masyarakat.

 Kriteria 3 : Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu

diperhatikan : Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit

atau masalah, lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu

masalah itu ada, tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-

tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah, adanya kelompok 'high


risk" atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk

mencegah masalah.

 Kriteria 4 : Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau

bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor

tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.

2.5.2 Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang

mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria

dan standar.Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang

hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan

khusus yang ditetapkan (Friedman, 2017).Penyusunan rencana perawatan

dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana

perawatan (Suprajitmo, 2016).Langkah pertama yang dilakukan adalah

merumuskan tujuan keperawatan.

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan

jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P)

di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada

bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.


1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Berdasarkan pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas

maka diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :

a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah

kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan

kondisi kesehatan anggota keluarga.

b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan

pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan

hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan

yang diharapkan.

c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan

mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk

mempertahankan kesehatan.

d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota

keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif

dan menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan

kesehatan keluarga dan klien.

e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa

nyaman, bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau

orang berarti) yang dibutuhkan klien untuk mengelola atau

mengatasi masalah kesehatan.


f. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan

mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada

situasi saat ini atau yang akan datang.

g. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat

(anggota keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien

untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien.

Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang

muncul adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga

yang meliputi 5 unsur sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi

pada anggota keluarga

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi penyakit hipertensi

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

hipertensi

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi

lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan guna perawatan dan pengobatan hipertensi

2. Membuat Perencanaan

Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan

umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan

kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya


merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan

standar. Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan keperawatan

keluarga dengan hipertensi ini adalah sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi

pada keluarga.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan

mengerti tentang penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah tiga

kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit

hipertensi.

Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda

dan gejala penyakit hipertensi serta pencegahan dan pengobatan

penyakit hipertensi secara lisan.

Intervensi :

1) Jelaskan arti penyakit hipertensi

2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi

3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi penyakit hipertensi.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui

akibat lebih lanjut dari penyakit hipertensi.


Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat

anggota keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat

mengambil tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang

sakit.

Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana

akibat hipertensi dan dapat mengambil keputusan yang tepat.

Intervensi:

1) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi

2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota

keluarga yang menderita hipertensi.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

hipertensi

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat

anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap

anggota keluarga yang menderita hipertensisetelah tiga kali kunjungan

rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan

dan perawatan penyakit hipertensi

Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga

yang menderita penyakit hipertensi secara tepat.

Intervensi:
1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit hipertensi.

2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat

dan olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita

hipertensi.

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi

lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi

berhubungan.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang

pengaruh lingkungan terhadap penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat

menunjang penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan

rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh

lingkungan terhadap proses penyakit hipertensi

Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat

mempengaruhi penyakit hipertensi.

Intervensi :

1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan

mengatasi penyakit hipertensimisalnya :

a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan

misalnya benda yang tajam.

b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.


c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi

terjadinya iritasi.

2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan

dan pengobatan hipertensi.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan sesuai kebutuhan.

Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk

mengatasi penyakit hipertensisetelah dua kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta

pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi.

Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.

Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan dan
pengobatan hipertensi.
Implementasi Keperawatan Keluarga

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan

perencanaan mengenai diagnosis yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan

keperawatan terhadap keluarga mencakup lima tugas kesehatan keluarga

menurut Friedman, 2017), yaitu:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan

kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,

mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan dan endorong

sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan,

mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, mendiskusikan

tentang konsekwensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit

dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan

fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber yang

dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan dengan

seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

dengan cara memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan

keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan.

74
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun.Hal-

hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

terhadap keluarga yaitu sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga,

adat istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan keluarga dan sarana dan

prasarana yang ada pada keluarga.

Evaluasi Keperawatan Keluarga

Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi

merupakan upaya untuk menentukan apakah seluruh proses sudah berjalan

dengan baik atau belum. Apabila hasil tidak mencapai tujuan maka

pelaksanaan tindakan diulang kembali dengan melakukan berbagai

perbaikan. Sebagai suatu proses evaluasi ada empat dimensi yaitu :

1) Dimensi keberhasilan, yaitu evaluasi dipusatkan untuk mencapai tujuan

tindakan keperawatan.

2) Dimensi ketepatgunaan: yaitu evaluasi yang dikaitkan sumber daya

3) Dimensi kecocokan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecocokan

kemampuan dalam pelaksanan tindakan keperawatan

4) Dimensi kecukupan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecukupan

perlengkapan dari tindakan yang telah dilaksanakan (Effendy, 2008)

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi

dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat

keberhasilannya.Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung dalam rencana

perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik

maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria evaluasi bagi tingkat aktivitas

yang telah dicapai Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara


operasional.Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif.

Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan

evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir. (Friedman,2017).

Evaluasi disusun menggunakan SOAP, (Suprajitno,2013) :

 S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif

oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

 O: Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan yang obyektif.

 A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif

dan obyektif.

 P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KELUARGA

I. Data Umum Keluarga

1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. A

2. Umur Kepala Keluarga : 49 tahun

3. Pendidikan : SMA

4. Pekerjaan : TNI-AD

5. Alamat : Jalan. Satya 6 No. 7 Asrama Kopassus Jakarta Timur

6. Komposisi Keluarga :

No Nama Jenis Hubungan TTL/Umur Pendidikan Pekerjaan


Kelamin Dengan
KK
1 Ibu S P Istri Jakarta, SD IRT
10-
Maret-
1976
2 An.E L Anak Jakarta,26 SMA Polisi
-
Desember-
1994
Genogram :

X X
X

X X X X
X X

Keterangan
:
= Laki-Laki

= Perempuan

= Tinggal Serumah

X = Laki-Laki Meninggal

= PXerempuan Meninggal

7. Tipe keluarga

Tipe keluarga Tn. A adalah tipe keluarga inti yang terdiri dari ayah,ibu dan

anak.

8. Suku Bangsa

Suku bangsa Tn. A adalah suku minang, bahasa yang digunakan sehari-

hari adalah bahasa minang, dan kebudayaan yang dianut tidak

bertentangan dengan masalah kesehatan.


9. Agama

Seluruh anggota keluarga Tn. A menganut agama islam, sering mengikuti

pengajian dan berdo’a agar penyakit yang dideritanya sembuh.

10. Status Sosial Ekonomi

Sumber pendapatan keluarga Tn. A adalah dari penhasilan bulanan sebagai

anggota TNI-AD, kebutuhan keluarga Tn. A dalam satu bulan ± 3

juta/bulan ditambah dari penghasilan anaknya yang sudah bekerja.

11. Aktifitas rekreasi keluarga

Keluarga Tn. A mengisi kekosongan waktu dengan menonton TV bersama

dirumah, dan rekreasi diluar rumah hanya kepasar mengantar Ibu S.

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga Tn. A dalam tahap perkembangan VI yaitu memperluas keluarga

inti menjadi keluarga besar, mempertahankan ke intiman pasangan,

membantu orang tua memasuki masa tua, membantu anak untuk mandiri

di masyarakat, penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tugas perkembangan keluarga Tn. A yang belum terpenuhi yaitu

membantu orang tua memasuki masa tua. Yang keluarga rasakan acuhnya

anggota keluarga terhadap sakit yang di derita misalnya saat Tn. A

merasakan tanda dan gejala hipertensi Tn. A namun baru pergi

kepelayanan kesehatan setelah merasakan nyeri selam 1 minggu yang tidak

kunjung sembuh dan tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi secara

teratur.

3. Riwayat keluarga inti


Tn. A dan Ibu S sebelumnya tidak ada berpacaran mereka bertemu

dikenalkan orangtua dan akhirnya dijodohkan dan memutuskan utuk

menikah.

4. Riwayat keluarga sebelumnya

Tn. A mengatakan keluarga dari Tn. A ada yang memiliki riwayat

penyakit yang sama dengan Tn. A, Tn. A mengatakan dari keluarga istri

tidak ada yang menderita sakit yang sama.

III. Lingkungan

1 2 3 7

5 6

1. Karakteristik rumah

Tipe rumah Tn. A permanen terdiri dari 7 ruangan 3 kamar tidur, 1 ruang

tamu, 1 dapur, 1 ruang makan dan 1 kamar mandi

2. Ventilasi dan ruangan


Sirkulasi udara dan pencahayaan rumah Tn. A cukup karna dari 7 jendela

seluruhnya dapat dibuka dan selalu terpapar sinar matahari.

3. Persediaan air bersih

Sumber air yang digunakan Tn. A adalah dari air pam.

4. Pembuangan Sampah

Tn. A mengatakan tempat pembuangan sampah di depan rumahnya

dengan cara dengan cara ditumpuk dan kemudian akan diambil petugas

kebersihan secara berkala.

5. Pembuangan air limbah

Tn. A mengatakan pembuangan air limbah berada di belakang rumah Tn. A

6. Jamban / WC

Tn. A mengatakan WC berada di dalam rumah dan jenis wc yaitu wc

jongkok.

7. Lingkungan Sekitar Rumah

Disekitar rumah terlihat lingkungan yang cukup bersih, dan terpapar

dengan lingkungan yang hijau karena disekitar rumah terdapat berbagai

tumbuh-tumbuhan.Lingkungan rumah terlihat bersih.

8. Sarana komunikasi dan transportasi

Tn. A mengatakan sarana transportasi keluarga adalah motor dan sarana

komunikasi nya bahasa minang dan menggunakan telepon genggam.


9. Fasilitas hiburan

Tn. A mengatakan fasilitas hiburan di keluarga adalah TV. Mereka selalu

menonton bersama setelah sholat magrib.

10. Fasiltas pelayanan kesehatan

Keluarga Tn. A selalu memanfaatkan Fasilitas pelayanan kesehatan yang

tidak jauh dari rumahnya, juga ada keluarganya yang sakit di bawanya

berobat ke puskesmas/bidan.

IV. Sosial

1. Karakteristik tetangga dan komunitas

Dilingkungan keluarga Tn. A, tetangganya memiliki suku yang berbeda

dan beragam. Rumah yang berada di sekitar komunitas adalah permanen.

Profesi dikomunitas adalah sesama anggota TNI-AD.

2. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga sudah ± 14 tahun tinggal disana, belum pernah pindah dan tidak

punya rencananya meninggalkan rumah yang ditempati saat ini

3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Anggota keluarga Tn. A sering berkumpul sekeluarga dan menonton TV

bersama. Apabila keluarga sakit seperti pusing-pusing, atau merasa sakit di

sendi-sendi, keluarga membawa untuk beristirahat terlebih dahulu dan jika


dengan beristirahat tidak berkurang baru di bawa ke pelayanan Kesehatan

seperti Puskesmas dan Bidan

4. Sistem pendukung keluarga

Dalam keluarga yang berperan sebagai pendukung keluarga yaitu Tn. A

dan apabila merasa ada masalah atau kesulitan keluarga selalu membagi

atau menceritakan dengan anggota keluarga lainnya.

V. Struktur keluarga

1. Pola komunikasi keluarga

Pola komunikasi keluarga terbuka antara suami dan istri.Setiap ada

masalah selalu dibicarakan dan dipecahkan bersama. Jika Tn. A tidak

berada dirumah, Ibu A juga dipercayai sebagai pengambil keputusan

namun tetap sepengetahuan Tn. A.

2. Struktur kekuatan keluarga

Dalam keluarga Tn. A, pengambil keputusan yang dominan adalah Tn. A

sendiri sebagai kepala keluarga, namun itu pun sesuai dengan hasil

musyawarah semua anggota keluarganya dan dalam mengatur anggaran

keluarga di serahkan sepenuhnya kepada Ibu A.

3. Struktur peran

 Tn. A

Formal : Tn. A berperan sebagai kepala keluarga. Tn. Abertanggung jawab

dalam menafkahi keluarganya, serta berfungsi sebagai pendidik bagi anak-

anaknya. Namun bila terjadi masalah dalam mendidik anak – anaknya juga

menjadi tanggung jawab Ibu A


Informal: Tn. A disini berperan sebagai pembimbing keluarganya yaitu

pembimbing bagi istri dan anak – anaknya. Pada posisi ini tidak ada

masalah yang ditemukan oleh Tn. A. Tn. A pun menyadari bahwa semua

itu harus dijalaninya dan Ia pun menjalankan perannya dengan baik.

 Ibu

Formal : Dalam menjalankan peran ini Ibu. A tidak memiliki masalah dan

Ia mampu dengan baik menjalankan peranannya.

Informal:Ibu A juga ikut membatu suami untuk memenuhi kebutuhan

keluarga dengan membantu Tn. A ke kebun. Semuanya dapat di jalankan

oleh Ibu A dengan baik dan tanpa konflik. Ibu A juga berperan merawat

anggota keluarga yang sakit khususnya Tn. A.

 Anak

Formal: anak E karena berperan sebagai anak selalu turut dan

menghormati ketua orang tuanya,

Informal: anak E karena suadah dewasa dan sudah bekerja, dari hasil

pekerjaan nya sebagian di sisihkan untuk menambah kebutuhan keluarga.

4. Nilai dan norma budaya

Nilai kebudayaan yang dianut oleh keluarga yaitu budaya minang,

Keluarga sangat mendukung nilai dan norma budaya mereka seperti saling

menghormati dengan satu sama lain dan berpakaian yang sopan. Keluarga

menganut nilai – nilai tersebut secara sadar dan tidak ada konflik yang

menonjol dalam keluarga ini.


VI. Fungsi Keluarga

1. Fungsi afektif

Keluarga Ibu A selalu memperhatikan anggota keluarganya satu sama lain.

Keluarga saling mendukung dengan hubungan yang akrab.

2. Fungsi sosialisasi

Tn. A dan Ibu A sama-sama memiliki tanggung jawab dalam mendidik

anak-anaknya mereka selalu mengajarkan anaknya untuk berinteraksi

yang baik sejak dini dan mereka cukup bijaksana dalam mengatur anak-

anak nya yaitu dengan membuat peraturan dan memberi sanksi bila ada

yang melanggar, selain itu anak juga diberi kesempatan untuk menuntut

haknya sesuai dengan fungsinya sebagai anak seperti mendapatkan

perlakuan yang adil dari orang tua.

3. Fungsi perawatan kesehatan termasuk didalamnya riwayat kesehatan

keluarga saat ini dan yll, riwayat imunisasi, tumbang pada anak.

Tn. A mengatakan hipertensi sejak ± 4 tahun yang lalu. Tn. A mengatakan

pusing,nyeri kepala, dengan skala nyeri 5, nyeri hilang timbul, nyeri rasa

tertusuk dan pundak berat-berat . Tn. A juga mengatakan tidak ada

keluarga yang mengalami hipertensi atau penyakit yang serupa dengan

dirinya. Tn. A mengatakan masih merokok, masih konsumsi makanan

bergam dan bersantan. Status imunisasi pada anak Tn. A lengkap.Ibu A

selalu memperhatikan dan berupaya untuk mencari bantuan pelayanan

kesehatan jika ada anggota keluraga yang mengalami masalah kesehatan.

Penapisan masalah berdasarkan 5 tugas perawatan kesehatan :

 Kemampuan mengenal masalah kesehatan


Tn. A mengatakan mengetahui sebagian penyakit yang di deritanya dan

sebagian lain tidak tahu. Tetapi tidak tahu penyebabnya. Keluarga

mengaku cuma sedikit tahu tentang tanda dan gejala serta penanggulan

pertama dengan minum obat yang didapat dari pustu atau puskesmas.

 Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

Ibu A mengatakan bahwa apabila ada anggota keluarga yang sakit Ibu A

biasanya membiarkan dahulu dan hanya mebawa istrahat dan jika sakit nya

bertambah parah baru memeriksakannya ke pelayanan kesehatan seperti

bidan desa atau puskesmas

 Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit

Keluarga Ibu A mengatakan hanya mengetahui hipertensi itu adalah

tekanan darah tinggi namun tidak mengetahui dampak dari penyakit

tersebut dan komplikasinya, keluarga mengatakan belum pernah mencoba

oabat herbal untuk menurunkan tekanan darah seperti mengkonsumsi labu

siam.

