Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KELEBIHAN VOLUME CAIRAN PADA PENDERITA


PENYAKIT GINJAL KRONIS (PGK)
DI RUANG HEMODIALISIS
RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Nama Kelompok :
1. Zaenab
2. Regina Dwi Fridayanti
3. Itsnaini Lina Khoiriyyah
4. Nurul Fauziyah
5. Lilik Choiriyah
6. Ni Komang Ayu Santika
7. Nia Istianah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Kelebihan Volume Cairan pada Penderita Penyakit Ginjal


Kronis (PGK)

Sasaran : Keluarga pasien

Tempat : Instalasi Hemodialisis RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Hari/Tanggal : Kamis 19 September 2019

Waktu : 09.00 – 09.30 (30 menit)

A. Analisa Situasional

1. Pelaksana: Mahasiswa Program Studi Profesi Ners S1 Keperawatan


Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya
2. Peserta: Kelurga pasien di Ruang Hemodialisis RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan mengenai Kelebihan Volume Cairan pada
Penderita PGK selama 30 menit, keluarga pasien dapat mengetahui dan
mengimplementasikan tentang pencegahan, diet serta terapi yang tepat
untuk penderita PGK.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, keluarga pasien mampu :
a. Memahami definisi, tanda dan gejala PGK
b. Memahami tentang gejala serta penyebab kelebihan volume cairan
pada penderita PGK
c. Memahami tentang terapi dan pencegahan kelebihan volume cairan
pada penderita PGK
d. Memahami dan mengimplementasikan diet cairan dan diet makanan
pada penderita PGK
C. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
D. Media Penyuluhan
1. Leaflet
2. LCD + Proyektor
E. Organisasi Kegiatan
Pembimbing Akademik : Laily Hidayati, S.Kep.Ns., M.Kep
Pembimbing Klinik :
Penyaji Materi : Ni Komang Ayu Santika
Moderator : Nia Istianah
Fasilitator : Zaenab
Itsnaini Lina K.
Lilik Choiriyah
Observer : Regina Dwi F.
Nurul Fauziyah
F. Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Evaluasi
1. 5 menit Pembukaan a. Peserta
a. Mengucap salam menjawab salam
b. Memperkenalkan diri b. Peserta
c. Menyampaikan tujuan kegiatan dan kooperatif
kontrak waktu c. Peserta mengerti
d. Menggali persepsi dengan menggali maksud dan
pengetahuan peserta tentang Penyakit tujuan kegiatan
Ginjal Kronis dan Kelebihan Volume
Cairan
2. 20 menit Pelaksanaan (15 menit) a. Peserta
a. Menjelaskan definisi, tanda dan gejala memperhatikan
PGK dan kooperatif
b. Menjelaskan tentang gejala serta b. Peserta
penyebab kelebihan volume cairan mengajukan
pada penderita PGK pertanyaan
c. Menjelaskan tentang terapi dan apabila ada yang
pencegahan kelebihan volume cairan kurang
pada penderita PGK dimengerti
d. Memaparkan diet cairan dan diet
makanan pada penderita PGK
Tanya jawab (5 menit)
a. Memberikan kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
3. 5 menit Penutup a. Peserta dapat
a. Mempersilahkan fasilitator dari menjawab
pembimbing klinik dan pembimbing pertanyaan yang
akademik untuk menambahkan ataupun diajukan
menjelaskan kembali jawaban b. Peserta
pertanyaan peserta yang belum mendengarkan
terjawab dengan baik
b. Melakukan evaluasi dengan c. Peserta
memberikan pertanyaan kepada peserta menjawab salam
c. Menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
d. Mengucapkan terima kasih atas
partisipasi peserta dan mengucapkan
salam penutup
G. Setting Tempat Penyuluhan

