DEPARTEMEN JIWA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
PROSES PIKIR DI RUANG 23 PSIKIATRI RSUD DR. SAIFUL ANWAR
MALANG
Oleh :
Dadang Putrawansyah
105070200131003
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Gangguan proses pikir adalah suatu tindakan atau keadaan dimana individu
mengalami kerusakan dalam mengoperasikan aktivitas. Gangguan proses pikir juga
didefinisikan sebagai suatu keyakinan tentang isi pikir yang tidak sesuai dengan
kenyataan (tidak cocok dengan intelegensi latar belakang kebudayaan).
Proses berfikir pada manusia meliputi proses pertimbangan (judgment), pemahaman
(comprehension), ingatan serta penalaran (reasoning). Proses berfikir yang normal
mengandung arus idea, simbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang
dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan yang menghantarkan ke-pada suatu
penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan. (Febrianty, 2012).
Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi proses berfikir manusia, misalnya
faktor somatik (gangguan otak, kelelahan), fak-tor psikologik (gangguan emosi,
psikosa), dan faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial ya-ng lain) yang sangat
mempengaruhi perhatian atau konsentrasi manusia yang bersangkutan. Kita dapat
membedakan tiga aspek proses berfikir, yaitu : bentuk pikiran, arus pikiran dan isi
pikiran. Distorsi pada proses berfikir dapat disebabkan karena gangguan organik
maupun gangguan psikologik terkait gangguan kecemasan, gangguan panik, gangguan
depresi maupun kondisi psikotik. (Kandel, 1991; Kasper,1999; Lieberman, 1999).
Kelompok gangguan psikotik yang bersifat organik meliputi demensia (Alzheimer,
vaskular, penyakit lain, ytt), sindrom amnesik organik (selain kausalitas alkohol, zat
psikoaktif lain), delirium, gangguan mental organik (dengan kausa kerusakan otak,
disfungsi otak, dan penyakit fisik), gangguan kepribadian dan peri-laku (akibat penyakit,
kerusakan dan disfungsi otak) Sedangkan kelompok gangguan psikotik yang bersifat
fungsional meliputi gangguan skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan gangguan
proses pikir (APA, 1994; PPDGJ III, 1993; Sadock, dalam Febriyanti, 2012).
B. Proses Pikir
1) Arus Pikir
a. Koheren : Kalimat / pembicaraan dapat difahami dengan baik.
b. Inkoheren : Kalimat tidak terbentuk, pembicaraan sulit difahami.
c. Sirkumstansial : Pembicaraan yangberbelit-belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan.
d. Tangensial : Pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
pembicaraan.
e. Asosiasi longgar : Pembicaraan tidak ada hubungan antara kalimat yang satu
dengan kalimat yang lainnya, dan klien tidak menyadarinya.
f.
Flight of ideas : Pembicaraan yang melompat dari satu topik ke topik lainnya,
masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan.
j.
k. Irelefansi : Ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau dengan
hal yang sedang dibicarakan.
l.
Alienasi : Perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda atau asing
j.
Rendah diri : Merendahkan atau menghina diri sendiri, menyalahkan diri sendiri
tentang suatu hal yang pernah atu tidak pernah dilakukan
Nihilistik : Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia atau meninggal
yang dinyatakan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan
Dosa : Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar
yang tidak bisa diampuni
Sisip pikir : klien yakin ada pikiran orang lain yang disisipkan di dalam pikiran
yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut yang dinyatakan
secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
3) Bentuk pikir
a. Realistik : Cara berfikir sesuai kenyataan atau realita yang ada
b. Non realistic : Cara berfikir yang tidak sesuai dengan kenyataan
c. Autistik : Cara berfikir berdasarkan lamunan / fantasi / halusinasi / gangguan
proses pikirnya sendiri
d. Dereistik : Cara berfikir dimana proses mentalnya tidak ada sangkut pautnya
dengan kenyataan, logika atau pengalaman.
C. Tanda dan gejala gangguan proses pikir :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan
Takut, kadang panik
Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
Ekspresi tegang, mudah tersinggung
a. Faktor Biologis
- Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal
- Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbic
- Gangguan tumbuh kembang
- Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur
b. Faktor Genetik
Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan skizoprenia
c. Faktor Psikologis
- Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitivitas
- Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan
- Konflik perkawinan
- Komunikasi double bind
- Sosial budaya
- Kemiskinan
- Ketidak harmonisan sosial
- Stress yang menumpuk
(2) Faktor Presipitasi
a. Stressor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang yang paling penting, atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat halusinogen
diduga berkaitan dengan orientasi realita
c. Faktor psikologi
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya kemampuan
mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi realiata.
Respon neurobiologist
Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan tentang respon
gangguan adaptif dan malladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut ( stuart dan sundeen,
1998 hal 302) :
RENTANG RESPON
neurobiologis
Respon adaptif
Respon maladaptif
maladaptif
Pikiran logis
Distorsi pikiran
Persepsi akurat
Ilusi
Gangguan proses
pikir/delusi/gangguan proses
Halusinasi
Emosi konsisten
pikir
Perilaku disorganisasi
Menarik diri
Isolasi sosial
Berhubungan sosial
E. Pohon Masalah
Effect
Perilaku kekerasan
Core Problem
Causa
Kekacauan neurotransmitter
F. Presipitasi
- Ditinggal
orang
yang
dia cintai
- Kehilangan
Musibah
alam
F. Predisposisi
- Kepribadian
introvert
- Genetik
- Riwayat
gangguan jiwa
dimasa lalu
F. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji
1. Masalah Keperawatan
- Kerusakan komunikasi verbal
- Gangguan proses pikir
-
mudah tersinggung.
G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul yaitu:
1. Gangguan Proses Pikir
2. Kerusakan Komunikasi Verbal
3. Kerusakan Interaksi Sosial
4. Koping Individu Inefektif
F. Rencana Tindakan
Tujuan
Pasien mampu :
Kriteria Evaluasi
Intervensi
Setelah
1x
pertemuan SP 1
pasien dapat memenuhi
- Berorientasi kepada kebutuhannya
1.
Membentu
orientasi realita
realitas
secara
2.
Mendiskusikan
bertahap
kebutuhan
yang
tidak
- Mampu berinteraksi
terpenuhi
dengan orang lain
3.
Membantu pasien
dan lingkungan
memenuhi kebutuhannya
- Menggunakan obat
4.
Menganjurkan
dengan prinsip 6
pasien memasukkan dalam
benar
jadwal kegiatan
Keluarga mampu :
Setelah
1x
pertemuan, SP 2
pasien mampu :
- Mengidentifikasi
1.
Mengevaluasi
jadwal kegiatan harian
gangguan
proses - Menyebutkan kegiatan yg
pasien
pikir pasien
sudah dilakukan
Setelah
1x
keluarga mampu :
- Menyebutkan kegiatan yg
sudah dilakukan
- Mampu memperagakan
cara merawat pasien
Melatih
keluarga
mempraktekkan
cara
merawat pasien dengan
gangguan proses pikir
2.
Melatih
keluarga
melakukan cara merawat
langsung pasien gangguan
proses pikir
1.
Setelah
1x
pertemuan SP 3
keluarga
mampu
Membantu
mengidentifikasi
masalah 1.
keluarga membuat jadwal
dan mampu menjelaskan
aktivitas
di
rumah
cara merawat pasien
termasuk minum obat
(dischange planning)
2.
Menjelaskan follow
up pasien setelah pulang
Dx Medis
: Psikosa akut
No RM
Ruangan
Tgl/ No Dx
Tindakan
Pasien
Keperawatan
Untuk
SP 1
SP 1
Menjelaskan
1.
percaya.
masalah
yang
kebutuhan
pasien.
Menjelaskan pengertian, tanda
2.
kebutuhannya.
5. Menganjurkan
terjadinya.
pasien
Menjelaskan
3.
cara
merawat
kegiatan.
pikir.
SP 2
1.
SP 2
Mengevaluasi
jadwal
Mendiskusikan tentang
Melatih
kemampuan
keluarga
mempraktekkan
cara
merawat
Melatih
1.
Melatih
2.
yang dimiliki.
cara
keluarga
merawat
melakukan
langsung
pasien
SP 3
Mengevaluasi
jadwal
1.
Memberikan pendidikan
kesehatan
penggunaan
tentang
obat
2.
secara
teratur.
3.
Menganjurkan
pasien
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo.
2003
Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa.Edisi 1. Bandung:
RSJP.2000
Direja. S. H, Ade. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Nuha Medika
Damaiyanti, Mukhripah & Iskandar. 2012. Asuhan Keperatan Jiwa. Gunarsa, Aep (ed).
Bandung : PT Refika Aditama.