 Kemampuan keluarga memelihara atau memodifikasi lingkungan

rumah yang sehat

Ibu A mengatakan tidak tau cara memelihara atau memodifikasi

lingkungan yang sehat untuk penyakit yang dideritanya.seperti

menghindari dari kebisingan (suasana yang nyaman), stress dan suasa

lingkungan yang bersih.

 Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan


Keluarga Tn. A mengatakan jika ada salah satu anggota keluarga yang

sakit, Ibu A memeriksakan kesehatannya ke pelayanan kesehatan seperti

bidan desa atau puskesmas.

4. Fungsi reproduksi

Ibu A tidak mengikuti program KB karena sudah lama tidak menggunakan KB dan tidak
hamil dan belum menupause.

5. Fungsi ekonomi

Kebutuhan pokok keluarga sehari-hari cukup terpenuhi dari penghasilan

Tn. A ditambah anaknya yang sudah bekerja

VII. Stres dan koping keluarga

1. Stresor

 Stresor jangka pendek

Tn. A dan Ibu. A merasa khawatir jika sakit tidak sembuh–sembuh, atau

bertambah parah bila tidak di obati.

 Stresor jangka panjang

KeluargaTn. A mengatakan hampir tidak pernah mengalami stres dalam

jangka panjang (> 6 bulan).

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi stresor

Keluarga Tn. A mengatakan khawatir dalam mengahadapi masalah

kesehatan yang cukup serius jika dia alami oleh salah satu anggota

keluarga, akan tetapi untuk mencari jalan keluarnya keluarga datang ke

pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kesehatannya.


3. Strategi koping yang digunakan

Keluarga Tn. A mengatakan bila menemukan masalah maka mereka akan

memecahkannya bersama, selain itu mereka juga mencari informasi dan

memelihara hubungan baik dengan masyarakat sekitar. Keluarga Tn. A

juga selalu berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa.

4. Strategi adaptasi disfungsional

Setiap anggota Keluarga selalu membicarakan masalah yang mereka

hadapi kepada anggota keluarga yang lain.

VIII. Pemeriksaan Fisik Keluarga


I. Pemeriksaan Nama Anggota Keluarga
Fisik
Tn. A Ibu.A An.E

TD 150/80 mmHg 130/80 mmHg 110/80 mmHg

N 82x/mnt 76x/mnt 80x/mnt

RR 24x/mnt 21x/mnt 22x/mnt

BB 52 kg 47 kg 60 kg

Kepala Mesocepal Mesocepal Mesocepal

Rambut Hitam bersih Hitam bersih Hitam Bersih

Konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis

Sklera Tidak iterik Tidak iterik Tidak iterik

Hidung Bersih Bersih Bersih


Telinga Bersih Bersih Bersih

Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir


lembab lembab lembab

Leher Tidak Tidak ada Tidak ada


pembesaran pembesaran pembesaran kelenjer
kelenjer thyroid kelenjer thyroid thyroid

Dada Tidak ada suara Tidak ada Tidak ada suara


nafas tambahan suara nafas nafas tambahan
detak jantung tambahan detak detak jantung
regular jantung reguler reguler.

Abdomen Simetris,tidak Simetris,tidak Simetris,tidak ada


ada nyeri tekan ada nyeri tekan nyeri tekan

Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada


varises,tidak ada varises,tidak ada varises,tidak ada
edema edema edema

Kulit Sawo matang Sawo matang Sawo matang

Turgor kulit Baik Baik Baik

IX. Harapan Keluarga Terhadap Perawat

Keluarga Tn. A mengharapkan agar petugas kesehatan dapat memberikan

pelayanan kesehatan terhadap mereka dan membantu bila keluarga

mengalami kesulitan dalam hal kesehatan semaksimal mungkin


DATA FOKUS

Data subjektif:

 Tn. A mengatakan nyeri kepala dan pusing

 Tn. A mengatakan nyeri kepala hilang timbul

 Tn. A mengatakan nyeri rasa tertusuk-tusuk

 Tn. A mengatakan nyeri kepala bisa berkurang dengan cara beristirahat

 Tn. A mengatakan kegiatan sehari-harinya berkebun untuk memenuhi

kebutuhan perekonomian keluarga

 Tn. A mengatakan mengalami hipertensi semenjak 4 tahun yang lalu saat

memeriksa kesehatan ke Puskesmas

 Tn. Amengatakan mengetahui penyakit yang di deritanya tetapi tidak

mengetahui sama sekali apa penyebabnya.

 Tn. Amengatakan tidak kontrol secara teratur terhadap penyakit

hipertensinya, biasanya ia kontrol jika ada terasa keluhan nyeri dan terasa

berat pada tengkuknya. Tempat pelayanan kontrol hipertensinya dilakukan

pada praktek bidan.

 Tn. A mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang tanda dan gejala

mengenai penyakitnya.

 Tn. Amengatakan sudahmulai mengurangimakananyang asin-asindan yang

di goreng agar penyakitnya tidak bertambah parah.

 Keluarga mengatakan sudah terbiasa dengan kedaan Tn. A.

 Tn. A mengatakan jika kelurag ada yang sakit di bawa untuk istirahat

terlebih dahulu.
 Keluarga mengatakan jarang memeriksa kesehatannya dan akan membawa

ke Puskesmas apa bila penyakitnya sudah berat dan tidak bisa ditangani

lagi di rumah

Data objektif :

 Pasien tampak meringis

 Skala nyeri 5

 Tn. A tampak memegang kepala sambil diurut

 Tekanan darah 150/80 mmHg, nadi : 82x/i

 Tn. A hanya bisa menjawab sebagian pertanyaan tentang penyebab

penyakit, tanda dan gejala, pencegahan dan perawatan hipertensi.

 Tn. A tampak jarang mengontrol penyakit hipertensinya ke pelayanan

kesehatan
ANALISA DATA

No Data Masalah

1 DS : Nyeri pada keluarga


 Tn. A mengatakan, nyeri kepala dan pusing
Tn. A khususnya
 Tn. A mengatakan nyeri kepala hilang timbul
 Tn. A mengatakan nyeri kepala bisa berkurang pada Tn. A.
dengan cara beristirahat
 Tn. A mengatakan nyeri terasa di tusuk-tusuk.

DO:
 Pasien tampak meringis
 Skala nyeri 5
 Tn. A tampak memegang kepala sambil diurut
 Tekanan darah 150.80mmHg
 Nadi 82x/i
 Pernafasan 18 x.i
 Suhu 36,5 oC

DS:

1. Tn. A mengatakan tidak kontrol secara teratur


terhadap penyakit hipertensinya, biasanya ia kontrol
jika ada terasa keluhan nyeri dan terasa berat pada
Ketidakefektifan
tengkuknya. Tempat pelayanan kontrol
pemeliharaan
hipertensinya dilakukan pada praktek bidan.
kesehatan keluarga
2. Keluarga mengatakan tidak tau cara merawat
pada keluarga Tn. A
anggota keluarga dengan hipertensi
khususnya Tn. A
3. Keluarga mengatakan tidak tau cara
menodifikasi lingkungan untuk angota
kelurga yang penderita hipertensi

2
4. Kelurga mengatakan tidak ada mengotrol
tekanan darah ke pelayanan kesehatan
DO:
1. Keluarga tampak bingung di tanya tentang
penyakit yang di derita anggota kelaurga.
2. Tn. A hanya bisa menjawab sebagian
pertanyaan tentang penyebab penyakit,
tanda dan
3. Tn. A tampak tidak mengkonsumsi obat
hipertensi.
Skoring prioritas diagnose keperawatan keluarga
a) Nyeri b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
(Hipertensi).
No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah 1 3/1x3 = 9 Pada saat mengkajian
Tn. A mengatakan
Skala :
nyeri kepala, nyeri
3 : Aktual seperti tertusuk-tusuk,
nyeri hilang timbul.
2 : Resiko

1 : Sejahtera

2 Kemungkinan 2 2/2x1 = 1 Adanya motivasi dari


masalah dapat keluarga untuk
diubah kesembuhan penyakit
Skala : yang di derita Tn. A dan
ada nya sumber daya
2 : Mudah
yang tersedia sperti
1 : Sebagian kendaraan untuk pergi
kepelayanan kesehatan
0 : Tidak dapat
karna jarak yang jauh

3 Potensial masalah 1 2/1x1 = 2 Penyakit yang di derita


untuk dicegah Tn. A ini penyakit
3 : Tinggi menahun tetapi bisa
dicegah dengan di obati.
2 : Cukup

1 : Rendah

4 Menonjolnya 1 2/1x2 = 4 Adanya kemauan untuk


masalah masalah di bantu.
2 : Berat, segera
ditangani

1 : Tidak perlu
segera ditangani
0 : tidak dirasakan

Total 16

b) Ketidak efektifan pemeliharan kesehatan keluarga (Penyakit hipertensi)


No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah 1 3/1x2 = 6 Kelurga tidak tau cara
merawat anggota keluarga
Skala :
dengan hipertensi
3 : Aktual

2 : Resiko

1 : Sejahtera
2 Kemungkinan 2 2/2x2 = 2 Adanya keingin keluarga
masalah dapat diubah untuk mengetahui cara
Skala : perawatan dan pengobatan
pada anggota keluarga dengan
2 : Mudah
hipertensi
1 : Sebagian

0 : Tidak dapat

3 Potensial masalah 1 3/1x2 = 6 Ketidak tahuan keluarga dapat


untuk dicegah di bantu dengan pendidikan
3 : Tinggi kesehatan oleh perawat.

2 : Cukup
1 : Rendah

4 Menonjolnya masalah 2 2/2x2 = 2 Adanya kemaun keluarga


untuk di bantu
2 : Berat, segera
ditangani
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan

Total 14
Berikut adalah rencana asuhan keperawatan keluarga Hipertensi dengan SDKI, SIKI, SLKI sebagai
panduan Asuhan Keperawatan:
Tabel Rencana Asuhan Keperawatan

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC

1 Nyeri akut (D.0077) 1. Keluarga mampu mengenal 1. Keluarga mampu mengenal


masalah kesehtan
kesehatan Domain IV:

Pengetahuan kesehatan dan perilaku Domain 3: Perilaku

Kelas S: Kelas S:Edukasi klien

Pengetahuan kesehatan 5606: Pembelajaran individu

1837: Pengetahuan: manajemen nyeri a. Tentukan kemampuan klien untuk


meningkat dari 1 (tidak memiliki pengetahuan) menerima informasi yang spesifik
 3 (pengetahuan cukup) terkait nyeri akut yang dialami
b. Pilih metode dan strategi
Indikator:
pembelajaran yang tepat misalnya
Memahami tentang: dengan lembar balik dan leaflet
tentang hipertensi
a. Penyebab dan faktor yang c. Siapkan lingkungan yang kondusif
mempengaruhi nyeri untuk menerima informasi
b. Tanda kekambuhan nyeri d. Evaluasi pencapaian proses
c. Strategi untuk mengontrol nyeri pembelajaran
e. Berikan pembenaran
d. Strategi untuk mengelola nyeri akut apabilakeluarga mengalami
pemahaman yang kurang tepat
tentang terjadinya nyeri
f. Berikan waktu untuk bertanya dan
berdiskusi tentang terjadinya nyeri
g. Libatkan keluarga.

2. Keluarga mampu mengambil


2. Keluarga mampu mengambil
keputusan Domain IV: keputusan
Domain III: perilaku
Pengetahuan kesehatan dan perilaku Level S: Pendidikan pasien
1. Bantu kelurga
Kelas Q:
mengidentifikasi keuntungan
Perilaku kesehatan. dan kerugian dari setiap

Hasil: alternatif
2. Sediakan informasi yang
1606: Berpartisipasi dalam memutuskan
perawatan kesehatan meningkat dari 1 (Tidak dibutuhkan keluarga.
pernah dilakukan)  4 (Sering dilakukan)
1. Mengambil keputusan yang tepat untuk
perawatan nyeri
7. Mencari informasi yang tepat
Kelas R: keyakinan kesehatan

1700 keyakinan kesehatan

b. Pengambilan tindakan untuk mengatasi


nyeri

3. Keluarga mampu merawat anggota


keluarga 3. Keluarga mampu
Domain IV:Pengetahuan kesehatan dan merawat anggota
perilaku keluarga
Kelas F : Manajemen kesehatan Domain 6 : manajemen informasi
Level B :peresepan pelayanan non
Manajemen diri: penyakit Menerima diagnosis
farmakologi
penyakit hipertensi(1-4)
1. Tentukan tanda dan gejala
a. Mencari informasi tentang hipertensi(1-4)
b. Pemantauan tanda dan gejala hipertensi (1- masalah kesehatan saat ini
4) 2. Tinjau riwayat medis yang masa
c. Mencari informasi tentang metode untuk lalu, obat-obatan, alergi, dan tes
mencegah komplikasi hipertensi (1-4) diagnostik dimasa lalu yang
berkaitan dengan kondisi saat ini
3. Tinjau terapi masa lalu dan saat
ini yang digunakan untuk
d. Pemantauan tanda dan gejala masalah kesehatan.
komplikasi hipertensi(1-4) 4. Dokumentasikan dampak dari
e. Mengikuti perawatan yang dianjurkan (1-4) perawatan lain terhadap masalah
f. Mengikuti diet yang dianjurkan (1-4) kesehatan
g. Mengikuti tingkat aktivitas yang dianjurkan 5. Identifikasi perawatan
(1-4) nonfarmakologis yang
diindikasikan untuk masalah
(1605) kontrol nyeri kesehtan saat ini
6. Pertimbangan ketersediaan dan
a. mampu mengenali nyeri dan karakteristiknya
biaya pengobatan yang
(1-3)
dianjurkan dan pasien,
b. mampu menggambarkan faktor penyebab
keluarga dalam diskusi
nyeri (1-3)
7. sampaikan kepada pasien dan
c. melaporkan mampu mengontrol nyeri (1-3)
anggota keluarga alasan
d. mampu mengenali gejala yang berhubungan dilakukannya pengobatan yang
dengan nyeri (1-3) diusulkan, hasil yang
e. mampu menggunakan teknik non diharapkan, dan durasi
farmakologi untuk mengontrol nyeri (1- pengobatan
3) 8. izinkan pasien dan
keluarga untuk bertanya
9. rujukan pada penyedia layanan
cepat
10. pantau efek samping dari
pengobatan
11. pastikan untuk menindak lanjuti
penilaian respon terhadap
pengobatan
12. pertahankan pengetahuan
mengenai tes diagnostik
yang digunakan dalam
pratik.
1400 Manajemen nyeri

1. Kaji karekteristik nyeri


termasuk lokasi, frekuensi,
kualitas
2.Observasi respon non
verbal karena
ketidaknyamanan
3. Gunakan strategi komunikasi
terapeutik untuk menyatakan
nyeri
4. Gali pengetahuan dan
kepercayaan klien tentang nyeri
5.Tentukan dampak
pengalaman nyeri yang
dirasakan pada kualitas
hidup seperti tidur, interkasi
dengan orang lain, aktivitas
6. Tanyakan pada klien faktor yang
dapat memperburuk nyeri
7. Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab, bagaimana
akan berkurang dan cara
penanganannya
4. Modifikasi lingkungan
4. modifikasi lingkungan
Domain IV: Keamanan
(2102) Tingkat nyeri Kelas V: Manajemen Risiko
(6480) manajemen lingkungan
a. Melaporkan nyeri berkurang dari
1. Ciptakan lingkungan yang
tngkat parah-ringan
aman bagi pasien
b. Melaporkan rentang waktu nyeri
2. Identifikasi kebutuhan
berkurang (1-4)
keselamatan pasien
c.Ekspresi wajah ketika nyeri berkurang (1-4)
berdasarkan fungsi fisik dan
d. Melaporkan kelelahan akibat kongnitif serta perilakuk di
nyeri berkurang (1-4) masa lalu.
3. Lindungi pasien dengan
pengagn di posisi/bantalan
di sisi ruangan
4. Sediakan tempat tidur
dengan ketinggian nyang
rendah
5. Letakkan benda yang sering
digunakan dalam jangkauan
pasien
6. Sediakan lingkungan yang
bersih dan nyaman.
7. Kendalikan atau cegah
kebisingan yang tidak di
inginkan.