Keterangan:
: Media Penyuluhan

: Penyaji

: Observer

: Fasilitator

: Peserta

: Moderator

H. Job Description

1. Moderator
Uraian tugas:
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta
b. Menjelaskan tujuan penyuluhan dan kontrak waktu
c. Memotivasi pasien dan keluarga untuk bertanya
d. Memimpin jalannya diskusi dan evaluasi
e. Menutup acara penyuluhan
2. Penyaji
Uraian tugas:
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan menggunakan bahasa
yang dapat dimengerti oleh pasien dan keluarga
b. Memotivasi pasien untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan
3. Fasilitator
Uraian tugas:
a. Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta
b. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan
c. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas
d. Menginterupsi penyuluh tentang istilah yang dirasa kurang jelas bagi
peserta
e. Membagikan leaflet kepada peserta
4. Observer
Uraian tugas:
a. Mencatat nama, alamat, dan jumlah peserta penyuluhan
b. Mencatat pertanyaan yang diajukan oleh peserta
c. Mengamati perilaku verbal dan nonverbal peserta selama proses
penyuluhan
d. Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan
I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan sebelum acara dilaksanakan
b. Pembuatan SAP, poster, dan Leaflet dikerjakan 2 hari sebelumnya
c. Peserta berada di tempat kegiatan dan jumlah kehadiran minimal 10 orang
d. Penyelenggaraan kegiatan dilaksanakan di Ruang Hemodialisis RSUD Dr.
Soetomo
e. Pengorganisasian kegiatan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap kegiatan
b. Peserta mengikuti kegiatan hingga selesai
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan benar
3. Evaluasi Hasil
a. Acara dimulai tepat waktu tanpa kendala
b. Sekitar 80% peserta penyuluhan mampu mengerti dan memahami
penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan khusus
c. Peserta mampu menjawab 75% pertanyaan yang diberikan oleh penyaji
d. Peserta tidak ada yang meninggalkan tempat sebelum acara penyuluhan
selesai
MATERI PENYULUHAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN PADA
PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIS (PGK)

1. DEFINISI PGK
Penyakit ginjal kronik adalah gangguan menurunnya fungsi ginjal secara
progresif (semakin lama semakin memburuk), menahun dan irreversibel atau
fungsi tersebut tidak dapat kembali seperti semula, yaitu dimana ginjal mengalami
kegagalan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit (Rendi,
Clevo M., 2012).
Penyakit ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan
kemampuan filtrasi glomelurus (Glomerular Filtration Rate/GFR) kurang dari 60
ml/min/1,73 m2 yang terjadi selama lebih dari 3 bulan (Kallenbach et al. 2005).
Menurut KDIGO (2013) Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan
abnormalitas dari struktur atau ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan yang
mempengaruhi kesehatan.
2. TANDA & GEJALA PGK
Gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal kronis adalah penurunan secara
lambat dan progresif dari fungsi ginjal. Biasanya terjadi akibat komplikasi dari
kondisi medis lain yang serius. Perkembangan yang sangat lambat inilah yang
mengakibatkan gejala tidak muncul sampai adanya kerusakan besar. Penyakit
ginjal kronik memiliki tanda gejala antara lain:

