Anda di halaman 1dari 72

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN

1. Pendidikan Kesehatan di Sekolah

Menurut Notoatmodjo, Hassan, Nurlaela, dan Krianto (2012)

pendidikan kesehatan di sekolah-sekolah mulai taman kanak-kanak dan

sampai dengan sekolah lanjutan atas dan sederajat. Pendidikan

kesehatan di sekolah dapat diwujudkan melalui dua jalur yakni :

a. Jalur Kulikuler

Jalur kegiatan kulikuler dilaksanakan sesuai dengan

kurikulum satuan pendidikan, berdasarkan peraturan Menteri

Pendidikan No. 22 Tahun 2006 dalam mata ajaran “pendidikan

jasmani olahraga dan Kesehatan”. Menurut surat keputusan ini,

semua satuan tingkat pendidikan dari TK sampai SLTA dan yang

sederajat, pendidikan kesehatan diberikan sesuai dengan kurikulum

pada masing-masing jenjang pendidikan tersebut.

b. Jalur Ekstrakulikuler

Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan di luar jam

pelajaran biasa (termasuk kegiatan pada waktu libur) yang dilakukan

di sekolah ataupun di luar sekolah dengan tujuan antara lain untuk

memperluas pengetahuan dan keterampilan siswa-siswi serta

13
14

melengkapi upaya pembinaan manusia Indonesia seutuhnya.

Kegiatan ekstrakulikuler mencangkup kegiatan yang berkaitan

dengan pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan

kesehatan (UKS).

Melalui kegiatan kesehatan pendidikan kesehatan baik

kulikuler maupun non-kulikuler, maka anak sekolah, guru, dan

karyawan dapat menyebarluaskan kepada keluarga dan lingkungan

sosialnya. Muatan pendidikan kesehatan tersebut disesuaikan

dengan karakter perilaku yang dapat dipandang sebagai faktor risiko

terhadap kesehatan anak sekolah. Misalnya diberikan pendidikan

kesehatan pada anak SLTA tentang bahaya narkotika, pentingnya

pemeliharaan alat reproduksi, dll (Notoatmodjo, 2012).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab

terbentuknya perilaku tersebut Green dalam (Notoatmodjo, 2012) yaitu :

a. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi promosi

kesehatan bertujuan untuk mengunggah kesadaran, memberikan

atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan

dan peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarga maupun

masyarakatnya. Disamping itu, dalam konteks promosi kesehatan

juga memberikan pengertian tentang tradisi, kepercayaan masyarakat

dan sebaginya, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan

kesehatan. Bentuk promosi ini dilakukan dengan penyuluhan


15

kesehatan, pameran kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan,

billboard, dan sebagainya.

b. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat) bentuk

promosi kesehatan ini dilakukan agar masyarakat dapat

memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan sarana dan

prasarana kesehatan dengan cara memberikan kemampuan dengan

cara bantuan teknik, memberikan arahan, dan cara-cara mencari

dana untuk pengadaan sarana dan prasarana.

c. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin) promosi

kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk mengadakan pelatihan

bagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri

dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi

teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan

kesehatan dapat mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat memengaruhi cara pandang seseorang

terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dinyatakan

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah

seseorang menerima informasi yang didapatnya.


16

b. Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin

mudah pula dalam menerima informasi baru.

c. Adat Istiadat Masyarakat

Kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat

sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

d. Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan

oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada

kepercayaan masyarakat dengan pencapaian informasi.

e. Ketersediaan Waktu di Masyarakat

Penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas

masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam

penyuluhan.

4. Metode Pendidikan Kesehatan

a. Batasan dan Pengertian

Metode diartikan sebagai cara atau pendekatan tertentu.

Dalam proses belajar, pendidik harus dapat memilih dan

menggunakan metode (cara) mengajar yang cocok atau relevan,

sesuai dengan kondisi setempat


17

b. Jenis Metode

Secara garis besar, metode dibagi dua, yaitu metode didaktif

dan metode sokratik.

1) Metode Didaktif

Metode ini didasarkan atau dilakukan secara satu arah

atau one way methode. Tingkat keberhasilan metode didaktif

dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif.

2) Metode Sokratik

Metode ini dilakukan secara dua arah atau two ways

method. Dengan metode ini, kemungkinan antar pendidik dan

peserta didik bersifat aktif dan kreatif.

c. Klasifikasi Metode

Menurut Notoatmodjo dalam Maulana (2014), metode

pendidikan kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu

metode pendidikan kesehatan individu, kelompok, dan massa.

1) Metode Pendidikan Individu

a) Bimbingan dan Konseling

Bimbingan berisi penyampaian informasi yang

berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi

dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk pelajaran

Konseling adalah proses belajar yang bertujuan

memungkinkan peserta didik mengenal dan menerima diri


18

sendiri secara realistis dalam proses penyelesaian dengan

lingkungannya.

b) Wawancara (interview)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari

bimbingan dan konseling. Wawancara petugas dengan klien

dilakukan untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau

belum menerima perubahan dan untuk mengetahui apakah

perilaku yang sudah atau belum diadopsi memiliki dasar

pengertian dan kesadaran yang kuat

2) Metode Pendidikan Kelompok

Untuk kelompok yang besar (sasaran berjumlah lebih dari

15 orang), dapat digunakan metode ceramah dan seminar.

a) Ceramah

Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh

seseorang pembicara di depan sekelompok pengunjung atau

pendengar. Metode ini dipergunakan jika berada dalam

kondisi berikut :

(1) Waktu untuk penyampaian informasi terbatas

(2) Orang yang mendengar sudah termotivasi.

(3) Pembicara menggunakan gambaran dalam kata-kata.

(4) Kelompok terlalu besar untuk memakai metode lain.

(5) Ingin menambah atau menekankan apa yang sudah

dipelajari.
19

b) Seminar

Seminar atau penyajian dari satu atau beberapa ahli

tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya

dianggap hangat oleh masyarakat. Metode ini hanya cocok

untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah

ke atas.

5. Media Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian

Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam

menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Media pendidikan

kesehatan disebut sebai alat peraga karena berfungsi membantu dan

memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran

(Notoatmodjo, 2010).

b. Manfaat Media atau Alat Peraga

Secara rinci, manfaat alat peraga adalah sebagai berikut:

1) Menimbulkan minat sasaran.

2) Mencapai sasaran yang lebih banyak.

3) Membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman.

4) Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain.

5) Memudahkan penyampaian informasi.

6) Memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran.

7) Mendorong keinginan untuk mengetahui, mendalami, dan

mendapat pengertian yang lebih baik.


20

c. Macam alat bantu

1) Media cetak

a) Booklet adalah media komunikasi massa yang bertujuan

untukmenyampaikan pesan yang bersifat promosi, anjuran,

larangan-larangan kepada khalayak massa, dan berbentuk

cetakan. Sehingga akhir dari tujuannya tersebut adalah agar

masyarakat yang sebagai obyek memahami dan menuruti

pesan yang terkandung dalam media komunikasi massa

tersebut.

Kelebihan booklet :

(1) Booklet ini menggunakan media cetak sehingga biaya

yang dikeluarkan yaitu bisa lebih murah jika dibandingkan

dengan menggunakan media audio dan visual juga audio

visual. Proses booklet  agar sampai kepada obyek atau

masyarakat bisadilakukan sewaktu-waktu.

(2) Proses penyampaiannya juga bisa disesuaikan dengan

kondisi yangada

(3) Lebih terperinci dan jelas, karena lebih banyak bisa

mengulas tentang pesan yang disampaikannya.

Kelemahan booklet :

(1)  Booklet   ini tidak bisa menyebar ke seluruh masyarakat,

karenadisebabkan keterbatasan penyebaran booklet.


21

(2) Tidak langsungnya proses penyampaiannya, sehingga

umpan balikdari obyek kepada penyampai pesan tidak

secara langsung(tertunda).

(3) Memerlukan banyak tenaga dalam penyebarannya

a) Leaflet. Bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat

berupa kalimat, gambar, atau kombinasi.

b) Flyer (selembaran) berbentuk seperti leaflet, tetapi tidak

dilipat.

c) Flip chart (Lembar Balik). Berisi kalimat sebagai informasi

yang berkaitan dengan gambar tersebut.

d) Rubric atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang

membahas kesehatan.

e) Poster. Bentuk media yang berisi pesan-pesan atau informasi

kesehatan yang biasanya di tempel di dinding.

f) Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

b) Media Elektrik

Jenis-jenis media elektrik yang dapat digunakan sebagai

media pendidikan kesehatan, antara lain adalah :

a) Televisi, penyampaian pesan kesehatan melalui media televisi

dapat berbentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi dan kuis

cerdas cermat.
22

b) Radio, bentuk penyampaian informasi di radio dapat berupa

obrolan, konsultasi kesehatan, dan radio spot.

c) Video, penyampaian informasi kesehatan melalui video.

d) Slide, dapat juga digunakan untuk menyampaikan informasi

kesehatan.

c) Media papan

Media papan yang dipasang di tempat-tempat umum

dapat diisi pesan-pesan atau informasi kesehatan.

d) Media Hiburan

Penyampaian informasi kesehatan dapat dilakukan melalui

media hiburan, baik di luar gedung maupun dalam gedung,

biasanya dalam bentuk dongeng, sosiodrama, kesenian

tradisional, dan pameran (Notoatmodjo, 2010).