5.fasilitas pelayanan kesehatan 5. Fasilitas pelayanan kesehatan


Domain VI: sistem Kesehatan
Kepuasan klien: manajemen nyeri (3016)
Kelas A: mediasi sistem
a. Kepuasan untuk mengontrol nyeri (1-4) kesehatan
b. Kepuasan untuk pemantauan tingkat nyeri
secara rutin 1. Membantu keluarga
c. Kepuasan bertindak untuk mengurangi nyeri mengidentifikasi keuntungan
dan kerugian dari setiap
alternatif (Rebusan Daun
Salam )
2. Sediakan informasi yang
dibutuhkan kelurga
3. Mengkaji harapan keluarga
4. Memberikan kesempatan
keluarga untuk menanyakan
penjelasan yang telah
didiskusikan
5. Memberikan penjelasan ulang
bila ada materi yang belum
dipahami.

No Diagnosa NOC NIC

2 Domain 1 1. Keluarga mampu mengenal 1.Keluarga mampu mengenal


Promosi Kesehatan
masalah Domain III:perilaku dan masalah
Kelas 2
Manajemen Kesehatan perilaku Domain III: Perilaku
Diagnosis Kelas S : Pendidikan Pasien
Kelas S :Pengetahuan tentang kesehatan
(5515) Peningkatan Kesadaran
Ketidakefektifan 5515 peningkatan kesadaran kesehatan
pemeliharaan kesehatan pada Kesehatan
Indikator
keluarga 1. menciptakan lingkungan
Memahami tentang :
Tn. Aketidakmampuan 1. Layanan Peningkatan Kesehatan(1-4) perawatan kesehatan di mana
keluarga merawat anggota pasien dengan permasalahan
keluarga hipertensi memahami aksara dapat
mencari bantuan tanpa merasa
malu atau merasa dicela.
2. Gunakan komunikasi yang
sesuai dan jelas
3. Gunakan bahasa yang
sederhana
4. Pertimbangkan pengalaman
pasien terkait dengan sistem
perawatan kesehatan,
pencegahan penyakit,
perawatan kesehatan dan
pemeliharan serta sistem
navigasi perawatan kesehatan.
5. Pertimbangkan gaya
belajar pasisn
6. Dapatkan layanan
penerjemahan jika diperlukan
7. Verikan informasi penting
secara tertulis maupun lisa
8. Berikan pendidikan kesehatan
satu persatu atau konseling
jika memungkinkan
2. keluarga mampu mengambil
keputusan 2. Keluarga mampu mengambil
a. berpartisipasi dalam memutuskan keputusan
perawatan kesehatan Domain V: keluarga
Kelas x: perawatan sepanjang
hidup
(7150) dukungan keluarga
1. Yakinkan keluarga bahwa
pasien sedang diberikan
perawatan terbaik
2. Nilai reaksi emosi keluarga
terhadap kondisi pasien
3. Dukung harapan yang
realistis
4. Dengarkan kekhawatiran,
perasaan dan pertanyaan dari
keluarga
5. Tingkatkan hubungan saling
percaya dengan keluarga
6. Identifikasi sifat dukungan
spiritual bagi keluarga
7. Identifikasi kesepakatan
terkait harapan anatar pasien,
keluarga dan tenaga
kesehatan.

3. keluarga mampu merawat keluarga 3. Keluarga mampu merawat


1. meningkatkan atau
Domain 3 :Perilaku
memperbaiki kesehatan
Kelas O : Terapi perilaku
2. perilaku kepatuhan dalam (4360) Modifikasi Perilaku
menggunakan terapi 1. bantu pasien untuk dapat

komplementer mengidentifikasi kekuatan


(dirinya) dan menguatkannya.
2. Berikan umpan balik terkait
dengan perasaan saat pasien
tampak bebas dari gejala-
gejala dan terlihat rileks.
3. Dukung pasien untuk
memeriksa perilakuknya
sendiri.
4. Bantu pasien untuk nmemriksa
perilakunya sendiri.
5. Identifikasi masalah pasien
terkait dengan istilah
perilaku
6. Identifikasi perubahan
perilaku dengn istilah yang
khusus
7. Kembangkan program
perubahan perilaku.
4. keluarga mampu 4. Keluarga mampu modifikasi
modifikasi lingkungan lingkungan
1. kontrol resiko dan kekambuhan Domain IV: keamanan
Kelas v : manajemen resiko
(6486) manajemen lingkungan
:keselamatan
1. pencegahan peningkatan
tekanan darah

5. fasilitas pelayanan kesehatan


5. fasilitas pelayanan kesehatan
Domain VI: sistem kesehatan
1. pengetahuan tentang sumber
Kelas Y: mediasi sistem
kesehatan
kesehatan
2. perilaku mencari pelayanan kesehatan
(7560) fasilitas kunjungan
1. kaji dan catat keinginan klien
terkait kunjungan
2. Sadari dampak etik dan legal
terkait kunjungan dari pasien
dan keluarga mencakup hak
untuk mendapatkan informasi
3. Kaji jika pasien
membutuhkan kunjungan
tambahan dari keluarga dan
teman
4. Identifikasi masalah-masalah
terkait kunjungan
5. Buat peraturan kunjungan
yang fleksibel dan
mengutamakan pasien
6. Kaji pemahaman keluarga
tentang kondisi pasien
CATATAN PERKEMBANGAN

no tanggal Diagnosa tujuan Implementasi Evaluasi

1. 25 Nyeri pada Setelah dilakukan 1. Keluarga Mengenal Masalah 1. Keluarga Mengenal Masalah
Desember
2020 keluarga Tn. intervensi  Tentukan kemampuan klien S :

A khusunya keperawatan selama untuk menerima informasi yang  Tn. A mengatakan sudah mengetahui

pada Tn. A 1 x 30 menit spesifik terkait nyeri pengertian hipertensi.

diharapkan keluarga  Pilih metode dan strategi  Tn. A mengatakan sudah tau

mampu mengenal pembelajaran yang tepat penyebab dari hipertensi

masalah keluarga misalnya dengan lembar balik  Tn. A mengatakn sudah tau peneyab

dan leaflet tentang hipertensi nyeri yang dideritanya

 Siapkan lingkungan yang O:

kondusif untuk menerima  Klien tampak meringis

informasi  Klien dapat menjawab pertanyaan

 Evaluasi pencapaian proses saat ditanya apa itu hipertensi, tanda


pembelajaran dan gejalanya.

 Berikan pembenaran apabila  Skala nyeri 5

keluarga mengalami  TD : 150/90 mmHg

pemahaman yang kurang tepat  P : peningkatan tekanan darah, Q :

tentang terjadinya nyeri seperti tertusuk-tusuk, R : kepala

 Berikan waktu untuk bertanya dan pundak, S : 5, T : hilang

dan berdiskusi tentang timbul

terjadinya nyeri A : masalah teratasi

 Libatkan keluarga P :intervensi dilanjutkan ke fungsi

keshatan keluarga ke 2

Setelah dilakukan 2. Mengambil Keputusan 2. Mengambil Keputusan

intervensi  dukungan membuat keputusan S:

keperawatan selama  Bantu keluarga  Kelaurga Tn. A mengatakan

1 x 25 menit mengidentifikasi keuntungan sudah tau pengobatan herbal


diharapkan keluarga dan kerugian dari setiap yang diberikan kepada anggota

mampu merawat alternatif terapi komplementer keluarga yang menderita

anggota keluarga perasan labu siam. hipertensi (Perasan labu siam)

 Sediakan informasi yang  Keluarga Tn. A sudah

dibutuhkan keluarga mengetahui keuntungan dan

kerugian dari terapi

komplementer (Perasan labu

siam yaitu untuk menurunkan

tekanan darah

 Tn. A mengatakan tidak

sebelumnya belum pernah

mengkonsumsi obat herbal

O:
 Keluarga sudah bisa mengambil

keputusan untuk pengobatan

pada anggota kelurga dengan

hipertensi.

 TD : 150/80 mmHg

 P: peningkatan tekanan darah, Q :

seperti tertusuk-tusuk, R : kepala

dan pundak, S : 5, T : hilang timbul

A:masalah teratsi

P : intervensi dilanjutkan ke fungsi

kesehatan kelaurga ke 3

2. 26 Nyeri pada Setelah dilakukan 3. Mampu Merawat Keluarga Mampu Merawat Keluarga
Desember
2020 keluarga Tn. A intervensi Kaji karekteristik nyeri S :
khusunya pada keperawatan selama termasuk lokasi, frekuensi,  Tn. A mengatakan nyeri di

Tn. A 1 x 25 menit kualitas kepala, nyeri hilang timbul dan

diharapkan keluarga Observasi respon non verbal terasa tertusuk-tusuk

mampu mengambil karena ketidak nyamanan  Tn. A mengatakan nyeri

keputusan . Gunakan strategi komunikasi bertambah saat beraktivitas

terapeutik untuk menyatakan  Tn. A mengatakan susah tidur

nyeri  Tn. A menhatakan

Gali pengetahuan dan mengkonsumsi perasan labu

kepercayaan klien tentang nyeri siam

Tentukan dampak pengalaman O :

nyeri yang dirasakan pada  Klien tampak meringis

kualitas hidup seperti tidur,  Skala nyeri 4

interkasi dengan orang lain,  TD : 150/80 mmHg

aktivitas  Tn. A tampak menjelaskan

pembuatan rebusan perasan

labu
Tanyakan pada klien faktor siam

yang dapat memperburuk nyeri  keluarga dapat mengambil

Berikan informasi tentang nyeri keputusan tindakan untuk anggota

seperti penyebab, bagaimana keluarga dengan hipefrtensi

akan berkurang dan cara A: masalah teratasi

penanganannya P: intervensi dilanjutkan ke fungsi

kesehatan kelaurga ke 4

Nyeri pada Setelah dilakukan 4. Memodifikasi lingkungan Memodifikasi lingkungan

keluarga Tn. A intervensi  Menciptakan lingkungan yang S:

khususnya Tn. keperawatan selama aman bagi pasien  Tn. A mengatakan sudah

A 1 x 25 menit  Mengidentifikasi kebutuhan menghindari pemikiran yang

diharapkan keluarga keselamatan pasien berdasarkan menyababkan stress

mampu fungsi fisik dan kongnitif serta  Tn. A mengatakan sudah

memodifikasi perilaku dimasa lalu. menghindari kebisingan.


lingkungan untuk  Melindungi pasien dengan O:

anggota keluarga pegangan di pisisi bantalan  Keluarga tampak sudah memuat

penderita hipertensi  menyediakn lingkungan yang lingkungan yang aman untuk

bersih dan nyaman penderita hipertensi.

 mengendalikan atan mencegah  Keluarhga tampak sudah

kebisningan yang tidak di memdofikasi lingkungan

inginkan  TD: 140/70 mmHg

A: masalah teratasi

P: intervensi dilanjutkan ke fungsi

kesehatan keluarga ke 5

Nyeri pada Setelah dilakukan 5. Memanfaatkan fasilitas Memanfaatkan fasilitas kesehatan

keluarga Tn. A intervensi kesehatan S:

khususnya Tn. keperawatan selama  Membantu keluarga  Tn. A mengatakan akan mengkotrol

A 1 x 25 menit mengidentifikasi keuntungan rutin tekanan darah ke pelayanan


diharapkan keluarga dan kerugian dari setiap kesehatan (puskesmas atau rumah

mampu mengunakan alternatif (perasan Labu siam) bidan)

fasilitas kesehatan  Menyediakan informasi yang O:

dibutuhkan keluarga  Keluarga tampak sudah mampu

 Mengkaji harapan keluarga mengunakan pelanyanan kesehatan

 Memberikan kesempatan untuk  Td: 140/80 mmHg

menanyakan penjelasan yang A: masalah teratasi

telah didiskusikan P: intervensi dilanjutkan ke diagnosa ke

 Memberikan penjelasan ulang 2.

bila ada materi yang belim jelas

3. 27 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Keluarga Mengenal Masalah 1. Keluarga Mengenal Masalah


Desember
2020 manajemen intervensi  Megajarkan kembali cara S:

pemeliharan keperawatan selama membuat perasan labu siam  Tn. A mengatakan sudah tidak

kesehatan 1 x 30 menit  Mengukur tekanan darah mengkonsumsi makan bergaram


keluarga diharapkan. sebelum memberikan  Tn. A mengatakan sudah mengatur

Keluarga mampu intervensi (140/90 mmHg) pola makan

mengenal masalah  Membantu pasien untuk dapat O:

mengidentifikasi kekuatan  Kelaurga khususnya Tn. A

 Memberikan umpan balik tampak sudah mengubah

terkait dengan perasaan saat perilaku dari hal negatif untuk

pasien tampak bebasa dari hipertensi ke hal positif

gejala hipertensi dan terlihat  Skala nyeri 5

rilek.  TD 140/70 mmHg

 Mendukung pasien untuk A : keluarga dapat mengenal masalah

memriksa perilakunya sendiri. hipertensi

 Membantu pasien untuk P : intervensi dilanjutkan ke fungis

memriksa perlakunya sendiri kesehatan kelaurga ke 2


Ketidakefektifan Setelah dilakukan 2. Mengambil keputusan 2. Mengambil keputusan

manajemen intervensi  Menyakini keluarga sedang S :

pemeliharan keperawatan selama diberikan perawatan terbaik.  Keluarga megatakan sudah yakin

kesehatan 1 x 25 menit  Menilai reaksi emosi dengan perawatan yang diberikan

keluarga diharapkan keluarga keluarga terhadap kondisi  Tn. A mengatakan sudah

mampumerawat pasien. mengkonsumsi perasan labu siam

anggota keluarga  Mendukung harapan yang O:

relita  Keluarga tampak sudah bisa

 Mendengarkan kekwatiran, mengambil keputusan untuk

perasaan dan pertanyaan pengobatan pada anggota

dari keluarga kelaurga yang hipertrensi

 Meningkatkan hubungan  TD : 130/90 mmHg

saling percaya dengan  Keluarga tampak belum tau cara


keluarag melakukan perawatan hipertensi.
 Mengidentifikasi sifat A :masalah teratasi

dukungan spritual bagi P :Intervensi dilanjutkan ke fungsi

keluarga kesehatan keluarga ke 3

4 28 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 3. Mampu Merawat Keluarga 3.Mampu Merawat Keluarga

Desemb manajemen intervensi  peresepan pelayanan S:

er 2020 pemeliharan keperawatan selama nonfarmakologi  Keluarga mengatakan sudah paham

kesehatan 1 x 25 menit  Tentukan tanda dan gejala tentang perasan labu siam

Ketidakefektifan diharapkan masalah kesehatan saat ini  Keluarga mengatakan

manajemen keluarga mampu  Tinjau riwayat medis yang mengkonsumsi perasan labu siam

pemeliharan mengambil masa lalu, obat-obatan, alergi, O :

kesehatan keputusan dan tes diagnostik dimasa lalu  TD : 140/80 mmHg

keluarga yang berkaitan dengan kondisi  Tn. A tampak menjelaskan

saat ini pembuatan perasan labu siam


 Tinjau terapi masa lalu dan A :masalah teratasi

saat ini yang digunakan untuk P :Intervensi dilanjut ke fungsi

masalah kesehatan. kesehatan keluarga ke 4

 Dokumentasikan dampak dari

perawatan lain terhadap

masalah kesehatan

 Identifikasi perawatan

nonfarmakologis yang

diindikasikan untuk masalah

kesehtan saat ini

 Pertimbangan ketersediaan

dan biaya pengobatan yang

dianjurkan dan pasien,

keluarga dalam diskusi


5. 29 Ketidakefektifan Keluarga dapat Memodifikasi lingkungan  Tn. A mengatakan sudah tau cara
Desember
2020 manajemen memodifikasi  Mendiskusi dengan keluarga memodifikasi lingkungan untuk

pemeliharan lingkungan yang tentang fasilitas kesehatan yang penderitah hipertensi

kesehatan sesuai dengan tersedia untuk penderita  Tn. A mengatakan sudag menghidari

hipertensi hipertensi. fasilitas yang tersedia kebisingan.

unutk penderita hipertensi O:

 Tn. A tampak perasan labu siam

 TD : 130/80 mmHg

A:masalahnyeri teratasi

P :Intervensi dihentikan ke fungsi

kesehatan kelaurga ke 4

6. 30 Ketidakefektifan Keluarga mampu Memanfaatkan fasilitas S :


Desember
2020 manajemen memanfaatkan kesehatan  Keluarga mengatakan kan
2019 pemeliharan fasilitas kesehatan  Mengkaji dan mencatat keingin melakukan kunjungan ke pelayanan

kesehatan klien untuk kunjungan kesehatan

 Mengkaji jika pasien  Kelurga mengatakan akan mengotol

mebutuhkan kunjungan rutin tekanan darah

tambahan dari keluarga O:

 Mengidentifikasi masalah  Keluarga tampak sudah

terhadap kunjungan. mamanfaatkan pelayanan

kesehatan

 TD : 130/70 mmHg

A : masalah teratasi

P :Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisa Masalah Keperawatan Dengan Konsep KKMP Dan Konsep

Kasus Terkait

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Bp.A usia 49 tahun dengan

pekerjaan anggota TNI-AD, tinggal dengan istri dan anak dengan tipe

keluarga inti yaitu terdiri dari ayah, ibu dan anak, tahap perkebangan keluarga

beradapa VI yaitu keluarga melepas anak usia muda dimulai dari anak

pertama meninggalkan rumah berakhir sampai rumah menjadi kosong.

Tugas perkembangan tahap ini yang telah di capat oleh keluarga Tn. A yaitu

membantu orang tua lansia yang sakit-sakitan dari suami maupun istri.Saat

melakukan wawancara tentang penyakit yang di alami Tn. A. Tn. A

mengeluhkan kepala sakit, pundak berat, pusing, badan berat-berat dan susah

tidur. Tn. A mengatakan tidak ada keluaraga yang mengalami penyakit serupa

dengan Tn. A. Saat melakukan pengkajian tentang makanan dan kebiasan

pada Tn. A mengatakan istri memasak masih menggunakan garam, makan

makan yang berlemak dan bersantan. Tn. A mengatakan tidak selera makan

jika garamnya tidak terasa.

Berdasarkan teori Faktor-faktor resiko hipertensi ada yang dapat di kontrol

dan tidak dapat dikontrol menurut (Sutanto, 2010) yang terjadi Tn. A yaitu

Konsumsi Garam Berlebihan Sebagian masyarakat kita sering


menghubungkan antara konsumsi garam berlebihan dengan kemungkinan

mengidap hipertensi. Garam merupakan hal yang penting dalam mekanisme

timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi adalah

melalui peningkatan volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah.

Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekresi (pengeluaran) kelebihan

garam sehingga kembali pada kondisi keadaan sistem hemodinamik

(pendarahan) yang normal. Pada hipertensi primer (esensial) mekanisme

tersebut terganggu, disamping kemungkinan ada faktor lain yang berpengaruh

dan Keturunan (genetika).

Faktor keturunan memang memiliki peran yang sangat besar terhadap

munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya kejadian

bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar monozigot (berasal dari

satu sel telur) dibandigkan heterozigot (berasal dari sel telur yang berbeda).

Jika seseorang termasuk orang yang mempunyai sifat genetik hipertensi

primer (esensial) dan tidak melakukan penanganan atau pengobata maka ada

kemungkinan lingkungannya akan menyebabkan hipertensi berkembang dan

dalam waktu sekitar tiga puluhan tahun akan mulai muncul tanda-tanda dan

gejala hipertensi dengan berbagai komplikasinya.

Jadi dapat di simpulkan bahwa penyebab hipertensi pada Tn. A dan penyebab

hipertensi pada teori tidak adanya kesenjangan.

Berdasarkan hasil analisa dari pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. A di

dapatkan masalah keperawatan yaitu Nyeri b.d ketidakmampuan keluarga


mengenal masalah kesehatan (Hipertensi) dan Ketidak efektifan pemeliharan

kesehatan keluarga (Penyakit hipertensi). Hal ini disesuaikan dengan hasil

pengkajian yang di dapatkan saat melakuakn pengkajian.

Intervensi yang diberikan kepada Tn. A berdasarka berioritas masalah yang

telah di pecahkan dengan keluarga Tn. A yaitu tentang Nyeri b.d

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan (Hipertensi) yang

lebih ditekankan kepada intervensi pemberian terapi non farmakologi yaitu

terapi komplementer: perasan labu siam yang bertujuan untuk menurunkan

tekanan darah pada Tn. A.

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh indah jayani dengan judul

pemberian labu siam berimplikasi terhadap perubahan tekanan darah ibu

hamil preeklampsi (2016) di dapatkan hasil penelitian menunjukkan tekanan

darah ibu hamil preeklampsi sebelum diberi labu siam 60% preeklampsi

berat dan sesudah diberi labu siam 53,3% normal. Hasil uji statistik

didapatkan ada pengaruh pengaruh pemberian labu siam terhadap perubahan

tekanan darah pada ibu hamil preeklampsi. Diharapkan bagi petugas

kesehatan agar lebih ditingkatkan lagi dalam pemberian penyuluhan

khususnya pada ibu hamil tentang manfaat jus labu siam sebagai salah satu

buah yang dapat digunakan untuk mengontrol tekanan darah.

sehingga dari jurnal pendukung, penulis memberikan asuhan keperawatan

pada tn. A dengan pemberian terapi herbal perasan labu siam untuk

penurunan tekanan darah.


Dan sering dengan jurnal Etri Yanti, Ratna Indah SD dengan judul pengaruh

pemberian perasan labu siam (sechium edule) terhadap tekanan darah pada

penderita hipertensi (2015) dengan hasil nalisa didapatkan rata-rata

penurunan tekanan darah sistolik 15,500 mmHg dan diastolik 9,000 mmHg

dan p-value 0,000 setelah diberikan perasan labu siam. Kesimpulan terdapat

pengaruh bermakna antara perasan labu siam terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas Tanah Kampung.

Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar bekerjasama dengan puskesmas

setempat dalam melakukan kegiatan-kegiatan penyuluhan kepada masyarakat

terkait pemberian terapi secara non Farmakologis yaitu dengan perasan labu

siam agar diterapkan dalam penanganan terhadap tekanan darah pada

penderita hipertensi.

Intervensi yang diberikan kepada Tn. A yaitu dengan pemberian perasan labu

siam yang diberikan jika Tn. A mengalami tekanan darah tinggi yang

diberikan selama 5 hari mendapatkan hasil adanya penurunan tekanan darah

pad Tn. A.

Dari intervensi yang diberikan kepada Tn. A di dapatkan tekanan darah Tn. A

sebelum diberikan terapi komplementer: perasan labu siam yaitu 150/90

mmHg dan setelah diberikan terapi komplementer selama 5 hari di dapatkan

tekanan darah pada Tn. A 130/80 mmhg. Dari intervensi yang diberikan di

dapatkan penurunan tekanan darah sistoll 20 mmHg dan diastol 20 mmHg.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi herbal: perasan labu siam dapat

diberikan sebagai intervensi mandiri keperawatan.


BAB V
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN

1.1.1 Dari hasil pengkajian yang dilakukan kepada keluarga Tn. A Khususnya

Tn. A Saat mengkajian 5 fungsi kesehatan keluarga di dapatkan pada

fungsi pertama yaitu mengenal masalah kesehatan, keluarga tidak

mengetahui apa itu hipertensi tanda dan gejala hipertensi. Untuk fungsi

kedua di dapatkan kelurag tidak mengambil keputusan tindakan

kesehatan yang tepat, dan fungsi ke tiga kelurga tidak mampu merawat

anggota yang sakit dan begitu juga untuk fungsi ke empat dan kelima di

dapatkan keluarga tidak tau cara memodifikasi lingkungan dan tidak

mampu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

1.1.2 Diagnosa yang di dapatkan pada keluarga Tn. A khususnya Tn. A yaitu

ketidak efektifan pemeliharan kesehatan keluarga (Penyakit hipertensi)

dan nyeri pada keluarga Tn. A khususunya Tn. A.

1.1.3 Intervensi yang diberikan kepada keluarga Tn. A Khusunya kepada Tn. A

sesuai scoring dengan keluarga Tn. A yaitu tentang ketidak efektifan

pemeliharan kesehatan keluarga (penyakit hipertensi) sesuai dengan 5

fungsi kesehatan kelurga yaitu pendidikan kesehatan tentang hipertensi

(pengertian,tanda dan gejala, pencegahan, penyebab, komplikasi),


demostrasi pembuatan parutan labu siam, anjurkan mengontrol diet

anggota keluarga yang sakit khususnya Tn. A, anjurkan menghindari

pikiran yang menyebabkan stess, anjurkan menghindari kebisingan dan

anjurkan banyak istirahat serta juga anjurkan mengontrol tekanan darah

secara rutin ke pelayanan kesehatan.

1.1.4 Implementasi yang dilakukan kepada keluarga Tn. A khususnya Tn. A

sesuai lima fungsi kesehatan keluarga yaitu memberikan pendidikan

kesehatan tentang hipetensi, mendemostrasikan pembuatan parutan labu

siam, menganjurkan mengontrol diet pada Tn. A, menganjurkan

menguragi pikiran penyebab stess, menganjurkan mengindari kebisingan

dan perbanyak istirahat serta menganjurkan kelurga untuk rutin

mengotrol tekanan darah Tn. A kepelayanan kesehatan.

1.1.5 Evalausi yang dapatkan setelah 5 hari memberikan implementasi kepada

keluarga Tn. A khusunya kepada Tn. A yaitu lima fungsi keluarga sudah

berjalan secara baik sebelum di berikan implementasi, pengetahuan

keluarga meningkat dan tekanan darah pada Tn. A menurun

1.2 SARAN

1.2.1 Untuk Pelayanan Kesehatan

Saran untuk pelayanan kesehatan dapat mengoptimalkan intervensi

promosi kesehatan kususnya hipertensi untuk pemeliharaan kesehatan

serta program penurunan angka kejadian hipertensi dengan upaya

farmakologis dan non farmakologis. Selain itu dapat juga

mengoptimalkan peran kader-kader kesehatn di masyarakat.

1.2.2 Untuk Keluarga

Saran untuk keluarga adalah diharpakan keluarga dapat meningkatkan


akses informasi tentang hipertensi dan meningkatkan peran keluarga

dalam meningktakan kesehatan khusunya dalam penangan hipertensi.

1.2.3 Untuk Perawat Komunitas/Keluarga

Perawat komunitas/ keluarga dapat mengembangkan intervensi

keperawatan terkait promosi kesehatan hipertensi sebagai upaya preventif

dalam menurunkan angka kejadian hipertensi. Intervensi ini juga harus

dilakukan dengan dilihat dari sudut pandang 4 strategi intervensi

keperawatan komunitas yaitu pendidikan kesehatan, aktivitas kelompok,

pemberdayaan, dan strategi lintas sektor. Tidak hanya dalam kunjungan

keluarga, intervensi juga dapat dilakukan dalam komunitas melaluai

penyuluhan di posyandu lansia dengan mengunakan leaflet. Sehingga

masyarakat yang lebih laus dapat menerima dan mengetahui tentang

hipertensi.

1.2.4 Untuk Institusi Kesehatan

Saran untuk institusi kesehatan dapat mengembangkan intervensi ketidak

efektifan pemeliharan kesehatan keluarga (penyakit hipertensi) menjadi

kajian khusus pada keilmuan komunitas dalam memberikan asuhan

keperawatan keluarga dengan hipertensi.


DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. (2018). “About High Blood Pressure.” Retrieved


from
http://www.heart.org/HEARTORG/conditions/highBloodPressure.AboutHig
h/Pressure/Aboout-High-blood-Presure_UCM_002050_Articel-jsp.

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Pess.

Aryando. (2010). kemajuan dalam penelitian penanganan dan deteksi dini


penderita diabetes melitus dengan perhatian khusus pada kualitas hidup.
Yogyakarta: UGM.

bare & smeltzer. (2012). buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner &
Suddart. jakarta: EGC.

Depkes. (2010). Sebagian Besar Penderita Hipertensi Tidak Menyadarinya, Biro


Komunikasi Dan Pelayanan MAsyarakat. Kementerian Kesehatan Ri.
https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i0.556

Djaelani, P. (2015). Pengaruh Sari Buah Labu Siam Terhadap Perubahan


Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di PSTW Budhi Luhur
Kasongan Bantul Yogyakarta.

Gustia. (2012). 76% Masyarakat Indonesia Tak Tahu Idap Hipertensi. Retrieved
from http://health.okezone.com/read/2012/05/07/482/76-masyarakat-
indonesia-tak-tahu-idap-hipertensi

Handriono, F. . (2010). Perilaku Pencarian Pengobatan Penyandang Diabetes


Mellitus amggota Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) Kabupaten
Kapuas.

Jayani, I. (2017). Pemberian Labu Siam Berimplikasi Terhadap Perubahan


Tekanan Darah Ibu Hamil Preeklampsi. Care : Jurnal Ilmiah Ilmu
Kesehatan, 4(2), 36–44.

Kristiana, Erlisa Candrawati, R. C. A. w. (2018). PENGARUH LABU SIAM


(Cucurbitaceae) TERHADAP TEKANAN DARAH DAN KOLESTEROL
PADA PASIEN HIPERTENSI DI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG. 3,
785–790.

Kushariyadi. (2010). Asuhan Keperawatan Pada klien Lanjut Usia. jakarta:


Salemba Medika.

Lenny dan Dadang. (2008). penerapan senam hipetensi untuk menurunkan


tekanan darah. Retrieved from http://www.respiratory.usu.ac.id

Mishra, L. K., & Das, P. (2015). Nutritional Evaluation of Squash ( Sechium


Edule ) Germplasms Collected from Garo Hills of Meghalaya – North
East
India. 8(December), 971–975.

Morika, H. D. M. . (2016). Jurnal Kesehatan Medika Saintika. Jurnal Kesehatan


Medika Saintika Volume, 7 No 2(1), 11–24.

Nugroho. (2008). asuhan keperawatan gerontik. jakarta: EGC.

Panday, N. (2011). Alternatif therapies Useful in the Management of Dibetes. A


Systematic Review. Journal Of Pharmacy and Bio Apllied Sciences.
Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nig.gov/pmc/articles/PMC3249697/

Riskesdas. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. jakarta.

Rosid. (2012). Banyak Kasus Hipertensi Tidak Terdiagnosa. Retrieved from


http://www.suarapembaruan.com/home/banyak-kasus-hipertensi-tidak-
terdiagosa/24403

Smeltzer, B. &. (2002). buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner &
Suddart. jakarta: EGC.

Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu. Yogyakarta: PT. Indeks.

wasito. (2010). teknologi pengobatan komplementer alternatif untuk penyakit


diabetes melitus.

wati, D. R. (2012). pengaruh perasan labu siam terhadap perubahan tekanan


darah pada penderita hipertensi di dusun krajan desa nyatnyono ungaran.
Retrieved from
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/shared/biblio_view.php?resource_id=2
507&tab=opac,

World Health Organization. (2015). Noncommunicable Disease Country Profil


Indonesia. Retrieved from http://www.who.int/countries/idn_en.pdf?ua=1

‫بیثبثبثب‬X X‫یبیبی‬X‫بیبیبیب‬, Herrera Marcano, T., Cachada, A., Rocha-santos, T., Duarte, A. C., &
Roongtanakiat, N. (2009). Palatable Prophylaxis Based on Traditional
Vietnamese Health Beliefs: An Appealing Approach to Medicine. ,‫بثب‬
‫ قث ثقثقثق‬,)‫ثق‬X‫ث قثق(ثقثقثق‬. https://doi.org/10.1038/132817a0
lampiran

TEKANAN DARAH PADA TN. A SEBELUM DAN SETELAH DI BERIKAN


TERAPI KOMPLEMENTER PERASAN LABU SIAM

No Hari/tanggal Pre post


1 18 Oktober 2019 150/90 mmHg 150/80 mmHg
2 19 Oktober 2019 150/90 mmHg 140/80 mmHg
3 20 Oktober 2019 140/70 mmHg 130/90 mmHg
4 25 Oktober 2019 140/80 mmHg 140/80 mmHg
5 26 Oktober 2019 140/70 mmHg 130/80 mmHg
6 27 Oktober 2019 130/80 mmHg 130/70 mmHg
Lampiran 2

Standart Operasional Pelaksanaan (SOP) Pemberian Terapi

Komplementer: Perasan Labu siam

Pengertian Terapi non farmakologi adalah sebagai terapi tambahan selain

hanya mengonsumsi obat-obatan.

Tujuan meningkatkan efikasi obat, mengurangi efek samping, serta

memulihkan keadaan pembuluh darah dan jantung.

Prosedur Waktu yang di butuhkan untuk pemberian terapi komplementer:

perasan labu siam

Pelaksanaan pemberian terapi komplementerL perasan Labu siam:

1. Persiapan

a. Siapkan lingkungan yang aman dan tenang

b. Kontrak waktu dan jelaskan tujuan

2. Pelaksanaan

a. Persiapan sebelum terapi

1) Alat-alat:

- Pemarut keju

- Gelas

- Sendok

- Tapisan teh

2) Bahan

- Labu siam (500gram)

-
b. Pelaksanaan

1) Kupas kulit labu siam

2) Cuci labu siam sampai bersih

3) Dalam keadaan segar labu siam di parut

4) Pisahkan labu siam yang telah diparut

menggunakan tapisan teh untuk

mendapatkan airnya.

5) Perasan labu siam dapat di konsumsi

Pemberian Di konsumsi 2x shari selama tekanan darah tinggi < 140/90

mmHg.
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Topik/Materi : Perasan Labu siam

Sasaran : keluarga Tn.A khususnya tn. A

Hari/Tgl : Sabtu 26 Desember 2020

Alokasi Waktu : 30 menit

Tempat : Rumah Tn. A


A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan latihan selama 30 menit keluarga Tn.A khususnya tn. A dapat
melakukan perasan labu pada pasien hipertensi

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mendapatkan penyuluhan, keluarga Tn.A khususnya tn. A dapat :
1. Mengetahui pengertian labu siam
2. Mengetahui manfaat labu siam
3. Mampu mendemontrasikan langkah-langkah pemerasan labu siam

C. Materi
1. Pengertian pemberian therapy perasan labu siam
2. Manfaat minum perasan labu siam
3. Langkah-Langkah perasan labu siam
Kegiatan penyuluhan
Tahap kegiatan Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta Media dan alat
penyuluhan
Pendahuluan 1. Memberikan salam, mengingatkan Memperhatikan Leflet
(5 menit) kontrak waktu dan membuka materi
pelatihan
2. Menjelaskan gambaran kegiatan
secara umum
3. Menjelaskan tentang TIU dan TIK Memperhatikan

Memperhatikan

Penyajian 1.menjelaskan tentang pengertian perasan Memperhatikan leflet


(20 menit) labu
- memberikan kesempatan pada keluarga Memberikan
tn A khsus nya tn A untuk bertanya pertanyaan
tentang materi yang di berikan
- memberikan jawaban atas pertanyaan Memperhatikan
yang telah diberikan
2. menjelaskan tentang manfaat labu siam Memperhatikan
- memberikan kesempatan pada keluarga Memberikan
tn A khusus ny Tn A untuk bertanya pertanyaan
tentang materi yang baru di jelaskan
- memberikan jawaban atas pertanyaan Memperhatikan
yang telah diberikan
- Melatih keluarga Tn.A khususnya tn. A Ikut melakukan
untuk melakukan perasan labu siam
Penutup 1. melakukan pertanyaan pada keluarga Menjawab leflet
(5 menit) tentang materi yang telah dijelaskan pertayaan
2. memberikan komentar terhadap Memperhatikan
jawaban keluarga tn A khusus nya tn A dan memberi
3.menyimpulkan materi keseluruhan sumbang saran
bersama keluarga TN A khusus ny Tn A Memperhatikan
4. Mmberkan brosur Menerima
5. menutup pertemuan dan memberi dengan baik
salam Memperhatikan
dan menjawab
salam

E. Media Penyuluhan
1. Leaflet
2. Lembar balik

F. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Praktek
G. Evaluasi
1. Apa manfaat labu siam?
2. Demonstrasikan langkah-langkah dalam pemberian perasan labu siam?
JURNAL

e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

G I I L M
G
N U
I K
T
E

Jurnal Kesehatan Medika Saintika


H S
A E
L H
O
A
E

A
K T

S N

SYE A IN IK A T
DZA S

Volome 8 Nomor 1 | http:// jurnal.syedzasaintika.ac.id


PENGARUH PEMBERIAN PERASAN LABU SIAM (SECHIUM EDULE)
TERHADAP TEKANAN DARAH
PADA PENDERITA HIPERTENSI

EFFECT OF CHAYOTE JUICE ON BLOOD PRESSURE IN


PATIENTS WITH HYPERTENSION
Etri Yanti, Ratna Indah SD
Stikes Syedza, Saintika
Padang Email :
yantietri84@yahoo.co.id

ABSTRAK

Angka kejadian hipertensi tahun demi tahun terus mengalami


peningkatan. Selain tanpa gejala penyakit juga menyebabakan berbagai
komplikasi hingga kemataian. Penanganan hipertensi dapat dilakukan secara
farmakologis dan non farmakologis. Labu siam merupakan salah satu pengobatan
non farmakologis dan merupakan jenis sayuran yang umum dikonsumsi
masyarakat. Tetapi masyarakat tidak mengetahui kegunaan labu siam sebagai
terapi herbal untuk hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian perasan labu siam terhadap tekanan darah pada penderita
hipertensi. Jenis penelitian ini adalah Quast eksperiment dengan pendekatan non
equivalen comparison group pretest-posttest design.Tempat penelitian
dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tanah Kampung dengan Jumlah
populasi 128 orang. sampel pada penelitian ini sebanyak 16 responden dalam satu
kelompok. Pengambilan sampel menggunakan teknik Non random sampling.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tekanan darah. Analisa
data dilakukan dengan univariat dengan mencari rata- rata tekanan darah sebelum
dan sesudah pemberian perasan labusiam dan analisa Bivariat diolah dengan uji
paired t-test dan independent sample test. Hasil analisa didapatkan rata-rata
penurunan tekanan darah sistolik 15,500 mmHg dan diastolik 9,000 mmHg dan p-
value 0,000 setelah diberikan perasan labu siam. Kesimpulan terdapat pengaruh
bermakna antara perasan labu siam terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas Tanah Kampung. Diharapkan
kepada tenaga kesehatan agar bekerjasama dengan puskesmas setempat dalam
melakukan kegiatan- kegiatan penyuluhan kepada masyarakat terkait pemberian
terapi secara non Farmakologis yaitu dengan perasan labu siam agar diterapkan
dalam penanganan terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi.

Kata Kunci : Hipertensi; Tekanan Darah; Labu Siam


ABSTRACT

The incidence of hypertension year after year continues to increase. In addition


to the symptoms of disease without also causing complications and death. Hypertension
Treatment can be conducted of pharmacological and non pharmacological.Chayote is
one of the non-pharmacological treatment and is the type most consumed vegetables. But
the public does not know the chayote as herbal therapy for hypertension. The purpose of
this study was to determine the effect of chayote juice on blood pressure in patients with
hypertension. This kind of research is a quasi experimental approach non equivalent
comparison group pretest-posttest design. A study conducted in the working area of
public health centers Tanah Kampung with a population of 128 people. Samples in this
study were 16 respondents in one group. Sampling using Non random sampling.
Techniques of Data collection is done by measuring the blood pressure. Data analysis is
done univariate finding the average blood pressure before and after giving juice squash
and Bivariat analysis processed by paired t-test and independent sample test. The
analysis results obtained an average reduction in systolic blood pressure 15,500 mmHg
and diastolic 9,000 mmHg and p value 0,000 after being given juice chayotte. Conclusion
There are significant influence between juice chayotte against the reduction of blood
pressure in patients with hypertension in the region of public health center Tanah
Kampung. Suggested non-pharmacological therapy is with juice chayotte, be
implemented in the treatment of blood pressure in patients with hypertension.

Keywords : Hypertension; blood pressure; chayotte.

PENDAHULUAN (WHO,2014). Hasil survei sesuai


Hipertensi atau tekanan darah pedoman Badan Kesehatan Dunia
tinggi merupakan keadaan perubahan di (WHO) pada tahun 2015 angka kejadian
mana tekanan darah meningkat secara Hipertensi dari usia 18 tahun keatas pada
kronik (Aini 2015). Badan Kesehatan laki-laki 24% dan perempuan 20,5%
Dunia atau WHO (Word Health secara Dunia.
Organization) juga memberikan batasan Berdasarkan hasil riset kesehatan
bahwa seseorang, dengan beragam usia dasar (Riskesdes) tahun 2013
dan jenis kelamin, apabila tekanan menyebutkan bahwa hipertensi adalah
darahnya berada pada satuan 140/90 penyakit terbesar nomor tiga di Indonesia
mmHg atau diatas 160/90 mmHg, maka setelah Stroke dan tuberculosis, yakni
sudah dapat dikatagorikan sebagai mencapai 24% dan 22,6% Perempuan
penderita hipertensi (Permadi,Adi 2008). (Depkes RI 2014). Menurut data yang
Penyakit Hipertensi tahun demi tahun diperoleh dari Dinas kesehatan Provinsi
terus mengalami peningkatan. Hampir 1 Jambi, jumlah penderita hipertensi pada
miliyar orang atau 1 dari 3 orang dewasa tahun 2013 sebanyak 80.381 (12,63%),
di dunia menderita tekanan darah tinggi sedangkan
jumlah penderita hipertensi tahun 2014 bahasa latinya sechium edule sw dikenal

mengalami peningkatan dimana sebagai sayuran buah yang menyehatkan,

hipertensi berada di urutan ke dua dari murah, mudah di dapatkan dan enak

sepuluh penyakit terbesar di kota Jambi rasanya. Labu siam mengandung getah

yaitu sebanyak 102.895 jiwa (12,18%) serta zat-zat seperti protein. Selain itu

penderita Hipertensi (Dinkes Kota Jambi labu siam juga mengandung bin, lemak,

2015). kalsium, fosfor, besi, vitamin A,B,C,

Hipertensi merupakan penyakit albuminoid, dan kaya akan kalsium.

terbesar nomor 3 di Kota Sungai penuh Menurut Dr. Setiawan Dalimartha,

setelah ISPA dan gastritis. Penderita daging buah labu siam terdiri dari

hipertensi tahun 2015 berjumlah 90% air, 7,5%

sebanyak 4.738 (13,6%) jiwa (Dinkes karbohidrat, 1% protein, 0,6% serat,

Kota Sungai Penuh 2015). Hasil laporan 0,2% abu, 0,1% lemak, kurang lebih 20

tahunan puskesmas Tanah Kampung, mg kalsium, 25 mg fosfor, 100 g kalium,

pada tahun 2014 terdapat 612 orang 0,3 mg zat besi, 2 g natrium, saponin,

penderita hipertensi, dan pada tahun 2015 alkaloid, tannin, dan beberapa zat obat

mengalami peningkatan menjadi 643 lainnya (Wibowo 2015).

orang penderita hipertensi, sebagian Buah Labu Siam juga kaya akan

besar penderta hipertensi di wilayah ini kalium. Kalium berguna bagi tubuh untuk

adalah orang dewasa yang mencapai mengendalikan tekanan darah, sebagai

angka 70% (Data Puskesmas Tanah terapi darah tinggi, serta membersihkan

Kampung 2016). karbondioksida di dalam darah. Kalium

Hipertensi dapat ditangulangi juga bermanfaat untuk memicu kerja otot

dengan dua cara yaitu dengan cara dan simpul saraf. Kalium yang tinggi

farmakologi dan non’farmakologi. akan memperlancar pengiriman oksigen

Penatalaksanakan secara farmakologi ke otak dan membantu menjaga

yaitu dengan mengunakan obat-obatan keseimbangan cairan, sehingga tubuh

kimiawi. Penanganan secara non menjadi lebih segar. Penderita tekanan

farmakologis yaitu terapi komplementer darah tinggi dianjurkan mengkonsumsi

(Yuliani, 2013). Tanaman herbal umum labu siam secara rutin (Aini 2015).

digunakan untuk mengobati penyakit Dalam penelitian Dire (2007)

hipertensi antara lain adalah Advokad, menyebukan bahwa labu siam memiliki

Labu Siam, Mengkudu dan Seledri efek antihipertensi, menurut Djaelani

(Wibowo 2015). Labu siam atau dengan (2012)


dia menemukan adanya perbedaan ini adalah penderita hipertensi ringan

tekanan sistolik dan diastolik sebelum diwilayah kerja Puskesmas Tanah

dan sesudah pemberian labu siam. Tanpa Kampung yang berusia 20-50 Tahun

obat, tekanan darah penderita hipertensi yang berjumlah 128 orang.

turun setelah mengkonsumsi labu siam Sampel dalam penelitian ini adalah

selama lima hari berturu-turut. Hal ini penderita hipertensi yang memenuhi

terjadi karena labu siam mengandung kriteria inklusi Penderita Hipertensi

kalium yang tinggi, dan senyawa lain (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan

seperti alkaloid dan flavanoid. Cara tekanan darah diastolik ≥90 mmHg),

perasan digunakan untuk memperoleh Berusia 20-50 Tahun, Tidak sedang

sari perasan yaitu larutan dalam air dan minum obat Hipertensi, dan Bersedia

mengandung seluruh bahan yang Menjadi Responden Penelitian. Kriteria

terkandung dalam tumbuhan segarnya, ekslusinya Penderita Hipertensi dengan

sebandingkan dengan material awalnya, Komplikasi. Pengolahan dilakukan

yang tertinggal adalah bahan yang tidak dengan menggunakan komputer sebagai

terlarut. berikut: Menyunting Data (Editing),


Mengkode Data (Coding), Memasukkan

METODE PENELITIAN Data (Entry data) , Membersihkan Data

Penelitian ini menggunakan desain (Cleaning) dan Tabulasi (Tabulating).

Quasi-eksperimen design dengan Analisa Univariat dilakukan dengan

rancangan Time Series Design Pretest mencari Rata-rata (Mean) Tekanan Darah

Pottest one group (Notoadmodjo,2012). sebelum dan sesudah pemberian perasan

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Labu Siam. Analisa bivariat diolah

Kerja Puskesmas Tanah Kampung Tahun dengan uji T test Independen dengan

2016. Waktu Penelitian dilaksanakan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

pada tanggal 11 Juli – 18 Juli tahun 2016


Populasi pada penelitian
HASIL PENELITIAN
Tabel 1.
Rata- rata Responden Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan diastolik Pretest

Tekanan Darah Mean SD Min - Maks


Sistolik 151,31 8,228 140 -169
Diastolik 100,31 7,400 90 – 112

Tabel 2.
Rata-rata Responden Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Posttest

Tekanan Darah Mean SD Min - Maks


Sistolik 135,81 7,600 123 - 150
Diastolik 91,31 5,997 78 - 98

Tabel 3.
Rata-rata Tekanan Darah Sistolik dan diastolik Sebelum dan Sesudah Diberikan
Perasan Labu Siam

Variabel Mean SD 95% CI P Value


Tekanan darah sistolik
15,500 9,771 10,294 – 20,706 0,000
pretest dan posttet
Tekanan darah diastolik
9,000 6,387 5,596 – 12,404 0,000
pretest dan posttet

PEMBAHASAN penderita hipertensi sebelum dan sesudah


Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik diberikan air perasan labu siam.
Pretest dan Posttest Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Pengaruh Tekanan Darah Sistolik yang dilakukan oleh Sudibyo (2010) pada
Dan Diastolik Sebelum Dan Sesudah 12 responden tentang Perbandingan
Diberikan Air Perasan Labu Siam Perasan dan parutan buah labu siam
terhadap 16 responden didapatkan rata- (Sechium Edule) Terhadap Tekanan
rata tekanan darah sistolik adalah 15,500 Darah Laki-laki Dewasa di Dusun
mmHg dengan SD 9,771 mmHg dan rata- Pundung Nogotirto Gamping Sleman
rata tekanan darah diastolik 9,000 Yogyakarta, dimana di dapatkan hasil
mmHg. Dengan uji statistik T-Test rata-rata tekanan darah sistolik penderita
didapatkan p-value 0,000 berarti ada hipertensi adalah 15.544 mmHg dan
pengaruh antara tekanan darah sistolik diastolik 9,763, SD 9,746
mmHg dengan hasil uji statistik p-value menyembuhkan berbagai penyakit

0,001 (<0,05), berarti ada pengaruh karena sangat banyak manfaatnya serta

tekanan darah sistolik pada penderita memiliki nilai lebih baik untuk

hipertensi sebelum dan sesudah diberikan kesehatan. Tanaman herbal sangat bagus

air perasan labu siam. menjaga kesehatan karena memiliki

Buah Labu Siam juga kaya akan minimal efek samping dan mudah

kalium. Kalium berguna bagi tubuh didapat. Karena segala sesuatu yang

untuk mengendalikan tekanan darah, berasal dari alam jauh lebih baik untuk

sebagai terapi darah tinggi, seta kesehatan.

membersihkan karbondioksida di dalam Menurut asumsi peneliti

darah. Kalium juga bermanfaat untuk didapatkan bahwa adanya pengaruh

memicu kerja otot dan simpul saraf. pemberian air perasan labu siam terhadap

Kalium yang tinggi akan memperlancar penurunan tekanan darah pada penderita

pengiriman oksigen ke otak dan hipertensi karena kandungan kalium yang

membantu menjaga keseimbangan tinggi yang bersifat mengikat Natrium

cairan, sehingga tubuh menjadi lebih untuk dibawa keluar dan di buang melalui

segar. Penderita tekanan darah tinggi keringat dan saluran sekresi lainya,

dianjurkan mengkonsumsi labu siam dengan berkurangnya Natrium dalam

secara rutin (Aini 2015). darah maka volume cairan dalam darah

Analisa penelitian dapat juga berkurang maka terjadi penurunan

disimpulkan bahwa dengan minum air tekanan darah. Hal ini terlihat dari 16

perasan labu siam secara rutin sangat responden yang mengalami penurunan

bagus untuk menurunkan tekanan darah tekanan darah baik secara sistolik

secara perlahan-lahan tanpa efek maupun diastolik Setelah dilakukan

samping. Hal ini terlihat dari 16 pemberian air perasaan labu siam

responden yang mengalami penurunan sebanyak 2 gelas (500 m),setiaphari

TD dengan Mengkonsumsi obat herbal selama 7 hari.

salah satunya buah labu siam jauh lebih KESIMPULAN DAN SARAN

baik karena memiliki khasiat yang sangat Hasil penelitian ini dapat

banyak. Harga murah dan mudah disimpulkan perasan labu siam efektif

didapatkan serta memiliki efek samping dalam menurunkan tekanan darah pada

yang sangat sedikit. Oleh karena itu penderita hipertensi. Berdasarkan

masyarakat harus lebih menerapkan kesimpulan diatas dapat di sarankan,

pengobatan herbal untuk

79
dan tekanan darah pada penderita siam (Sechium Edule) Terhadap
hipertensi di kelurahan Sidorejo Tekanan Darah Laki-laki Dewasa
Kecamatan Medan Tembung di Dusun Pundung Nogotirto
Diakses pada tanggal 28 Maret Gamping Sleman Yogyakarta.
2016 dari Diakses pada tanggal 28 Maret
http://www.portugalgaruda.org>ar 2016 dari
t.pdf http://www.hipertensi.core.ac.uk.
unip.>download.pdf
Nisa,Intan.2012.Terapi Herbal Tumpas
Penyakit Darah Tinggi.Jakarta Sugiyono.2012.metode Penelitian
Timur:Dunia Sehat. Bisnis. Bandung : Alfabeta
Notoatmodjo,S.2012.Metodologi Yuliani,Iin.2013.Healing the heart ;
Penelitian Integrating complementary
Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta. therapies and healing practice into
the care of cardiovaskular patient.
Permadi,Adi.2008.Ramuan Herbal Progress in
Penumpas cardiovaskular Nursing.America :
Hipertensi.Jakarta:Pustaka Bunda. Springer Publishing Companies
Pudiastuti, Ratna Dewi.2011.Penyakit Inc.
Pemicu Stroke.Yogyakarta:Muha Tarwoto,dkk.2009.Anatomi dan
Medika. Fisiologi.Jakarta:CV.Trans Info
Puskesmas Tanah Media.
Kampung.2016.Laporan Triwulan Tobing,Rod.2011.Penatalaksanaan
data Kesakitan Di Pelayanan Hipertensi.Diakses pada tanggal
Kesehatan Puskesmas Tanah 10 Maret 2016 dari
Kampung Bulan Januari-Maret http://Sectiocadaveris.wordpress.c
tahun 2016.Sungai Penuh : om.
Puskesmas Tanah Kampung.
Utomo, Prayogo.2007.Apresiasi
.2015.Laporan Jumlah Sepuluh Penyakit.Jakarta:Rineka Cipta.
Penyakit Terbesar Di Pelayanan
Kesehatan Puskesmas Tanah Wibowo.S.2015.Tanaman Sakti Tumpas
Kampung Bulan Januari- macam-macam
Desember tahun 2015.Sungai Penyakit.Cijantung-Jakarta
Penuh : Puskesmas Tanah Timur:Pustaka Makmur.
Kampung.
Wijayakusuma, Hembing.2008. Ramuan
.2014.Laporan Jumlah Sepuluh Lengkap Herbal Taklukkan
Penyakit Terbesar Di Pelayanan Penyakit.Jakarta:Pustaka Bunda
Kesehatan Puskesmas Tanah
Kampung Bulan Januari- World Health
Desember tahun 2014.Sungai Organization.2015.Diakses
Penuh : Puskesmas Tanah tanggal 28 Maret 2016 dari
Kampung. http://www.who.int/violence_inju
ry_Prevention/roadsafety_status/2
Sudarmoko,Arief.2015.Sehat Tanpa 015/en/
Hipertensi.Yogyakarta:Cahaya
Atma Pustaka.
Sudibyo,Wanto.2010.Perbandingan
Perasan dan parutan buah labu
Advances in Health Sciences Research, volume 20
1st International Conference on Community Health (ICCH 2019)

The Effect of Chayote Juice (Sechium Edule) to Reduce Blood Pressure in Elderly with
Hypertension

1st Hikmah 2nd Hera Hastuti 3rd Eka Mardiana


Midwifery Study Program Nursing Professional Education Study Midwifery Study Program The
The Health Science Faculty, Program Health Science Faculty,
Muhammadiyah Tangerang University The Health Science Faculty, Muhammadiyah Tangerang
hikmah@umt.ac.id Muhammadiyah Tangerang University
University
4th Sifaunnisah
Nursing Professional Education Study
Program The Health Science Faculty,
Muhammadiyah Tangerang University

Abstract_Hypertension often occurs in the elderly due to age of 55-64 years, 57.6% at the age of 65-74 years, and
hormonal changes after menopause. Treatment of hypertension 63.8% at the age of ≥ 75 years [6].
can be done non-pharmacologically by consuming chayote. This Hypertension can be overcome in two ways, namely by
study was to explore the effect of chayote juice on blood pressure pharmacology and non-pharmacology ways. Herbs needed
in elderly people with hypertension at Puskesmas (Community for high blood pressure are fruits, vegetables containing
Health Center) Teluknaga. This is a auasi- experimental potassium, one of vegetables that contains potassium is
research design with pre-test and post-test without control. 13 chayote or sechium edule in latin. Potassium is useful for the
respondents were sample of this study taken with non-random
body to control blood pressure as high blood pressure
metode consecutive sampling. Bivariate analysis was processed therapy and to cleanse carbon dioxide in in the blood.
with Wilcoxon Match Pair Test. The analysis results with the Potassium is also useful for triggering the work of muscles
range of age 60-70 (92.3%) and age 75-90 (7.7%) with females
and nerve nodes. High potassium will facilitate the delivery
(84.6%) and male (15.4%) shows that median decrease in
of oxygen to the brain and help to maintain the fluid balance,
systolic blood 30.00 mmHg and diastolic
10.00 mmHg. It was obtained p value 0.001 <ɑ 0.05. in
so that the body becomes fresher. People with high blood
conclusion, the chayote juice has effects to reduce blood pressure are encouraged to consume chayote regularly [7].
pressure in elderly with hypertension. The elderly and families Potassium-rich fruits and vegetables can lower blood
are expected to apply independently by consuming chayote pressure and improve blood vessel function [8].
juice which aims to maintain and control blood pressure. The fruits and vegetables that have potassium content
Keywords: blood pressure, chayote juice, elderly, are watermelon (82gr/100 mg), Papaya (257 mg/100 gr),
hypertension. cucumber (73 mg/100 gr), chayote (365 mg/100 gr), Tomato
INTRODUCTION (360 gr/100 mg), starfruit (207 mg/100 gr), Banana (358
mg/100 gr). [9]. Non-pharmacological therapy that has a
According to Government Regulation No. 43 2004, the high potassium content is chayote. Besides, it has no side
elderly is a person who has reached the age of 60 years or effects, cheap price, and easy to get. In addition, it is
more. Elderly is a universal process that occurs from the Sudanese’s favorite vegetables. Seldom have the
moment a person is born. In 2015 there were 901,000,000 researchers studied chayote to lower high blood pressure in
people aged 60 years or more, consisting of 12 percent of the the elderly. Teluknaga has a fertile soil seen from the
numbers of farmers planting chayote. Therefore, the
global population [1]. The elderly population in Indonesia
researchers prefer the chayote to be used for the research.
reached 20.24 million, equivalent to 8.03 percent of the
Chayote is proven to reduce high blood pressure, the
population in Indonesia. Banten Province has a population
results of research conducted by Djaelani in PSTW of Budi
aged over 60 years with 488,243 inhabitants. Elderly Luhur Kosongan, Bantul, Yogyakarta. He found differences
prevalence in Tangerang in 2014 were 65,324 males and in systolic and diastolic pressure before and after consuming
69,857 females [2]. chayote juice. The blood pressure of hypertension sufferers
The heart in the elderly will generally be enlarged. It felt after consuming chayote for five days in a row, with the
will relate to abnormalities in the cardiovascular system frequency of taking chayote once a day (122 grams) with
causing interference on blood pressure such as hypertension boiled water (180 m). Chayote juice was influential to
[3]. Hypertension is a systolic blood pressure that exceeds reduce blood pressure in elderly people with hypertension
140 mmHg and a diastolic blood pressure of more than 90 [10]. Based on the results of interviews on March 18, 2018
mmHg. Year by year, there was an increase in the with five elderly hypertension sufferers in Puskesmas
prevalence of hypertension sufferers along with increasing (Community Health Center) Teluknaga as research setting,
life expectancy, obesity population and public awareness of the researcher found that 3 sufferers with hypertension did
this disease [4]. According to the World Health not know that chayote could reduce high blood pressure.
Organization [5] The prevalence of hypertension around the
world reaches one billion. The highest disease in the elderly
in Indonesia based on Basic Health Research (2013) was
hypertension with a prevalence of 45.9% at the

This is an open access article distributed under the CC BY-NC


4.0 license -http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/.

256
Copyright © 2020 The Authors. Published by Atlantis Press SARL.
Advances in Health Sciences Research, volume 20

They rarely consumed cooked chayote and never Tangerang. This study used non probability sampling
consumed chayote juice. two elderly hypertension sufferers techniques (non-random samples) with the consecutive
knew that chayote could reduce high blood pressure, often sampling method, a method of selection of samples
consumed chayote made of vegetables, but never consumed conducted by selecting all the individuals found and
chayote juice. To reduce blood pressure they usually meeting the selection criteria, until the number desired
consumed star fruit juice. sample is met.
The sample size of this study was taken by the test of two
METHODOLOGY difference means of independent groups. It was obtained the
The research design used in this study was quasi experiment sample of 13 respondents. The selection of samples was
with pre test and post test without control. In the design, the based on the inclusion criteria of the elderly diagnosed with
researchers intervened one group without a comparison hypertension by doctors, aged ≥ 60 years. The criteria were
group. Treatment effectiveness was assessed by comparing elderly who did not routinely consume hypertension drugs
the value of the post test and the pre test [11]. and did not consume hypertension drugs during drinking
The population used in this study were all elderly with chayote juice, were fond of consume chayote juice, were
hypertension (360 people) at Puskesmas Teluknaga, to available to
become respondents by filling out and signing a given
informed consent sheet. While the exclusion criteria were the analysis was used to test the effect of both variables using
elderly who had complications, were not ready to be the Shapiro-Wilk test and the Wilcoxon Match Pair Test.
respondents. FINDINGS AND DISCUSSION
To maintain the safety of respondents, the ethic test had
been conducted. This research had passed the ethics number The following will describe the results of univariate
445/094 – KEP-RSUDTNG and this research adhered to the and bivariate data in the form of the following table :
principles of ethics autonomy, beneficence, confidentiality, Table 1. Frequency distribution of Elderly With
justice, veracity and fidelity. Hypertension Based on Respondent Characteristics
The tools and materials used to collect data are
spygmomanometer to measure systolic and diastolic blood
pressure, stethoscope to find out the pulse at the time of blood Characteristics Frequency % of
pressure measurement. Sphygmomanometer and stethoscope Respondents
used were already calibrated, knife to peel chayote, vegetable
scales to weigh the chayote (122 grams), boiled water (180 Age
ml) by using measuring cups, disposable plastic cups, a
60-74 12 92,3
blender to make juice, and forms (respondents’ characteristic
75-90 1 7,7
forms, pre-test and post-test sheet).
Gender
The procedure in this research was that the researchers
Male 2 15,4
conduct a pre-test by measuring blood pressure a day before
giving chayote juice. Researchers made chayote juice by Female 11 84,6
Total 13 100

peeling and washing raw chayote, researchers weighed the


peeled and washed 122 grams of chayote, prepared180 ml of
plain water, and put them into a blender to blend until smooth, Based on the results of data analysis, the majority of
poured the blended chayote into a plastic. Researchers visited respondents’ age range was elderly 60-70 years (92.3%). This
the respondent's house at 10 a.m. to give the chayote juice. was in line with previous research conducted by Djaelani that
The chayote juice was taken two hours or an hour before the frequency distribution based on the age of respondents
meal. The researchers gave the chayote juice using cups and experiencing hypertension were more at Elderly age 60-70
waited the respondent took the chayote juice. Respondents years, namely 12 respondents (70.6%)[9]. It is in accordance
were given chayote juice for four consecutive days. Then with the theory expressed by Donlon that the higher the age
post- test by measuring blood pressure after 4 days of the higher the risk of hypertension. The risk of hypertension
intervention. Researchers compare pre-test and post test is caused by the aging process of the cardiovascular system
results after the intervention of giving chayote juice. The [12]. After 45 years old, arterial walls will undergo
researchers also taught the respondents and families how to thickening due to the accumulation of collagen substances in
make the chayote juice. the muscle layer, so that the blood vessels will gradually
The analysis techniques used in this research were the narrow and become stiff [13].
analysis of univariate and bivariate. A univariate analysis of Based on the results of data analysis, the majority of
the study was used to describe the characteristics of the elderly with hypertension were female of 11 respondents
respondent's age and gender, and look for mean of blood (84.6%). The sex factor was influential in the occurrence of
pressure before and after drinking chayote juice. Bivariate hypertension. A young age under 60 years old, male are more
suffered from hypertension than that of female. Male

257
allegedly have lifestyles that tend to increase blood pressure given chayote juice in is 160.00 mmHg and the diastolic
than that of female. However, after entering the menopause, blood pressure has a median value of 90.00 mmHg. After the
the prevalence of hypertension in female increases.[14]. The intervention of giving chayote juice it was obtained that the
tendency of women to experience hypertension at menopause median systolic blood pressure was 130.00 mmHg and the
due to a decrease in the hormone estrogen. Decreased median diastolic blood pressure was 80.00 mmHg. Based on
estrogen levels tend to decrease HDL levels, increase LDL the analysis of the data, it shows that the systolic value gets a
and cholesterol in the blood. Along with the increase in decrease of 30.00 mmHg and the diastolic gets a decrease of
cholesterol in the blood, it is very susceptible to 10.00 mmHg.
atherosclerosis which clogs the blood flow resulting in Decreased blood pressure is supported by
hypertension [15]. This process continues where the estrogen epidemiological studies that have shown that populations or
hormone changes its quantity according to the age of the individuals accustomed to high potassium intake have lower
woman naturally, which generally begins to occur in women blood pressure levels and have a very low incidence of
aged 45-55 years before aging [16]. hypertension and associated blood vessels when compared
to populations or individuals having low potassium intake
Table 2. Distribution of Frequency of Elderly People with [17]. This is in accordance with the theory that chayote can
Hypertension Based on Measurement Blood Pressure before reduce blood pressure because chayote contains potassium
and after Drinking Chayote Juice (N=13) [8].
Chayote contains potassium and alkaloids which are
diuretic, which helps the kidneys remove excessive fluid and
Blood Media Standard Minimal Maximal salt from the body, so that less fluid in the blood will reduce
pressure n deviation blood pressure. Fruit and shoots of chayote are diuretic
Sistolik (smooth out urine). The efficacy of this diuretic, will have an
Pre 160 9,541 150 170 impact on decreasing high blood pressure (hypertension),
Intervensi mmHg m m Hg mmHg preventing hardening and calcification of arteries, reducing
Post 10,919 120 150 the possibility of heart attack and dissolving kidney stones
Intervensi 130 m m Hg mmHg [18]. Chayote juice also has a diuretic effect which causes the
Diastolik mmHg salt content in the blood to decrease. This process helps
Pre 4,804 90 100 absorb or retain water, thereby reducing the work of the heart
Intervensi m m Hg mmHg in pumping blood and lowering blood pressure. In addition,
Post 90 mmHg 2,774 80 90 this diuretic effect can facilitate the discharge of urine [19].
Intervensi m m Hg mmHg The results of statistical tests using the Wilcoxon Match
80 mmHg Pair Test, the post systolic systolic pre-test obtained a P value
of 0.001, and the post-test diastolic diastolic test obtained a P
Table 2 shows that the median of systolic blood pressure value of 0.001 which means Ha was accepted, it can be
before being given chayote juice is 160 mmHg and the concluded that there were significant changes before and
diastolic blood pressure has a median value of 90 mmHg. after administration of chayote juice on blood pressure in
After the intervention of giving chayote juice, it was obtained elderly hypertensive patients in Puskesmas Teluknaga. This
the median of systolic blood pressure is 130 mmHg and the is in line with Djaelani's study In statistical tests using the
median diastolic blood pressure is 80 mmHg. Based on the Non Paramertic Wilcoxon Match Pair Test, obtained by
analysis of the data, it shows that the systolic value gets a Asym. Sig. (2-tailed) of 0,000 (p value). Determining
decrease of 30.00 mmHg and the diastolic gets a decrease of whether the hypothesis accepted or rejected is by comparing
10.00 mmHg. the value of the significance level (p) with the error rate of
Table 3 5% (0.05) when p is greater than 0.05, the hypothesis is
rejected and when p is smaller than 0.05 then the hypothesis
Wilcoxon Match Pair Test Stats Test Results
is accepted. The calculation results obtained p value of 0.000
Test Statistik Pre and Post Pre and PostTest
<0.05 [10].
Test Sistolik Diastolik
The study was in accordance with Wati's research entitled
P value 0,001 0,001 "The Effect of Chayote Juice on Changes in Blood Pressure
in Hypertensive Patients in Krajan Hamlet, Nyatnyono
Village, Ungaran Barat". Test analysis used was Mann
The results of statistical tests using the Wilcoxon Match Withney. The results showed that there was an effect of
Pair Test, systolic pre-test and the post systolic were obtained squash juice on changes in blood pressure in patients with
P value of 0.001, and pre-test and post-test diastolic test were hypertension in Krajan Hamlet, Nyatnyono, Ungaran Barat
obtained P value of 0.001 which means that Ha was accepted, (p-value systole was 0.029 and diastolic was 0.002)[20].
in conclusion, that there were significant changes before and Therapy for chayote juice can be used as an appropriate and
after giving of chayote juice on blood pressure of elderly with practical alternative treatment without side effects [21].
hypertension at Puskesmas Teluknaga.
This is in accordance with the theory that chayote can
The results shows that the median systolic and diastolic reduce blood pressure because chayote contains potassium
blood pressure in elderly with hypertension before being [8]. Potassium is a mineral that is good for reducing or
controlling tension. Potassium is a strong diuretic that helps [ 1 3 ] Anggraini, et.all, "Factors related to the occurrence of
maintaining water balance, blood pressure, acid-base balance, hypertension in patients treating at the adult clinic in
expedites urine release, helps dissolve stones in the urinary Bangkinang Health Center for the period of January to
tract, bladder and kidneys. Potassium is also very important June 2008," Pekanbaru Riau:Faculty of
in converting blood sugar into muscle sugar [22]. MedicineUniversity Riau, 2009.
[ 1 4 ] Ministry of Health of the Republic of Indonesia,
Technical Guidelines for Finding and Managing
CONCLUSION
Hypertension, Jakarta: Directorate of Control of
NonCommunicable Diseases, 2006.
The result shows that there was an effect of consuming
[ 1 5 ] E. Wirakusumah, Nutrition Tips and Solutions for
chayote juice on blood pressure in the elderly with
Staying Healthy, Beautiful and Happy in the Period of
hypertension at Community Health Center of Teluknaga.
Menoupouse with Natural Extrogen Therapy. Jakarta:
Which means consuming chayote juice effectively reduces
Gramedia Pustaka Utama, 2004.
systolic blood pressure 30 mmHg and diastolic 10 mmHg. It [ 1 6 ] and E. A. R. Letters, R. C. Trial, L. Modification,
is based on the measurement of blood pressure before the “Effects of comprehensive lifestyle modification on
intervention, a systolic median value was 160 mmHg and a blood pressure control,” 2009.
diastolic median value was 90 mmHg. After the intervention,
[ 1 7 ] D. J. Naismith and A. Braschi, “The effect of low-dose
it was obtained that a systolic median value was 130 mmHg
potassium supplementation on blood pressure in
and diastolic was 80 mmHg. Suggestions for the elderly are
apparently healthy volunteers,” pp. 50–60, 2018.
expected to apply independently by consuming chayote juice,
[ 1 8 ] A. Sudibyo, “Effects of chayote juice (sechium edule
which aims to maintain and control blood pressure. For
swartz) on normal male blood pressure,” Journal:
family, it is expected to motivate and help elderly in
Muhammadiyah University Surakarta,” vol. 1, 2014.
consuming chayote juice and maintain elderly health by
[ 1 9 ] F. Rizki, The Miracle of Vegetable. 2013.
regulating lifestyle, food, and stress. For further research, it is
expected to be able to develop research related to this study. [ 2 0 ] D. R. Wati, “Effect of chayote squeeze on changes in
blood pressure in patients with hypertension in Krajan
Hamlet,” 2012.
REFERENCES
[ 2 1 ] T. Thenappan, M. L. Ormiston, J. J. Ryan, and S. L.
Archer, “Pulmonary arterial hypertension :
[1 ] United Nations Population Division, World Population pathogenesis and clinical management,” no. fig 1,
Prospects, The 2015 Revision, United Nat. New York, 2018.
2015. [ 2 2 ] I. Junaidi, Hypertension Introduction to Prevention and
[ 2 ] Tangerang District Health Office, Tangerang District Treatment. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2010.
Health Profile. 2014.
[ 3 ] Fatimah, Elderly Nutrition. Jakarta: Erlangga, 2010.
[ 4 ] Mohani, “Hipertensi primer In: internal medicine
textbook”, VI., vol. 2. Jakarta: Interna Publishing, 2014.
[ 5 ] WHO, “Global Hypertension Data.” 2013.
[ 6 ] “Ministry of Health of the Republic of Indonesia, Data
and Information (Indonesian Health Profile).” 2014.
[ 7 ] N. Aini, The Enormity of Herbal and Yoga, Real books.
Yogyakarta, 2015.
[ 8 ] and T. A. B. S. S. E. Berry, U. Z. Mulla, P. J.
Chowienczyk, “Increased potassium intake from fruit
and vegetables or supplements does not lower blood
pressure or improve vascular function in UK men and
women with early hypertension : A random ... Increased
potassium intake from fruit and vegetables or
supplements d,” 2010.
[ 9 ] S. Wibowo, Suppression of various kinds of diseases,
Jakarta : Pustaka Makmur, 2015.
[ 1 0 ] P. Djaelani, “Effect of chayote juice on changes in
blood pressure in elderly patients with hypertension in
PSTW Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta,”
2015.
[ 1 1 ] K.K Dharma, Nursing Research Methodology. Jakarta:
Trans Info Media, 2011.
[ 1 2 ] B, Darmojo, Geriatric Textbook (Elderly Health
Sciences), 3rd Edition, Jakarta : Balai Pustaka, 2006.
PENGARUH PEMBERIAN JUS LABU Puskesmas Ngoresan. Teknik sampling
SIAM TERHADAP PERUBAHAN menggunakan purposive sampling. Besar
TEKANAN DARAH PADA WANITA sampel adalah 32 wanita lanjut usia yang
LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI memenuhi kriteria retriksi. Teknik
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS pengumpulan data menggunakan lembar
NGORESAN wawancara, observasi, dan sfigmomanometer.
The Effect of Chayote Juice Consumption Teknik analisis data menggunakan Wilcoxon,
on Blood Pressure Changes of Elderly uji T tidak berpasangan, dan Mann-Whitney.
Women with Hypertension in Work Area of Hasil: Rerata tekanan darah mengalami
Community Health Care of Ngoresan penurunan dari 153,13/93,75 mmHg menjadi
Rizky Suryaning Utami1), Erindra Budi 133,13/81,88 mmHg setelah pemberian
Cahyanto2), Endang Listyaningsih S.3) perlakuan. Hasil analisis data menunjukkan
*)
Program Studi Kebidanan, Fakultas terdapat perbedaan yang signifikan pada
edokteran Universitas Sebelas Maret tekanan darah sistolik (p= 0,001< 0,05) dan
Surakarta e-mail: liesgalleries@gmail.com diastolik (p= 0,000< 0,05) kelompok yang
diberikan jus labu siam.
DOI: 10.13057/placentum.v%vi%i.22860 Simpulan: Terdapat pengaruh pemberian jus
labu siam terhadap perubahan tekanan darah
pada wanita lanjut usia dengan hipertensi di
ABSTRAK wilayah kerja Puskesmas Ngoresan.

Latar Belakang: Hipertensi merupakan Kata Kunci : Hipertensi, Jus Labu siam,
masalah kesehatan masyarakat di dunia yang Lanjut usia
berkaitan erat dengan pola perilaku hidup
masyarakat. Pengobatan hipertensi dapat
dilakukan dengan terapi non farmakologis
salah satunya dengan labu siam. Kandungan
kalium dalam labu siam memiliki efek
diuretik sehingga dapat menurunkan kadar
garam dalam darah melalui ekskresi urin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian jus labu siam terhadap
perubahan tekanan darah.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain
kuasi eksperimen dengan pretest and posttest
with control group di wilayah kerja
ABSTRACT

Background: Hypertension is a public health problem in the world that is closely related
to the pattern of community life behavior. Treatment of hypertension can be done with
non- pharmacological therapy one of them with chayote. Potassium content in chayote has
a diuretic effect that can decrease the salt level in the blood through urinary excretion.
This study aims to determine the effect of chayote juice consumption on blood pressure
changes. Method: This study used quasi experimental design with pretest and posttest with
control group in work area of community health care of Ngoresan. Technique sampling
using purposive sampling. The number of sample is 32 elderly women who met the criteria
of retreatment. Data collection techniques using interview sheets, observation, and
sphygmomanometer. Data analysis techniques using Wilcoxon, unpaired T test, and Mann-
Whitney.
Results: The mean of blood pressure decreased from 153,13 / 93,75 mmHg to 133,13 /
81,88 mmHg after treatment. The results of the data analysis showed significant difference
in group given chayote juice at systolic (p = 0.001 <0.05) and diastolic blood pressure (p
= 0.000 <0.05).
Conclusion: There is an effect of chayote juice consumption on blood pressure changes of
elderly women with hypertension in work area of community health care of Ngoresan.

Keywords: hypertension, chayote juice, elderly.


Surakarta tahun 2015 menunjukkan
PENDAHULUAN jumlah lanjut usia dengan kasus
hipertensi sebanyak 39.614 jiwa,
Hipertensi merupakan masalah
sedangkan di Puskesmas Ngoresan
kesehatan masyarakat yang berkaitan
tahun 2016 sebanyak 2.231 jiwa dan
dengan pola perilaku hidup.
saat ini wanita lanjut usia yang
Hipertensi masih menjadi masalah
mengalami hi-
karena meningkatnya prevalensi
hipertensi, masih banyak pasien
hipertensi yang belum mendapatkan
pengobatan maupun yang telah
diobati namun tekanan darahnya
belum mencapai target, dan ada- nya
penyakit serta komplikasi berupa ke-
rusakan organ target terutama pada
jan- tung dan pembuluh darah yang
memper- buruk prognosis pasien
hipertensi[1].
Berdasarkan Buku Saku
Kesehatan Jawa Tengah Triwulan 2
Tahun 2016, hi- pertensi merupakan
urutan pertama dalam lima besar
penyakit tidak menular[2]. Me- nurut
data Riskesdas tahun 2013, preva-
lensi hipertensi di Indonesia sebesar
25,8% dan di Jawa Tengah sebesar
26,4% dimana umur 55 tahun keatas
menjadi kelompok dengan prevalensi
tinggi berda- sarkan usia[3]. Data DKK
pertensi berjumlah 117 jiwa[4].
Terdapat dua jenis terapi hipertensi
yaitu dengan farmakologis (medis) dan
non farmakologis (herbal). Terapi non
far- –makologis
lan Maret 2017 Juli 2017,adalah suatu pengobatan
mengguna- kan pok diuji dengan Mann-Whitney, sedang-
deng-
jenis penelitian an eksperimen
kuasi tidak diberikan obat, yaitu kan untuk mengetahui pengaruh pemberi-
de- ngan
pre test anddengan
post testolahraga,
with mengurangi
control group konsumsi an jus labu siam menggunakan uji Wilco-
rokok penelitian
design. Populasi dan alkohol,adalah sayuran atau xon pada program SPSS 21.00 for
dan dietsemua
buah, salah satunya
wanita lanjut usia dengan hiperten- dengan menggunakan Windows.
labu siam. Labu siam merupakan sayuran
si di wilayahyangkerjatum-Puskesmas
buh pada Ngoresan
subtropis selain
sebagai
Surakarta yang makan-kriteria
memenuhi an juga digunakan
retriksi. HASIL
Besar sampel sebanyak 32 responden de-banyak
sebagai obat. Labu siam
dikonsumsi
ngan 16 subjek per kelompok masyarakat
dengan kare-
me- na A . Analisis Univariat
harganya
nggunakan teknik cukup murah
purposive serta rasanya enak Karakteristik responden yang diteliti yaitu
sampling.
dan bebas [5]
dingin dalam
. usia, riwayat keturunan hipertensi, dan pe-
Variabel penelitian ini
adalah konsumsi Kandungan
jus labu siam kalium dalam
dan labu siam kerjaan. Tabel 1 menunjukkan bahwa se-
varia-
diketahuiperubahan
bel terikat adalah memiliki efek diuretikda-
tekanan sehingga bagian besar usia responden adalah antara
dapat yang
rah. Instrumen menurunkan garam dalam 60-74 tahun (lanjut usia), tidak memiliki
kadar adalah
digunakan
da- rah melalui ekskresi
timbangan kue untuk mengukur berat labu urin [6]
. Tujuan riwayat keturunan hipertensi, dan tidak
dari penelitian ini adalah untuk bekerja.
siam. Pengolahan jus labu siam menggu-
mengetahui pe- ngaruh pemberian jus Tabel 2 menunjukkan bahwa rerata
nakan pemarut dan penyaring. Penguku-
labu siam terhadap perubahan tekanan tekanan darah responden mengalami pe-
ran tekanan darah dengan sfigmomanome-
darah pada wanita lan- jut usia dengan nurunan dari 153,13/93,75 mmHg menjadi
ter. Informed consent untuk mengetahui
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas 133,13/81,88 mmHg setelah diberikan jus
kesediaan responden sebagai sampel pene-
Ngoresan. labu siam 100 gram sehari sekali selama 7
litian. Lembar observasi untuk memantau
hari pada kelompok intervensi dan dari
konsumsi labu siam setiap DAN
SUBJEK hari. METODE
Alat tulis
148,75/91,88 mmHg menjadi
untuk mencatat hasil pengukuran pada
Penelitian ini dilakukan di wilayah 143,13/91,25 mmHg pada kelompok kon-
lembar pengumpulan data. Kamera untuk kerja
Puskesmaspengambilan
mendokumentasikan Ngoresan Surakarta
data. pada trol.
Rerata awal bu-
dan akhir pada kedua kelom-

Tabel 1. Karakteristik Responden


Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)
Usia (tahun)
60-74 tahun (lanjut usia) 28 87,5%
75-90 tahun (lanjut usia tua) 4 12,5%
Riwayat keturunan hipertensi
Ya 11 34,4%
Tidak 21 65,6%
Pekerjaan
Wirausaha 11 34,5%
Pekerja 4 12,5%
Tidak bekerja 17 53,1%
Tabel 2. Rerata Tekanan Darah Responden
Tekanan darah Sebelum Setelah Selisih
(mmHg) (mmHg) (mmHg)
Sistolik kelompok intervensi 153,13 133,13 20
Diastolik kelompok intervensi 93,75 81,88 11,87
Sistolik kelompok control 148,75 143,13 5,62
Diastolik kelompok control 91,88 91,25 0,63
A . Analisis Bivariat perbedaan signifikan pada rerata tekanan
Hasil uji analisis Mann-Whitney pada ta- darah sistolik dan diastolik antara kelom-
bel 3 menunjukkan bahwa tidak terdapat pok intervensi dan kelompok kontrol se-

belum diberikan perlakuan. Hasil rerata rikan perlakuan terdapat perbedaan signi-
awal tekanan darah pada kedua kelompok fikan. Hasil uji analisis Wilcoxon pada ta-
hampir sama. Rerata tekanan darah sisto- bel 4 menunjukkan bahwa rerata tekanan
lik dan diastolik antara kelompok inter- darah pada kelompok yang diberikan jus
vensi dan kelompok kontrol setelah dibe- labu siam terdapat perbedaan signifikan.

Tabel 3. Uji Beda Sebelum dan Setelah Diberikan Perlakuan


Kelompok n Tekanan darah Tekanan darah
sistolik (p-Value) diastolik (p-Value)
Sebelum perlakuan
Intervensi 16 0,064 0,123
Kontrol 16
Setelah perlakuan
Intervensi 16 0,0015 0,000
Kontrol 16
Tabel 4. Uji Beda Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Waktu perlakuan n Tekanan darah Tekanan darah
sistolik (p-Value) diastolik (p-Value)
Kelompok kontrol
Sebelum 16 0,073 0,705
Setelah 16
Kelompok Intervensi
Sebelum 16 0,001 0,000
Setelah 16
adalah sistem kardiovaskular. Diet tinggi darah.
natrium menjadi faktor predisposisi teka- Aktivitas renin plasma (ARP) pada
nan darah tinggi[12]. populasi normotensi lebih tinggi pada pria
Responden penderita hipertensi se- daripada wanita tanpa memandang usia dan
bagian besar tidak bekerja (53,1%). Lanjut keturunan. Hormon seks wanita ekso- gen
usia yang tidak bekerja rata-rata kurang yang diberikan untuk kontrasepsi oral juga
aktivitas yang teratur dan efektif. Menurut terbukti dapat merangsang produksi
hasil wawancara, baik responden yang be- angiotensinogen, yang dapat menyebab-
kerja maupun tidak bekerja tidak memiliki kan peningkatan tekanan darah pada bebe-
aktivitas fisik atau olahraga yang teratur. rapa wanita. Penelitian lain menemukan
Hal ini sesuai dengan Larsen dan bahwa ARP lebih tinggi pada pascameno-
Matchkov (2016) bahwa latihan fisik da- pause daripada pada wanita prameno-
pat menjadi terapi non farmakologis po- pause, meskipun ARP tetap lebih tinggi
tensial dalam pengobatan hipertensi dan pada pria daripada wanita pada usia yang
penyakit kardiovaskular karena efeknya sama[16][17].
menguntungkan fungsi endotel melalui Hasil uji statistik menunjukkan bah-
pengurangan stres oksidatif[13]. wa terdapat pengaruh pemberian jus labu
Penting untuk memilih intensitas, siam terhadap perubahan tekanan darah
durasi, frekuensi, dan jenis latihan yang pada wanita lanjut usia dengan hipertensi
tepat karena latihan yang tidak efektif me- di wilayah kerja Puskesmas Ngoresan.
nyebabkan disfungsi endotel dan cedera Kalium berguna untuk memelihara fungsi
jantung terutama bagi atlet olahraga eks- normal jantung dan sebagai regulator
trem dan lanjut usia. Hasil penelitian Mori utama pembuluh darah. Kalium berfungsi
et al. (2011) menyebutkan kelompok lan- sebagai vasodilator pembuluh darah yang
jut usia yang diberikan perlakuan aktivitas dapat menurunkan tahanan perifer dan
ringan dapat menurunkan hipertensi dan curah jantung sehingga tekanan darah
metabolisme glukosa serta lemak da- menjadi normal, serta memperbaiki kepe-
rah[14]. Menurut Purwanto (2012) dan kaan terhadap natrium.
Pescatello et al. (2015), olahraga ringan Kalium menurunkan kontraksi otot
dan aktivitas fisik lain setiap hari secara polos vaskular dengan mengubah potensi
teratur selama kurang lebih 30 menit per membran atau mengembalikan vasorelak-
hari yang dilakukan setiap hari atau 2-3 sasi endotelium dan menimbulkankan efek
hari dalam seminggu dapat menurunkan seperti tiazid pada obat antihipertensi de-
tekanan darah dengan efektif sekitar 5-7 ngan cara menghambat reabsorbsi natrium
mmHg[1][15]. klorida[18][19].
Hal ini sesuai dengan Samadian et al.
A . Analisis Bivariat (2016) bahwa meningkatkan konsumsi
Penurunan kadar estrogen dalam darah kalium dapat menurunkan tekanan darah
terjadi pada wanita menopause dan post- pada orang dengan hipertensi serta tidak
menopause menyebabkan perubahan pada memiliki efek samping pada konsentrasi
sistem kardiovaskular yang berisiko untuk lemak darah, katekolamin, dan fungsi
menderita penyakit arteri koroner dan hi- ginjal[20]. Meta analisis yang mengevalua-
pertensi. Estrogen mempunyai efek vaso- si efek asupan kalium menyimpulkan bah-
dilatasi yang dapat menurunkan tekanan wa konsumsi kalium ≥60 mmol (2.350
darah sistolik dan diastolik pada wanita gram) per hari dapat menurunkan rerata
dengan hipertensi. Sistem renin-angio- tekanan darah sistolik sebesar 4,4 mmHg
tensin adalah salah satu sistem hormonal dan 2,5 mmHg tekanan darah diastolik pa-
utama yang mengatur tekanan darah. Be- da responden dengan hipertensi.
berapa penelitian telah melaporkan perbe- Penelitian Djaelani (2015) menunjukkan
daan jenis kelamin dalam berbagai kom- hasil sari buah labu siam berpengaruh me-
ponen renin-angiotensin pada tekanan
dampak yang ditimbulkan oleh hipertensi
terutama pada lanjut usia.
nurunkan tekanan darah pada lanjut usia
penderita hipertensi dengan rerata tekanan
darah 170,71/96,82 mmHg menjadi
148,94/87,52 mmHg dan penurunan dengan menambahkan waktu lamanya
sebesar 21,57/9,3 mmHg setelah pemberian perlakuan serta meneliti
diberikan sari buah labu siam selama variabel lain yang dapat memengaruhi
lima hari[21]. Hasil yang sama juga perubahan tekanan darah seperti
ditunjukkan Puspito (2014) pada 10 keturunan dan ras, kebiasaan merokok,
responden penderita hiper- tensi primer obesitas, dan penyakit penyerta seperti
kelompok labu siam sebelum dan stroke, sehingga dapat mengurangi
setelah mengonsumsi labu siam terda-
pat perbedaan rerata tekanan darah
sebe- sar 16,2/8,8 mmHg[22].

SIMPULAN
Terdapat pengaruh pemberian jus labu
siam terhadap perubahan tekanan darah
pada wanita lanjut usia dengan
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Ngoresan.
Perbedaan rerata tekanan darah
se- belum pemberian perlakuan
signifikan, menunjukkan rerata awal
tekanan darah pada kedua kelompok
hampir sama, se- dangkan perbedaan
rerata tekanan darah setelah pemberian
perlakuan signifikan.
Perbedaan rerata tekanan darah
ke- lompok intervensi sebelum dan
setelah perlakuan signifikan pada
tekanan darah sistolik dan diastolik.

SARAN
Responden dan masyarakat dengan
hiper- tensi diharapkan dapat
mengonsumsi jus labu siam 100
gram/hari terutama pada pukul 09.00-
11.00 WIB untuk menurun- kan
tekanan darah.
Puskesmas Ngoresan dan
Poslansia diharapkan dapat
memberikan alternatif pengobatan non
farmakologi pada lanjut usia dengan
hipertensi di wilayahnya be- rupa jus
labu siam untuk menurunkan te- kanan
darah.
Peneliti selanjutnya diharapkan
da- pat mengembangkan penelitian
DAFTAR PUSTAKA
1. Purwanto B (2012). Hipertensi
(patogenesis, kerusakan, target
organ, dan penatalaksanaan).
Edisi ke 1. Surakarta: UNS Press,
pp: 3-5, 8-25, 59-60.
2. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah (2016). Buku saku
kesehatan triwulan 2 tahun 2016.
Semarang, pp: 78-79.
3. Kementerian Kesehatan RI (2014).
Riskesdas 2013. pp: 145-146.
4. Dinas Kesehatan Kota Surakarta
(2016). Profil kesehatan Kota
Surakarta tahun 2015. Surakarta.
5. Juliyanto dalam Fitriyani NLC,
Walanda DK, Rahman N (2012).
Penentuan kadar kalium (K) dan
kalsium (Ca) dalam labu siam
(Sechium edule) serta pengaruh
tempat tumbuhnya. J. Akad. Kim,
1 (4): 174-175.
6. Elisabeth dalam Jayani I (2016).
Pemberian labu siam
berimplikasi terhadap perubahan
tekanan darah ibu hamil
preeklampsi. Jurnal Care, 4 (2):
38.
7. Andriansyah H (2010). Analisis
hubungan faktor-faktor risiko
hipertensi dengan kejadian
hipertensi pada penduduk usia
20-65 tahun di Kecamatan
Kaliwates Kabupaten Jember.
Jember, Universitas Jember.
Skripsi.
8. Azizah LM (2011). Keperawatan
usia lanjut. Edisi ke 1.
Yogyakarta: Graha Ilmu, pp: 1-2,
12, 25-27.
9. Yeni Y, Djannah SN, Solikhah
(2010). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian
hipertensi pada wanita usia subur
di Puskesmas Umbulharjo I
Yogyakarta tahun 2009. Jurnal
Kesmas UAD, 4 (2)
Kalangi JA, Umboh A, Pateda V (2015).
Hubungan faktor genetik dengan
tekanan darah pada remaja.
Jurnal e-Clinic (eCl), 3 (1): 66. terhadap densitas reseptor adrenergik-
1. Setiadhi Y, Kawengian SES, Mayulu αID dan kontraktilitas otot polos
N (2016). Analisis faktor yang pembuluh darah tikus. Jurnal
berhubungan dengan kejadian Kedokteran Brawijaya, 14 (2).
hipertensi pada kehamilan di Kota 8 . Houston MC (2011). The importance
Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm), 4 of potassium in managing
(2): 2. hypertension. Curr Hypertens Rep,
2. Kyu Ha S (2014). Dietary salt intake 13: 313-315.
and hypertension. Electrolyte Blood 9 . Bazzano LA, Green T, Harrison TN,
Press, 12: 8-9. Review. Reynolds K (2013). Dietary
3. Larsen MK, Matchkov VV (2016). approaches to prevent hypertension.
Hypertension and physical exercise: Curr Hypertens Rep, 15: 697-698.
The role of oxidative stress. Aarhus, 1 0 . Samadian F, Dalili N, Jamalian A
Aarhus University, pp: 19, 25-26. (2016). Lifestyle modifications to
Review. prevent and control hypertension.
4. Mori Y, Tobina T, Shirasaya K, Iranian Journal of Kidney Diseases,
Kiyonaga A, Shindo M, Tanaka H 10 (5): 244-246.
(2011). Long-term effects of home- 1 1 . Djaelani EKP (2015). Pengaruh sari
based bench-stepping exercise training buah labu siam terhadap perubahan
on healthcare expenditure for elderly tekanan darah pada lansia penderita
Japanese. J Epedemiol, 21 (5): 365. hipertensi di PSTW Budhi Luhur
5. Pestacello LS, MacDonald HV, Kasongan Bantul Yogyakarta.
Lamberti L, Johnson BT (2015). Yogyakarta, Sekolah Tinggi Ilmu
Exercise for hypertension: A Kesehatan ‘Aisyiyah. Naskah
prescription update integrating existing publikasi.
recommendations with emerging Puspito H (2014). Studi komparasi efektivitas
research. Curr Hypertens Rep, 17: 7. pemberian madu, labu siam, labu siam dan
6. Bertschi AP, Burnier M (2004). madu terhadap tekanan darah penderita
Female sex hormones, salt, and blood hipertensi primer di Dusun Pundung
pressure regulation. American Journal Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta.
of Hypertension, 17 (10): 995. Yogyakarta, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
7. Nurdiana (2008). Efek 17β-Estradiol ‘Aisyiyah. Naskah publikasi

Anda mungkin juga menyukai