a. Sakit kepala
b. Sesak nafas, oedema paru, hipertensi, oliguria, anuria, oedema ekstremitas
c. Mual, muntah, pucat, kulit kering, anemia
d. Gejala dini seperti lemah, sakit kepala, berat badan menurun, lelah, dan
nyeri pinggang
e. Gejala lanjut seperti nafsu makan menurun, mual disertai muntah, berat
badan naik dalam waktu dekat sesak nafas baik di waktu ada kegiatan atau
tidak, bengkak yang disertai lekukan, gatal-gatal pada kulit, dan kesadaran
menurun (Rendi, Clevo M., 2012)
Salah satu gejala yang umum terjadi adalah adanya pembengkakan baik pada
abdomen atau pada ekstremitas karena adanya penumpukan cairan. Penumpukan
cairan ini merupakan manifestasi dari ginjal yang tidak dapat mengeliminasi zat-
zat sisa dan cairan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, sehingga tubuh menjadi
overload atau kelebihan volume cairan.
3. DEFINISI KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
Hipervolemia atau kelebihan volume cairan merupakan suatu kondisi
dimana tubuh menyimpan terlalu banyak air (Carpenito,2013). Kelebihan cairan
tersebut bisa menumpuk di dalam sel, di ruangan antar sel tubuh, dan juga di
dalam pembuluh darah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Tubuh manusia
setidaknya terdiri dari 60% air. Air penting bagi tubuh untuk membantu
menjalankan setiap fungsinya dengan baik. Namun demikian, jika tubuh
kelebihan cairan justru dapat membahayakan bagi tubuh.
4. PENYEBAB KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
a. Gagal jantung kongestif
Gagal jantung kongestif menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah
ke seluruh tubuh, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi ginjal untuk
mengeluarkan kelebihan cairan.
b. Gagal ginjal
Sebagai organ utama dengan tugas mengatur kadar air, kerusakan ginjal
akan secara otomatis berdampak pada gangguan keseimbangan cairan di
dalam tubuh. Kondisi ini juga dapat menyebabkan gangguan pada saluran
cerna, hambatan proses pemulihan luka, dan gagal jantung.
c. Sirosis hati
Hati adalah organ yang berperan dalam penyimpanan dan penggunaan
nutrisi serta menyaring racun. Gangguan pada hati menyebabkan retensi
cairan di sekitar perut dan berbagai bagaian tepi tubuh.
d. Penggunaan intravena (infus)
Pemasangan infuse bertujuan untuk mencegah dehidrasi. Cairan infuse
banyak mengandung air dan garam akan langsung masuk kealiran darah dan
memicu hipervolemia. Kondisi hipervolemia yang berkaitan dengan cairan
infuse sering ditemukan pada pasien pasca operasi. Hipervolemia yang
terkait penggunaan infuse dapat meningkatkan resiko kematian.
e. Faktor hormonal
Naik dan turunnya horman dapat menyimpan cairan lebih banyak. Hal ini
dapat menyebabkan gejala mual dan tidak nyaman
f. Obat
Beberapa jenis obat diketahui berkaitan dengan kondisi hypervolemia
ringan. Contohnya pil KB, terapi hormone, obat anti depresan, obat
hipertensi, dan obat anti nyeri NSAID.
g. Makanan tinggi garam
Konsumsi tinggi garam atau lebih dari 200 mg/hari dapat menyebabkan
hipervolemia.

