Anda di halaman 1dari 6

Laporan Pendahuluan

RBD

Disusun oleh:
Nama:
NIM:

Dosen pembimbing:
Nama:

Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Islam Sultan Agung

2020
Pembahasan

1. Teori Penyakit
1.1 Pengertian Resiko Bunuh Diri
Bunuh diri: Segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya
sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan
akibatnya, yang dilakukan dalam waktu singkat. Pada umumnya tindakan bunuh
diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress. ( W. F. Maramis, 1992 )
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapatmengakhiri kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam
psikatrikontemporer, karena jumlah yang terlibat dan riset yang mereka buat. Di
dunia lebihdari 1000 tindakat bunuh diri terjadi tiap hari, di Inggris ada lebih dari
3000 kematianbunuh diri tiap tahun (Ingram, Timbury dan Mowbray, 1993).
Bunuh diri adalah tindakan agresif terhadap diri sendiri untuk mengakhiri
kehidupan ( Budi Anna Keliat, 1993 )
1.2 Etiologi
a. Faktor genetic dan teori biologi Faktor genetic mempengaruhi terjadinya
resiko bunuh diri pada keturunannya. Disamping itu adanya penurunan
serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko
buuh diri.
b. Teori Sosiologi Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu :
Egoistik (orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social), atruistik
(Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide karena
kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan
stressor).
c. Teori Psikologi Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh
diri merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.

1.3 Tanda dan gejala


a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
d. Impulsif.
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat
dosis mematikan).
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri).
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alcohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
k. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier).
l. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n. Pekerjaan.
o. Konflik interpersonal.
p. Latar belakang keluarga.
q. Orientasi seksual.
r. Sumber-sumber personal.
s. Sumber-sumber social.
t. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil

1.4 Pahtway

Stressor pencetus

A praisal of stressor

sumber koping

mekanisme koping

Denial, Rasionalisasi, Regresi

Construktif Destruktif

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Bunuh Diri

3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan : Resiko Bunuh Diri
b. Tujuan umum : Klien tidak menciderai dirinya sendiri
 TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Kriteria Evaluasi : Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang,
ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau
menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau
mengutarakan masalah yang dihadapi.
- Rencana Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik :
a. Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar

- Rasional : Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan


klien pada perawat sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan tindakan
selanjutnya.

 TUK 2 : Klien dapat terlindung dari perlaku bunuh diri


- Kriteria evaluasi :Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
- Rencana Tindakan :
1.      Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan.
2.      Tempatkan klien diruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
3.      Awasi klien secara ketat setiap saat

 TUK 3 : Klien dapat meningkatkan harga diri,


- Kriteria evaluasi :Klien dapat meningkatkan harga dirinya
- Rencana Tindakan :
1.      Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
2.      Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
3.      Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal : hubungan antar
sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan)
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
DIAGNOSA PASIEN KELUARGA
KEPERAWATAN
Resiko bunuh diri SP 1 : TUK 1 – 2 SP 1

1. Membina hubungan 1. Mengidentifikasi


saling percaya dengan masalah keluarga
klien dalam merawat pasien.
2. Melindungi klien dari 2. Menjelaskan proses
perilaku bunuh diri terjadinya harga diri
a. Jauhkan klien dari rendah kronis sehingga
benda yang dapat menimbulkan resiko
membahayakan bunuh diri
( misalnya : pisau, 3. Mengajari keluarga
silet, gunting, kaca, cara mencegah resiko
dll ) bunuh diri
b. Tempatkan klien di 4. Menjelaskan cara
tempat yang tenang merawat pasien
dan selalu terlihat 5. Bermain peran cara
oleh perawat. merawat pasien
c. Awasi klien secara
ketat setiap saat.
3. Mengajarkan cara
mengendalikan
dorongan untuk bunuh
diri
SP 2 : TUK 3 SP 2

1. Mengevaluasi kegiatan 1. Mengevaluasi


yang telah di lakukan kemampuan keluarga
( SP 1) di SP 1
2. Meningkatkan harga 2. Latih keluarga untuk
diri klien : komunikasi langsung
a. Bantu klien untuk dengan klien
memahami bahwa 3. Menyusun jadwal
klien dapat keluarga untuk
mengatasi merawat klien
keputusasaannya

b. Kaji dan kerahkan


sumber – sumber
internal individu

c. Bantu
mengidentikasi
sumber – sumber
harapan (misal :
hubungan antar
sesame, keyakinan,
hal- hal untuk
diselesaikan)
3. Masukkan dalam jadwal
kegiatan klien

SP 3 : TUK 3, 4, 5 SP 3

1. Mengevaluasi kegiatan 1. Mengevaluasi


yang telah di lakukan kemampuan keluarga
( SP 1 & 2) 2. Mengevaluasi
2. Mengidentifikasi pola kemampuan pasien
koping yang biasa di 3. RTL keluarga :
gunakan klien a. HE perawatan di
3. Menilai pola koping rumah
yang di miliki klien - Jangan biarkan
4. Mengajarkan klien klien sendiri
mekanisme koping yang - Jauhkan benda
adaptif – benda yang
5. Membantu klien dapat di
merencanakan masa gunakan untuk
depan yang realistis bunuh diri
6. Memobilisasi dukungan - Temani klien
social melakukan
7. Masukkan dalam jadwal aktivitas yang
kegiatan klien di sukai
b. Rencana pulang

Anda mungkin juga menyukai