Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pembimbing :
Sukma Senjaya, S.Kep, M.M.Kes.
Disusun Oleh:
Kelompok B
Chintia Aulia : 220110170171
Fajrin Nurul Amanah : 220110170172
Dea Agus Agasi : 220110170173
Isna Hanifah : 220110170174
Siti Nurlaila Qodariah : 220110170175
Faizal Musthofa : 220110170176
Aep Maulid Mulyana : 220110170177
Milah Kamilah : 220110170178
Christina Listha : 220110170179
Fernanda Mahardiani : 220110170180
Liesna Fitriany : 220110170181
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
ANALISA DATA
Umur : 26 th
Hari /
Implementasi Evaluasi
tanggal
Rabu, 20 Data : S:
november DS : Pasien mampu mengontrol
2019 - Pasien mengatakan sering mendengar halusinasinya dengan
bisikan yang mengatakan dan mengejek berkluyuran dan berbicara
klien. sendiri.
- Pasien mengatakan sering melihat ada Pasien mengatakan mau
setan yang mau makan anak kecil diajarkan mengontrol
DO : halusinasinya dengan cara
- Klien saat interaksi kadang ketawa menghardik, dan prasaan pasien
sendiri dan ngomong sendiri setelah di ajarkan sedikit lebih
- Klien kadang menangis sendiri dan nyaman
teriak-teriak
O:
Tx :
pasien tampak tenang, kontak
1. Membina hubungan saling
mata sedikit menurun, bicara
percaya
kurang jelas, pasien mau di ajak
2. Membantu klien untuk dalam
komunikasi, pasien tampak
mengenal halusinasinya ( isi,
mempraktikan cara mengontrol
situasi, frekuensi, durasi, dan
halusinasinya secara mandiri
respon)
dengan baik
3. Membantu klien untuk
A: Halusinasi dengar dan lihat
mengontrol halusinasinya dengan
P: Mengahardik setiap muncul
cara pertama yaitu menghardik.
halusinasinya.
RTL: Mengajarkan pasien untuk
menghardik suara palsu.
Penatalaksanaan Medis
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien harus berusaha
melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga. Klien dilatih untuk
mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”. Ini dianjurkan untuk dilakukan bila
halusinasi muncul setiap saat. Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara
kontrol halusinasi, ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu
menghardik halusinasi:
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat ketidakseimbangan
neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin). Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan
bagaimana kerja obat dapat mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat
secara tepat sehingga tujuan pengobatan tercapai secara optimal. Pendidikan kesehatan
dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam pemberian obat agar klien patuh
untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan klien yang
mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini penting dilakukan
dengan dua alasan. Pertama keluarga adalah sistem di mana klien berasal. Pengaruh
sikap keluarga akan sangat menentukan kesehatan jiwa klien. Klien mungkin sudah
mampu mengatasi masalahnya, tetapi jika tidak didukung secara kuat, klien bisa
mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa kambuh lagi. Alasan kedua, halusinasi
sebagai salah satu gejala psikosis bisa berlangsung lama (kronis), sekalipun klien pulang
ke rumah, mungkin masih mengalarni halusinasi. Dengan mendidik keluarga tentang
cara penanganan halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis begitu klien
kembali ke rumah. Latih pasien menggunakan obat secara teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas, ketegangan,
kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala – gejala lain yang biasanya
terdapat pada penderita skizofrenia, manik depresi, gangguan personalitas, psikosa
involution, psikosa masa kecil.
b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar
Indikasi:
Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la tourette pada anak –
anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku yang berat pada anak – anak.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala skizofrenia.
3. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya. Dengan
meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat memvalidasi persepsinya
pada orang lain. Klien juga mengalami peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan
dengan orang lain. Dua hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus
internal yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan
cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain:
4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian. Kebanyakan halusinasi
muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh klien.
Klien akhirnya asyik dengan halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun
rencana kegiatan dari pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur dengan
kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus selalu memonitor pelaksanaan kegiatan
tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada waktu lagi untuk melamun tak terarah.
Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas
terjadwal.
STRATEGI PELAKSANAAN
HALUSINASI
SP I KLIEN PERTEMUAN I
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS :
- Klien mengatkan
- Klien mengatakan sering melihat sosok anak kecil loncat loncat dan menangis
melihat setan akan memakan asnak itu
- Klien mengatakan mendengar suara seorang laki-laki yang ingin mengajaknya pergi
jauh.
