Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan Gadar Over Dosis dan Keracunan Obat


a. Pengertian Over Dosis
Yaitu keadaan dimana seseorang mengalami ketidak sadaran akibat
menggunakan obat terlalu banyak, ketika batas toleransi tubuh dalam mengatasi zat
tersebut terlewati ( melebihi toleransi badan).
Over dosis terjadi apabila tubuh mengabsorsi obat lebih dari ambang batas
kemampuan. Biasanya, hal ini terjadi akibat adanya proses toleransi tubuh terhadap
obat yang terus menerus, baik digunakan oleh para pemula maupun para pemakai
yang kronis

b. Etiologi Over Dosis (OD) atau kelebihan dosis terjadi karena beberapa hal
1. Mengkonsumsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya, misalnya jika
seseorang memakai narkoba walaupun hanya seminggu, tetapi apabila dia
memakai lagi dengan takaran yang sama seperti biasanya kemungkinan besar
terjadi OD
2. Kualitas barang konsumsi berbeda

c. Gejala Over Dosis


1. Tidak merespon pada sentuhan atau suara
2. Wajah pucat atau membiru
3. Tubuh dingin dan kulit lembab
4. Bernafas tetapi sangat lambat, kira-kira 2-4 kali dalam 1 menit
5. Keluar busa pada mulut
6. Sakit atau seperti ada tekanan yang sngat kuat di dada
7. Menggigil
8. Keringat dingin mengalir deras ( keringat jagung)
9. Pingsan
10. Kejang-kejang

d. Manifestasi Klinis
Umumnya manifestasi klinis yang timbul pada klien yang mengalami OD :
1. Keringat
2. Hiperaktifitas kelenjar luda
3. Gangguan saluran pencernaan
4. Kesukaran bernafas

Gejala Ringan meliputi :

1. Anoreksia
2. Nyeri kepala
3. Rasa Lemah
4. Rasa takut
5. Tremor pada lidah, kelopak mata
6. Pupil miosis

Keracunan Sedang meliputi:

1. Nausea
2. Muntah-muntah
3. Kejang atau kram perut
4. Hipersaliva
5. Fasikulasi otot dan bradikardi

Keracunan Berat meliputi:

1. Diare
2. Reflek cahaya negative
3. Sesak nafas
4. Sianosis
5. Edema paru
6. Inkontenensia unine dan feces
7. Koma
8. Blokade jantung akhirnya meninggal

e. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting untuk
memastikan diagnose keracunan IFO akut atau kronik (menurun sekian % dari
harga normal). Keracunan akut : Ringan 40-70%, Sedang 20-40 %, Berat <
20%. Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25-50% setiap
individu yang berhubungan dengan insejtisida ini harus segera disingkirkan dan
baru diizinkan bekerja kembali kadar KhE telah meningkat > 75 % N
2. Patologi Anatoni (PA)
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas. Sering
hanya ditemukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ-
organ lainnya.

f. Penatalaksanaan
1. Tindakan Emergency
A : Bebaskan Jalan Napas, Kalau perlu lakukan intubasi
B :Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernafasan tidak adekuat
C : Pasang infus bila keadaan pasien gawat dan perbaiki perfusi jaringan
2. Identifikasi penyebab keracunan
3. Eliminasi Racun
Racun yang ditelan bisa dieliminasi dengan cara :
a) Rangsangan Muntah akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1
jam pertama sesudah menelan bahan beracun, bila sudah lebih dari 1
jam tidak perlu dilakukan rangsangan muntah kecuali bila bahan
beracun tersebut mempunyai efek yang menghambat motilitas
(memperpanjang pengosongan) lambung
b) Bilas lambung akan sangat berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam
sesudah menelan bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang
dapan menghambat pengosongan lambung

g. Asuhan Keperawatan OD
1. Pengkajian
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan
sirkulasi yang mengancam jiwa. Adanya gangguan asam basa, keadaan status
jantung, status kesadaran. Riwayat kesadaran : Riwayat keracunan, bahan racun
yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan ada masalah lain
sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan
terjadinya
2. Diagnosa Keperawatan
A. Tidak efektifnya pola napas
B. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh
C. Gangguan Kesadaran
D. Tidak efektifnya koping individu
3. Intevensi
a) Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang
bertujuan untuk keselamatan hidup, mencegah penyerapan dan penawar
racun (antidotum) yang meliputi resusitasi air way, breathing,circulasi
eliminasi untuk menghambat absorsi
b) Melalui pencernaan dengan cara bilas lambung
c) Beri anti dotum sesuai advice dokter minimal 2x24 jam yaitu pemberian
SA
d) Perawatan sufortif, meliputi mempertahankan agar pasien tidak samapai
menggigil, monitor perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat,
sianosis, distress pernafasan, tanda-tanda kolaps pembuluh darah dan
kemungkinan fatal atau kematian. Monitor vital sign setiap 15 menit
untuk beberapa jam dan laporkan perubahan segera kepada dokter
e) Jika pernafasan defresi berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator
mungkin bisa diperlukan

B. Asuhan Keperawatan Gadar Keracunan Makanan


a. Pengertian Keracunan makanan
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat
terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi. (KMB Brunner &
Suddarth Vol.3)

b. Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan
sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a. Escherichia coli patogen
b. Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b. Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang
c. Manifestasi Klinis
1. Gejala yang paling menonjol meliputi
a. Kelainan Visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan Saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
3. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah – muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Koma
h. Blokade jantung akhirnya meninggal

d. Penatalaksanaan
1. Tindakan Emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki
perfusi jaringan.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan
nadi. Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran
pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator
pada kegagalan nafas berat
3. Identifikasi penyebab
Bila memungkinkan lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usaha mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha
penyelamatan penderita yang harus segera di lakukan.
4. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan
merangsang muntah dan menguras lambung
5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau
asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfus.

e. Asuhan Keperawatan Keracunan Makanan


1. Pengkajian : Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Kesadaran menurun
b. Pernafasan : Nafas tidak teratur
c. Kardiovaskuler : Hipertensi, nadi aritmia.
d. Persarafan : Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan,
paralise
e. Gastrointestinal : Muntah, diare
f. Integumen : Berkeringat
g. Muskuloskeletal : Kelelahan, kelemahan
h. Integritas Ego : Gelisah, pucat
i. Eliminasi : Diare
j. Selaput lender : Hipersaliva
k. Sensori : Mata mengecil/membesar, pupil miosis
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
b. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
d. Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2
3. Intervensi dan Rasional
a. Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
Tujuan : menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman
dalam rentang normal dan paru bersih
Intervensi :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
Rasional : untuk mengetahui pola nafas, dan keadaan dada saat bernafas
2. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
Rasional : untuk memberikan kenyamanan dan memberikan posisi yang
baik untuk melancarkan respirasi
3. Dorong atau bantu klien dalam mengambil nafas dalam
Rasional : untuk membantu melancarkan pernafasan klien
b. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat
Intervensi :
1. Awasi intake dan output, karakter serta jumlah feses
Rasional: untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran kebutuhan cairan
klien
2. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor
kulit
Rasional : untuk mengetahui apakah klien kekurangan cairan dengan
mengamati sistem integuman.
3. Kolaborasi pemberian cairan paranteral sesuai indikasi
Rasional : untuk membantu menormalkan kembali cairan tubuh klien
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia
Tujuan : nutrisi adekuat
Intervensi :
1. Catat adanya muntah
Rasional : untuk mengetahui frekuensi cairan yang keluar pada saat klien
muntah
2. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
Rasional : untuk membantu klien agar tidak kekurangan nutrisi
3. Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi
Rasional : untuk membantu klien agar dapat mencerna makanan dengan
lancar serta tidak lagi mengalami mual, muntah
4. Kolaborasi pemberian antisida sesuai indikasi
Rasional : untuk mengurangi nyeri pada abdomen
d. Gangguan perfusi jaringan b.d kekuranagn O2
Tujuan : terjadi peningkatan perfusi jaringan
Intervensi :
1. Observasi warna & suhu kulit atau membran mukosa
Rasional : untuk mengetahui apakah klien mempunyai alergi kulit
2. Evaluasi ekstremitas ada atau tidaknya kualitas nadi
Rasional : untuk mengetahui apakah klien mengalami takikardi/bradikardi
dan kekuatan pada ekstremitas
3. Kolaborasi pemberian cairan (IV/peroral) sesuai indikasi
Rasional : untuk menetralkan intake kedalam tubuh
4. Evaluasi
a. suara nafas normal
b. Kebutuhan volume cairan tubuh terpenuhi
c. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
d. Gangguan perfusi jaringan keseluruh tubuh terpenuhi

C. Asuhan Keperawatan Gadar Gigitan Binatang Berbisa


a. Pengertian Gigitan Binatang
Gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang
tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang
mengancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis;
yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko
infeksi pada gigitan binatang lebih besar dari pada luka biasa. Seseorang yang
tergigit mempunyai resiko terinfeksi.