B. MODEL KEPERAWATAN DOROTHEA E OREM

1. Teori Model Keperawatan Dorothea E Orem

Berbagai model konseptual keperawatan yang telah

dikembangkan oleh para ahli, salah satunya adalah Self Care oleh

Dorothea Orem. Fokus utama dari model konseptual ini adalah

kemampuan seseorang untuk merawat dirinya sendiri secara mandiri

sehingga tercapai kemampuan untuk mempertahankan kesehatan dan

kesejahteraannya. Teori ini juga merupakan suatu landasan bagi perawat

dalam memandirikan klien sesuai tingkat ketergantungannya bukan


23

menempatkan klien dalam posisi dependent, karena menurut Orem, self

care itu bukan proses intuisi tetapi merupakan suatu prilaku yang dapat

dipelajari

a. konsep self care dorothea orem

Orem mengembangkan teori Self Care Deficit meliputi 3

teori yang berkaitan yaitu :

1). Self Care

2). Self care defisit

3) nursing system.

Ketiga teori tersebut dihubungkan oleh enam konsep sentral

yaitu; self care, self care agency, kebutuhan self care therapeutik, self

care defisit, nursing agency, dan nursing system, serta satu konsep

perifer yaitu basic conditioning factor (faktor kondisi dasar).

1) Teori Self Care

Untuk memahami teori self care sangat penting terlebih

dahulu memahami konsep self care, self care agency, basic

conditioning factor dan kebutuhan self care terapeutik. Self care

adalah performance atau praktek kegiatan individu untuk

berinisiatif dan membentuk prilaku mereka dalam memelihara

kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Jika self care dibentuk

dengan efektif maka hal tersebut akan membantu membentuk

integritas struktur dan fungsi manusia dan erat kaitannya dengan

perkembangan manusia.
24

Self care agency adalah kemampuan manusia atau

kekuatan untuk melakukan self care. Kemampuan individu untuk

melakukan self care dipengaruhi oleh basic conditioning factors

seperti; umur, jenis kelamin, status perkembangan, status

kesehatan, orientasi sosial budaya, sistem perawatan kesehatan

(diagnostik, penatalaksanaan modalitas), sistem keluarga, pola

kehidupan, lingkungan serta ketersediaan sumber.

Kebutuhan self care therapeutic (Therapeutic self acre

demand) adalah merupakan totalitas dari tindakan self care yang

diinisiatif dan dibentuk untuk memenuhi kebutuhan self care

dengan menggunakan metode yang valid yang berhubungan

dengan tindakan yang akan dilakukan. Konsep lain yang

berhubungan dengan teori self care adalah self care requisite.

Orem mengidentifikasikan tiga katagori self care requisite :

a) Universal

Meliputi; udara, air makanan dan eliminasi, aktifitas

dan istirahat, solitude dan interaksi sosial, pencegahan

kerusakan hidup, kesejahteraan dan peningkatan fungsi

manusia.

b) Developmental

Lebih khusus dari universal dihubungkan dengan

kondisi yang meningkatkan proses pengembangan siklus


25

kehidupan seperti; pekerjaan baru, perubahan struktur tubuh

dan kehilangan rambut.

c) Perubahan kesehatan (Health Deviation)

Berhubungan dengan akibat terjadinya perubahan

struktur normal dan kerusakan integritas individu untuk

melakukan self care akibat suatu penyakit atau injury.

2) Teori Self Care Deficit

Merupakan hal utama dari teori general keperawatan

menurut Orem. Dalam teori ini keperawatan diberikan jika seorang

dewasa (atau pada kasus ketergantungan) tidak mampu atau

terbatas dalam melakukan self care secara efektif. Keperawatan

diberikan jika kemampuan merawat berkurang atau tidak dapat

terpenuhi atau adanya ketergantungan.

Gambar 2.1 Konsep

Keperawatan Berdasarkan Model Orem

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa jika

kebutuhan lebih banyak dari kemampuan, maka keperawatan akan


26

dibutuhkan. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat

pada saat memberikan pelayanan keperawatan dapat digambarkan

sebagi domain keperawatan. Orem mengidentifikasikan lima area

aktifitas keperawatan yaitu:

a) Masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat klien

dengan individu, keluarga, kelompok sampai pasien dapat

melegitimasi perencanaan keperawatan.

b) Menentukan jika dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui

keperawatan.

c) Bertanggungjawab terhadap permintaan pasien, keinginan dan

kebutuhan untuk kontak dan dibantu perawat.

d) Menjelaskan, memberikan dan melindungi klien secara

langsung dalam bentuk keperawatan.

e) Mengkoordinasikan dan mengintegrasi keperawatan dengan

kehidupan sehari-hari klien, atau perawatan kesehatan lain jika

dibutuhkan serta pelayanan sosial dan edukasional yang

dibutuhkan atau yang akan diterima.

3) Teory Nursing System

Nursing system didesain oleh perawat didasarkan pada

kebutuhan self care dan kemampuan pasien melakukan self care.

Jika ada self care defisit, self care agency dan kebutuhan self care

therapeutik maka keperawatan akan diberikan. Nursing agency

adalah suatu properti atau atribut yang lengkap diberikan untuk


27

orang-orang yang telah didik dan dilatih sebagai perawat yang dapat

melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk menemukan

kebutuhan self care terapeutik mereka, melalui pelatihan dan

pengembangan self care agency. Orem mengidentifikasi tiga

klasifikasi nursing system yaitu:

1) Sistem bantuan penuh (Wholly Compensatory System)

Tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien yang

dalam keadaan tidak mampu secara fisik dalam melakukan

pengontrolan pergerakan serta memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kondisi yang termasuk dalam kategori ini adalah pasien koma

yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, tidak

mampu melakukan pergerakan dan tidak mampu mengambil

keputusan yang tepat bagi dirinya.

Gambar 2.2 Konsep

Wholly Compensatory System

2) Partly compensatory nursing system

Suatu situasi dimana antara perawat dan klien melakukan

perawatan atau tindakan lain dan perawat atau pasien

mempunyai peran yang besar untuk mengukur kemampuan

melakukan self care.


28

Gambar 2.3 Konsep Partly compensatory

nursing system

3) Supportive educative system

Pada sistem ini orang dapat membentuk atau dapat belajar

membentuk internal atau external self care tetapi tidak dapat

melakukannya tanpa bantuan. Hal ini juga dikenal dengan

supportive developmental system.


29

Gambar 2.4 Konsep Supportive educative system

2. Pendekatan Model Orem Dalam SADARI

Pada penelitian ini, model keperawatan Orem diaplikasikan

dalam pelaksanaan tindakan pemberian pendidikan kesehatan pada

remaja puteri tentang pentingnya SADARI, diharapkan dalam penelitian

ini remaja puteri mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap SADARI

setra mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari secara

mandiri. Rendahnya pengetahuan dan sikap remaja puteri menuntut

pencegahan promotif dan preventif oleh perawat untuk meningkatkan

kemandirian remaja puteri tersebut.

Metode penelitian ini menitik beratkan pada bagaimana peran

perawat dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang SADARI dalam

deteksi dini kanker payudara, dalam hal ini peran perawat tidak hanya

memberikan pendidikan kesehatan tetapi perawat harus senantiasa

memantau hasil yang telah perawat berikan dalam pendidikan kesehatan

tersebut, membuka sesi diskusi tentang materi yang telah diberikan, dan

memberikan booklet kepada remaja puteri agar remaja puteri dapat terus

me-review dan dapat menjadikan booklet tersebut sebagai bahan belajar

di rumah untuk meningkatkan pengetahuannya.

Hal tersebut sejalan dengan teori keperawatan self-care yang

dikemukakan oleh Orem, yang berpendapat asuhan keperawatan

dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempelajari


30

kemampuan merawat diri sendiri sehingga dapat membantu individu

memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan

(Siokal, 2017). Self-care sangat penting dilakukan oleh remaja puteri agar

dapat memenuhi kesehatannya. Tujuan pendekatan teori ini dalam

penelitian adalah digunakan sebagai dasar dalam memberikan kesehatan

kepada remaja puteri.

Perawat dalam hal ini melakukan peran sebagai edukator dan

konselor. Peran perawat sebgai edukator yaitu perawat membantu pasien

dalam hal ini remaja puteri untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan,

gejala penyakit bahkan tindakan yang dibenarkan, sehingga terjadi

peningkatan pengetauan dan perubahan sikap dari pasien setelah

diberikan pendidikan kesehatan. Selain sebagai edukator dalam hal ini

perawat juga berperan sebagai konselor yaitu perawat memberikan jasa

konsultasi bagi klien dalam hal ini remaja puteri untuk bertanya perihal

masalah kesehatan dengan tujuan agar remaja puteri tersebut dapat

lebih memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari

secara mandiri.

Pemberian pendidikan kesehatan untuk meningkatkan

pengetahuan dan sikap remaja puteri untuk melakukan SADARI,

diharapkan berimpilasi kepada kemandirian remaja puteri sesuai dengan

teori Orem. Metode pendidikan kesehatan dengan pendekatan model

Orem ini bertujuan untuk memandirikan pasien sesuai model

keperawatan Self-care yang dikemukakan oleh Dorothea E Orem.


31

Peneliti dalam melakukan pendidikan kesehatan ini yang mengacu pada

teori Orem berkaitan dengan Supportive Educative, dimana perawat

membantu kebutuhan self-care remaja puteri yang berperan sebagai

Supportive Educative atau pemberi bantuan melalui pendidikan

kesehatan sehingga remaja puteri setelah diberikan pendidikan

kesehatan ini dapat lebih meningkatkan keinginannya untuk melakukan

SADARI stelah selesai masa menstruasi.

Pendidikan kesehatan yang peneliti lakukan adalah jenis

pemberian pendidikan kesehatan pada kelompok kecil. Peneliti

memadukan beberapa metode pendidikan kesehatan yang ada dengan

pendekatan model Orem untuk memendirikan remaja puteri dan

penambahan media booklet dalam pemberian materi pendidikan

kesehatan tersebut.