DO :
-Identitas Peran: peran klien dikeluarga tidak sesuai, karena klien tidak merasa
anak oleh keluarganya
-Ideal Diri: Klien ingin menjadi orang yang dapat berbaur di masyarakat
-Harga Diri: Klien mengatakan bahwa klien merasa tidak dihargai karena
dikucilkan dan di buly oleh teman-temannya
2. HUBUNGAN SOSIAL
-Orang yang berarti: klien tidak mempunyai orang yang berarti dhidupnya
-Peran serta dalam kehidupan masyarakat/kelompok: klien tidak ikut kegiatan
yang ada di sekitarnya dan benar-benar merasa sulit untuk berbaur karena kondisi
fisiknya.
-Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien mengatakan bahwa
banyak sekali hambatan yang muncul ketika berhubungan dengan orang lain,
mulai dari segi kondisi fisiknya yang buruk, berantakan ,pendidikannya yang
rendah, ekonominya yang pas-pasan dan tidak ada keluarga atau teman yang mau
mendukungnya.
3. PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN
Klien mengatakan bahwa ia putus sekolah dan memilih berkerja, sehingga ia tidak
merasakan dunia pendidikan yang seharusnya untuk umur seusianya.
4. GAYA HIDUP
Gaya hidup klien sangat sederhana. Klien mencukupi kebutuhan hidupnya dengan
kerja kerasnya sendiri , ia hidup seadanya.
5. BUDAYA
Klien bersuku Sunda, yang kemudian ia masih mempertahankan budaya Sunda
dalam kehidupan sehari-harinya.
6. SPIRITUAL
Nilai dan keyakinan: Klien menganut agama Islam
Kegiatan ibadah: Klien jarang beribadah dan merasa makin jauh dari tuhan
XVII. STATUS MENTAL
1. Penampilan
(✔) tidak rapi ( ) penggunaan pakaian yang tidak sesuai ( ) cara berpakaian tidak
seperti biasanya
Jelaskan : Kerudung dan rambut klien acak-acakan, bajunya juga berantakan.
2. Aktivitas Motorik
(✔ ) lesu ( ) tik ( ) gelisah ( ) tremor
( ) tegang ( ) grimasem ( ) agitasi ( ) kompulsif
Jelaskan : Klien sangat lesu,pasrah dan klien sering menunduk, tidak ada kontak mata
yang terjadi antara klien dengan perawat.
3. Alam Perasaan
(✔ ) sedih ( ) kuatir ( ) gembira berlebihan ( ) ketakutan (✔ ) putus asa
Jelaskan : Terlihat alam perasaan klien sedih dan putus asa, klien seperti tidak
mempunyai tujuan hidup lagi, terdengar suara klien lirih dan pelan.
4. Afek
( ) labil (✔ ) datar ( ) tumpul ( ) tidak sesuai
Jelaskan : Terlihat muka klien yang datar tidak tersenyum atau menangis.
5. Interaksi selama wawancara
( ) bermusuhan ( ) defensif ( ) curiga
( ) tidak kooperatif ( ) mudah tersinggung
Jelaskan : Klien cukup kooperatif selama wawancara berlangsung.
6. Persepsi : halusinasi
( ) pengecapan ( ) pendengaran ( ) perabaa ( ) penglihatan ( ) penciuman
Jelaskan : Klien tidak mengalami halusinasi
7. Isi pikir
( ) obsesi (✔ ) depersonalisasi ( ) pikiran magis
( ) phobia ( ) ide yang terkait ( ) hipokondria
Jelaskan: Klien merasa asing bagi keluarga dan teman-temannya. Dia sangat berputus
asa dan sudah melupakan keluarganya karena suatu permasalahan dan teman-temannya
tidak ada yang mau mendukungnya karena merasa jijik dengan klien, sehingga ia
merasa hidup seorang diri dan menanggung bebean yang sangat berat.
