Nama Kelompok :
1. Zaenab
2. Regina Dwi Fridayanti
3. Itsnaini Lina Khoiriyyah
4. Nurul Fauziyah
5. Lilik Choiriyah
6. Ni Komang Ayu Santika
7. Nia Istianah
A. Analisa Situasional
Keterangan:
: Media Penyuluhan
: Penyaji
: Observer
: Fasilitator
: Peserta
: Moderator
H. Job Description
1. Moderator
Uraian tugas:
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta
b. Menjelaskan tujuan penyuluhan dan kontrak waktu
c. Memotivasi pasien dan keluarga untuk bertanya
d. Memimpin jalannya diskusi dan evaluasi
e. Menutup acara penyuluhan
2. Penyaji
Uraian tugas:
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan menggunakan bahasa
yang dapat dimengerti oleh pasien dan keluarga
b. Memotivasi pasien untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan
3. Fasilitator
Uraian tugas:
a. Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta
b. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan
c. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas
d. Menginterupsi penyuluh tentang istilah yang dirasa kurang jelas bagi
peserta
e. Membagikan leaflet kepada peserta
4. Observer
Uraian tugas:
a. Mencatat nama, alamat, dan jumlah peserta penyuluhan
b. Mencatat pertanyaan yang diajukan oleh peserta
c. Mengamati perilaku verbal dan nonverbal peserta selama proses
penyuluhan
d. Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan
I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan sebelum acara dilaksanakan
b. Pembuatan SAP, poster, dan Leaflet dikerjakan 2 hari sebelumnya
c. Peserta berada di tempat kegiatan dan jumlah kehadiran minimal 10 orang
d. Penyelenggaraan kegiatan dilaksanakan di Ruang Hemodialisis RSUD Dr.
Soetomo
e. Pengorganisasian kegiatan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap kegiatan
b. Peserta mengikuti kegiatan hingga selesai
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan benar
3. Evaluasi Hasil
a. Acara dimulai tepat waktu tanpa kendala
b. Sekitar 80% peserta penyuluhan mampu mengerti dan memahami
penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan khusus
c. Peserta mampu menjawab 75% pertanyaan yang diberikan oleh penyaji
d. Peserta tidak ada yang meninggalkan tempat sebelum acara penyuluhan
selesai
MATERI PENYULUHAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN PADA
PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIS (PGK)
1. DEFINISI PGK
Penyakit ginjal kronik adalah gangguan menurunnya fungsi ginjal secara
progresif (semakin lama semakin memburuk), menahun dan irreversibel atau
fungsi tersebut tidak dapat kembali seperti semula, yaitu dimana ginjal mengalami
kegagalan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit (Rendi,
Clevo M., 2012).
Penyakit ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan
kemampuan filtrasi glomelurus (Glomerular Filtration Rate/GFR) kurang dari 60
ml/min/1,73 m2 yang terjadi selama lebih dari 3 bulan (Kallenbach et al. 2005).
Menurut KDIGO (2013) Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan
abnormalitas dari struktur atau ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan yang
mempengaruhi kesehatan.
2. TANDA & GEJALA PGK
Gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal kronis adalah penurunan secara
lambat dan progresif dari fungsi ginjal. Biasanya terjadi akibat komplikasi dari
kondisi medis lain yang serius. Perkembangan yang sangat lambat inilah yang
mengakibatkan gejala tidak muncul sampai adanya kerusakan besar. Penyakit
ginjal kronik memiliki tanda gejala antara lain:
a. Sakit kepala
b. Sesak nafas, oedema paru, hipertensi, oliguria, anuria, oedema ekstremitas
c. Mual, muntah, pucat, kulit kering, anemia
d. Gejala dini seperti lemah, sakit kepala, berat badan menurun, lelah, dan
nyeri pinggang
e. Gejala lanjut seperti nafsu makan menurun, mual disertai muntah, berat
badan naik dalam waktu dekat sesak nafas baik di waktu ada kegiatan atau
tidak, bengkak yang disertai lekukan, gatal-gatal pada kulit, dan kesadaran
menurun (Rendi, Clevo M., 2012)
Salah satu gejala yang umum terjadi adalah adanya pembengkakan baik pada
abdomen atau pada ekstremitas karena adanya penumpukan cairan. Penumpukan
cairan ini merupakan manifestasi dari ginjal yang tidak dapat mengeliminasi zat-
zat sisa dan cairan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, sehingga tubuh menjadi
overload atau kelebihan volume cairan.