Media booklet sangat membantu remaja puteri dalam

pemahaman materi karena dapat dilihat kembali dan dipelajari kembali,

selain memberikan media booklet peneliti juga membuka sesi diskusi

melalui aplikasi WhatsApp, disana responden dalam hal ini remaja puteri

dapat bertanya tentang segala hal yang belum mereka pahami saat

pemberian pendidikan kesehatan berlangsung, hal ini sangat membantu

remaja puteri dalam kemandiriannya melakukan SADARI, karena peneliti

dapat memantau sejauh mana pemahaman remaja puteri tentang

SADARI dan Kanker Payudara.


32

C. KONSEP PENGETAHUAN

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi

tingkat pengetahuan seseorang maka perilaku akan lebih bersifat

langgeng (Friedman, 2010). Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni :

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012).

2. Domain Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010). Pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai meningkatnya suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comperhension)
33

Memahami diartikan suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi (sebenarnya).

Dalam situasi yang lain misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip

siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam

pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sistesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk

meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi-formulasi

yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek.


34

Pada penelitian ini, peneliti akan memberikan intervensi

pada domain pengetahuan sampai pada tingkatan memahami.

Pengetahuan yang dimiliki para remaja puteri tentang pentingnya

SADARI dalam mendeteksi dini kanker payudara pada remaja puteri.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal menjadi status

kesehatan, intelegensi, perhatian, minat, dan bakat. Sedangkan faktor

eksternal meliputi keluarga, masyarakat, dan metode pembelajaran

(Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang menurut Wawan dan Dewi (2010) antara lain

adalah :

a. Faktor internal

1) Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk

mendapatkan informasi yang akhirnya dapat mempengaruhi


35

seseorang. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah menerima informasi.

2) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarga.

3) Umur

Semakin cukup umur seorang individu, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berpikir dan bekerja.

4) Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang

lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih baik.

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di

sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku individu atau kelompok.

2) Sosial Budaya
36

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi sikap dalam menerima infromasi.

4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat

tersebut diatas (Notoatmodjo, 2012). Cara mengukur tingkat

pengetahuan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, kemudian

dilakukan penilaian nilai 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban

salah. Menurut Nursalam (2013) tingkat pengetahuan dapat ditentukan

dengan kriteria :

a. Baik jika menguasai materi ≥ 76-100%

b. Cukup jika menguasai materi ≥ 56-75%

c. Kurang jika menguasai materi ≤ 55 %

5. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Model Orem Terhadap

Pengetahuan

Dalam penelitian ini peneliti mengambil salah satu teori dalam

teori Self Care yang dikemukakan oleh Orem yaitu Supportive Educative

System yaitu pada sistem ini orang dapat membentuk atau dapat belajar

membentuk internal atau eksternal self care. Hal ini juga dikenal dengan

supportive developmental system. Menurut Orem di dalam Alligood

(2017), perawat memiliki peran sebagai educator dan conselor bagi


37

pasien dimana seorang perawat dapat memberikan bantuan kepada

pasien dalam bentuk supportive-educative system dengan memberikan

pendidikan dengan tujuan pasien mampu mengtahui faktor risiko

penyebab dan tanda gejala dari suatu penyakit sehingga klien dapat

meningkatkan pemahamannya tentang penyakit tersebut .

D. KONSEP SIKAP

1. Pengertian

Tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh sikap (attitude)

yaitu suatu tingkat efek (perasaan) baik yang positif (menguntungkan)

maupun negatif (merugikan). Sikap belum tentu merupakan tindakan atau

aktivitas, tetapi merupakan “predisposisi” tindakan atau perilaku

(Notoatmodjo, 2012). Menurut Prawirohardjo (2010) sikap merupakan

potensi tingkah laku seseorang terhadap sesuatu keinginan yang

dilakukan.

Maka dapat dikatakan seseorang remaja puteri yang bersikap

positif terhadap perilaku SADARI cenderung akan mempunyai motivasi

tinggi untuk melakukan SADARI. Hal ini dikarenakan informasi,

pengetahuan, dan pemahaman remaja puteri yang baik mengenai


38

pentingnya pemeriksaan SADARI dapat meminimalisir terjadinya kanker

payudara pada wanita terutama remaja puteri.

2. Komponen Sikap

Menurut Allport (1954, dalam Notoatmodjo 2012) sikap terdiri

dari tiga komponen yaitu :

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek.

c. Kecendurang untuk bertindak (thend to behave)

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk

sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini,

pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

3. Tingkatan Sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat

berdasarkan identitasnya, yaitu sebagai berikut :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek meu

menerima stimulus yang diberikan.

b. Menanggapi (responding)

Menaggapi diartikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan yang dihadapi.

c. Menghargai (valuting)
39

Menghargai diartikan memberikan nilai yang positif terhadap

objek, dalam arti mendiskusikannya dengan orang lain bahkan

mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggungjawab terhadap apa yang diyakinkan. Seseorang

yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia

harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemooh

atau adanya resiko lain (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini sikap yang akan dirubah hanya sampai

tahap menerima. Sikap remaja puteri terhadap SADARI yang sangat

berperan dalam deteksi dini kanker payudara pada kalangan remaja

puteri.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2011) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

sikap terhadap objek sikap antara lain :

a. Pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena

itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu

cenderung untuk memilki sikap yang searah dengan sikap orang yang

dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh

keinginan untuk menghindari konflik dengan orang penting tersebut.


40

c. Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah

menanamkan garis yang mengarahkan sikap kita terhadap berbagai

masalah. Kebudayaan telah mewarisi sikap anggota masyarakatnya,

kerena kebudayaan yang memberi corak pengalaman individuindividu

masyarakat asuhnya.

d. Media massa, dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau

media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual

disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap

penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran

dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan

sistem kepercayaan, tidak mengherankan jika pada gilirannya konsep

tersebut mempengaruhi sikap.

f. Faktor emosional, kadang kala suatu bentuk merupakan pernyataan

yang disaradi emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

5. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat dan

pernyataan responden terhadap suatu objek. Menurut Azwar (2011),

pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan pernyataan-

penrnyataan dengan lima alternatif jawaban atau tanggapan atas


41

pernyataan-pernyataan tersebut. Subjek yang diteliti diminta untuk memilih

satu dari lima alternatif jawaban yang dikemukakakn oleh Likert yaitu :

a. Sangat Setuju (Strongly approve)

b. Setuju (Approve)

c. Tidak Setuju (Disapprove)

d. Sangat Tidak Setuju (Strongly Disapprove)

6. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Model Orem Terhadap

Sikap

Supportive educative system yaitu pada sistem ini orang dapat

membentuk atau dapat belajar membentuk internal atau eksternal self

care. Hal ini juga dikenal dengan supportive developmental system.

Pada teori ini perawat memberikan pendidikan dan konseling

yang berkaitan tentang Pelaksanaan Kanker Payudara. Misal, perawat

memberikan pendidikan kesehatan tentang cara dan manfaat SADARI

(Periksa Payudara Sendiri) untuk mendeteksi dini kanker payudara lalu

memberikan contoh langkah-langkah SADARI tersebut. Setelah itu

pasien remaja puteri dapat melakukannya secara mandiri sebagai salah

satu bentuk perawatan diri sendiri.

E. KONSEP KANKER PAYUDARA


42

1. Pengertian

Kanker payudara adalah tumor ganas pada payudara atau salah

satu payudara, kanker payudara juga merupakan benjolan atau massa

tungggal yang sering terdapat di daerah kuadran atas bagian luar,

benjolan ini keras dan bentuknya tidak beraturan dan dapat digerakan

(Olfah. dkk, 2013).

Kanker payudara adalah pertumbuhan sel payudara yang tidak

terkontrol lantaran perubahan abnormal dari gen yang bertanggung

jawab atas pengaturan pertumbuhan sel. Secara normal, sel payudara

yang normal akan mati, lalu digantikan oleh sel baru yang lebih ampuh.

Regenerasi sel seperti ini berguna untuk mempertahankan fungsi

payudara. Pada kasus kanker payudara, gen yang bertanggung jawab

terhadap pengaturan pertumbuhan sel termutasi. Kondisi itulah yang

disebut kanker payudara (Supriyanto, 2010).

Kanker payudara adalah penyakit dimana sel-sel (kanker) yang

ganas terdeteksi dalam jaringan payudara. Sel-sel kanker ini kemudian

menyebar kedalam jaringan atau organ tubuh dan kebagian tubuh

lainnya (Kartikawati, 2013).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa kanker payudara adalah tumor ganas yang terdapat pada salah

satu atau kedua payudara yang diakibatkan oleh pertumbuhan abnormal

dari gen payudara, dan sel-sel kanker tersebut dapat menyebar ke

jaringan lain dan kebagian tubuh lainnya.


43

2. Jenis-Jenis Kanker Payudara

Berdasarkan sifat serangannya, kanker payudara dibedakan

menjadi dua jenis yaitu :

a. Kanker payudara invasive.

Pada jenis ini, sel kankernya merusak saluran dan dinding

kelenjer susu, serta menyerang lemak dan jaringan konektif payudara

di sekitarnya. Kanker tersebut bersifat invasif (menyerang) tanpa

menyebar (metastatik) ke simpul limfa ataupun organ lain dalam

tubuh.

b. Kanker payudara non-invasive

Pada jenis kanker ini, sel kanker terkunci dalam saluran

susu, serta tidak menyerang lemak dan jaringan konektif payudara di

sekitarnya. Ductal Carcinoma In Situ (DCIS) termasuk salah satu

bentuk kanker payudara non-invasive yang paling sering terjadi

(90%). Sedangkan Lobular Carcinoma in Situ (LCIS) adalah bentuk

kanker payudara yang jarang terjadi. Meskipun begitu, kanker ini

perlu diwaspadai karena merupakan tanda meningkatnya risiko

kanker payudara.

pada dasarnya ada dua tingkat kanker payudara, yaitu kanker

payudara yang sering terjadi dan jarang terjadi. Adapun berbagai jenis

kanker payudara yang sering terjadi adalah sebagai berikut :

a. Lobular Carcinoma in Situ


44

Istilah in situ merujuk pada kanker yang tidak menyebar.

