Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH

KATUP JANTUNG
(Disampaikan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gawat Darurat dan
Manajemen Bencana)

Disusun Oleh:
1. Wahyu Fitri Andriyani (201701021)
2. Dela Aulia (201701043)
3. Widya N. Azizah (201701047)
4. Feronika Sitinjak (201701076)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES MITRA KELUARGA
BEKASI TIMUR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas kuasa dan
rahmatNya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, tanpa adanya
halangan dan hambatan.

Penyusunan makalah “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Pada


Katup Jantung” merupakan salah satu kriteria untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana pada Semester V.

Ucapan terimakasih kami haturkan kepada ibu Ns. Devi Susanti,


M.Kep.,Sp.Kep.MB yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada kami
dalam penyusunan makalah ini. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik- baiknya.

Dalam penyusunan makalah ini, tujuan utama kami yaitu dapat memberikan
manfaat kepada para pembacanya. Semoga dalam makalah ini dapat memberikan
manfaat yang baik bahkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sahari-hari sebagai
perawat.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat jauh dari
kata sempurna. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik beserta saran yang
membangun dari pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik dan lebih
bermanfaat. Untuk itu saran dan kritikan dari para pembaca yang sifatnya
membangun sangat menentukan penyusunan makalah berikutnya menjadi lebih baik
lagi.

Bekasi, 02 Oktober 2019

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


BAB I ........................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 3
B. Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 4
C. Metode Penulisan .......................................................................................................... 5
D. Sistematika Penulisan ................................................................................................... 5
BAB II ...................................................................................................................................... 7
TINJAUAN TEORI ................................................................................................................ 7
A. Konsep Dasar Penyakit .............................................................................................. 7
1. Definisi Kelainan Katup ......................................................................................... 7
2. Anatomi dan Fisiologi Katup ................................................................................. 7
1. Pengkajian ............................................................................................................. 12
2. Diagnosa Keperawatan ......................................................................................... 15
Menurut (Muttaqin, 2009): ............................................................................................. 15
3. Intervensi ............................................................................................................... 15
Daftar Pustaka......................................................................................................................... 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit katup jantung adalah penyakit yang muncul akibat adanya
kelainan atau gangguan pada salah satu atau lebih dari keempat jantung,
sehingga darah akan sulit mengalir ke ruangan atau pembuluh darah
selanjutnya abahkan sebagian darah akan berbalik. Jika terdapat salah satu
atau beberapa dari katub jantung mengalami kelainan, maka seluruh proses
aliran darah termasuk oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh akan terganggu
(Willy, 2015).

Katup yang mengalami gangguan fungsi akan menyebabkan terjadinya


penyakit katup, yaitu inkompetensi katup (insufisiensi katup dan
regurgitasi) atau aliran yang mengalami obstruksi (stenosis) (Grosman,
2005). Stenosis mitral (SM) adalah penyempitan orifisium mitralis yang
menghambat aliran darah ke ventriculum sinistrum selama diastoli.
Demam rematik adalah penyebab utama SM. Pasien awalnya mungkin
tanpa gejala. Tanda dan gejala biasanya muncul 10- 25 tahun setelah
menderita demam rematik.

Penyakit jantung reumatik masih merupakan penyebab utama penyakit


kardiovaskuler di negara berkembang. Diperkirakan 15,6 juta orang
menderita penyakit jantung reumatik di seluruh dunia, dengan sekitar
282.000 kasus baru dan 233.000 kasus kematian karena setiap tahun. Rasio
kejadian antara wanita dan pria adalah 2:1 (Simbolon, 2014).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2001, sebab utama kematian penduduk Indonesia adalah penyakit
kardiovaskuler yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah (26,3%).

3
Ditemukan angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler yang
melibatkan katup jantung adalah stenosis mitral (Simbolon, 2014).

