Topik : HIDROSEFALUS
Sasaran : Keluarga yang sedang berkunjung di Ruang Poli Anak
Tempat : Ruang Poli Anak RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Hari/Tanggal : Jumat, 17 Februari 2017
Waktu : 1 x 30 menit
3. 10 menit Evaluasi :
Menanyakan kepada peserta tentang Menjawab pertanyaan
materi
yang telah diberikan, dan reinforcement
kepada keluarga klien yang dapat
menjawab pertanyaan.
4. 2 menit Terminasi :
Mengucapkan terimakasih atas peran Mendengarkan
serta
peserta. Menjawab salam
Mengucapkan salam penutup
V. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
VI. MEDIA
1. Leaflet
2. LCD (power point)
VII. PENGORGANISASIAN
Penyaji : Erawati Putri
Moderator : Nuryuliana
Observer : Rizki Amalia Datau
Fasilitator : Reazka Nur Oktavia
MATERI
A. Definisi
Hidrosefalus adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan pada volume
cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid / CSF). Peningkatan volume ini
disebabkan karena gangguan penyerapan atau produksi yang berlebihan (lebih
jarang terjadi). Secara harafiah, hidrosefalus terdiri dari 2 kata, yaitu hidro (hydro)
dan sefalus (cephalus). Hidro berarti air, dan sefalus berarti kepala atau otak
sehingga dapat diartikan sebagai air di dalam otak.
Cairan serebrospinal adalah cairan yang terdapat di dalam otak dan saraf
tulang belakang (medula spinalis). Cairan ini berfungsi sebagai pelindung
mekanik otak dan medula spinalis dari trauma. Cairan serebrospinal juga
berfungsi untuk membuang sisa-sisa hasil metabolisme otak dan menjaga agar
lingkungan di sekitar otak dan medula spinalis tetap stabil. Produksi cairan
serebrospinal terjadi di dalam bagian otak yang disebut koroid pleksus di ventrikel
otak. Dengan jumlah yang di produksi mencapai 500 ml per harinya. Cairan
tersebut akan mengisi rongga otak dan medula spinalis. Kemudian cairan akan
bersirkulasi dan akhirnya diserap di bagian yang disebut vili araknoid (arachnoid
vili).
Hidrosefalus dapat mengenai semua orang dari anak-anak hingga dewasa.
Dikatakan bahwa terdapat 1 sampai 2 bayi yang menderita hidrosefalus dalam
1000 bayi yang lahir. Penyakit hidrosefalus dapat menyebabkan kerusakan otak
yang permanen hingga kematian.
B. Penyebab
Hidrosefalus daapt dikelompokan ke dalam 2 jenis, yaitu obstructive
hydrocephalus dan communicating hydrocephalus. Obstructive hydrocephalus
adalah hidrosefalus yang disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinal di
dalam sistem ventrikel otak. Sementara communicating hydrocephalus
disebabkan karena penyumbatan cairan serebrospinal di luar sistem ventrikel
otak.
Keadaan obstructive hydrocephalus daapt disebabkan karena kelainan
kongenital (bawaan sejak lahir) atau kelainan yang didapat (acquired).
1. Kelainan kongenital
d. Kista araknoid;
e. Infeksi.
Hydrocephalus communicating disebabkan karena proses infeksi (TBC
atau jamur atau bakteri penghasil nanah), perdarahan (trauma, spontan, atau
setelah prosedur operasi), peningkatan kekentalan cairan serebrospinal, dan
peningkatan produksi cairan serebrospinal karena tumor di pleksus koroid
(jarang terjadi). Secara umum, penyebab pada penyakit hidrosefalus antara
lain:
b. Tumor otak;
C. Gejala
Rongga otak terbuat dari tulang tengkorak yang padat, sehingga
peningkatan dari salah satu komponen di dalamnya (jaringan otak, darah, dan
cairan serebrospinal) akan mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial (di
dalam rongga otak). Peningkatan tekanan intrakranial ini yang menyebabkan
gejala pada penderita hidrosefalus.
Gejala pada hidrosefalus bervariasi tergantung pada usia penderita,
perjalanan penyakit tersebut, dan toleransi individual terhadap kondisi
hidrosefalus. Sebagai contoh pada bayi, di mana tulang tengkorak belum
menutup sempurna, lebih toleransi terhadap peningkatan cairan serebrospinal
dibandingkan dewasa.
Hidrosefalus memiliki 4 gejala klinis yang dikenal, yaitu:
1. Congenital atau infantile hydrocephalus
Hidrosefalus jenis ini terjadi pada bayi atau anak-anak di bwaha usia 3
tahun. Sutura (sendi kaku pada tulang tengkorak) menutup pada akhir usia 3
tahun. Sehingga dengan adanya hidrosefalus pada usia dibawah 3 tahun,
ukuran kepala menjadi membesar. Gejala pada anak dengan hidrosefalus
yaitu memiliki lingkar kepala yang lebih besar dibanding pertumbuhan normal,
ubun-ubun di kepala menjadi tegang, kulit kepala yang tipis dengan
pembuluha darah yang melebar, dan suara seperti pot yang retak saat tulang
tengkorak diketuk. Pasien dapat mengalami kejang, muntah-muntah, nafsu
makan menurun, dan sering tidur atau mengantuk. Hidrosefalus juga
menimbulkan kelainan pada mata berupa kelopak mata (terutama kelopak
mata atas) yang tertarik ke dalam, dan gangguan untuk melirik ke atas.
Gejala pada mata tersebut membuat gambaran seperti matahari terbenam
(setting sun appearance).
2. Occult hydrocephalus
Hidrosefalus jenis ini terjadi saat sutura kepala sudah menutup, sehingga
tidak menimbulkan pembesaran kepala. Gejala yang timbul bervariasi, mulai
dari gangguan postur hingga urinary urgency (keinginan berkemih yang tidak
bisa ditahan). Dapat terjadi gangguan penglihatan sepeerti penglihatan
menurun atau melihat benda menjadi ganda (diplopia). Gejala lain seperti
pada hidrosefalus bayi juga dapat terjadi pada hidrosefalus jenis ini.
3. Normal-pressure hydrocephalus
Hidrosefalus jenis ini terjadi karena adanya kompensasi dari pengeluaran
cairan serebrospinal . sehingga tekanan intracranial menurun dan berada
dalam batas normal. Gejala yang terjadi meliputi 3 gejala khas yaitu
gangguan postur, gangguan fungsi mental, dan gangguan berkemih.
Gangguan postur tubuh yang terjadi berupa gangguan keseimbangan
sehingga pasien mudah jatuh, kelemahan pada kaki, berjalan dengan jarak
pendek-pendek, dan posisi tubuh lebih condong ke depan. Gangguan mental
yang terjadi meliputi ketumpulan dalam berpikir dan bertindak, apatis (menjadi
pasif), dan menurunnya perhatian serta gangguan daya ingat. Gejala
gangguan berkemih muncul dalam akhir perjalan pernyakit dengan gejala
berupa rasa ingin berkemih yang mendadak dan tidak bisa ditahan (urgency),
dan frekuensi berkemih yang meningkat. Lama kelamaan pasien akan
mengalami inkontinensia (tidak dapat mengontrol rasa berkemih atau
mengompol).
4. Acute hydrocephalus
Perjalan penyakit yang timbul bersifat cepat atau akut. Umunya
disebabkan karena perdarahan atau karena tumor. Gejala yang timbul antara
lain sakit kepala, gangguan penglihatan, muntah-muntah, dan penurunan
kesadaran seperti terus mengantuk.
D. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hidrosefalus antara lain gangguan
penglihatan hingga kebutaan. Desakan di dalam rongga otak dapat
menimbulkan desakan jaringan otak. Pasien dengan hidrosefalus yang tidak
tertangani dapat menimbulkan kematian, namun sebagian besar kasus
hidrosefalus menjadi tertahan. Kondisi hidrosefalus tertahan terjadi bila ventrikel
otak tetap melebar namun tekanan intrakranial menjadi normal dan pengeluaran
cairan serebrospinal menjadi seimbang dengan produksinya. Proses tumbuh
kembang dapat kembali berjalan normal dan gejala akibat tekanan intrakranial
yang meningkat mereda, namun kerusakan yang sudah terjadi umumnya tetap
permanen. Pada pasien dengan hidrosefalus tertahan bila terkena rangsangan,
seperti trauma dan infeksi, maka tekanan intrakranial dapat meningkat lagi.
E. Pengobatan
Penanganan hidrosefalus bertujuan untuk mencegah kerusakan otak akibat
openingktan tekanan intrakranial dengan memperlancara aliran dari cairan
serebrospinal. Pengobatan pada hidrosefalus dapat dilakukan operasi bedah
saraf menggunakan teknik shunt, di mana cairan serebrospinal yang berlebihan
dialirkan keluar melalui tabung selang. Aliran cairan serebrospinal ini dapat
diarahkan langsung ke jantung (ventriculoatrial shunt) atau ke rongga perut
(ventriculoperitoneal shunt).
Satu hal penting yang perlu diketahui bahwa tindakan shunting tidak
menyembuhkan hidrosefalus. Operasi shunting hanya mengatur tekanan
dengan membuang cairan serebrospinal yang berlebihan dan mencegah kondisi
menjadi lebih buruk. Gejala-gejala dapat membaik namun umumnya kerusakan
otak tetap terjadi. Penanganan dengan shunting dapat mengalami kegagalan
bila gejala tidak membaik atau gejala yang dirasakan semakin memburuk.
Pada hidrosefalus yang disebabkan karena adanya massa di dalam rongga
otak, dapat dilakukan pengobatan dengan pengangkatan massa tersebut.
Penggunaan obat-obatan penghambat produksi cairan serebrospinal masih
controversial. Beberapa peneliti berkesimpulan bahwa penggunaan obat
tersebut tidak membantu, sementara yang lainnya mendapatkan bahwa
penggunaan obat tersebut dapat menghindari dilakukannya tindakan shunting.
Penyakit hidrosefalus adalah penyakit yang fatal. Tanpa pengobatan, 6 dari
10 orang dengan hidrosefalus akan meninggal. Penanganan yang dilakukan
sebelum timbulnya kerusakan otak dapat mempertahankan nilai IQ dalam batas
normal bagi sebagian besar anak-anak. Komplikasi umumnya terjadi pada bayi
dan anak kecil sehingga angka kematian lebh sering terjadi. Sampai saat ini
belum diketahui cara pasti untuk mencegah terjadinya hidrosefalus.
F. Kriteria Penilaian
1. Evaluasi Struktur
a. Alat dan tempat siap
b. Sudah di bentuknya struktur pembagian peran yang terdiri penyaji,
moderator, observer dan fasilitator.
c. Perencanaan pendidikan kesehatan yang sesuai dan tepat
d. Perawat dan peserta siap
2. Evaluasi proses :
a. Alat dan tempat bisa di gunakan sesuai rencana
b. Peserta bersedia untuk mengikuti kegiatan yang telah direncanakan.
3. Evaluasi hasil :
a. Semua peserta bisa menyebutkan tentang definisi Hidrosefalus
b. Semua peserta penyuluhan bisa menyebutkan tentang tanda dan gejala
Hidrosefalus
c. Semua peserta penyuluhan mengetahui pengobatan Hidrosefalus
d. Semua peserta penyuluhan mengetahui penyebab penyakit Hidrosefalus
DAFTAR PUSTAKA
Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. 2005. Buku
Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.
Nursalam.2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
Jakarta: Salemba Medika.
Makalah dan SAP
Pendidikan Kesehatan Hidrosefalus di Ruang Poli Anak Rumah
Sakit Abdul Wahab Syahranie Samarinda
Disusun oleh
Kelompok 3
LEMBAR PENGESAHAN
(___________________) (___________________)