Pada LCIS, pertumbuhan jumlah sel terlihat jelas dan berada di dalam

kelenjar susu (lobules). Kebanyakan dokter tidak mengklasifikasikan

LCIS sebagai kanker payudara dan sering menganjurkan kepada

penderita agar melakukan biopsi payudara saat investigasi medis.

Pasien LCIS dimonitor secara ketat setiap empat bulan

sekali oleh dokter dengan melakukan uji klinis payudara dan

mamogram setiap tahun. Pencegahan lain mungkin dilakukan ialah

memberikan obat-obatan tertentu, misalnya tamoxifen atau

prophylactic mastectomy. Hal ini dilakukan sebagai usaha preventif.

b. Ductal Carcinoma in Situ (DCIS)

DCIS merupakan tipe kanker payudara noninvasif yang

sering terjadi. DCIS terdeteksi pada mammogram sebagai

microcalcification (tumpukan kalsium dalam jumlah kecil). Dengan

deteksi dini, rata-rata tingkat bertahan hidup penderita DCIS

mencapai 100% , asalkan kanker tersebut tidak menyebar saluran

susu ke jaringan lemak payudara ataupun bagian lainnya. DCIS

memiliki tipe ductal comedocarcinoma yang merujuk pada DCIS

dengan necrosis (area sel kanker yang mati atau mengalami

degenerasi).

c. Infiltrating Lobular Carcinoma (ILC)


45

ILC mulai terjadi di dalam kelenjar susu (Lobules) pada

payudara, tetapi sering menyebar (metastatized) ke bagian tubuh

yang lain. ILC terjadi 10-15% dari seluruh kejadian kanker payudara.

d. Infiltrating Ductal Carcinoma (IDC)

IDC dikenal sebagai invasive ductal carcinoma. IDC terjadi

di dalam saluran susu pada payudara, lalu menjebol dinding saluran

dan menyerang jaringan lemak payudara. IDC mungkin terjadi di

bagian tubuh yang lain. IDC merupakan tipe kanker payudara yang

paling umum terjadi, yakni sekitar 80% dari seluruh diagnosa kanker

payudara.

Selain beragam jenis kanker payudara yang sering terjadi,

adapula kanker payudara yang jarang terjadi. Adapun berbagai jenis

kanker payudarayang jarang terjadi adalah sebagai berikut .

a. Medullary Carcinoma

Medullary Carcinoma adalah jenis kanker payudara invasif

yang membentuk satu batas yang tidak lazim antara jaringan tumor

dan jaringan normal. Medullary carcinoma hanya terjadi sekitar 5%

dari seluruh kejadian kanker payudara

b. Mucinous Carcinoma

Mucinous Carcinoma ialah jenis kanker payudara yang

jarang terjadi, yang terbentuk oleh sel kanker yang memproduksi

mucus (lendir). Perempuan yang terkena kanker ini memiliki tingkat


46

bertahan hidup yang cukup baik dibandingkan dengan perempuan

yang memiliki kanker jenis invasif yang umum terjadi.

c. Tubular Carcinoma

Tubular Carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara

invasif. Perempuan yang terkena tubular carcinoma memilki harapan

kesembuhan cukup baik. Jenis kanker ini terjadi sekitar 2% dari

keseluruhan diagnosis kanker payudara.

d. Infalammatory Breast Cancer

Infalammatory Breast Cancer ialah kondisi payudara yang

terlihat meradang (merah dan hangat) dengan cekungan dan

pinggiran tebal yang disebabkan oleh sel kanker yang menyumbat

pembuluh limfa kulit pembungkus payudara. Kanker payudara jenis

Infalammatory memang jarang terjadi, maka perkembangan

tumbuhnya bisa cepat.

e. Paget’s Disease of the Nipple

Paget’s disease of the Nipple adalah jenis kanker payudara

yang berawal dari saluran susu, lalu menyebar ke kulit aleora dan

puting payudara. Terjadinya jenis kanker ini hanya sekitar 1%. Saat

terkena kanker itu, kulit payudara akan pecah-pecah, memerah,

timbul borok, dan mengeluarkan cairan. Perempuan yang mengalami

kanker jenis ini memiliki tingkat kesembuhan lebih baik jika tidak

disertai munculnya benjolan.

f. Phylloides Tumor
47

Phylloides Tumor atau phylloides adalah jenis kanker

payudara yang bisa bersifat jinak ataupun ganas. Tumor Phylloides

berkembang di dalam jaringan konektif payudara, yang dapat

ditangani dengan operasi pengangkatan. Tumor payudara ini sangat

jarang terjadi. Terkait itu, kita perlu mengetahui bahwa kurang dari

sepuluh perempuan meninggal karena kanker payudara jenis

tersebut. (Supriyanto, 2010).

3. Faktor Risiko Kanker Payudara

Menurut Nurcahyo (2010) terdapat beberapa faktor pemicu atau

faktor risiko tumbuhnya sel kanker pada payudara yaitu :

a. Keturunan

GEN BRCA 1 dan BRCA 2 diyakini pada ahli medis sebagai

jenis gen yang membawa potensi kanker payudara. Gen ini

ditemukan pada penderita kanker payudara dan keturunannya. Oleh

karenanya, jika seseorang memiliki jejak keluarga pengidap kanker

payudara, maka ia perlu segera mengatur pola hidup sehat sebab ia

berpotensi dua kali lebih besar untuk terjangkit kanker payudara dari

pada orang yang keluarganya tidak memiliki jejak sebagai pengidap

kanker.
48

b. Usia Reproduksi

Payudara seseorang mengalami perkembangan dan juga

kemunduran sesuai umurnya. Wanita memiliki usia efektif untuk hamil

dan menghasilkan ASI pada usia 20-35 tahun. Kehamilan pertama

yang dialami pada usia yang sudah tidak efektif (di aats 35 tahun)

sangat berpotensi memunculkan kelainan sel di dalam payudara. Hal

ini juga berlaku pada kehamilan yang terlalu muda (di bawah 20

tahun)

c. Penggunaan Hormon Buatan

Para peneliti di dunia telah menyatakan bahwa hormon

buatan yang ditambahkan ke dalam tubuh ini berpotensi

menghasilkan tumpukan radikal bebas atau berhentinya kelenjar

hormon asli yang jika terus terjadi dapat memicu kelainan

pertumbuhan sel. Hal semacam ini juga bisa terjadi pada pengguna

pil KB Karena di dalamnya berisi hormon.

d. Konsumsi Lemak Berlebih

Mengonsumsi lemak secara berlebihan sangat berbahaya

bagi tubuh. Terjadinya tumpukan lemak di dalam tubuh dan di dalam

jaringan lemak payudara dapat memicu reaksi dengan radikal-radikal

bebas, dan menumbuhkan sel abnormal.

e. Radiasi

Radiasi ion, baik yang berasal dari sinar Rontgen dan radiasi

dari luar dapat memengaruhi kinerja sel, atau bahkan mengubah


49

susunan senyawa di dalam DNA yang mengakibatkan munculnya

golongan sel yang tumbuh secara tidak terkendali.

f. Periode Usia Subur

Wanita umunmnya mengalami masa subur (menstruasi

pertama) pada usia 13 tahun, dan berhenti menstruasi pada usia 50

tahun. Namun ada juga wanita yang telah mengalami menstruasi

pertama pada usia di bawah 11 tahun, dan belum mencapai

menopause pada usia 60 tahun. Wanita ini memiliki rentang paparan

estrogen (Hormon Reproduksi) yang panjang, dan ini dapat

menyebabkan tumbuhnya sel kanker akibat penumpukan estrogen.

g. Faktor Usia

Usia dapat dinyatakan sebagai salah satu faktor risiko

terkena kanker payudara. American Cancer Society menyatakan

bahwa kanker payudara lebih banyak menjangkiti wanita diatas usia

50 tahun, meskipun sebenarnya perkembangan sel kanker telah

dimulai sejak 10-15 tahun sebelumnya.

h. Faktor Ras

Orang dengan ras tertentu bisa memiliki potensi menidap

kanker payudara lebih besar daripada orang dengan ras lainnya.

Penyebabnya bisa dari faktor geografis, serta prilaku masyarakat

orang yang bersangkutan. Catatan dunia menunjukan bahwa wanita

yahudi dan kulit putih lebih banyak terkena kasus kanker payudara
50

dibandingkan wanita Asia. Hal ini mungkin disebabkan oleh jenis

makanan yang dikonsumsi wanita dari ras Yahudi dan kulit putih

tersebut.

i. Kepadatan Payudara

Payudara yang tidak banyak mengandung lemak cenderung

lebih padat. Kondisi ini relatif lebih aman dari ancaman sel kanker.