Waham
( ) agama ( ) nihilistik ( ) curiga ( ) kontrol pikir
( ) somatik ( ) sisip pikir ( ) kebesaran ( ) siar pikir
Jelaskan : Klien tidak mengalami waham
8. Arus Pkir
( ) sirkumstansial ( ) flight of idea ( ) perseverasi
( ) tangensial (✔ ) blocking ( ) kehilangan asosiasi
Jelaskan : Klien sempat berhenti sejenak sambil melamun,namun ia melanjutkan
kembali wawancara
9. Tingkat Kesadaran
(✔ ) bingung ( ) stupor ( ) disorientasi orang
( ) sedasi ( ) disorientasi waktu ( ) disorientasi tempat
Jelaskan : Klien nampak bingung di awal wawancara
10. Memori
( ) gangguan daya ingat jangka panjang ( ) gangguan daya ingat saat ini
( ) gangguan daya ingat jangka pendek ( ) konfabulasi
Jelaskan : klien masih mengingat memori-memorinya dengan baik
11. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
( ) Mudah beralih ( ) Tidak mampu ( ) Tidak mampu berhit
Jelaskan: konsentrasi klien cukup baik
12. Kemampuan Penilaian
(✔) Gangguan Ringan ( ) Gangguan bermakna
Jelaskan: klien tampak pasrah dan tidak begitu antusias untuk mengambil keputusan
13. Daya Tilik Diri
( ) Mengingkari penyakit yang diderita (✔ ) Menyalahkan hal – hal diluar dirinya
Jelaskan: klien menyalahkan fisiknya dan kehidupan sosialnya,
KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
1.Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
( ) makanan ya✔ tidak ( ) transportasi ya✔ tidak
( ) keamanan ya tidak✔ ( ) tempat tinggal ya✔ tidak
( ) perawatan kesehatanya tidak✔ ( ) uang ya✔ tidak
( ) pakaian ya tidak✔
Jelaskan : klien masih mampu memenuhi kebutuhan ekonominya,namun ia merasa tidak
mampu memenuhi kebutuhan pakaian, perawatan kesehatan dan keamanan karena ia tidak
begitu peduli.
2. Kegiatan hidup sehari – hari
A. Perawatan diri
Bantuan Total Bantuan Minimal
( ) mandi
( ) kebersihan
( ) makan
( ) BAK / BAB
( ) ganti pakaian
Jelaskan : Karena klien hidup seorang diri, klien tidak pernah dibantu siapapun dalam
perawatan diri, ia hanya berganti pakaian dan memebersihkan dirinya selagi ia mau.
B. Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda : (✔ ) ya ( ) tidak
Apakah anda makan memisahkan diri :
(✔ ) ya, jelaskan klien merasa dikucilkan baik di lingkungan pertemanan maupun di
keluarganya
( ) tidak
Frekuensi makan sehari 3 x sehari Frekuensi kudapan sehari : 0xsehari
Nafsu makan : (✔ ) meningkat (✔ ) menurun ( ) berlebihan ( ) sedikit – sedikit
Berat Badan : (✔ ) meningkat ( ) menurun
Berat Badan terendah : 50 Kg Berat Badan tertinggi : 100 Kg
Jelaskan : Klien merasa kebutuhan makannya menjadi utama, terkadang ia juga
merasa frustasi ketika ia merasa tertekan dan jarang makan.
C. Tidur
Apakah ada masalah tidur Ya
Apakah merasa segar setelah bangun tidur Tidak
Apakah ada kebiasaan tidur siang Tidak
Lama tidur siang - jam
Apa yang menolong tidur Obat-obatan
Tidur malam : 1.00 bangun jam : 12.00
Apakah ada gangguan tidur :
(✔ ) sulit untuk tidur ( ) bangun terlalu pagi ( ) sonambulisme
( ) terbangun saat tidur ( ) gelisah saat tidur ( ) berbicara saat tidur
Jelaskan : Klien merasa sulit tidur di malam hari dan mencoba untuk meminum obat
penenang saat tidur
3. Kemampuan Klien dalam :
Mengantisipasi kebutuhan sendiri ( ) ya (✔ ) tidak
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri ( ) ya (✔ ) tidak
Mengatur penggunaan obat ( ) ya (✔ ) tidak
Melakukan pemeriksaan kesehatan (✔ ) ya( ) tidak
Jelaskan : Klien bersifat apatis,ia tidak peduli dengan dirinya dan kesehatannya, sulir
untuk menentukan keputusan yang harus dilakukannya.
6. Klien memiliki sistem pendukung
Keluarga : ya tidak ✔
Terapis : ya tidak✔
Teman sejawat : ya tidak✔
Kelompok sosial : ya tidak✔
Jelaskan : Klien mengatakan bahwa ia tidak mempunyai siapa-siapa untuk
mendukung dan memberi motivasi kepadanya, ia sangat-sangat tidak tahu harus
berbuat apa karena tidak ada yang mau berteman dengannya.
5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi ?( ) ya(✔) tidak
Jelaskan : Klien tidak mempunyai hobi apapun,dan tidak menikmati saat bekerja.