Agar dapat memberikan asuhan keperawatan sebaik – baiknya perlu


mengetahui gejala – gejala dini penyebab serta permasalahannya. Asuhan
keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses serta
asuhan keperawatan yang ditujukan untuk meningkatkan, mencegah,
mengatasi dan memulihkan kesehatan. Peran perawat yang utama adalah
melakukan promosi dan pencegahan terjadinya gangguan pada system
kardiovaskuler ini, yaitu dengan cara memberikan pendidikan kesehatan
yang intensif kepada masyarakat.3
Dengan berbagai masalah dan angka kejadian dari penyakit pada katup
jantung, maka kelompok berinisiatif untuk membuat makalah
mengenaiAsuhan Keperawatan pada pasien dengan masalah pada Katup
Jantung.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan masalah pada Katup Jantung.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i mampu memahami definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksaan medis.
b. Mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian pada klien masalah
pada Katup Jantung.
c. Mahasiswa/i mampu mendiagnosis diagnosa keperawatan pada
klien dengan masalah pada Katup Jantung.
d. Mahasiswa/i mampu merencanakan tindakan keperawatan pada
klien dengan masalah pada Katup Jantung.

4
e. Mahasiswa/i mampu melaksanakan rencana tindakan keperawatan
pada klien dengan masalah pada Katup Jantung.
f. Mahasiswa/i mampu mengevaluasi kondisi klien dengan masalah
pada Katup Jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan.
g. Mahasiswa/i mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori
dengan kasus klien dengan masalah pada Katup Jantung.
h. Mahasiswa/i mampu mengidentifikasi faktor pendukung dan
penghambat asuhan keperawatan pada klien dengan masalah pada
Katup Jantung.
i. Mahasiswa/i mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan
pada klien dengan masalah pada Katup Jantung.

C. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskritif dengan pendekatan
studi kasus dan studi kepustakaan adalah mencari refrensi berupa buku,
ebooks, dan e-journal.

D. Sistematika Penulisan

Dalam pembuatan makalah ini, kelompok menuliskan isi makalah dengan


susunan halaman judul, halaman kata pengantar, halaman daftar isi.

Bab I pendahuluan yang terdiri atas latar belakang yang berisi tentang
alasan pemilihan tema dalam pembuatan makalah, tujuan berisi tentang
tujuan yang akan dicapai dengan pembuatan makalah, metode penulisan
berisi menggunakan metode studi kepustakaan yaitu penulis mencari teori
yang diperoleh melalui buku, e-books, jurnal, studi kasus, dan sistem
penulisan.

Bab II tinjauan teori berisi tentang pembahasan ilmu ataupun teori yang
sudah pernah dibahas oleh para ahli berkaitan dengan tema makalah
yang dipilih berisi definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksaan medis, dan konsep
asuhan keperawatan padaklien dengan masalah pada Katup Jantung ,

5
konsep Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah pada Katup
Jantung.

Bab III penutup yang terdiri atas kesimpulan berisi tentang simpulan akhir
dari pembahasan yang sudah dibuat, saran yang berisi usulan dan saran
dari kelompok terkait dari isi dari makalah.

Daftar pustaka yang berisi seluruh sumber yang digunakan dalam


pembuatan makalah/paper. Daftar pustaka dapat berupa buku, majalah,
informasi dari situs internet dan lain-lain.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi Kelainan Katup

Penyakit katup jantung adalah suatu kondisi di mana katup jantung


Anda tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ada empat katup di
dalam jantung Anda. Katup-katup ini bertanggung jawab untuk
membantu mengalirkan darah ke arah yang benar. Setiap kali jantung
berdetak, katup membuka dan menutup sekali. Ketika fungsi
pembukaan dan penutupan jantung mengalami kerusakan, ini dapat
mengganggu aliran darah. Penyakit katup jantung juga mencakup
kondisi apapun yang berhubungan dengan katup, seperti stenosis
karotid. Penyakit katup jantung dapat menyebabkan banyak gangguan
jantung lainnya, seperti hipertensi dan gagal jantung (Aprilia L. , 2016)

2. Anatomi dan Fisiologi Katup

Katup jantung berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah


melalui bilik-bilik jantung. Ada dua jenis katup jantung : katup
Atrioventrikularis (AV), yang memisahkan atrium dan ventrikel dan
katup Semilunaris yang memisahkan arteria pulmonalis dan aorta dari
ventrikel yang bersangkutan. Katup katup ini membukan dan menutup
secara pasif, menanggapi tekanan dan volume dalam bilik dan
pembuluh darah jantung (Syarifuddin, 2006).

Katup jantung terdiri dari:

a. Katup Atrioventikuler

Merupakan katup yang terletak antara atrium dan ventrikel. Katup


yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan ini
mempunyai tiga buah daun katup yang disebut katup trikuspidalis;
sedangkan katup yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri

7
mempunyai dua katup yang disebut katup mitral. Katup
atrioventrikuler memungkinkan darah mengalir dari masing-
masing atrium ke ventrikel pada fase diastolik ventrikel (dilatasi)
dan mencegah aliran balik pada fase sistolik ventrikel (kontraksi).

b. Katup Semilunar

Terdiri dari dua katup yaitu katup semilunar pulmonar dan katup
semilunar aorta. Katup semilunar pulmonar terletak pada arteri
pulmonaris, memisahkan arteri pulmonaris dengan ventrikel kanan.
Katup semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.

Kedua katup semilunar ini mempunyai bentuk yang sama, terdiri


dari 3 daun katup simetris yang menonjol menyerupai corong yang
dikaitkan dengan sebuah cincin serabut. Adanya katup semilunar
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke
arteri pulmonaris atau aorta selama fase sistolik ventrikel dan
mencegah aliran balik waktu diastolik ventrikel.

3. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat
dibagi atas reumatik dan nonreumatik (degenaratif, endokarditis,
penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, trauma, dan
sebagainya). Di negara berkembang seperti Indonesia, penyebab
terbanyak insufisiensi mitral adalah demam reumatik.

4. Manifestasi Klinis
Penyakit katup jantung dapat mengakibatkan berbagai gejala. Tanda-
tanda dan gejala penyakit katup jantung yang umum adalah:
a. Sesak napas
b. Palpitasi jantung
c. Kelelahan
d. Ketidaknyamanan atau nyeri di dada
e. Pusing atau kelemahan

8
f. Pingsan
g. Sakit kepala
h. Batuk
i. Edema paru-paru
j. Udema ekstremitas
k. Berat badan meningkat dengan cepat (Aprilia L. , 2016)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Kateterisasi jantung : untuk menentukan luas dan jenis
penyumbatannya. Gradien tekanan (pada distole) antara atrium
kiri dan ventrikel kiri melewati katup mitral, penurunan orivisium
katup (1,2 cm), peninggian tekana atrium kiri, arteri pulmonal, dan
ventrikel kanan, penurunan curah jantung.
b. Ventrikulografi Kiri : digunakan untuk mendemonstrasikan prolaps
katup mitral
c. ECG (Eco Cardiografi) : pembesaran atrium kiri, hipertropi
ventrikel kanan, fibrilasi atrium kronis.
d. Sinar X dada : pembesaran ventrikel kanan dan atrium dan atrium
kiri, peningkatan vaskular, tanda-tanda kongesti/edema pulmonal.
e. Ekokardiogram : dua dimensi dan ekokardiografi doppler dapat
memastikan masalah katup. Pada stenosis mitral pembesaran
atrium atrium kiri, perubahan gerakan daun-daun katup.
f. Elektrokardiogram (teknik penggambaran) jantung dengan
menggunakan gelombang ultrasonik (Willy, 2015).

6. Komplikasi

a. Fibrilasi atrium

Fibrilasi atrium ditemukan antara 40-50% pada stenosis mitral yang


simtomatis, walaupun hanya sedikit hubungannya antara fibrilasi
atrium dengan beratnya stenosis. Mekanisme timbulnya fibrilasi
atrium belum diketahui secara jelas. Adanya peningkatan tekanan
pada atrium kiri yang lama cenderung menimbulkan hipertrofi dan
dilatasi atrium kiri, dan perubahan struktur ini diduga dapat

9
merubah keadaan elektrofisiologi atrium kiri, yang merupakan
faktor predeposisi untuk menimbulkan aritmia atrium.

Pada fibrilasi atrium kronik biasanya ditemukan fibrosis internodal


tract dan perubahan struktur SA node, tetapi perubahan ini juga
ditemukan pada semua keadaan yang memperlihatkan fibrilasi
atrium disamping karena penyakit jantung reumatik. Fibrilasi
atrium biasanya ditemukan pada pasien dengan usia diatas 40
tahun.

b. Emboli sistemik

Emboli sistemik merupakan komplikasi yang serius pada stenosis


mitral. Lebih 90% emboli sistemik berat berasal dari jantung dan
penyakit jantung reumatik. Pasien penyakit jantung reumatik yang
mengalami embolisasi terutama terjadi pada pasien dengan
kerusakan katup mitral, dan stenosis mitral. Diduga antara 9-20%
pasien penyakit jantung reumatik yang menyerang katup mitral
mengalami embolisasi. Sekitar dua pertiga pasien mengalami
stenosis mitral dengan konplikasi emboli ditemukan fibrilasi
atrium; semakin tua usia, walau tanpa fibrilasi atrium ,semakin
cenderung timbul komplikasi emboli. Mortalitas akibat emboli
serebri sekitar 50%, sedangkan mortalitas keseluruhan diduga
sekitar 15%.

c. Hipertensi pulmonal dan dekompensasi jantung

Hipertensi pulmonal dan dekompensasi jantung merupakan


keadaan lanjut akibat perubahan hemodinamik yang timbul karena
stenosis mitral, dimana mekanisme adaptasi fisiologis sudah
dilampaui.

d. Endokarditis

pasien dengan katup jantung normal, sel dalam tubuh akan


mengahancurkan baktri-bakteri penyebab endokarditis. Tetapi pada

10
katub jantung yang rusak dapat menyebabkan bakteri tersebut
tersangkut pada katup tersebut (Medicastore, 2012).

e. Prolaps Katub Mitral (MVP)

Selama ventrikel berkontraksi daun katub menonjol ke dalam


atrium kiri kadang-kadang memungkinkan terjadinya kebocoran
(regurgitasi) sejumlah kecil darah ke dalam atrium. Penyakit ini
ditandai dengan penimbunan substansi dasar longgar di dalam daun
dan korda katub mitral, yang menyebabkan katub menjadi floopy
dan inkompeten saat sistol. MVP jarang menyebabkan masalah
jantung yang serius namun bisa menjadi penyulit sindrom marfan
atau penyakit jaringan ikat serupa dan pernah dilaporkan sebagai
penyakit dominan autosomal yang berkaitan dengan kromosom
16p. Sebagian besar timbul sebagai kasus yang sporadik.

7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan dalam kelainan katup dapat dilakukan dengan prinsip
yang mendasari semua kelainan katup. Indikasi untuktindakan bedah
adalah gejala imtrusif (sesak nafas, mudah lelah) yang terjadi,
walaupun telah diberi obat-obatan atau adanya penurunan fungsi
ventrikel kiri progresif tanpa disertai gejala (misalnya pada regurgitasi
mitral). Jenis-jenis pembedahan yang dilakukan adalah (Davey, 2003):
a. Komisurotomi dilakukan pada stenosi aorta atau pulmonal
kongenital, dan pada sebagian kasus stenosis mitral reumatik.
b. Perbaikan katup bisa dilakukan pada sebagian kasus regurgitasi
katup mitral
c. Penggantian katup dengan katup buatan. Terdapat dua jenis
katup buatan : pertama katup mekanik sintetis (misalnya
terbuat antikoagulan seumur hidup untuk mencegah
tromboemboli. Katup ini tahan lama, bisa sampai 20 tahun.
Bentuk katup kedua adalah katup dari hewan (xenograft) atau
manusia (homograft). Tidak diperlukan antikoagulan jangka
panjang karena risiko terjadinya tromboemboli lebih rendah,

11
fungsi hemodinamiknya lebih baik, tetapi hanya bisa bertahan
sampai 10 tahun atau kurang.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


Menurut (Majid, 2000)
1. Pengkajian
a. Primer

b. Airway

Bersihan jalan napas klien bisa terganggu karena produksi


sputum pada gagal jantung kiri

1) Breathing

a) Kongesti vaskuler pulmonal

Gejala–gejala kongesti vaskuler pulmonal adalah


dispnea,ortopnea,dispnea noktural
paroksismal,batuk,dan edema pulmonal akut

b) Dispnea,dikarakteristikan dengan pernapasan


cepat,dangkal dan keadaan yang menunjukkan bahwa
klien sulit mendapatkan udara yang cukup,yang
menekan klien.terkadang klien mengeluh adanya
insomnia,gelisah,atau kelemahan yang di sebabkanoleh
dispnea.

c) Ortopnea ,ketidakmampuan untuk berbaring datar


karena dispnea,adalah keluhan umum lain dari gagal
ventrikel kiri yang berhubungan dengan kongesti
vaskuler pulmonal.perawat harus menentukan apakah
ortopnea benar – benar berhubungan dengan penyakit
jantung atau apakah peninggian kepala saat tidur adalah
kebiasaan klien belaka.sebagai contoh,bila klien
menyatakan bahw ia terbiasa menggunakan tiga bantal

12
saat tidur.tetapi,perawat harus menanyakan alasan klien
tidur dengan menggunakan tiga bantal. Bila klien
mengatakan bahwa ia melakukan ini karena menyukai
tidur dengan ketinggian ini dan telah di lakukan sejak
sebelum mempunyai gejala gangguan jantung,kondisi
ini tidak tepat di anggap sebagai ortopnea.

d) Dispnea nokturnal paroksismal ( DNP ) adalah keluhan


yang di kenal baik oleh klien yaitu klien biasanya
terbangun di tengah malam karena mengalami napas
pendek yang hebat. Dispnea nokturnal paroksismal di
perkirakan di sebabkan oleh perpindahan cairan dari
jaringan ke dalam kompartemen intravaskuler sebagai
akibat dari posisi telentang. Pada siang hari,saat klien
melakukan aktivitas,tekanan hidrostatisk vena
meningkat,khususnya pada bagian bawah tubuh karena
adanya gravitasi,peningkatan volume cairan,dan
peningkatan tonus sismpatetik. Dengan peningkatan
tekanan hidrostatik ini,sejumlah cairan keluar masuk ke
area jaringan secara normal. Namun,dengan posisi
telentang. Tekanan pada kapiler – kapiler dependen
menurun dan cairan di serap kembali ke dalam
sirkulasi. Peningkatan volume cairan dalam sirkulasi
akan memberikan sejulmlah tambahan drah yang di
alirkan ke jantung untuk di pompa tiap menit (
peningkatan beban awal ) dan memberikan beban
tambahan pada dasar vaskuler pulmonal yang telah
mengalami kongesti. Mengingat bahwa DNP terjadi
bukan hanya pada malam hari tetapi dapat terjadi kapan
saja,klien harus di berikan tirah baring selama
perawatan akut di rumah sakit

e) Batuk iritatif adalah salah satu gejala dari kongesti


vaskuler pulmonal yang sering tidak menjadi perhatian

13
tetapi dapat merupakan gejala dominan.batuk ini dapat
produktif tetapi biasanya kering dan batuk
pendek.gejala ini di hubungkan dengan kongesti
mukosa bronchial dan berhubungan dengan
peningkatan produksi mucus.

f) Edema pulmonal akut adalah gambaran klinis paling


bervariasi di hubungkan dengan kongesti vaskuler
pulmonal.edema pulmonal akut ini terjadi bila tekanan
kapiler pulmonal melebihi tekanan yang cenderung
mempertahankan cairan di dalam saluran vaskuler (
kurang lebih 30 mmHg). Pada tekanan ini,akan terjadi
transduksi ciran ke dalam alveoli,namun sebaliknya
tekanan ini akan menurunkan tersedianya area untuk
transport normal oksigen dan karbon dioksida dari
darah dalam kapiler pulmonal.

g) Edema pulmonal akut di cirikan oleh dispnea


hebat,batuk,ortopnea,ansietas,sianosis,berkeringat,kelai
nan bunyi pernapasan,dan sangat sering nyeri dada dan
sputum berwarna merah muda,berbusa yang keluar Dari
mulut.ini memerlukan kedaruratan medis dan harus di
tangani dengan cepat dan tepat.

2) Circulation
B2 ( Blood )
a) Inspeksi: Inspeksi tentang adanya parut pada
dada,keluhan kelemahan fisik,dan adanya edema
ekstremitas
b) Palpasi :Denyut nadi periver melemah. Thrill
biasanya di temukan.
c) Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun
akibat penurunan volume sekuncup.bunyi jantung

14
tambahan akibat kelainan katup biasanya di
temukan apabila penyebab gagal jantung adalah
kelainan katup.
d) Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran yang
menunjukkan adanya hipertrofi ( kardiomegali )

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Muttaqin (2006):

a. Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan perembesan


cairan , kongesti paru akibat sekunder dari perubahan membran
kapiler alveoli, dan retensi cairan intertestinal.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi
mukus yang kental, hemoptisis, kelemahan, upaya batuk buruk,
dan edema trakeal/faringeal..
c. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan
ketidakmampuan ventrikel kiri untuk memompa darah.
d. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan penurunan curah
jantung kejaringan.

3. Intervensi

a. Diagnosis 1 : Pola nafas tidak efektif yang berhubungan


dengan perembesan cairan , kongesti paru akibat sekunder dari
perubahan membran kapiler alveoli, dan retensi cairan intertestinal.
1) Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam . Pola nafas
kembali efektif
2) Kriteria evaluasi : pola nafas klien kembali efektif, frekuensi
pernafasan dalam batas normal 16-20x/mnt, respons batuk
berkurang, output urine 30ml/jam
3) Intervensi
a) Auskultasi bunyi nafas (krakles)

15
Rasional: indikasi edema paru, akibat sekunder
dekompensasi jantung
b) Kaji adanya edema
Rasional: waspada adanya gagal kongesti atau kelebihan
volume cairan
c) Ukur intake dan output
Rasional: penurunan curah jantung mengakibatkan
gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan
pengeluaran urine.
d) Timbang berat badan
Rasional: perubahan tiba-tiba dari berat dengan
menunjukan gangguan keseimbangan cairan
e) Pertahankan pemasukan total cairan 2L/24jam dalam
toleransi kardiovaskular
Rasional: memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa,
tetapi memerlukan pembatasan dengan dekompensasi
jantung.
f) Berikan diet tanpa garam (kolaborasi)
Rasional: natrium meingkatkan retensi cairan dan
meningkatkan volume plasma yang berdampak terhadap
peningkatan beban kerja jantung dan akan meningkatkan
kebutuhan miokardium meningkat
g) Berikan diuretik seperti furosemide, spinolakton,
hidronolakton (kolaborasi)
Rasional: diuretik bertujuan untuk menurunkan volume
plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga
menurunkan risiko terjadinya edema paru.
h) Pantau data laboratorium elektrolit kalium (kolaborasi)
Rasional: Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi

b. Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan


penurunan curah jantung kejaringan

16
1) Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam aktivitas sehari-hari klien
terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas.
2) Kriteria evaluasi : klien menunjukkan peningkatan
kemampuan beraktivitas atau mobilisasi ditempat tidur,
frekuensi pernafasan dalam batas normal
3) Intervensi
a) Catat frekuensi dan irama jantung serta perubahan TD,
selama dan sesudah beraktivitas
Rasional: respons klien terhadap aktivitas dapat
mengidikasikan penurunan oksigen miokard
b) Tingkatan istirahat, batasi aktivitas dan berikan aktivitas
senggang yang tidak berat
Rasional: menurunkan kerja miokard/knsumsi oksigen
c) Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan
abdomen misalnya, mengejan saat defekasi
Rasional: dengan mengejan dapat mengakibatkan
bradikardi, menurunkan curah jantung dan takikardia, serta
peningkatan tekanan darah
d) Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas,
contoh bangun dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi dan
istirahat selama 1 jam setelah makan
Rasional: aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung,
meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas berlebihan
e) Pertahankan klien tirah baring sementara sakit akut
Rasional: untuk mengurangi beban jantung
f) Tingkatkan klien duduk di kursi dan tinggikan kaki klien
Rasional: untuk meningkatkan venous return
g) Pertahankan rentang gerak positif selama sakit kritis
Rasional: meningkatkan kontraksi otot, sehingga membantu
venous return
h) Berikan waktu istirahat diantara waktu istirahat

17
Rasional: untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi
tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja jantung
i) Pertahankan penambahan O2 sesuai kebutuhan
Rasional: untuk meningkatkan oksigenasi jaringan
j) Berikan diet sesuai kebutuhan (pembatasan air dan Na)
Rasional: mencegah retensi cairan dan edema akibat
penurunan kontraktilitas jantung
k) Rujukan ke program rehabilitas jantung
Rasional: meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk
pemakaian miokardium sekaligus mengurangi
ketidaknyamanan karena iskemia

c. Diagnosis 3 : Penurunan curah jantung yang berhubungan


dengan ketidakmampuan ventrikel untuk memompa darah.

1) Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam, penurunan curah jantung


dapat teratasi dan menunjukkan tanda vital dalam batas yang
dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilan dan bebas gejala
gagal jantung, misalnya parameter hemodinamika dalam batas
normal, output urine adekuat).

2) Kriteria evaluasi : Klien melaporkan penurunan dispnea,


berperan dalam aktivitas mengurangi beban kerja jantung,
tekanan darah dalam batas normal 120/80 mmHg, nadi 80
x/menit, tidak terjadi aritmia, denyut jantung dan irama jantung
teratur, CRT kurang dari 3 detik.

3) Intervensi

a) Kaji dan laporkan penurunan curah jantung

Rasional: Kejadian mortalitas dan mobilitas sehubungan


dengan infark miokardium yang lebih dari 24 jam pertama.

b) Catatlah bunyi jantung

18
Rasional: S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya
kerja pompa, irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan
sebagai aliran darahn ke dalam serambi yang distensi;
murmur dapat menunjukkan inkompetensi atau stenosis
mitral.

c) Palpasi nadi perifer

Rasional: Tanda penurunan curah jantung dapat


diperlihatkan dengan ciri menurunnya nadi, radia, popliteal,
dorsalis pedis, dan post-tibal, nadi mungkin cepat hilang
atau tidak teratur untuk dipalpasi, dan gangguan pulpasi
denyut kuat

d) Pantau ourput urine, catat output dan kepekatan atau


konsistensi urine

Rasional: Ginjal berespons terhadap penurunan curah


jantung dengan mereabsorpsi cairan dan natrium. Output
urine biasanya menurun selama tiga hari karena
perpindahan cairan ke jaringan. Akan tetapi, output urine
dapat meningkat pada malam hari, sehingga cairan
berpindah kembali ke sirkulasi bila klien tidur.

e) Istirahat klien dengan baring oprimal

Rasional: Istirahat akan mengurangi kerja


jantung,meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan
menurunkan tekanan darah. Lamanya berbaring juga
merangsang dieresis karena berbaring akan memperbaiki
perfusi ginjal.

f) Atur posisi tirah baring yang ideal. Kepala tempat tidur


harus ditinggikan 20-30 cm atau klien didudukan di kursi

Rasional: Dengan posisi ini, aliran balik vena ke jantung


(preload) dan paru berkurang, kongesti paru berkurang dan
penekanan hepar ke diafragma menjadi minimal. Lengan

19
bawah harus disokong dengan bantal untuk mengurangi
kelelahan otot bahu akibat berat lengan yang menarik
secara terus-menerus.

g) Berikan istirahat psikologi dengan lingkungan yang tenang

Rasional: Stress emosi menghasilkan respons vasokontriksi


yang terkait langsung dengan peningkatan tekanan darah,
frekuensi, dan kerja jantung

h) Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau


masker sesuai indikasi

Rasional: Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan


miokardium untuk melawan efek hipoksia atau iskemia.

i) Kolaborasi untuk pemberian diet jantung

Rasional: Rasional dukungan diet adalah mengatur diet,


sehingga kerja dan ketegangan otot jantung minimal dan
status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola
makan klien.

j) Pemberian carian intravena, pembatasan jumlah total cairan


dan natrium

Rasional: Karena adanya peningkatan tekanan ventrikel


kiri, klien tidak dapat menoleransi peningkatan volume
cairan (preload) klien juga mengeluarkan sedikit natrium
yang menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan kerja
miokardium.

k) Pantau serial EKG dan perubahan foto rotngen toraks

Rasional: Depresi segmen ST dan datanya gelombang T


dapat terjadi karena peningkatan kebutuhan oksigen. Foto
rontgen toraks dapat menunjukkan pembesaran jantung dan
perubahan kongesti pulmonal.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Katup jantung berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah


melalui bilik-bilik jantung. Ada dua jenis katup jantung : katup atrioventrikularis
(AV), yang memisahkan atrium dan ventrikel dan katup semilunaris yang
memisahkan arteria pulmonalis dan aorta dari ventrikel yang bersangkutan. Katup
katup ini membukan dan menutup secara pasif, menanggapi tekanan dan volume
dalam bilik dan pembuluh darah jantung.

Bila salah satu katup tidak terbuka atau tertutup dengan baik maka
akan mempengaruhi aliran darah, bila katup tidak dapat membuka secara
sempurna (biasanya karena stenosis), akibatnya aliran darah melalui katup
tersebut akan berkurang. Bila katup tidak dapat menutup secara sempurna
darah akan mengalami kebocoran sebagai proses yang disebut regurgitasi
atau insufisiensi.

B. Saran

Adapun saran kami pada penulisan makalah diharapkan bagi mahasiswa


yang membaca makalah ini dapat manfaat untuk penambahan ilmu dalam
proses perkuliahaan.

21
Daftar Pustaka

Aprilia, L. (2016). Penyakit Katup Jantung. Hallosehat.com, 1.

Davey, P. (2003). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

Majid, A. (2000). Asuhan keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.

Simbolon. (2014). Dukungan Sosial Keluarga dan Pencegahan Komplikasi. Jurnal


Keperawatan Pelita Harapan, 1.

Syarifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta:


EGC.

Willy, T. (2015). Penyakit Katup Jantung. Alodokter.

22
Infeksi Bakteri

Lanjut Usia Demam Reumatik kehamilan kardiomyopati

Kelainan Katup Jantung

Kelainan Katup Kelainan Katup Aorta


Mitral

Regurgitasi Stenosis Katup


Regurgitasi Stenosis Mitral Katup Aorta Aorta
Mitral
Dilatasi Beban
Dilatasi Hipertropi Ventrikel Kiri Ventrikel Kiri
Ventrikel Kiri Atrium

Hipertropi Tekanan Untuk


Hipertrofi Ventrikel Kiri Mempertahankan
Dilatasi
Atrium Kiri Perfusi Perifer
Atrium Kiri
Sirkulasi Perifer
Dilatasi Hipodinamik Tekanan akhir
Atrium Kiri Kongesti Diastol
Vena Meningkat
Pulmonalis Sianosis Pada Ujung
Hipertropi Jari dan Kaki
Atrium Kiri
Kongesti
Paru-paru Penurunan
Curah Jantung
Hipertropi
Sesak Nafas Hipertensi
Ventrikel
Pulmonalis
Kanan Edema Paru

Gangguan Pola Napas Curah Jantung


Pertukaran Gas Tidak Efektif Menetap

Nyeri Dada, Kondisi dan Gagal Denyut Jantung Peningkatan


Intoleransi Pronosis Jantung Cepat tekanan
Aktifitas Penyakit atrium Kiri
23

Anda mungkin juga menyukai