oleh:
Dutya Intan Larasati, S.Kep
NIM 142311101100
A. Latar Belakang
Hydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu hydrocephalus
dikenal sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang
semakin berkembang maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat
pula yang pada akhirnya menjadi factor penyebab suatu penyakit, yang mana
kehamilan merupakan keadaan yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat
mempengaruhi janinnya, salah satunya adalah Hydrocephalus. Saat ini secara
umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per seribu kehamilan hidup
menderita hydrocephalus. Dan hydrocephalus merupakan penyakit yang sangat
memerlukan pelayanan medis yang khusus. Hydrocephalus itu sendiri adalah
akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subaracnoid,
ruang subdural (Darsono, 2015).
Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada
anak usia dibawah 6 tahun.Dari data yang didapat dalam kurun waktu 6 tahun
pada kasus Hydrocephalus di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda khususnya ruang Angsoka terdapat 101 kasus hydrocephalus dari 6233
kasus penyakit saraf yang ada.Hydrocephalus adalah akumulasi cairan serebro
spinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural
(Prawirohardjo, 2017).
Hidrosefalus menggambarkan kelompok keadaan yang beragam yang
merupakan akibat dari terganggunya sirkulasi dan absorbsi CSS atau pada
keadaan yang jarang, akibat dari meningkatnya produksi papilloma pleksus
koroid. ( Ropper et al, 2015 )
E. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
F. Media
1. Leaflet
G. Pengorganisasian
Pemateri : Dutya Intan Larasati, S.Kep
H. Proses Kegiatan
Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Pendahuluan 1. Salam pembuka Kegiatan peserta 2 menit
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
umum dan tujuan
khusus
Penyajian 1. Menjelaskan materi Memperhatikan, 15 menit
tentang : menanggapi dengan
a. Pengertian pertanyaan
hidrosefalus dan
vp shunt
b. Perawatan anak
pasca operasi vp
shunt
c. Pencegahan
infeksi pad luka
pasca vp shunt
2. Memberikan
kesempatan pada
keluarga untuk
bertanya
3. Menjawab
pertanyaan keluarga
4. Memberikan
kesempatan kepada
keluarga untuk
menjelaskan
kembali materi yang
sudah disampaikan.
Penutup 1. Menyimpulkan materi Memperhatikan dan 1 menit
yang telah diberikan menanggapi
2. Mengevaluasi hasil
pendidikan kesehatan
3. Memberikan Leaflet
tentang perawatan
bayi pasca operasi vp
shunt
4. Salam penutup
I. Evaluasi:
1. Evaluasi struktur
a. Persiapan media yang akan digunakan (leaflet)
b. Persiapan tempat yang digunakan
c. Kontrak waktu
d. Persiapan SAP
2. Evaluasi proses
a. Selama pedidikan peserta memperhatikan penjelasan yang
disampaikan
b. Selama pendidikan peserta aktif bertanya tentang penjelasan yang
disampaikan.
c. Selama pendidikan peserta aktif menjawab pertanyaan yang
diajukan.
3. Evaluasi Hasil Akhir
Diharapkan peserta pendidikan kesehatan dapat :
a. Mengetahui pengertian hidrosefalus dan vp shunt
b. Mengetahui cara perawatan anak pasca operasi vp shunt
c. Mengetahui cara mencegah infeksi luka pasca operasi vp shunt
J. Daftar Pustaka
Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. 2015.
Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.
Nanny,L., Vivian.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita.Yogyakarta:Salemba Medika.
Sarwono,P. 2017. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Ropper, Alan dan Robert H Brown. 2015. Adams and Victors Principles Of
Neurology. USA.Eight Edition
Sudarti.2010 Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Anak
Balita.Yogyakarta:Numed
Lampiran 1. Materi
A. Pengertian Hidrosefalus
Hydrocephalus berasal dari bahasa Latin yaitu "Hydro" yang berarti "air"
dan "Cephalus" yang berarti "kepala".Hydrocephalus adalah kelainan patologis
otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan tekanan
intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Nanny, 2010).
Hydrocephalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di
dalam otak (cairan serebrospinal). Penyakit ini juga dapat ditandai dengan dilatasi
vertical serebra, biasanya terjadi secara sekunder terhadap obstruksi jalur cairan
serebrospinalis, dan disertai oleh penimbunan cairan serebrospinalis di dalam
cranium; Secara tipikal ditandai dengan pembesaran kepala, menonjolnya dahi,
deteriorasi mental, dan kejang-kejang (Sudarti dan Afroh Fauziah, 2010).
Hydrocephalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang
progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan –
jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan
absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan
meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang –
ruang tempat mengalirnya liquor.
B. Pengertian Vp Shunt
Ventriculoperitoneal shunt (VP shunt) adalah alat kesehatan yang dipasang
untuk melepaskan tekanan dalam otak. VP shunt direkomendasi bagi pasien yang
menderita hidrosefalus. Kondisi ini disebabkan oleh cairan serebrospinal (CSF)
berlebih yang membuat perluasan ruang dalam otak (ventrikel) menjadi sangat
cepat, sehingga memicu tekanan yang tak semestinya. Jika tidak segera ditangani,
kondisi ini dapat berujung pada kerusakan otak.
Cairan serebrospinal adalah komponen yang sangat penting dalam sistem
saraf, karena berfungsi menciptakan bantalan bagi jaringan otak dan menyalurkan
zat gizi ke otak. Cairan ini mengalir di antara tulang belakang dan tengkorak
untuk memastikan bahwa volume darah intrakranial dalam kadar yang tepat. CSF
akan terus diproduksi karena mengalir sepanjang ventrikel, menutrisi permukaan
otak dan sumsum tulang belakang. Kemudian, cairan ini keluar melalui bagian
dasar otak dan diserap ke dalam aliran darah. Namun, karena kelainan tertentu,
aliran dan keseimbangan CSF akan terganggu, sehingga terjadi penumpukan.
1. Mandi 2 kali sehari, daerah yang terbalut luka jangan sampai terkena air
atau basah karena dapat meninkatkan kelembaban pada kulit yang
terbungkus sehingga dapat menjadi tempat berkembang biak kuman
dan bakteri
2. Makanan yang dibutuhkan makanan yang mengandung protein atau
tinggi kalori tinggi protein (TKTP). Makanan yang mengandung protein
misalnya : susu, telur, madu, roti, ikan laut, kacang-kacangan.
3. Ganti balutan minimal satu kali sehari, mencuci tangan sebelum dan
sesudah mengganti balutan, alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengganti balutan harus dalam keadaan stril atau bersih, minum obat
sesuai anjuran misalnya obat antibiotic untuk mencegah infeksi.
ALAT:
1. Baskom
2. air hangat yang sudah di didihkan
3. kasa
4. betadine
5. Air mengalir untuk cuci tangan
6. Plester
LANGKAH:
1. Siapkan alat
2. Cuci tangan menggunakan sabun dan tidak boleh menyentuh alat yang
lain
3. Buka balutan jika luka tertutup
4. Bersihakan luka menggunakan kasa dan air hangat
5. Oles luka dengan satu arah
6. Keringkan
7. Oles betadine
8. Tutup luka dengan kasa
9. Plester