b. Penanganan kedaruratan pada korban gigitan binatang darat

1. Gigitan Anjing ,Kucing ,Kera ,dll


Gigitan dapat menyebabkan luka memar yang hebat dan infeksi disertai
robekan dari jaringan.
a. Tanda dan Gejala :
1. Sakit kepala
2. Demam
3. Kejang – kejang
4. Kemungkinan rabies
b. Penanganan :
1. Amankan diri dan lingkungan sekitar
2. Nilai keadaan airway ,breathing , dan sirkulasi ( ABC )
3. Cuci luka dengan air mengalir dan sabun atau larutan deterjen
4. Imobilisasikan bagian yang digigit
5. Berikan SAR ( Serum Anti Rabies ) jika ada
6. Lakukan penangkapan binatang yang menggigit untuk identifikasi
7. Bawa segera ke Rumah Sakit

2. Gigitan Antropoda ( Laba-laba ,Tawon,Kelabang ,kala ) dan Serangga


Gigitan binatang golongan ini tidak selalu membahayakan jiwa , tetapi dapat
menimbulkan reaksi alergi yang parah dan terkadang dapat berakibat fatal.
Cedera didapat akibat dari gigitan , pagutan , sengatan , atau mungkin atau hanya
sentuhan binatang atau bagian tubuhnya.
a. Tanda dan Gejala :
1. Bengkak dan kemerahan disekitar gigitan
2. Gatal – gatal
3. Nyeri dan terasa panas
4. Demam , menggigil kadang disertai sulit tidur
5. Dapat terjadi syok
b. Penanganan :
1. Amankan diri dan lingkungan sekitar
2. Nilai keadaan airway ,breathing , dan sirkulasi ( ABC )
3. Tenangkan penderita
4. Ambil sengatnya jika nampak ( hati-hati jangan sampai menekan kantung
bisa )
5. Cuci daerah gigitan dengan air sabun atau alkohol 70 % atau antiseptic
6. Kompres dingin ( kompres es )
7. Imobilisasikan daerah yang tergigit
8. Berikan analgetik
9. Bawa segera ke Rumah Sakit

c. Penanganan kedaruratan pada korban gigitan binatang laut

1. Gigitan Ubur-ubur ( Jelly fish )


Cedera timbul akibat sengatan sel-sel penyengat dari tentakel-tentakel
a. Tanda dan Gejala :
1. Rasa panas danterbakar serta sedikit perdarahan pada kulit
2. Mual
3. Muntah
4. Kejang otot
5. Syok
6. Kesulitan bernafas
d. Penanganan :
1. Amankan diri dan lingkunagn sekitar
2. Nilai keadaan airway ,breathing , dan sirkulasi ( ABC )
3. Bebaskan anggota badan yang cedera dari tentakel-tentakel dengan handuk
basah
4. Cuci luka dengan larutan amoniak atau alkohol 70%
5. Bawa segera ke rumah sakit
2. Gigitan Gurita ( Blue Ringewd Octopus )
Gigitan gurita sangat beracun dan seringkali menimbulkan kematian.
a. Tanda dan Gejala :
1. Kegagalan nafas secara progesif terjadi dalam 10 -15 menit
2. Luka bekas gigitan kecil , tidak terasa nyeri yang mungkin berwarna merah
dan benjolan ( tampak seperti melepuh berisi darah )
3. Kehilangan rasa raba dimulai sekitar mulut dan leher
4. Mual,muntah
5. Kesulitan menelan
6. Kesulitan bernafas
7. Gangguan penglihatan
8. Inkoordinasi
9. Kelumpuhan otot
10. Pernafasan berhenti
11. Denyut nadi berhenti
12. Dapat diikuti kematian
b. Penanganan :
1. Amankan diri dan lingkunagn sekitar
2. Nilai keadaan airway ,breathing , dan sirkulasi ( ABC )
3. Tenangkan penderita
4. Cuci luka dengan air hangat
5. Lakukan pressure imobilisasi pada bagian yang cedera
6. Monitor tanda-tanda vital
7. Lakukan RJP bila diperlukan
8. Bawa segera ke rumah sakit
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan Gadar Over Dosis dan Keracunan Obat


B. Asuhan Keperawatan Gadar Keracunan Makanan
C. Asuhan Keperawatan Gadar Gigitan Binatang Berbisa

BAB III KESIMPULAN


Asuhan Keperawatan Gadar Over Dosis, Keracunan Obat, Keracunan
Makanan, dan Gigitan Binatang Berbisa

Disusun Oleh:

Dewi Nur Sri Rahayu

Fita Arisanti

Lisna Imelda

Zaenal Nurhidayat

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Borobudur

Bogor 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai