KATUP JANTUNG
(Disampaikan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gawat Darurat dan
Manajemen Bencana)
Disusun Oleh:
1. Wahyu Fitri Andriyani (201701021)
2. Dela Aulia (201701043)
3. Widya N. Azizah (201701047)
4. Feronika Sitinjak (201701076)
Puji syukur, kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas kuasa dan
rahmatNya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, tanpa adanya
halangan dan hambatan.
Dalam penyusunan makalah ini, tujuan utama kami yaitu dapat memberikan
manfaat kepada para pembacanya. Semoga dalam makalah ini dapat memberikan
manfaat yang baik bahkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sahari-hari sebagai
perawat.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat jauh dari
kata sempurna. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik beserta saran yang
membangun dari pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik dan lebih
bermanfaat. Untuk itu saran dan kritikan dari para pembaca yang sifatnya
membangun sangat menentukan penyusunan makalah berikutnya menjadi lebih baik
lagi.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit katup jantung adalah penyakit yang muncul akibat adanya
kelainan atau gangguan pada salah satu atau lebih dari keempat jantung,
sehingga darah akan sulit mengalir ke ruangan atau pembuluh darah
selanjutnya abahkan sebagian darah akan berbalik. Jika terdapat salah satu
atau beberapa dari katub jantung mengalami kelainan, maka seluruh proses
aliran darah termasuk oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh akan terganggu
(Willy, 2015).
3
Ditemukan angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler yang
melibatkan katup jantung adalah stenosis mitral (Simbolon, 2014).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan masalah pada Katup Jantung.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i mampu memahami definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksaan medis.
b. Mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian pada klien masalah
pada Katup Jantung.
c. Mahasiswa/i mampu mendiagnosis diagnosa keperawatan pada
klien dengan masalah pada Katup Jantung.
d. Mahasiswa/i mampu merencanakan tindakan keperawatan pada
klien dengan masalah pada Katup Jantung.
4
e. Mahasiswa/i mampu melaksanakan rencana tindakan keperawatan
pada klien dengan masalah pada Katup Jantung.
f. Mahasiswa/i mampu mengevaluasi kondisi klien dengan masalah
pada Katup Jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan.
g. Mahasiswa/i mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori
dengan kasus klien dengan masalah pada Katup Jantung.
h. Mahasiswa/i mampu mengidentifikasi faktor pendukung dan
penghambat asuhan keperawatan pada klien dengan masalah pada
Katup Jantung.
i. Mahasiswa/i mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan
pada klien dengan masalah pada Katup Jantung.
C. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskritif dengan pendekatan
studi kasus dan studi kepustakaan adalah mencari refrensi berupa buku,
ebooks, dan e-journal.
D. Sistematika Penulisan
Bab I pendahuluan yang terdiri atas latar belakang yang berisi tentang
alasan pemilihan tema dalam pembuatan makalah, tujuan berisi tentang
tujuan yang akan dicapai dengan pembuatan makalah, metode penulisan
berisi menggunakan metode studi kepustakaan yaitu penulis mencari teori
yang diperoleh melalui buku, e-books, jurnal, studi kasus, dan sistem
penulisan.
Bab II tinjauan teori berisi tentang pembahasan ilmu ataupun teori yang
sudah pernah dibahas oleh para ahli berkaitan dengan tema makalah
yang dipilih berisi definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksaan medis, dan konsep
asuhan keperawatan padaklien dengan masalah pada Katup Jantung ,
5
konsep Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah pada Katup
Jantung.
Bab III penutup yang terdiri atas kesimpulan berisi tentang simpulan akhir
dari pembahasan yang sudah dibuat, saran yang berisi usulan dan saran
dari kelompok terkait dari isi dari makalah.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. Katup Atrioventikuler
7
mempunyai dua katup yang disebut katup mitral. Katup
atrioventrikuler memungkinkan darah mengalir dari masing-
masing atrium ke ventrikel pada fase diastolik ventrikel (dilatasi)
dan mencegah aliran balik pada fase sistolik ventrikel (kontraksi).
b. Katup Semilunar
Terdiri dari dua katup yaitu katup semilunar pulmonar dan katup
semilunar aorta. Katup semilunar pulmonar terletak pada arteri
pulmonaris, memisahkan arteri pulmonaris dengan ventrikel kanan.
Katup semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
3. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat
dibagi atas reumatik dan nonreumatik (degenaratif, endokarditis,
penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, trauma, dan
sebagainya). Di negara berkembang seperti Indonesia, penyebab
terbanyak insufisiensi mitral adalah demam reumatik.
4. Manifestasi Klinis
Penyakit katup jantung dapat mengakibatkan berbagai gejala. Tanda-
tanda dan gejala penyakit katup jantung yang umum adalah:
a. Sesak napas
b. Palpitasi jantung
c. Kelelahan
d. Ketidaknyamanan atau nyeri di dada
e. Pusing atau kelemahan
8
f. Pingsan
g. Sakit kepala
h. Batuk
i. Edema paru-paru
j. Udema ekstremitas
k. Berat badan meningkat dengan cepat (Aprilia L. , 2016)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Kateterisasi jantung : untuk menentukan luas dan jenis
penyumbatannya. Gradien tekanan (pada distole) antara atrium
kiri dan ventrikel kiri melewati katup mitral, penurunan orivisium
katup (1,2 cm), peninggian tekana atrium kiri, arteri pulmonal, dan
ventrikel kanan, penurunan curah jantung.
b. Ventrikulografi Kiri : digunakan untuk mendemonstrasikan prolaps
katup mitral
c. ECG (Eco Cardiografi) : pembesaran atrium kiri, hipertropi
ventrikel kanan, fibrilasi atrium kronis.
d. Sinar X dada : pembesaran ventrikel kanan dan atrium dan atrium
kiri, peningkatan vaskular, tanda-tanda kongesti/edema pulmonal.
e. Ekokardiogram : dua dimensi dan ekokardiografi doppler dapat
memastikan masalah katup. Pada stenosis mitral pembesaran
atrium atrium kiri, perubahan gerakan daun-daun katup.
f. Elektrokardiogram (teknik penggambaran) jantung dengan
menggunakan gelombang ultrasonik (Willy, 2015).
6. Komplikasi
a. Fibrilasi atrium
9
merubah keadaan elektrofisiologi atrium kiri, yang merupakan
faktor predeposisi untuk menimbulkan aritmia atrium.
b. Emboli sistemik
d. Endokarditis
10
katub jantung yang rusak dapat menyebabkan bakteri tersebut
tersangkut pada katup tersebut (Medicastore, 2012).
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan dalam kelainan katup dapat dilakukan dengan prinsip
yang mendasari semua kelainan katup. Indikasi untuktindakan bedah
adalah gejala imtrusif (sesak nafas, mudah lelah) yang terjadi,
walaupun telah diberi obat-obatan atau adanya penurunan fungsi
ventrikel kiri progresif tanpa disertai gejala (misalnya pada regurgitasi
mitral). Jenis-jenis pembedahan yang dilakukan adalah (Davey, 2003):
a. Komisurotomi dilakukan pada stenosi aorta atau pulmonal
kongenital, dan pada sebagian kasus stenosis mitral reumatik.
b. Perbaikan katup bisa dilakukan pada sebagian kasus regurgitasi
katup mitral
c. Penggantian katup dengan katup buatan. Terdapat dua jenis
katup buatan : pertama katup mekanik sintetis (misalnya
terbuat antikoagulan seumur hidup untuk mencegah
tromboemboli. Katup ini tahan lama, bisa sampai 20 tahun.
Bentuk katup kedua adalah katup dari hewan (xenograft) atau
manusia (homograft). Tidak diperlukan antikoagulan jangka
panjang karena risiko terjadinya tromboemboli lebih rendah,
11
fungsi hemodinamiknya lebih baik, tetapi hanya bisa bertahan
sampai 10 tahun atau kurang.
b. Airway
1) Breathing
12
saat tidur.tetapi,perawat harus menanyakan alasan klien
tidur dengan menggunakan tiga bantal. Bila klien
mengatakan bahwa ia melakukan ini karena menyukai
tidur dengan ketinggian ini dan telah di lakukan sejak
sebelum mempunyai gejala gangguan jantung,kondisi
ini tidak tepat di anggap sebagai ortopnea.
13
tetapi dapat merupakan gejala dominan.batuk ini dapat
produktif tetapi biasanya kering dan batuk
pendek.gejala ini di hubungkan dengan kongesti
mukosa bronchial dan berhubungan dengan
peningkatan produksi mucus.
2) Circulation
B2 ( Blood )
a) Inspeksi: Inspeksi tentang adanya parut pada
dada,keluhan kelemahan fisik,dan adanya edema
ekstremitas
b) Palpasi :Denyut nadi periver melemah. Thrill
biasanya di temukan.
c) Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun
akibat penurunan volume sekuncup.bunyi jantung
14
tambahan akibat kelainan katup biasanya di
temukan apabila penyebab gagal jantung adalah
kelainan katup.
d) Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran yang
menunjukkan adanya hipertrofi ( kardiomegali )
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
15
Rasional: indikasi edema paru, akibat sekunder
dekompensasi jantung
b) Kaji adanya edema
Rasional: waspada adanya gagal kongesti atau kelebihan
volume cairan
c) Ukur intake dan output
Rasional: penurunan curah jantung mengakibatkan
gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan
pengeluaran urine.
d) Timbang berat badan
Rasional: perubahan tiba-tiba dari berat dengan
menunjukan gangguan keseimbangan cairan
e) Pertahankan pemasukan total cairan 2L/24jam dalam
toleransi kardiovaskular
Rasional: memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa,
tetapi memerlukan pembatasan dengan dekompensasi
jantung.
f) Berikan diet tanpa garam (kolaborasi)
Rasional: natrium meingkatkan retensi cairan dan
meningkatkan volume plasma yang berdampak terhadap
peningkatan beban kerja jantung dan akan meningkatkan
kebutuhan miokardium meningkat
g) Berikan diuretik seperti furosemide, spinolakton,
hidronolakton (kolaborasi)
Rasional: diuretik bertujuan untuk menurunkan volume
plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga
menurunkan risiko terjadinya edema paru.
h) Pantau data laboratorium elektrolit kalium (kolaborasi)
Rasional: Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi
16
1) Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam aktivitas sehari-hari klien
terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas.
2) Kriteria evaluasi : klien menunjukkan peningkatan
kemampuan beraktivitas atau mobilisasi ditempat tidur,
frekuensi pernafasan dalam batas normal
3) Intervensi
a) Catat frekuensi dan irama jantung serta perubahan TD,
selama dan sesudah beraktivitas
Rasional: respons klien terhadap aktivitas dapat
mengidikasikan penurunan oksigen miokard
b) Tingkatan istirahat, batasi aktivitas dan berikan aktivitas
senggang yang tidak berat
Rasional: menurunkan kerja miokard/knsumsi oksigen
c) Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan
abdomen misalnya, mengejan saat defekasi
Rasional: dengan mengejan dapat mengakibatkan
bradikardi, menurunkan curah jantung dan takikardia, serta
peningkatan tekanan darah
d) Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas,
contoh bangun dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi dan
istirahat selama 1 jam setelah makan
Rasional: aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung,
meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas berlebihan
e) Pertahankan klien tirah baring sementara sakit akut
Rasional: untuk mengurangi beban jantung
f) Tingkatkan klien duduk di kursi dan tinggikan kaki klien
Rasional: untuk meningkatkan venous return
g) Pertahankan rentang gerak positif selama sakit kritis
Rasional: meningkatkan kontraksi otot, sehingga membantu
venous return
h) Berikan waktu istirahat diantara waktu istirahat
17
Rasional: untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi
tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja jantung
i) Pertahankan penambahan O2 sesuai kebutuhan
Rasional: untuk meningkatkan oksigenasi jaringan
j) Berikan diet sesuai kebutuhan (pembatasan air dan Na)
Rasional: mencegah retensi cairan dan edema akibat
penurunan kontraktilitas jantung
k) Rujukan ke program rehabilitas jantung
Rasional: meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk
pemakaian miokardium sekaligus mengurangi
ketidaknyamanan karena iskemia
3) Intervensi
18
Rasional: S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya
kerja pompa, irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan
sebagai aliran darahn ke dalam serambi yang distensi;
murmur dapat menunjukkan inkompetensi atau stenosis
mitral.
19
bawah harus disokong dengan bantal untuk mengurangi
kelelahan otot bahu akibat berat lengan yang menarik
secara terus-menerus.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bila salah satu katup tidak terbuka atau tertutup dengan baik maka
akan mempengaruhi aliran darah, bila katup tidak dapat membuka secara
sempurna (biasanya karena stenosis), akibatnya aliran darah melalui katup
tersebut akan berkurang. Bila katup tidak dapat menutup secara sempurna
darah akan mengalami kebocoran sebagai proses yang disebut regurgitasi
atau insufisiensi.
B. Saran
21
Daftar Pustaka
22
Infeksi Bakteri