3. DEFINISI KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
Hipervolemia atau kelebihan volume cairan merupakan suatu kondisi
dimana tubuh menyimpan terlalu banyak air (Carpenito,2013). Kelebihan cairan
tersebut bisa menumpuk di dalam sel, di ruangan antar sel tubuh, dan juga di
dalam pembuluh darah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Tubuh manusia
setidaknya terdiri dari 60% air. Air penting bagi tubuh untuk membantu
menjalankan setiap fungsinya dengan baik. Namun demikian, jika tubuh
kelebihan cairan justru dapat membahayakan bagi tubuh.
4. PENYEBAB KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
a. Gagal jantung kongestif
Gagal jantung kongestif menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah
ke seluruh tubuh, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi ginjal untuk
mengeluarkan kelebihan cairan.
b. Gagal ginjal
Sebagai organ utama dengan tugas mengatur kadar air, kerusakan ginjal
akan secara otomatis berdampak pada gangguan keseimbangan cairan di
dalam tubuh. Kondisi ini juga dapat menyebabkan gangguan pada saluran
cerna, hambatan proses pemulihan luka, dan gagal jantung.
c. Sirosis hati
Hati adalah organ yang berperan dalam penyimpanan dan penggunaan
nutrisi serta menyaring racun. Gangguan pada hati menyebabkan retensi
cairan di sekitar perut dan berbagai bagaian tepi tubuh.
d. Penggunaan intravena (infus)
Pemasangan infuse bertujuan untuk mencegah dehidrasi. Cairan infuse
banyak mengandung air dan garam akan langsung masuk kealiran darah dan
memicu hipervolemia. Kondisi hipervolemia yang berkaitan dengan cairan
infuse sering ditemukan pada pasien pasca operasi. Hipervolemia yang
terkait penggunaan infuse dapat meningkatkan resiko kematian.
e. Faktor hormonal
Naik dan turunnya horman dapat menyimpan cairan lebih banyak. Hal ini
dapat menyebabkan gejala mual dan tidak nyaman
f. Obat
Beberapa jenis obat diketahui berkaitan dengan kondisi hypervolemia
ringan. Contohnya pil KB, terapi hormone, obat anti depresan, obat
hipertensi, dan obat anti nyeri NSAID.
g. Makanan tinggi garam
Konsumsi tinggi garam atau lebih dari 200 mg/hari dapat menyebabkan
hipervolemia.
8. DIET MAKANAN
Salah satu penatalaksanaan diatas yang dapat dilakukan di rumah secara
mandiri oleh keluarga pasien adalah diet atau nutrisi. Tujuannya ialah:
a. Mencukupi kebutuhan zat gizi agar status gizi optimal sesuai dengan fungsi
ginjal.
b. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Memperlambat penurunan fungsi ginjal lebih lanjut
d. Menjaga agar pasien dapat beraktifitas normal
Pada penderita PGK sering terjadi mual, muntah, anoreksia, dan gangguan
lain yang menyebabkan asupan gizi tidak adekuat / tidak mencukupi.
Cara Mengatur diet :
a. Hidangkan makanan yang menarik, sehingga menimbulkan selera makan
b. Makanan diberikan Porsi kecil, padat kalori dan sering, misalnya 6 kali
sehari.
c. Piliihlah makanan sumber protein hewani dan protein nabati sesuai jumlah
yang telah ditentukan.
d. Cairan lebih baik dibuat dalam bentuk minuman.
e. Masakan lebih baik dibuat tidak berkuah, seperti di tumis, dipanggang,
dikukus atau dibakar.
f. Bila harus membatasi garam, gunakanlah lebih banyak bumbu seperti gula,
asam dan bumbu dapur lainnya untuk menambah rasa (lengkuas, kunyit,
daun salam, dan lain-lain).
Hal- hal yang perlu diperhatikan :
a. Sirop, madu, permen, sangat baik sebagai penambah energi, tetapi tidak
diberikan dekat dengan waktu makan karena dapat mengurangi nafsu
makan.
b. Bila ada edema (bengkak di kaki), tekanan darah tinggi, perlu mengurangi
garam dan menghindari bahan makanan sumber natrium lainnya, seperti
soda, kaldu instan, ikan asin, telur asin, makanan yang diawetkan.
c. Jumlah cairan yang masuk harus seimbang dengan cairan yang keluar (urin).
Ingat Cairan yang berlebihan akan membebani kerja ginjal yang fungsinya
sudah berkurang.
Diet nutrisi yang dapat diterapkan keluarga selama perawatan dirumah
adalah dengan memperhatikan bahan-bahan makanan yang akan diberikan kepada
pasien antara lain:
a. Jenis makanan yang diperbolehkan
1) Bahan makanan sumber karbohidrat: Nasi, bihun, jagung, madu,permen
2) Bahan makanan sumber protein: Telur, daging, ikan, ayam, susu rendah
protein
3) Bahan makanan sumber lemak: Minyak jagung, minyak kacangtanah
4) Bahan makanan sumber vitamin, adalah semua sayuran dan buah-
buahan dengan pengolahan khusus, yaitu: Kupas buah atau sayur,potong-
potong lalu cuci dengan air mengalir Letakkan dalammangkok,
tambahkan air hangat sampai sayur dan buah terendam, rendam selama
kurang lebih 2 jam (banyaknya air kurang lebih 10kali bahan makanan)
Buang air rendaman Bilas dengan airmengalir, masak sayur dan buah.
Buah dapat dimasak sebagaisetup/cocktail (buang air rebusan buah)
b. Jenis makanan yang Tidak diperbolehkan
1) Bahan makanan sumber karbohidrat: Umbi-umbian (kentang,singkong,
ubi, talas, dll)
2) Bahan makanan sumber protein: Kacang-kacangan dan hasil olahannya
(tempe, tahu, dll)
3) Bahan makanan sumber lemak: Minyak kelapa, santan, lemakhewan
4) Bahan makanan sumber vitamin dan mineral
5) Sayuran dan buah-buahan tinggi kalium pada pasien yang memiliki kadar
kalium tinggi dalam darah (Almatsier, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. 2016. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Edisi Ke-6. Jakarta: Gramedia
Anggraini, F & Putri, AF. 2016. Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Dapat Mencegah Overload Cairan. Vol 19 No.3
pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203
Carpenito, L. J. 2013. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik
(Terjemahan). Edisi 6. Jakarta: EGC.
Fajar.Al Kemal. 2018. 7 Kondisi yang Membuat Anda Rentan Alami
Hipervolemi, Gangguan Saat Tubuh Kelebihan Cairan.
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/hipervolemia-adalah-
kelebihan-volume-cairan/. Diakses pada tanggal 12 Agustus 2019
Hartono, Andry. 2008. Rawat Ginjal Cegah Cuci Darah. Yogyakarta : Kanisius
Kemenkes RI. 2011. Diet Protein Rendah Untuk Penyakit Ginjal Kronik.
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/08/Brosur-Diet-Protein-
Rendah-untuk-Penyakit-Ginjal-Kronik.pdf.Diakses pada tanggal 11
September 2019.Pukul 23.30
Rendi, Clevo M. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedal dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Noha Medika
Smeltzer & Bare. 2008. Brunner and Suddarth’s text book of medical surgical
nursing vol. 1. Philadelphia : Lippincott-Raven publisher
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI