A. PENGERTIAN
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).
Menurut Townsed, M.C (1998) Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana
seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain
B. FAKTOR PREDISPOSISI
1.Faktor perkembangan
2.Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur
otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak
serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak
produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosialnya).
C. FAKTOR PRESIPITASI
1.Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina
hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang labil, yang dirawat
di rumah sakit.
2.Stressor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan
memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah
diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik diri).
D. POHON MASALAH
Data obyektif :
Data subyektif :
Mendengar suara bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata, melihat
gambaran tanpa ada stimulus yang nyata, mencium bau tanpa stimulus, takut pada
suara/bunyi/gambaran yang didengar, ingin memukul/melempar barang barang
Data obyektif :
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak
diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain,
perawatan diri kurang, posisi menekur.
Data subyektif :
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan
singkat, ya atau tidak.
Data obyektif :
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri.
Data subyektif :
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/tidak tahu apa -apa,
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
Tindakan:
Tindakan :
Tindakan :
2) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain.
a)Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain.
Tindakan :
2)Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
a)K P
b)K P P lain
d)K Kel/Klp/Masyarakat
5) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
Rasional : Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat menyelesaikan
masalah.
Tindakan :
Tindakan :
b)Jelaskan tujuan.
c)Buat kontrak.
3). Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
4). Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu kali seminggu.
5). Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga.
Diagnosa 2
Tujuan umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal tanpa merasa rendah
diri
Tujuan khusus :
Tindakan :
c)Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
2). Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
Tindakan:
a)Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
Tindakan:
a)Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
b)Kegiatan mandiri.
Tindakan:
a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
Tindakan:
a)Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah.
PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a.) Data obyektif:
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak diam, kontak
mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang,
posisi menekur.
b.) Data subyektif:
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya atau
tidak.
2. Diagnosa Keperawatan :Isolasi sosial : menarik diri
B. Strategi pelaksanaan tindakan:
Tujuan khusus :
1. Klien mampu mengungkapkan hal hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
2. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
3. Klien mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
Tindakan keperawatan.
1. Mendiskusikan faktor faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
2. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
3. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap
SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan
mengajarkan pasien berkenalan
ORIENTASI (PERKENALAN):
Selamat pagi
Saya nurhakim yudhi wibowo, Saya senang dipanggil yudi, Saya mahasiswa UNDIP yang
akan merawat Ibu.
Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?
Apa keluhan ibu hari ini? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman ibu ? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau
berapa lama, bu? Bagaimana kalau 15 menit
KERJA:
(Jika pasien baru)
Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan ibu? Siapa yang jarang
bercakap-cakap dengan ibu? Apa yang membuat ibu jarang bercakap-cakap dengannya?
(Jika pasien sudah lama dirawat)
Apa yang ibu rasakan selama ibu dirawat disini? O.. ibu merasa sendirian? Siapa saja
yang ibu kenal di ruangan ini
Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan dengan teman yang ibu kenal?
Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang
lain?
Menurut ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau
kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya ibu ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu
inginkah ya ibu ? belajar bergaul dengan orang lain ?
Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain
Begini lho ibu ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya T, senang dipanggil
T. Asal saya dari Flores, hobi memancing
Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama
Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?
Ayo ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba berkenalan dengan saya!
Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali
Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan percakapan tentang
hal-hal yang menyenangkan ibu bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang
keluarga, pekerjaan dan sebagainya.
TERMINASI:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?
ibu tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali
Selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada.
Sehingga ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke pasien
lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.
Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak ibu berkenalan dengan teman
saya, perawat N. Bagaimana, ibu mau kan?
Baiklah, sampai jumpa.
Orientasi:
Selamat pagi Pak/Bu
Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?
Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari berberapa hari
yang lalu?
Mari praktekkan langsung ke klien! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan coba 30
menit.
Sekarang mari kita temui anak bapak
Kerja:
Selamat pagi mba. Bagaimana perasaan mba hari ini?
Bpk/Ibu mba datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong mba tunjukkan jadwal
kegiatannya!
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari
lalu
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
Bagaimana perasaan mba setelah berbincang-bincang dengan Orang tua mba?
Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)
Terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah bagus.
Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada anak bapak
Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan cara
merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak
Sampai jumpa
ORIENTASI:
Selamat pagi Pak/Bu
Karena rencana anak bapak mau pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan lanjutan di
rumah.
Bagaimana kalau kita membicarakan perawatan lanjutan tersebut disini saja
Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?
KERJA:
Bpk/Ibu, ini jadwal anak bapak yang sudah dibuat. Coba dilihat, mungkinkah dilanjutkan?
Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di rumah, baik jadwal
kegiatan maupun jadwal minum obatnya
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak
Bapak selama di rumah. Misalnya kalau anak bapak terus menerus tidak mau bergaul
dengan orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi segera lapor ke rumah sakit atau bawa anak bapak ke rumah
sakit
TERMINASI:
Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian anak bapak. Jangan
lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan
selesaikan administrasinya!