Sementara payudara yang memiliki lebih banyak jaringan lemak

tampak kendur dan memiliki ancaman kanker lebih tinggi.

j. Masa Menyusui

Wanita yang melahirkan anak dan menyusui di bawah usia

30 tahun lebih aman dari serangan sel kanker payudara. Sementara

wanita yang menyusui pertama pada usia diatas 30 tahun, dan atau

tidak memiliki anak sehingga tidak menyusui lebih berpotensi

mengidap kanker payudara. Karena jika wanita hamil dan menyusui di

usia lebih dini dan sewajarnya, maka akan terjadi proses menyusui

dan penyapihan. Ini yang membantu mengurangi risiko kanker

payudara. Payudara yang membesar karena proses menyusui dan

mengecil saat anak disapih, maka sel-selnya mengalami masif

apoptosif. Aktivitas alami ini sangat bermanfaat untuk 'membersihkan'

kelenjar susu dari mutasi yang berujung pada risiko kanker payudara

(Utomo, 2014).

k. Pemakaian Obat DES


51

DES (Deithilstilbestrol) adalah obat penguat kehamilan yang

biasanya dikonsumsi pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.

Obat ini sekarang sudah jarang dikonsumsi. Para ahli menyimpulkan

DES berpotensi menimbulkan sel kanker.

l. Konsumsi Alkohol

Mengonsumsi alkohol dapat memicu produksi hormon

sesorang. Penumpukan hormon inilah yang dapat memicu

ketidaknormalan sel jaringan di dalam payudara. Mengonsumsi

alkohol meningkatkan risiko kanker payudara pada orang sebesar

21%.

m. Kebiasaan Merokok

Ketika seseorang merokok, kandungan nikotin dan berbagai

zat lain yang terbakar bersama tembakau akan menghasilkan

serangkaian zat radikal karsinogenik sangat aktif. Sebuah penelitian

menunjukan bahwa kebiasaan seseorang merokok berisiko

menumbuhkan sel kanker di setiap bagian tubuh. Meski paru-paru

sering disebut sebagai organ yang paling banyak mendapat risiko

buruk dari asap rokok, tetapi radikal bebas dari asap tembakau yang

tersebar oleh sel darah ke seluruh tubuh berpotensi mengganggu

kinerja sel di berbagai organ, termasuk payudara.

n. Makanan
52

Faktor risiko makanan berlaku untuk hampir semua jenis

kanker. Seperti telah dikemukakan oleh Prof. Li Peiwen, makanan

berupa gorengan berpotensi menimbulkan senyawa karsinogenik.

Pada makanan yang mengandung banyak karbohidrat, ketika

digoreng, maka karbohidrat akan terurai dan bereaksi dengan asam

amino. Hasil persenyawaannya bersifat karsinogen, yakni berpotensi

merusak sel tubuh.

4. Tanda dan Gejala

Menurut Olfah,dkk (2013) tanda dan geja umum yang menjadi

keluhan yaitu adanya benjolan atau massa payudara, rasa sakit, keluar

cairan dari puting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan,

ulserasi, peau d’orange), pembesaran kelenjar getah bening atau tanda

metasis jauh.

Sedangkan jika berdasarkan fasenya tanda dan gejala kanker

payudara terdiri dari :

a. Fase awal

kanker payudara asimtomatik (tanpa tanda gejala). Tanda

dan gejala yang paling umum adalah benjolan dan penebalan pada

payudara. Kebanyakan sekitar 90% ditemukan oleh penderita sendiri.

Pada stadium dini, kanker payudara tidak menimbulkan keluhan.

b. Fase Lanjut

1) Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya.


53

2) Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah

diobati.

3) Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh

walaupun diobati.

4) Puting susu sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari

puting atau keluar air susu pada wanita yang sedang hamil atau

tidak menyusui.

5) Puting susu tertarik ke dalam.

6) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peud d’orange)

c. Metase luas berupa:

1) Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.

2) Hasil rontgen thorax abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.

3) Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan

penyebaran ke tulang.

4) Fungsi hati abnormal.

5. Stadium Kanker Payudara

Seperti kanker pada umumnya, kanker payudara juga

mempunyai tahapan atau stadium yang akan menandai parah tidaknya

kanker payudara tersebut. Menurut Pamungkas (2011) stadium kanker

payudara tersebut adalah sebagai berikut :

a. Stadium 0

Pada stadium ini, kanker atau tidak belum menyebar keluar

dari pembuluh atau saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobula)


54

susu pada payudara. Stadium inilah yang disebut dengan karsinoma

duktral in situ atau kanker non-invasive .

b. Stadium 1 (stadium dini)

Pada stadium ini, tumor masih sangat kecil dan tidak

menyebar serta tidak ada titik pada pembuluh getah bening. Besarnya

tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran

(metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini,

kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70%. Untuk

memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian tubuh lain, harus

diperiksa di laboratorium.

c. Stadium II a

Pada stadium ini, pasien mengalami hal-hal sebagai berikut :

1) Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah

ditemukan titik titik pada saluran getah bening di ketiak (axillary

limph nodes)

2) Diameter tumor tebih lebar dari 2 cm, tapi tidak lebih dari 5 cm.

Belum menyebar ke titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak,

dan

3) Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi tidak ditemukan

pada titik-titik di pembuluh getah bening.

d. Stadium II b
55

Pada stadium II b ini, penderita kanker payudara akan

mengalami atau berada pada kondisi sebagai berikut :

1) Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm, tapi tidak lebih dari 5 cm

2) Telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak;

dan

3) Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm, tapi belum menyebar.

e. Stadium III a

Pada stadium ini, penderita kanker payudara berada dalam

kondisi sebagai berikut :

1) Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-

titik pada pembuluh gatah bening ketiak; dan

2) Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-

titik pada pembuluh getah bening ketiak

f. Stadium III b

Pada stadium ini, tumor telah menyebar ke dinding dada

atau menyebabkan pembengkakan, dan bisa juga terdapat luka

bernanah di payudara atau didiagnosis sebagai inflammatory breast

cancer. Bisa jadi sudah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah

bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain

dari organ tubuh.

g. Stadium III c

Pada stadium ini, kondisinya hampir sama dengan stadium

III b, tetapi kanker telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah


56

bening dan group N3. Dengan kata lain, kanker telah menyebar lebih

dari 10 titik di saluran getah bening di bawah tulang selangka.

h. Stadium IV

Pada tahap ini, kondisi pasien tentu sudah mencapai tahap

parah yang sangat kecil kemungkinannya bisa disembuhkan. Pada

stadium ini, ukuran tumor sudah tidak bisa ditentukan lagi pada telah

menyebar atau bermetastase ke lokasi yang jauh, seperti pada

tulang, paru-paru, liver, tulang rusuk, atau organ-organ tubuh lain.

Gambar 2.5 Stadium pada Kanker Payudara

Untuk melihat tingkat keganasan dari sel kanker payudara

biasanya ditentukan dengan grade kanker. Untuk mengetahui grade

kanker, sampel-sampel hasil biopsi dipelajari menggunakan mikroskop.

Suatu grade kanker payudara ditentukan berdasarkan bagaimana bentuk

sel kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan dengan sel normal. Ini
57

akan memberi petunjuk pada dokter tentang seberapa cepat. Tingkat

pengembangan dan keganasan sel kanker tersebut.

Grade kanker intu sendiri terdiri dari tiga:

a. Grade pertama adalah grade paling rendah, dimana perkembangan

sel kanker sangat lambat dan biasanya belum menyebar.

b. Grade kedua merupakan grade tingkat sedang dengan tingkat

keganasan yang semakin meningkat dibandingkan pada grade

pertama.

c. Grade ketiga dalah grade yang paling tinggi. Pada grade ini, tingkat

perkembangan sel kanker begitu cepat dan biasanya langsung

menyebar atau bermetastese ke bagian tubuh yang lain.

6. Penatalaksanaan Kanker Payudara

Batasan stadium yang masih bisa di operasi atau diobati adalah

stadium III A. sedangkan, terapi pada stadium III B dan IV tidak lagi

masektomi, melainkan pengobatan paliatif. Ada beberapa pengobatan

kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium

klinik penyakit ( Tjindarbumi dalam Olfah, dkk 2013) yaitu :

a. Pembedahan / Operasi

Operasi adalah terapi untuk membuang tumor, memperbaiki

komplikasi dan merekonstruksi efek yang ada melalui operasi. Namun

tidak semua stadium kanker dapat disembuhkan atau dihilangkan

dengan cara ini. Semakin dini kanker payudara ditemukan


58

kemungkinan sembuh dengan operasi semakin besar. Jenis-jenis

operasi yang dilakukan untuk mengobati kanker payudara yaitu :

1) Masektomi yaitu operasi pengangkatan payudara

2) Pengangkatan kelenjar getah bening (KGB) ketiak dilakukan

terhadap penderita kanker payudara yang menyebar tetapi besar

tumornya >2,5 cm

b. Radiasi / Penyinaran

Radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang

terkena kanker dengan menggunakan sinar x dan sinar gamma yang

bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara

setelah operasi.

c. Kemoterapi

Kemoterapi adalah pemberian obat-obatan anti kanker

dalam bentuk pil cair atau kapsul melalui infus yang bertujuan

membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tetapi

juga diseluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami

mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obatobatan

yang diberikan pada saat kemoterapi.

Tindakan operatif tergantung pada stadium kanker yaitu :

a. Pada stadium I dan II dilakukan masektomi radikal, kemudian apriksa

KGB, bila ada metastasis dilanjutkan dengan radiasi regional


59

kemoterapi ajuvan. Dapat pula dilakukan masektomi simplek yang

harus diikuti radiasi tumor bed dan daerah KGB regional.

b. Pada stadium II a dilakukan masektomi radikal ditambah kemoterapi

ajuvan, atau masektomi simplek ditambah radioterapi pada tumor bed

dan KGB regional.

c. Pada stadium III b dilakukan biopsy, insisi dilanjutkan radiasi.

d. Pada stadium IV dapat dilakukuan :

1) Pada pasien menopause dilakukan oforektomi bilateral, bila

respon positif diberi aminoglutetimid/tamofen. Bila respon negatif

berikan kemoterapi CMP / CAF.

2) Pada pasien sudah 1-5 tahun menopause periksa efek estrogen.

3) Pada pasien pasca menopause berikan obat-obatan hormonal

seperti tamoksifen, estrogen, progesterone / kortikosteroid.

7. Pencegahan Kanker Payudara

Menurut Palupi dalam Olfah,dkk (2013) strategi pencegahan

yang paling efektif untuk penyakit tidak menular yaitu promosi kesehatan

dan deteksi dini, begitupun pada kanker payudara, pencegahan yang

dilakukan antara lain :

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah

satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang

sehat melalui upaya menghindarkan diri dari paparan berbagai faktor

risiko dan melaksanakn pola hidup sehat.


60

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang

memilki risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder

dilakuakn deteksi dini melalui beberapa metode seperti mamografi

atau SADARI (Periksa Payudara Sendiri).

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier yaitu pencegahan yang lebih diarahkan

kepada individu yang telah positif menderita kanker payudara.

Penanganan yang tepat pada kanker payudara sesuai stadiumnya

akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan

hidup penderita. Pencegahan tersier penting untuk meningkatkan

kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan

meneruskan pengobatan.

F. KONSEP SADARI

1. Pengertian

SADARI adalah pengembangan kepedulian seorang perempuan

terhadap kondisi payudaranya sendiri. Tindakan ini dilengkapi dengan

langkah-langkah khusus untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker

payudara untuk mengetahui perubahan-perubahan-perubahan yang

terjadi pada payudara. SADARI dilakukan antara waktu 7 hari – 10 hari

setalah hari pertama menstruasi / sudah selesai menstruasi. SADARI

tidak menggantikan peran dokter atau tenaga medis terlatih untuk

melakukan pemeriksaan klinik. Pemeriksaan payudara oleh tenaga medis


61

sebaikanya dilakukan untuk perempuan usia 20-40 tahun setiap 3 tahun

dan perempuan usia 40 tahun setahun sekali. Meskipun sebelum umur

20 tahun benjolan pada payudara bisa dijumpai, tetapi potensi

keganasannya sangat kecil (Kementrian Kesehatan RI, 2016).

SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya kanker dalam payudara wanita.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan cermin dan dilakukan

oleh wanita yang berumur 20 tahun ke atas. (Olfah dkk, 2013).

Menurut Suastina (2013), SADARI adalah cara mudah untuk

melakukan deteksi dini kanker payudara pada wanita setelah mengalami

menstruasi, dengan melakukan SADARI akan meningkatkan kesadaran

betapa pentingnya kewaspadaan akan adanya benjolan yang tidak

normal pada payudara.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri oleh perempuan dengan

usia lebih dari 20 tahun, namun tidak menutup kemungkinan dilakukan

pada perempuan di bawah usia 20 tahun dilakukan pada saat 1 minggu

setalah menstruasi dengan tujuan untuk melihat apakah terdapat

benjolan yang tidak normal di payudara yang akan menjadi kenker

payudara.

2. Indikasi Utama SADARI

Indikasi utama SADARI adalah untuk mendeteksi terjadinya

kanker payudara dengan mengamati payudara depan, sisi kiri, sisi kanan,
62

apakah ada benjolan, perubahan warna kulit, puting bersisik dan

pengeluaran cairan atau nanah dan darah. Kanker payudara merupakan

jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak sekaligus penyebab

kematian. Semakin bertambahnya usia, semakin besar pula resiko

seorang perempuan terkena kanker. Sebagian penderita di deteksi

stadium lanjut karena kanker tidak bergejala. (Olfah dkk 2013).

3. Tujuan SADARI

Menurut Nisman (2011) tujuan SADARI sangat perlu dilakukan

dengan bertujuan mengurangi kejadian kanker payudara sebagai berikut:

a. SADARI hanya mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk

mencegah kanker payudara. Dengan adanya deteksi dini maka

kanker payudara dapat terdeteksi pada stadium awal sehingga

pengobatan dini akan memperpanjang harapan hidup penderita

kanker payudara.

b. Menurunkan angka kematian penderita karena kanker yang

ditemukan pada stadium awal akan memberikan harapan hidup lebih

lama.

4. Manfaat SADARI

Menurut Nisman (2011) Deteksi dini merupakan langkah awal

yang sangat penting untuk mengetahui secara dini adanya tumor atau

benjolan pada payudara sehingga dapat mengurangi tingkat kematian

karena penyakit kanker tersebut. Keuntungan dari deteksi dini

bermanfaat untuk meningkatkan kemungkinan harapan hidup pada


63

wanita penderita kanker payudara. Hampir 85% gangguan atau benjolan

ditemukan oleh penderita sendiri melalui pemeriksaan dengan benar.

Selain itu, SADARI adalah metode termudah, tercepat, termurah, dan

paling sederhana yang dapat mendeteksi secara dini kanker payudara

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku SADARI

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi

melalui pancaindra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

didapatkan melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

Menurutu Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang dicakup

dalam dominan kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall).

2) Pemahaman (comrehension)

Pemahaman diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat meninterpretasikan materi secara benar.

3) Aplikasi (aplication)
64

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untu menjabarkan

suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungka bagian dalam keseluruhan atau suatu

kemampuan untuk menyusun suatu materi baru dengan materi

yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuan untu menilai suatu materi

atau objek. Penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

atau menggunakan kriteria yang sudah ada. Keinginan untuk

melakukan deteksi dini salah satunya adalah SADARI, perilaku

SADARI sanagt dipengaruhi oleh pengetahuan responden

mengenai hal yang berhubungan dengan deteksi dini kanker

payudara khususnya SADARI. Oleh karena itu, pengetahuan

mahasiswi sendiri akan mempengaruhi mereka menerapkannya

dalam bentuk perilaku.

b. Dukungan Orang tua


65

Perubahan suatu perilaku terhadap tindakan kesehatan

tergantung dari ada atau tidaknya dukungan, adapun salah satu

dukungan yang dapat diperoleh dari orang tua / keluarga, dengan

demikian ini akan menjadi penguat bagi mahasiswi yang memutuskan

akan melakukan tindakan sadari (Septiani, 2013).

Dukungan sosial bisa dari orang tua yaitu sebagai informasi

verbal atau non verbal, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang

diberikan dan memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh

pada tingkah laku penerimanya (Oktavian, 2013).

Orangtua merupakan orang terdekat yang mempunyai

sumber dukungan dan bersedia memberikan bantuan dan dukungan

ketika individu membutuhkan. Orang tua merupakan orang yang

penting dalam memberikan dukungan emosional, instrumental,

informatif, penilaian atau penghargaan (Baron & Byne, 2013 dalam

Puspita 2016).

c. Media Informasi

Media informasi dapat berasal dari tenaga kesehatan, media

elektronik dan yang lainnya. Media informasi sangat berpengaruh

terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Media

masa membawa pesan sugesti yang mengarahkan opini seseorang.

Adanya informasi baru akan memberikan landasan kognitif bagi

terbentuknya perilaku terhadap hal tersebut (Suparmi dkk, 2013).


66

Informasi media masa pada umumnya berpengaruh pada

aspek kognitif (pengetahuan dan kesadaran), kurang berpengaruh

pada aspek afektif (sikap) dan kecil pengaruhnya pada aspek koratif

(perilaku) (Mahardika, 2015).

Media massa merupakan media informasi yaitu sebagai

sarana komunikasi, media massa seperti televisi, radio, surat kabar,

majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini

dan kepercayaan orang. Media massa juga membawa pesan sugesti

yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru

memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya perilaku terhadap

hal tersebut (Warni, Rina & Suparmi, 2013).

d. Sikap

Sikap dikatakan sebagai respon evaluative. Respon hanya

akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang

menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluative berarti

bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbul

didasarkan oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi

kesimpulan stimulus dalam bentuk nilai baikburuk, posistf-negatif,

menyenangi-tidak menyenangkan sebagi potensi terhadap objek

sikap (Puspita, 2016).


67

Throne berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan

afeksi, baik bersifat positif maupun negative dalam hubungan dengan

objek-objek psikolog, seperti: simbol fase, slogan, orang, lembaga,

cita-cita dan gagasan (Zuriah, 2003 dalam Pustipa, 2016).

Faktor yang mempengaruhi pembentkan sikap adalah

pengalaman pribadi, untuk dapat mempunyai tanggapan dan

penghayatan, seseorang harus memiliki pengalaman yang berkaitan

dengan objek psikologis. Apakah penghayatan akan membentuk

sikap positif atau negatif tergantung pada berbagai faktor lain

(Winarni, Rina & Suparmi, 2013).

e. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu upaya terencana untuk

mengembangkan kepribadian serta kemampuan seseorang sehingga

dapat berperilaku sesuai harapan. Pendidikan dapat berlangsung baik

didalam maupun diluar sekolah. Pendidikan dapat berpengaruh

terhadap pengetahuan sebab semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, maka akan lebih mudah untuk menerima informasi

dibanding dengan tingkat pendidikan rendah (Mubarak, 2010).

f. Umur

Seiring dengan bertambahnya umur seseorang, akan terjadi

perubahan sebagai bentuk adaptasi baik dari segi fisik maupun

psikologis yang menyebabkan perubahan ukuran, proporsi, hilangnya

ciri-ciri lama dan munculnya ciri-ciri baru. Pertambahan umur pun bisa
68

berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang

(Riyanto, 2013)

6. Pemeriksaan SADARI

Menurut Olfah dkk (2013) Terbukti 95% wanita yang

terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup

lebih dari 5 tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang

merekomendasikan agar para wanita menjalani SADARI (Periksa

Payudara Sendiri) pada saat setalah menstruasi, pada hari ke 7 sampai

dengan hari ke 10 di rumah secara rutin dan menyarankan dilakukannya

pemeriksaan rutin tahunan untuk mendeteksi benjolan pada payudara.

Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan pada usia awal usai 20

atau atau kurang dari 20 tahun, bagi wanita yang usianya lebih dari 30

tahun dapat melakukan pemeriksaan payudara sendiri maupun kepada

tenaga medis setiap tahunnya. Pemeriksaan payudara dapat dilakukan

dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan

bentuk payudara dengan cara berbaring.

a. Langkah-Langkah Pemeriksaan SADARI (Olfah dkk, 2013)

Tabel 2.1 Langkah Langkah Pemeriksaan SADARI

No Langkah Cara Pemeriksaan Gambar


69

1 Melihat Lihat pada cermin, bentuk dan


perubahan keseimbangan bentuk payudara (simetris
di atau tidak). Cara melakukan :
1. Tahap 1
hadapan
Melihat perubahan bentuk dan
cermin besarnya payudara, perubahan puting
susu, serta kulit payudara di depan
kaca. Sambil berdiri tegak di depan
cermin posisi kedua lengan lurus ke
bawah di samping badan. Perhartikan :
a. Apakah bentuk dan ukurannya
kanan dan kiri simetris?
b. Apakah bentuknya membesar/
mengeras?
c. Apakah arah putingnya lurus Gambar 2.6
kedepan? Atau berubah arah? Tahap 1
d. Apakah ada dimpling (putingnya pemeriksaan di
tertarik ke dalam)? depan cermin
e. Apakah puting/kulitnya ada yang
lecet?
f. Apakah kulitnya tampak
kemerahan? Kebiruan?
Kehitaman?
g. Apakah kulitnya tampak menebal
dengan pori-pori melebar (seperti
kulit jeruk)?
h. Apakah permukaan kulitnya
mulus,tidak tampak adanya
kerutan/cekungan/ puckering?
2. Tahap 2
Periksa payudara dengan tangan
diangkat di atas kepala. Dengan
maksud untuk melihat retaksi kulit atau Gambar 2.7
Tahap 2
perlekatan tumor terhadap otot fascia pemeriksaan di
di bawahnya. depan cermin
3. Tahap 3
Berdiri tegak di depan cermin dengan
tangan disamping kanan dan kiri untuk
melihat perubahan pada payudara,
miringkan badan ke kanan dan kiri
untuk melihat perubahan pada
payudara.
a. Apakah bentuk dan ukurannya Gambar 2.8
kanan dan kiri simetris? Tahap 3
70

b. Apakah bentuknya membesar/ pemeriksaan di


mengeras? depan cermin
c. Apakah arah putingnya lurus
kedepan? Atau berubah arah?
d. Apakah ada dimpling (putingnya
tertarik ke dalam)?
e. Apakah puting/kulitnya ada yang
lecet?
f. Apakah kulitnya tampak
kemerahan? Kebiruan?
Kehitaman?
g. Apakah kulitnya tampak menebal
dengan pori-pori melebar (seperti
kulit jeruk)?
h. Apakah permukaan kulitnya
mulus,tidak tampak adanya
kerutan/cekungan/ puckering?
4. Tahap 4
Menengangkan otot-otot bagian dada
dengan berkacak pinggang / tangan
menekan pinggul dimaksudkan untuk
menegangkan otot di daerah aksila.
Lalu perhatikan setiap perubahan Gambar 2.9
kontur pada payudara.      Tahap 4
pemeriksaan di
depan cermin

2 Melihat 1. Tahap 1 : Persiapan


bentuk a. Dimulai dari payudara kanan.
payudara Baring menghadap ke kiri dengan
dengan membengkokan kedua lutut anda.
berbaring b. Letakan bantal atau handuk mandi
yang telah dilipat di bawah bahu
sebelah kanan untuk menaikan Gambar 2.10
Tahap perispan
bagian yang akan di periksa.
c. Olesi bagian tangan yang akan
digunakan untuk massage
payudara dengan baby oil atau
handbody.
d. Kemudian letakan tangan di bawah
71

kepala.
e. Gunakan tangan kiri untuk
memeriksa payudara kanan
f. Gunakan telapak jari-jari untuk
memeriksa sembarang benjolan
atau penebalan.
g. Periksa payudara dengan
menggunakan Vertical Strip dan
Circular.
2. Tahap 2. Pemeriksaan payudara
dengan vertical Strip
a. Memeriksa seluruh bagian
payudara dengan cara vertical, dari
tulang selangka bagian atas ke
bra-line di bagian bawah, dan garis
tengah antara kedua payudara ke Gambar 2.11
Pemeriksaan
garis tengah bagian ketiak. Payudara dengan
b. Gunakan tangan kiri untuk Vertical Strip
mengawali pijatan pada ketiak.
Kemudian putar dan tekan kuat
untuk merasakan benjolan.
c. Gerakan tangan perlahan-lahan ke
bawah bra-line dengan putaran
ringan dan tekan kuat di setiap
tempat.
d. Di bagian bawah bra-line, bergerak
kurang lebih 2 cm ke kiri terus
kearah atas menuju tulang
selangka dengan memutar dan
menekan.
e. Bergeraklah ke atas dan ke bawah
mengikuti pijatan dan meliputi
seluruh bagian yang di tunjuk.
3. Tahap 3. Pemeriksaan payudara
dengan cara memutar.
a. Berawal dari bagian atas payudara
buat putaran yang besar
b. Bergeraklah sekeliling payudara
dengan memperhatikan benjolan
yang abnormal.
72

c. Buatkah sekurang-kurangnya tiga Gambar 2.12


putaran kecil sampai ke putting Pemeriksaan
Payudara dengan
payudara lakukan cara memutar
d. Sebanyak 2 kali. Sekali dengan
tekanan ringan dan sekali dengan
tekanan kuat
e. Jangan lupa periksa bagian bawah
aleora mamae.
4. Tahap 4 pemeriksaan cairan di puting
payudara
Menggunakan kedua tangan kemudian
tekan payudara untuk melihat adanya
cairan abnormal dari puting payudara Gambar 2.13
Pemeriksaan
Cairan di Puting
payuda

5. Tahap 5 pemeriksaan ketiak


Letakan tangan kanan di samping dan
rasakan ketiak dengan teliti, apakah
teraba benjolan atau tidak.

Gambar 2.14
Pemeriksaan
Ketiak

G. KONSEP REMAJA

1. Pengertian

Remaja adalah periode transisi masa kanak-kanak ke masa

dewasa, atau disebut juga usia belasan. Istilah remaja berasal dari kata

latin (kata bendanya adolescentia yang berarti remaja primitif) yang

berarti tumbuh menjadi dewasa. Anak dianggap sudah dewasa bila

mampu mengadakan reproduksi. Remaja mempunyai arti yang lebih luas,


73

mencangkup kematangan mental, sosial, dan fisik. Dalam ilmu

kedokteran dan ilmu-ilmu yang terkait (seperti biologi dan ilmu faal)

remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat

kelamin manusia mencapai kematangannya (Ardayani, 2012). Dalam

pengertian ini remaja dipandang dari susut fisik dimana individu disebut

remaja apabila individu tersebut secara fisik telah melakukan reproduksi.

Maka setelah memahami dari teori diatas yang dimaksud

dengan masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-

kanak menuju kemasa dewasa, dengan ditandai individu telah

mengalami perkembangan-perkembangan atau pertumbuhan-

pertumbuhan yang sangat pesat di segala bidang, yang meliputi dari

perubahan fisik yang menunjukkan kematangan organ reproduksi serta

optimalnya fungsional organ-organ lainnya.

2. Ciri Ciri Perkembangan Remaja

Menurut Ardayani (2012) ciri ciri perkembangan remaja di bagi

menjadi 3 tahap yaitu:

a. Remaja Awal

1) Perempuan lebih cepat matang dibandingkan laki-laki

2) Lebih senang melakukan kegitan bersama dengan jenis kelamin

yang sama.
74

3) Malu-malu, lugu dan mudah tersipu

4) Bereksperimen dengan dirinya sendiri

5) Cemas tentang tubuhnya sendiri

b. Remaja Pertengahan

1) Peduli terhadap daya tarik seksual.

2) Sering berganti.

3) Mulai tertarik dengan lawan jenis.

4) Kelemah lembutan dan kecemasan ditunjukan kepada lawan

jenis.

5) Mulai merasa akan campuran antara cinta yang disertai kasih

sayang.

c. Remaja Akhir

1) Mulai berfikir untuk membina hubungan lebih serius

2) Identitas seksualnya makin jelas

3) Mampu mengembangkan cinta yang disertai kasih sayang.

3. Perubahan Tubuh selama Masa Remaja

a. Perubahan eksternal

1) Tinggi

Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang matang

antara usia 17-18 tahun, rata-rata anak laki-laki sesudahnya.

2) Berat
75

Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama

dengan perubahan tinggi. Berat badan sekarang tersebar

dibagian-bagian tubuh yang tadinya hanya mengandung sedikit

lemak atau tidak mengandung lemak sama sekali.

3) Proporsi tubuh

Berbagai anggota tubuh, lambat laun mencapai

perbandingan tubuh yang baik misalnya badan melebar dan

memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu

panjang.

4) Organ seksual

Pada laki-laki dan perempuan organ seksual mencapai

ukuran dewasa pada periode remaja akhir, namun fungsinya

belum matang sampai dengan beberapa tahun kemudian.

5) Karakteristik sex sekunder

Karakteristik sex sekunder utama mengalami

perkembangan pada level dewasa pada periode remaja akhir.

b. Perubahan internal

1) Sistem Pencernaan

Perut lebih panjang tidak lagi berbentuk pipa, usus

bertambah panjang dan besar, otot-otot di perut dan dinding-

dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat

dan kerongkongan bertambah panjang.


76

2) Sistem Peredaran darah

Jantung tumbuh pesat selama masa remaja pada usia 17

sampai 18 tahun, berat 12 kali lipat pada waktu lahir. Panjang dan

tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat

kematangan bila mana jantung sudah matang.

3) Sistem Pernafasan

Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang

pada usia 17 tahun, anak laki-laki mencapai tingkat kematangan

beberapa tahun kemudian.

4) Sistem endokrin

Kegiatan gonad yang miningkat pada puber menyebabkan

ketidakseimbangan sementara dari seluruh sistem endokrin pada

awal masa puber. Kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi,

meskipun belum mencapai ukuran matang sampai akhir masa

remaja atau masa dewasa

5) Jaringan Tubuh

Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia 18

tahun. Jaringan selain tulang, terus berkembang sampai tulang

mencapai ukuran matang, khususnya bagi perkembangan

jaringan otot. Selain remaja mengalami pertumbuhan secara fisik,


77

remaja juga mengalami berbagai perkembangan. Perkembangan

remaja antara lain :

a. Perkembangan emosi

Ciri-ciri perkembangan emosi pada tahap remaja adalah:

1) Emosi lebih mudah bergejolak dan biasanya diekspresikan secara

meledak-ledak

2) Jenis emosi sudah lebih bervariasi

3) Mulai munculnya ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan

emosi (sayang, cinta, cemburu dan lainnya)

4) Remaja umumnya sangat peka terhadap cara orang lain

memandang mereka. Akibatnya remaja mudah tersinggung dan

merasa malu. Hal ini terkait dengan perkembangan konsep

dirinya.

Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya emosi pada masa remaja

antara lain :

1) Fisik (kelenjar dan nutrisi)

2) Lingkungan dan sosial:

a) Penyesuaian dengan lingkungan yang baru

b) Tuntutan sosial untuk berperilaku yang lebih matang

c) Aspirasi yang tidak realistis

d) Penyesuaian sosial terhadap teman sejenis dan lawan jenis

e) Masalah disekolah

f) Masalah dengan tugas atau bidang pekerjaan


78

g) Hambatan terhadap hal-hal yang dilakukan

h) Relasi yang kurang mendukung

b. Perkembagan Kognitif

Berdasarkan teori perkembangan kognitif (Piaget dalam

Ardayani, 2012) kemampuan kognitif remaja berada pada tahap

formal operational. Remaja mampu mempertimbangkan semua

kemungkinan untuk menyelesaikan masalah dan

mempertanggungjawabkannya. Berkaitan dengan perkembangan

kognitif, umumnya remaja menampilkan tingkah laku sebagai berikut :

1) Kritis

Segala sesuatu harus rasional dan jelas, sehingga remaja

cenderung mempertanyakan kembali aturan yang diterimanya.

2) Rasa ingin tahu yang kuat

Perkembangan intelektual pada remaja merangsang

adanya kebutuhan/kegelisahan akan sesuatu yang harus

diketahui/dipecahkan.

3) Jalan pikiran egosentris

Berkaitan dengan menantang pendapat yang berbeda.

Cara berpikir kritis dan egosentris, menyebabkan remaja

cenderung sulit menerima pola pikir yang berbeda dengan pola

pikirnya.
79

4) Imagery audience

Remaja merasa selalu diperhatikan atau menjadi pusat

perhatian orang lain menyebabkan remaja sangat terpengaruh

oleh penampilan fisiknya dan dapat mempengaruhi konsep

dirinya.

5) Personal fables

Remaja merasa dirinya sangat unik dan berbeda dengan orang

lain.

c. Perkembangan Moral

Perubahan mendasar dalam moralitas remaja meliputi :

1) Pada masa remaja, mereka mulai memberontak dan nilai

orangtua dan orang dewasa lainnya serta mulai menentukan

nilainya sendiri

2) Pandangan moral remaja semakin lama semakin menjadi abstrak

dan kurang nyata.

3) Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar, bukan apa

yang salah.

4) Penilaian moral menjadi semakin kritis sehingga remaja lebih

berani menganalisa moral sosial dan moral pribadi, serta berani

mengambil keputusan berbagai masalah moral yang dihadapi.

5) Penilaian moral menjadi kurang egosentris, tetapi lebih

mengembangkan moral berdasarkan nilai kelompok sosial.


80

6) Penilaian moral cenderung melibatkan beban emosi dan

menimbulkan ketegangan emosi.

d. Perkembangan konsep diri (kepribadian)

Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran

seseorang mengenai dirinya sendiri. Gambaran pribadi remaja

terhadap dirinya sendiri. Gambaran pribadi remaja terhadap dirinya

meliputi penilaian diri dan perasaan sosial. Menurut Ardyani (2012)

penilaian diri berisi pandangan dirinya terhadap hal-hal antara lain :

1) Pengendalian keinginan dan dorongan dalam diri

2) Suasana hati yang sedang dihayati remaja

3) Bayangan subjektif terhadap kondisi tubuhnya

4) Merasa orang lain selalu mengamati/memperhatikan dirinya.

e. Perkembangan heteroseksual

Beberapa ciri penting perkembangan heteroseksual remaja adalah :

1) Remaja mempelajari perilaku orang dewasa sesuai dengan jenis

kelaminnya untuk menarik perhatian lawan jenisnya.

2) Minat terhadap lawan jenis makin kuat disertai keinginan kuat

untuk memperoleh dukungan dari lawan jenis.

3) Minat terhadap kehidupan seksual.

4) Remaja mulai mencari informasi tentang kehidupan seksual orang

dewasa, bahkan juga muncul rasa ingin tahu dan keinginan

bereksplorasi untuk melakukannya.


81

5) Minat dalam keintiman secara fisik, dengan adanya dorongan

seksual dan ketertarikan terhadap lawan jenis, perilaku mulai

diarahkan untuk menarik perhatian lawan jenis. (Ardayani, 2012)

4. Masa Transisi Remaja

Ardayani (2012) menerangkan bahwa pada masa remaja terdapat

masa transisi yang akan dialami. Masa transisi pada remaja adalah :

a. Transisi fisik berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh.

Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anakanak,

tetapi belum sepenuhnya menampilkan bentuk tunuh orang dewasa.

Hal ini menyebabkan kebingungan peran, didukung dengan sikap

masyarakat yang kurang konsisten.

b. Transisi dalam kehidupan emosi

Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat

dengan peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering

memperlihatkan ketidak stabilan emosi. Remaja tampak sering

gelisah, cepat tersinggung, melamun dan sedih tetapi disisi lain akan

bergembira, tertawa, atau tertawa-tawa.

c. Transisi dalam kehidupan sosial

Lingkungan sosial remaja semakin bergeser ke luar dari

keluarga, dimana lingkungan teman sebaya mulai memegang


82

peranan penting. Pergeseran ikatan pada teman sebaya merupakan

upaya remaja untuk mandiri.

d. Transisi dalam nilai moral

Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan

menuju nilai-nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai

meragukan nilai yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai

mencari nilai sendiri.

e. Transisi dalam pemahaman

Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat

sehingga mulai mengembangkan kemampuan berfikir abstrak.

5. Tugas Perkembangan Remaja

Adapun tugas perkembangan remaja sebagai berikut :

a. Menerima keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan

tubuhnya secara efektif.

b. Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-laki dan

wanita)

c. Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya,

baik sejenis maupun lawan jenis.

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab

e. Mencapai kemandirian secara emosional terhadap orang tua dan

orang dewasa lainnya.

f. Memperispkan karir dan kemandirian secara ekonomis.


83

g. Mempersiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi perkawinan

dan kehidupan keluarga.

h. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual untuk

hidup bermasyarakat dan untuk masa depan.

i. Mencapai nilai kedewasaan. (Ardayani,2012).

6. Tujuan Perkembangan Remaja

a. Perkembangan pribadi

1) Keterampilan kognitif dan non kognitif yang dibutuhkan agar dapat

mandiri secara ekonomis maupun mandiri dalam bidang

pekerjaan tertentu.

2) Kecakapan dalam mengelola dan mengatasi masalah pribadi

secara efektif.

3) Kecakapan sebagai pengguna kekayaan kultural dan peradaban

bangsa.

4) Kecakapan untuk dapat terkait dalam suatu keterlibatan yang

intensif pada suatu kegiatan.

b. Perkembangan sosial

Pengalaman bersama pribadi yang berbeda dengan dirinya, baik

dalam kelas sosial, subkultur, maupun usia. (Ardayani,2012)

H. KERANGKA TEORI

Faktor-faktor yang Faktor-faktor yang


mempengaruhi mempengaruhi
Pengetahuan
SADARI
Supportive
1. Sikap 1.Faktor internal educative system
Therapeutic
2. Pengetahuan - Tingkat :
Self Care
Pendidikan Pendidikan
- Pekerjaan kesehatan
- Umur
- Informasi
2.Faktor eksternal
84

3. Dukungan
Orangtua

4. Media Informasi Basic


Condotioning
5. pendidikan

6. Umur

Faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap Pengetahuan
tentang
1. Pengalaman pribadi SADARI
2. Pengaruh orang lain meningkat
3. Pengaruh kebudayaan
4. Media Massa
5. Lembaga pendidikan
6. Faktor emosional

= Diteliti

= Tidak Diteliti

Gambar 2.15 Kerangka Teori


Sumber : Notoatmodjo (2010), Wawan dan Dewi (2010), Anwar (2011), Orem (dalam
Nursalam, 2013), dan modifikasi oleh peneliti

Anda mungkin juga menyukai