XVIII. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik
Terapi medik
XIX. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Harga Diri Rendah Kronik
Defisit Perawatan Diri: Mandi, Berpakaian
Asuhan Keperawatan
Waktu : 10.00
Tempat : Keperawatan
Sumber : Pasien
A. Identitas pasien
Umur : 23 tahun
Alamat : Bandung
Pekerjaan : Mahasiswi
Pendidikan : Sarjan
Agama : Islam
Nomor RM : 181
1) Analisa Data
No Data Masalah
1. DO : klien mengatakan masih malu untuk keluar rumah, Harga diri rendah
takut diejek oleh tetangga dan tidak bisa apa-apa dan bau kronik
DS : klien terlihat murung dan enggan berkontak mata serta
selalu menghindar kerika diajak berinteraksi
No Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Harga diri Tujuan
rendah Umum :
kronik pasien
memiliki
konsep diri
positif
Tujuan
khusus :
1.Klien dapat - Setelah 1x - Bina Pembinaan
membina pertemuan selama hubungan hubungan
hubungan 15 menit saling percaya saling percaya
saling percaya diharapkan dengan : merupakan
klien menunjukka - Sapa klien dasar
n tanda-tanda dengan ramah terjalinnya
percaya kepada baik verbal komunikasi
perawat : maupun non terbuka
- Wajah klien verbal sehingga
cerah dan - Perkenalkan meningkatkan
tersenyum diri dengan rasa
- Klien mau sopan. komunikasi
membalas salam. - Tanyakan klien.
- Klien mau nama lengkap
menyebutkan klien dan nama
nama sambil panggilan yang
berjabat tangan disukai.
dan ada kontak - Jelaskan
mata tujuan
- Klien bersedia pertemuan.
menceritakan - Jujur dan
perasaannya menepati janji
- Tunjukkan
sikap empati
dan menerima
klien apa
adanya.
STRATEGI PELAKSANAAN
HARGA DIRI RENDAH
Terapi medik
XXVI. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Isolasi Sosial: Menarik Diri
- Defisit Perawatan Diri: Makan,Mandi,Berakaian
TINJAUAN KASUS
Analisa Data
Intervensi
Evaluasi
S:
O:
A:
P:
Klien
Perawat:
a. Evalusi SP1
STRATEGI PELAKSANAAN
ISOLASI SOSIAL
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien mulai menjauhkan diri dari orang-orang.
- Klien menggelengkan kepala sebagai bentuk jawaban tidak karena klien tidak mau
berbicara dengan orang lain.
Data Objektif
- Klien tidak mau menanggapi pertanyaan perawat.
- Klien banyak berdiam diri dan menjauh dari orang banyak termasuk keluarganya.
- Klien tidak mau mendeskripsikan masalahnya.
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
c. Klien mampu menyebutkan keuntugan dan kerugian hubungan dengan orang lain.
d. Klien dapat menjelaskan hubungan sosial secara bertahap.
e. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain.
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian.
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
“Selamat pagi, perkenalkan saya Fajrin Nurul Amanah, biasa dipanggil Fajrin. Saya
mahasiswa Keperawatan Unpad yang akan dinas diruangan ini dari pukul 07.00 pagi
sampai pukul 13.00 siang. Kalau boleh saya tahu nama kamu siapa?” “Senangnya
dipanggil dengan sebutan apa?” “Bagaimana perasaannya hari ini?”Apa kamu masih
tidak mau berbicara dengan orang lain?” “ Ayo tidak apa-apa berbicara sebentar dengan
saya, kita mengobrol-ngobrol saja. Apakah kamu mau?” “kita mengobrol agar kamu tau
keuntungan berinteraksi dengan orang lain itu apa, terus kamu juga nanti tau kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain itu apa.” “Mau kan? Kira kira mau berapa lama kita
mengobrolnya? Bagaimana kalau 10 menit saja ya?” “Kamu mau kita mengobrol
dimana? Senyamannya kamu saja dimana, mau di ruang tamu?”
2. Fase Kerja
“Kamu tinggal dengan siapa dirumah?” “Siapa yang paling dekat dengan kamu? Yang
masih sering diajak untuk mengobrol.” “Kenapa kamu bisa deket sama dia?” “Siapa
anggota keluarga dan teman yang tidak dekat dengan kamu?” “Kenapa mereka tidak
dekat dengan kamu? Apa yang membuat kamu tidak nyaman dekat dengan mereka?”
“Apa saja kegiatan yang biasa kamu lakukan ketika sedang berkumpul dengan keluarga?
Kalau sama tema-teman bagaimana?” “Apakah ada pengalaman yang tidak
menyenangkan terjadi ketika kamu kumpul bersama teman-teman? Apa yang membuat
kamu jadi tidak mau untuk ngumpul dan berbincang-bincang lagi dengan teman teman?”