5. TANDA DAN GEJALA


a. Kenaikan berat badan secara cepat.
b. Pembengkakan pada wajah, lengan dan kaki.
c. Bengkak sekitar area perut
d. Sesak napas akibat cairan yang terlalu banyak pada jaringan paru
6. TERAPI
Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak dapat lagi
mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini membuat penderita
akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah atau
tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akibat teralu banyak cairan
yang berada dalam tubuh.
Tindakan keperawatan dalam mengatasi overload (kelebihan volume cairan)
meliputi pemantauan TTV (terutama TD), suara nafas, berat badan, pemantauan
adanya edema. Pemantauan tekanan darah menjadi salah satu intervensi utama
dalam penanganan klien dengan overload karena TD merupakan salah satu
indikator adanya peningkatan volume cairan intravaskuler. Peningkatan volume
cairan berlebih pada kompartemen intarvaskuler lebih lanjut akan menyebabkan
perpindahan cairan dari dalam pembuluh darah menuju jaringan interstisial tubuh.
Oleh sebab itu, intervensi pemantauan TD pada pasien PGK sangat penting untuk
memperkirakan kemungkinan terjadinya overload pada pasien. Intervensi suara
nafas berupa pemeriksaan fisik (auskultasi paru) penting dilakukan, sehubungan
dengan adanya suara nafas abnormal crackles, ronkhi basah jika terdapat
kelebihan cairan di rongga alveolus. Akumulasi tersebut terjadi karena
perpindahan cairan dari kompartemen intravaskuler ke dalam rongga alveolus
sehubungan dengan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik yang dihasilkan
jantung karena adanya peningkatan volume cairan di dalam pembuluh darah.
Akumulasi cairan tersebut dapat menimbulkan komplikasi gagal nafas (Anggraini
dan Putri, 2016).
Intervensi selanjutnya yang dilakukan dalam mengatasi kelebihan cairan
pada pasien PGK adalah berupa pemantauan berat badan, edema atau ascites.
Perubahan berat badan secara signifikan yang terjadi dalam 24 jam menjadi salah
satu indikator status cairan dalam tubuh. Kenaikan 1 kg dalam 24 jam
menunjukkan kemungkinan adanya tambahan akumulasi cairan pada jaringan
tubuh sebanyak 1 liter. Pemantauan selanjutnya, berupa pemantauan adanya
edema dan ascites menunjukkan adanya akumulasi cairan di jaringan interstisial
tubuh yang salah satu kemungkinan penyebabnya perpindahan cairan ke jaringan.
Salah satu pemicu kondisi tersebut adalah peningkatan volume cairan dalam
pembuluh darah (Angraini & Putri, 2016).
Terapi teratur pada pasien PGK terutama pada PGK Stage 5 untuk kasus
kelebihan volume cairan adalah dilakukan terapi dialisis. Terapi dialisis
merupakan salah satu bentuk terapi ginjal (Renal Replacement Therapy) yang
digunakan untuk menggantikan sebagian fungsi ekskresi ginjal seperti proses
eliminasi sisa-sisa produk metabolisme dan koreksi gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit. Dialisis sendiri dibagi menjadi Peritoneal Dialisis (Pada
kasus Emergency), CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) dan
Hemodialisis. Dalam terapi dialisis, terdapat proses difusi, osmosis dan
ultrafiltrasi untuk membantu mengeluarkan zat-zat sampah di dalam tubuh yang
seharusnya diekskresikan oleh ginjal. Pada terapi hemodialisis, akses vaskuler
dilakukan melalui AV Shunt/Fistula atau menggunakan CVC Double Lumen,
sehingga perawatan untuk pencegahan infeksi perlu dilakukan agar akses vaskuler
tidak mengalami gangguan, dan dapat mengoptimalkan output dari hemodialisis.
7. DIET CAIRAN
Diet pembatasan cairan pada PGK berguna untuk mempertahankan
keseimbangan cairan. Klien dengan PGK stadium akhir sering memiliki berat
badan berlebih karena sembap atau edema karena penimbunan cairan dalam
tubuh. Sehingga berat badannya ketika ditimbang bukanlah berat badan
sebenarnya melainkan berat badannya plus timbunan cairan. Untuk mengetahui
berat badan sebenarnya dapat dihitung menggunakan rumus (Hartono, 2008):

aBWef = BWef + [(SBW – Bwef) x 0,25 ]

aBWef : berat badan tanpa edema


BWef : berat badan setelah cuci darah
SBW : berat badan ideal
Dalam melakukan pembatasan cairan, perlu dihitung berapa cairan yang boleh
dikonsumsi penderita PGK dengan rumus (Smeltzer & Bare, 2008) :

Konsumsi cairan = output urin dalam 24 jam + (IWL = 15 x BB)

