Anda di halaman 1dari 3

KASUS RESIKO BUNUH DIRI

An J. berumur 15 tahun merupakan seorang siswa yang sangat pintar di


sekolahnya. Kepintaran dia tidak selaras dengan keharmonisan keluarganya
dikarenakan kedua orangtuanya berpisah saat usia klien 10 tahun. Sejak orang
tuanya berpisah klien tinggal bersama ayahnya, 5 bulan kemudian ayahnya
menikah lagi dengan seorang wanita yang memiliki sikap kasar dan sering
memukulinya hampir setiap hari. Klien sering murung dan saat dilakukan pengkajian
klien mengatakan ingin mati saja karena hidupnya sangat sengsara dan ia juga
mengatakan kalau ia sangat benci dengan ayahnya karena menikah dengan wanita
yang sangat kasar, kontak mata kurang, dan klien lebih sering terlihat sendiri. Ayah
klien mengatakan 2 minggu sebelum masuk rumah sakit klien dipermalukan oleh
teman-temannya karena klien mempunyai ibu tiri yang jahat seperti seperti di
sinetron azab. Setelah kejadian itu klien menjadi pribadi yang murung dan klien
pernah mencoba bunuh diri dengan cara meminum obat pembasmi hama serangga
tetapi percobaan bunuh diri itu gagal dan klien berusaha menghabisi dirinya lagi
dengan cara menyayat tangannya dengan kater. Karena hal tersebut, ayah klien
menganggap perilaku anaknya membahayakan dirinya sendiri dan lingkungannya
akhirnya memutuskan membawa klien ke rumah sakit jiwa pada tanggal 28 Juni
2020. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan Nadi 128 x/menit, Respirasi 22 x/menit,
0
suhu 36,5 C dan klien tidak memiliki kelainan atau keluhan pada fisiknya.
Bagaimana tindakan keperawatan yang dilakukan?

STRATEGI PELAKSANAAN III


A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS :
 Klien mengatakan lebih baik mati saja
DO :
 Ekspresi murung
 Kontak mata kurang
 Ada bekas percobaan bunuh diri
2. Diagnosa keperawatan: Resiko bunuh diri
3. Tujuan Khusus : Mengidentifikasi pola koping pasien
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi pola koping yang bisa diterapkan pasien
b. Menilai pola koping yang bisa dilakukan
c. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
d. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam
kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
1. Orientasi
a. Salam terapetik
“Selamat pagi ade, masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan ade hari ini?”, bagaimana dengan tidurnya
semalam?”.
c. Kontrak
“Ade masih ingat dengan kontrak kita kemarin?, kita akan berbincang-
bincang tentang bagaimana cara ade melakukan hal yang baik ketika
sedang mengalami masalah, bagaimana kalau kita berbincang-bincang
ditaman sesuai dengan kontrak kita kemarin?, apa ade mau?, berapa
lama kita akan berbicara?, bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak kita
kemarin juga yang telah di tentukan?, apakah ade setuju?”.
d. Tujuan
“Tujannya adalah, supaya ade dapat melakukan hal yang positif ketika
sedang mengalami masalah”.
2. Fase Kerja
“Ade, ketika ade sedang mangalami masalah, apa yang ade lakukan?,
apalagi de?, bagus sekali ade ini. Jadi kalau ade sedang mengalami
masalah seperti itu, ade bisa melakukan hal-hal yang membuat ade sibuk,
tapi sibuk dengan hal-hal yang positif, seperti apa yang ade katakan tadi,
misalnya : main bola, belajar dan shalat”. “Coba ade sebutkan lagi kegiatan-
kegiatannya ! iya pintar…..
3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ade setelah apa yang kita bicarakan tadi?, saya
senang jika ade melakukan kegiatan-kegiatan yang tadi kita bicarakan”.

b. Evaluasi objektif
“Coba ade sebutkan kembali apa yang sudah kita bicarakan tadi! Pintar
sekali ade ini….”.
c. Rencana tindak lanjut
“ade, selama kitak tidak bertemu, ade bisa melakukan kegiatan-kegiatan
tadi, seperti main bola, belajar, dan shalat. Kemudian ade masukan
kedalam jadwal kegiatan harian ya”.
d. Kontrak yang akan dating
“Baiklah sekarang saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi
pak?,bagaimana kalau besok?, baiklah besok kita akan membahas
tentang membuat rencana untuk masa depan. Bagaimana kalau di
taman lagi ?, baik besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah ade
setuju?, baiklah selamat beristirahat ya de”. 

Anda mungkin juga menyukai