“Menurut kamu apa sih untungnya punya teman?” “Kalau kerugian kita tidak punya
teman apa?” “kamu ingin belajar untuk berteman lagi dengan orang lain tidak?” “Nah
untuk memulainya, sekarang kamu latihan berkenalan sama saya dulu ya. Begini, untuk
berkenalan dengan orang lain kita harus menyebutkan nama kita dulu bisa juga nama
panggilan kita.” “Contohnya, Nama saya Fajrin Nurul biasa dipanggil Fajrin.”
“Selanjutya tanya nama orang yang akan kita ajak berkenalan.” “Contohnya, nama kamu
siapa? Biasanya dipanggil apa?” “Ayo coba selanjutnya kamu praktikkan sendiri.
Bagaimana coba jika kamu mau berkenalan dengan saya?” “Nah bagus, setelah diajak
berkenalan, kamu bisa melanjutkannya dengan obrolan lain.” “Bagaimana kalau
sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman yang lainnya.”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaanmu setelah kita latihan berkenalan?” “Baiklah, dalam satu hari mau
berapa kali kita latihan bercakap-cakap?” “Dua kali ya? Terus kamu ingin pukul berapa
latihannya? Bagaimana kalau pukul 11.00 dan pukul 15.00 kamu latihan mengobrol
dengan teman sekamar kamu ya.” “Kalau kamu melakukannya secara mandiri, nanti
kamu tuliskan M. Tapi kalau kamu melakukannya dibantu atau diingatkan, tulis saja
saya. Jika kamu tidak melakukannya maka kamu tulis T.” “Paham kan? Coba ulangi
kata-kata saya.” “Nah bagus.” Baiklah, gimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi
tentang pengalaman kamu mengobrol dengan teman sekamar kamu ya. Apakah kamu
bersedia?” “Untuk waktunya, bagaimana kalau pukul 12.30?” “Tempatnya di ruang tamu
lagi saja ya? Bagaimana?” “Baiklah sampaik jumpa besok pukul 12.30 di ruang tamu
ya.”
EBP Mengenai Halusinasi, Isolasi Sosial, dan Harga Diri Rendah
1. Nama Jurnal: Judul Penelitian: Case- Sampel: Terapi 3 hari Observasi Setelah dilakukan penerapan
Website: Penerapan Terapi study 1 klien yang music perilaku terapi musik klasik pada klien
University of Musik Klasik pada mengalami klasik gangguan jiwa dengan masalah
Nahdatul Pasien Skizofrenia masalah keperawatan halusinasi selama
Ulama dengan Masalah keperawata tiga hari didapatkan hasil klien
Surabaya Keperawatan n halusinasi relative tenang, ada kontak mata,
Repository Halusinasi di Ruang mampu berkomunikasi dengan
Flamboyan RSJ baik, dan mampu mengendalikan
Menur,Surabaya. halusinasi serta tampak rileks
Penulis: pada hari ke 3 setelah dilakukan
Anggraini, Tujuan Penelitian: intervensi
Fitri Mengexplorasi
penerapan terapi musik
Tahun: klasik pada klien
2016 dengan masalah
keperawatan halusinasi
di ruang Flamboyan
RSJ Menur Surabaya
2. Nama Jurnal: Judul: Quasi Populasi: Terapi 15 Observasi Terdapat pengaruh terapi thought
PROSIDING Pengaruh Terapi experimen 86 pasien Tought menit dan stopping terhadap kemampuan
KONFERENS Tought Stopping tal pre- skizofrenia Stopping wawancara mengontrol halusinasi pada pasien
I NASIONAL terhadap Kemampuan post-test yang terstruktur schizofrenia di poli jiwa rs
PPNI JAWA Mengontrol Halusinasi with berobat di kabupaten gresik.
TENGAH pada Pasien Skizofrenia control Poli Jiwa
2013 group RS
Tujuan Penelitian: Kabupaten
Penulis: Menjelaskan pengaruh Gresik.
Retno thought stopping
Twistiandayani terhadap kemampuan Sampel:
pasien dalam 30 pasien
Tahun: mengontrol halusinasi rawat jalan
2013 di Poli Jiwa
RS
Kabupaten
Gresik
Sampling:
purposive
sampling
3. Nama Jurnal: Judul: Deskriptif Sample: Terapi 14 hari Metode Sebagian besar pasien halusinasi
Jurnal Tingkat Kemandirian 42 Aktivitas observasi memiliki kemandirian secara
Keperawatan Pasien Mengontrol Kelompok parsial (partially), di mana pasien
Padjadjaran Halusinasi setelah Teknik dan perawat melakukan perawatan
Terapi Aktivitas pengambila secara bersama.
Kelompok n sampel:
Penulis: consecutive
Jurnal Tujuan penelitian: sampling.
Keperawatan Bertujuan
Padjadjaran menggambarkan tingkat
kemandirian pasien
Tahun: halusinasi dalam
2013 mengontrol halusinasi
setelah mengikuti terapi
aktivitas kelompok
stimulasi persepsi
halusinasi.
4. Penulis : Judul : Deskriptif Sampel : Terapi 15 Hari Tingkat Hasil penelitian mengenai tingkat
Handayani, 24 orang Aktivitas kemandirian kemandirian pasien halusinasi
Sriati, & Tingkat Kemandirian Usia 25-60 Kelompok dalam yang telah mengikuti kegiatan
Widianti Pasien Mengontrol tahun mengontrol terapi aktivitas kelompok
Halusinasi setelah halusinasi : stimulasi persepsi dalam
Tahun : Terapi Aktivitas Lokasi : Supportive, mengontrol halusinasi adalah
2013 Kelompok RSJJ Jawa partially, supportive 12 orang (28,6%),
Barat wholly partially 26 orang (61,9%), dan
wholly 4 orang (9,5%)
5. Nama Jurnal: Judul: Metode Tidak Tidak - Tidak ada Didapatkan 3 karakteristik umum
Health and Interventions to reduce Integrativ menggunak dilakukan evaluasi intervensi yang
Social Care in social isolation and e Review an sampel intervensi pengukuran mendemonstrasikan hasil yang
the loneliness among older positif pada isolasi social dan
Community people: an integrative Kualitas kesepian;
26(2), 147–157 review metodologi 1.Adaptibilitas
Penulis: dievaluasi 2.Pendekatan pengembangan
Clare Tujuan Penelitian: dengan komunitas
Gardiner PhD Tujuan dari studi ini menguji 3.Dukungan produktif
BSc 1, Gideon adalah untuk penelitian
Geldenhuys 2 melakukan kajian menggunak Analisis tematik mengidentifikasi
and Merryn Integratif literatur an 6 kategori intervensi berdasarkan
Gott PhD MA2 tentang intervensi yang hirarkidari tujuan , mekanisme aksi dan
menargetkan isolasi beberapa
sosial dan/atau kesepian hasil tujuan hasil, diantaranya
Tahun: pada orang tua penelitian 1.Intervensi fasilitas social
2018 sebagai 2. Terapi psikologis
petunjuk 3. Penyedia perawatan kesehatan
dan social
4. Intervensi hewan
5.Intervensi pertemanan
6. Pengembangan sikap dan waktu
6. Nama Jurnal: Judul: Quasy Sampel: Terapi - Observasi Terdapat pengaruh yang
Nurse Journal Pengaruh Pemberian experimen 10 Aktivitas dan bermakna pada pemberian TAKS
Keperawatan Terapi Aktivitas t tanpa responden. Kelompok wawancara terhadap perubahan perilaku klien
Kelompok Sosialisasi kelompok Sosialisasi isolasi sosial. Diharapkan kepada
Penulis: Terhadap Perubahan kontrol (TAKS) perawat rumah sakit untuk dapat
Surya Perilaku Klien Isolasi dengan meningkatkan pelaksanaan TAKS
Efendia , Atih Sosial pendekata dengan memperhatikan indikasi
Rahayuningsih none klien yang bisa diikutsertakan
b , Wan Tujuan Penelitian: group pre- dalam kegiatan TAKS. Kemudian
Muharyatic Mengetahui pengaruh post test kepada peneliti selanjutnya
pemberian terapi treatment diharapkan untuk dapat
aktivitas kelompok design. melanjutkan penelitian ini dengan
sosialisasi terhadap
Perubahan Perilaku Teknik menggunakan teknik kualitatif.
Klien Isolasi Sosial di pengembil
Ruang Gelatik RS Jiwa an
Prof HB Sa’anin sampling
Padang purposive
sampling
7. Nama Jurnal: Judul Penelitian: Desain Sampel: Terapi 1 bulan Observasi Hasil penelitian menunjukkan ada
Jurnal penelitian berjumlah perilaku 10 hari perilaku pengaruh terapi perilaku kognitif
Peningkatan
Keperawatan : 33 kognitif terhadap kemampuan interaksi
Kemampuan
Jiwa quasi yang (kognitif, afektif dan perilaku)
Interaksi Sosial
experimen Teknik terdiri dari pada klien isolasi sosial (p value <
(Kognitif, Afektif
Penulis: tal pre- pengambila 5 sesi 0.05). Ada peningkatan
Dan Perilaku)
Sri Nyumirah post test n sampel: kemampuan interaksi sosial
Melalui Penerapan
with total (kognitif, afektif dan perilaku)
Terapi Perilaku
Tahun: without sampling setelah dilakukan terapi perilaku
Kognitif Di Rsj Dr
2013 control kognitif.
Amino
Gondohutomo
Semarang
Tujuan Penelitian:
Untuk mengetahui
pengaruh pemberian
terapi perilaku kognitif
terhadap kemampuan
klien isolasi sosial
dalam melakukan
interaksi di ruang rawat
inap di RSJ Dr Amino
Gondohutomo
Semarang
8. Peulis : Judul : Quasi Pre Sampel : Latihan Tidak Kemampua Menggunakan uji wilcoxon
Rsj, Experimen 30 Orang kemampua menyan n terdapat pengaruh terhadap latihan
Pengaruh Latihan
Ratumbuysang tal One L : 17 orang n tumkan Berinteraksi sosialisasi terhadap kemampuan
Keterampilan
, & Karundeng Time Pre P : 13 orang bersosialis jangka Klien berinteraksi klien isolasi sosial
Sosialisasi Terhadap
Test Pos RSJ Prof. asi waktu Isolasi yang signifikan dengan p = 0,000
Kemampuan
Tahun : Test Dr. V.L Sosial
Berinteraksi Klien
2016 Manado menggunak
Isolasi Sosial Di Rsj
an uji
Prof. Dr. V. L.
Wilcoxon
Ratumbuysang
Manado
9. Nama Jurnal: Judul: Metode 2 pasien Terapi Data
The 10th Penerapan Terapi deskriptif dengan okupasi diperoleh Setelah dilakukan penerapan
University Okupasi: Berkebun dengan harga diri berkebun melalui terapi okupasi berkebun menanam
Research untuk Meningkatkan pendekata rendah. wawancara cabai di polybag pada pasien
Colloqium Harga Diri pada Pasien n studi dan harga diri rendah didapatkan hasil
2019 Harga Diri Rendah di kasus pada observasi penurunan tanda dan gejala harga
Wilayah Puskesmas 2 pasien menggunak diri rendah pada P1 sebesar 3 skor
Penulis: Sruweng dengan an dan pada P2 sebesar 4 skor. Selain
Astriyana harga diri instrumen itu, didapatkan hasil peningkatan
Krissanti1* , Tujuan Penelitian: rendah. pengkajian kemampuan menanam cabai pada
Arnika Dwi Meningkatkan harga tanda dan P1 sebesar 11 skor dan pada P2
Asti2 diri pasien harga diri gejala harga sebesar 9 skor.
rendah kronik dengan diri rendah
Tahun: terapi okupasi berkebun kronik dan
2019 menanam cabai di lembar
wilayah kerja observasi
Puskesmas Sruweng. kemampuan
pasien
dalam
melakukan
terapi
okupasi
berkebun
10. Nama Jurnal: Judul: Metode 35 TERAPI - - Hasil penerapan pada kelompok
Jurnal PENERAPAN TERAPI yang responden. KOGNITI klien dengan tindakan
Keperawatan KOGNITIF DAN dipakai Pada 15 F DAN keperawatan generalis dan terapi
Jiwa PSIKOEDUKASI adalah klien PSIKOED kognitif menunjukkan penurunan
KELUARGA PADA studi diberikan UKASI tanda dan gejala rata-rata 54,94%;
Penulis, KLIEN HARGA DIRI kasus tindakan KELUAR peningkatan kemampuan rata-rata
Titik Suerni¹, RENDAH DI RUANG keperawata GA 89,57%; lama rawat ratarata 37
Budi Anna YUDISTIRA RUMAH n generalis hari. Hasil penerapan pada
Keliat2 dan SAKIT Dr. H. dan terapi kelompok klien dengan tindakan
Novy Helena MARZOEKI MAHDI kognitif keperawatan generalis, terapi
C.D3 BOGOR TAHUN 2013 serta pada kognitif dan psikoedukasi
20 klien keluarga menunjukkan penurunan
Tahun: Tujuan Penelitian: diberikan tanda dan gejala rata-rata 71,2%;
2013 Menggambarkan tindakan peningkatan kemampuan klien
penerapan terapi keperawata rata-rata 100%; peningkatan
kognitif dan n generalis, kemampuan keluarga rata-rata
psikoedukasi keluarga terapi 98%; lama rawat rata-rata 26 hari.
pada klien harga diri kognitif dan Berdasarkan penurunan tanda dan
rendah psikoedukas gejala, peningkatan kemampuan
i keluarga klien dan keluarga serta lama hari
rawat maka terapi kognitif dan
psikoedukasi keluarga
direkomendasikan pada klien
dengan harga diri rendah.
11. Nama Jurnal: Judul: Desain: Sampel: Pendidika - Observasi Hasil analisis menunjukkan skor
Jurnal Pengaruh Pendidikan Quasi Keluarga n kemampuan kognitif keluarga
Poltekkes Kesehatan Keluarga eksperime dengan kesehatan sebelum pemberian pendidikan
Tasikmalaya terhadap Kemampuan n koping keluarga kesehatan pada kelompok
Keluarga Merawat pendekata keluaga intervensi adalah 41,28 dan
Penulis, Klien HDR di Kota n pre post tidak efektif setelah mendapatkan pendidikan
Ridwan Tasikmalaya tes dengan dalam kesehatan keluarga menjadi 70,48
Kustiawan grup merawat dengan p value 0,000. Artinya
Tujuan Penelitian: kontrol. klien HDR, terdapat perbedaan yag bermakna
Tahun: Mengetahui pengaruh 50 keluarga pada kelompok intervensi antara
2015 pendidikan kesehatan dibagi 2 sebelum dilakukan terapi
keluarga terhadap kelompok psikoedukasi dengan setelah
kemampuan keluarga yaitu 25 dilakukan terapi psikoedukasi
merawat klien HDR di kelompok keluarga.
Kota Tasikmalaya intervensi
dan 25
kelompok
kontrol.
12. Penulis : Judul : Deskriptif Sample : Terapi 7 Hari Pengkajian terapi okupasi berkebun
Rauf, Dwi Penerapan Terapi analitik, 2 orang okupasi tanda dan menanam cabai dipolybag
Suhardini, Okupasi: Berkebun Case berkebun. gejala harga sebelum dan
Tiro, & Sutria untuk meningkatkan Study diri rendah sesudah diberikan asuhan
Harga Diri pada pasien Lokasi : kronik yang
Tahun : Harga Diri Rendah di Sruweng, terdiri dari 6
2019 wilayah Puskesmas Gembong item
Sruweng. subjektif
dan 6 item
objektif.
DAFTAR PUSTAKA
X
ANGGRAINI, F. A. (2016). PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA PASIEN
SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HALUSINASI DI RUANG
FLAMBOYAN RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA.
Gardiner, C., Geldenhuys, G., & Gott, M. (2018). Interventions to reduce social isolation and
loneliness among older people: an integrative review. Health and Social Care in the
Community, 26(2), 147–157. https://doi.org/10.1111/hsc.12367
Twistiandayani, R., & Widati, A. (2017, February). PENGARUH TERAPI TOUGHT
STOPPING TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINA PADA PASIEN
SKIZOFRENIA. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL.
Handayani, D., Sriati, A., & Widianti, E. (2013). Tingkat Kemandirian Pasien Mengontrol
Halusinasi setelah Terapi Aktivitas Kelompok. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 1(1).
Rahayuningsih, A., & Muharyari, W. (2016). Pengaruh Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi Terhadap Perubahan Perilaku Klien Isolasi Sosial. NERS Jurnal
Keperawatan, 8(2), 105-114.
Rauf, S., Dwi Suhardini, A. nur setiyawati, Tiro, N. H., & Sutria, E. (2019). PENGARUH
REMINISCENCE GROUP THERAPY TERHADAP STATUS HARGA DIRI LANSIA
POST POWER SYNDROME. Journal of Islamic Nursing.
https://doi.org/10.24252/join.v4i1.7488
Rsj, D. I., Ratumbuysang, P. V. L., & Karundeng, M. (2016). Pengaruh Latihan Keterampilan
Sosialisasi Terhadap Kemampuan BerinteraksiI Klien Isolasi Sosial. E-Journal
Keperawatan Universitas Samratulangi.
Krissanti, A., & Asti, A. D. (2019). Penerapan Terapi Okupasi: Berkebun untuk Meningkatkan
Harga Diri pada Pasien Harga Diri Rendah di Wilayah Puskesmas Sruweng. Proceeding of
The URECOL, 630-636.
Suerni, T., & Keliat, B. A. (2013). Penerapan terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga pada
klien harga diri rendah di ruang yudistira rumah sakit Dr. H. Marzoeki mahdi bogor tahun
2013. Jurnal Keperawatan Jiwa, 1(2).
Nyumirah, S. (2013). Peningkatan kemampuan interaksi sosial (kognitif, afektif dan perilaku)
melalui penerapan terapi perilaku kognitif di rsj dr amino gondohutomo semarang. Jurnal
keperawatan jiwa, 1(2).
Kustiawan, R. (2015). Pengaruh pendidikan kesehatan keluarga terhadap kemampuan keluarga
merawat klien HDR di kota Tasikmalaya. Buletin Media Informasi, 1(1), 66-73.