8. DIET MAKANAN
Salah satu penatalaksanaan diatas yang dapat dilakukan di rumah secara
mandiri oleh keluarga pasien adalah diet atau nutrisi. Tujuannya ialah:
a. Mencukupi kebutuhan zat gizi agar status gizi optimal sesuai dengan fungsi
ginjal.
b. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Memperlambat penurunan fungsi ginjal lebih lanjut
d. Menjaga agar pasien dapat beraktifitas normal
Pada penderita PGK sering terjadi mual, muntah, anoreksia, dan gangguan
lain yang menyebabkan asupan gizi tidak adekuat / tidak mencukupi.
Cara Mengatur diet :
a. Hidangkan makanan yang menarik, sehingga menimbulkan selera makan
b. Makanan diberikan Porsi kecil, padat kalori dan sering, misalnya 6 kali
sehari.
c. Piliihlah makanan sumber protein hewani dan protein nabati sesuai jumlah
yang telah ditentukan.
d. Cairan lebih baik dibuat dalam bentuk minuman.
e. Masakan lebih baik dibuat tidak berkuah, seperti di tumis, dipanggang,
dikukus atau dibakar.
f. Bila harus membatasi garam, gunakanlah lebih banyak bumbu seperti gula,
asam dan bumbu dapur lainnya untuk menambah rasa (lengkuas, kunyit,
daun salam, dan lain-lain).
Hal- hal yang perlu diperhatikan :
a. Sirop, madu, permen, sangat baik sebagai penambah energi, tetapi tidak
diberikan dekat dengan waktu makan karena dapat mengurangi nafsu
makan.
b. Bila ada edema (bengkak di kaki), tekanan darah tinggi, perlu mengurangi
garam dan menghindari bahan makanan sumber natrium lainnya, seperti
soda, kaldu instan, ikan asin, telur asin, makanan yang diawetkan.
c. Jumlah cairan yang masuk harus seimbang dengan cairan yang keluar (urin).
Ingat Cairan yang berlebihan akan membebani kerja ginjal yang fungsinya
sudah berkurang.
Diet nutrisi yang dapat diterapkan keluarga selama perawatan dirumah
adalah dengan memperhatikan bahan-bahan makanan yang akan diberikan kepada
pasien antara lain:
a. Jenis makanan yang diperbolehkan
1) Bahan makanan sumber karbohidrat: Nasi, bihun, jagung, madu,permen
2) Bahan makanan sumber protein: Telur, daging, ikan, ayam, susu rendah
protein
3) Bahan makanan sumber lemak: Minyak jagung, minyak kacangtanah
4) Bahan makanan sumber vitamin, adalah semua sayuran dan buah-
buahan dengan pengolahan khusus, yaitu: Kupas buah atau sayur,potong-
potong lalu cuci dengan air mengalir Letakkan dalammangkok,
tambahkan air hangat sampai sayur dan buah terendam, rendam selama
kurang lebih 2 jam (banyaknya air kurang lebih 10kali bahan makanan)
Buang air rendaman Bilas dengan airmengalir, masak sayur dan buah.
Buah dapat dimasak sebagaisetup/cocktail (buang air rebusan buah)
b. Jenis makanan yang Tidak diperbolehkan
1) Bahan makanan sumber karbohidrat: Umbi-umbian (kentang,singkong,
ubi, talas, dll)
2) Bahan makanan sumber protein: Kacang-kacangan dan hasil olahannya
(tempe, tahu, dll)
3) Bahan makanan sumber lemak: Minyak kelapa, santan, lemakhewan
4) Bahan makanan sumber vitamin dan mineral
5) Sayuran dan buah-buahan tinggi kalium pada pasien yang memiliki kadar
kalium tinggi dalam darah (Almatsier, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. 2016. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Edisi Ke-6. Jakarta: Gramedia
Anggraini, F & Putri, AF. 2016. Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Dapat Mencegah Overload Cairan. Vol 19 No.3
pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203
Carpenito, L. J. 2013. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik
(Terjemahan). Edisi 6. Jakarta: EGC.
Fajar.Al Kemal. 2018. 7 Kondisi yang Membuat Anda Rentan Alami
Hipervolemi, Gangguan Saat Tubuh Kelebihan Cairan.
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/hipervolemia-adalah-
kelebihan-volume-cairan/. Diakses pada tanggal 12 Agustus 2019
Hartono, Andry. 2008. Rawat Ginjal Cegah Cuci Darah. Yogyakarta : Kanisius
Kemenkes RI. 2011. Diet Protein Rendah Untuk Penyakit Ginjal Kronik.
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/08/Brosur-Diet-Protein-
Rendah-untuk-Penyakit-Ginjal-Kronik.pdf.Diakses pada tanggal 11
September 2019.Pukul 23.30
Rendi, Clevo M. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedal dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Noha Medika
Smeltzer & Bare. 2008. Brunner and Suddarth’s text book of medical surgical
nursing vol. 1. Philadelphia : Lippincott-Raven publisher
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai