Anda di halaman 1dari 33

SOAL UJIKOM KEPERAWATAN JIWA

Seorang perempuan (42 tahun) dibawa ke poliklinik RS. Setelah dilakukan pemeriksaan
lengkap, klien didagnosis mengalami Ca serviks stadium 4. Klien tampak terkejut, diam
terpaku, dan mengatakan "ini tidak mungkin terjadi, selama ini saya selalu hidup sehat,
dokter pasti keliru".
Apakah tahap kehilangan/ berduka yang dialami oleh klien?
a. Anger
b. Denial
c. Bargaining
d. Depresi
e. Acceptance

Jawaban yang tepat : b. Denial.

DO: klien dinyatakan menderita Ca. serviks stadium 4.


DS : klien mengatakan "ini tidak mungkin terjadi, selama ini saya selalu hidup sehat,
dokter pasti keliru.

Data-data di atas menunjukkan bahwa klien berada dalam tahap proses kehilangan yaitu
denial (penyangkalan). Denial merupakan reaksi awal seorang individu ketika mengalami
kehilangan yang diungkapkan dengan perasaan tidak percaya, syok, diam, terpaku, gelisah,
bingung, mengingkari kenyataan, mengisolasi diri terhadap kenyataan, serta berprilaku
seperti tidak terjadi apa-apa dan pura-pura senang (Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa,
2015).

Tahapan proses kehilangan terdiri dari lima tahapan yaitu:


1. Penyangkalan (denial): reaksi awal seorang individu ketika mengalami kehilangan
adalah tidak percaya, syok, diam, terpaku, gelisah, bingung, mengingkari kenyataan, serta
berprilaku seperti tidak terjadi apa-apa dan pura-pura senang.
2. Marah (anger): tahapan kedua seseorang akan mulai menyadari tentang kenyataan
kehilangan. perasaan marah yang timbul terus meningkat, yang diproyeksikan kepada orang
lain atau benda disekitarnya.
3. Penawaran (Bergaining) : terjadi setelah perasaan marah dapat tersalurkan.
4. Depresi: tahap diam pada fase kehilangan. Individu menarik diri, tidak mau berbicara
dengan orang lain, dan tampak putus asa. Secara fisik, individu menolak makan, susah
tidur, letih, dan penurunan libido.
5. Penerimaan (acceptance) : fokus pemikiran terhadap sesuatu yang hilang mulai
berkurang. Penerimaan terhadap kenyataan kehilangan mulai dirasakan, sehingga sesuatu
yang hilang tersebut mulai dilepaskan secara bertahap dan dialihkan kepada objek lain.

Tinjauan opsi lain:


Opsi "anger" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang mendukung
klien berada pada tahap anger.
Opsi "bargaining" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang
mendukung klien berada pada tahap bergaining

Opsi "depression" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang mendukung
klien berada pada tahap depression.

Opsi "acceptance"(Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang mendukung
klien berada pada tahap acceptance.

Seorang Laki-laki (47 tahun) dirawat di RSJ setelah melakukan percobaan bunuh diri. Hasil
pengkajian: klien dikenal sebagai pribadi yang pendiam, jarang bergaul dan memiliki
riwayat keturunan gangguan jiwa. Dua minggu yang lalu klien di-PHK oleh perusahaan
tempatnya bekerja.
Apakah faktor presipitasi pada kasus di atas?
a. Percobaan bunuh diri
b. Pribadi pendiam
c. Riwayat keturunan gangguan jiwa
d. Jarang bergaul
e. Di-PHK oleh perusahaan

jawaban yang tepat adalah : e. di PHK oleh perusahaan.

DO : klien merupakan pribadi yang pendiam, jarang bergaul dan punya riwayat keturunan
gangguan jiwa. Dua minggu yang lalu klien di PHK oleh perusahaan.

Data-data di atas menunjukkan bahwa faktor presipitasi/pencetus gangguan jiwa pada klien
saat ini ialah karena klien di PHK oleh perusahaan.
Faktor presipitasi ialah stimulus yang mengancam individu, dimana faktor presipitasi yang
sering terjadi di antaranya ialah kejadian yang menekan (stressful) dan ketegangan dalam
hidup (Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa, 2015).

Tinjauan opsi lainnya:


Opsi "percobaan bunuh diri" (Tidak Tepat), karena bukan merupakan faktor presipitasi
tetapi merupakan diagnosis klien saat ini.

Opsi "pribadi pendiam" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus merupakan faktor
predisposisi terjadinya masalah gangguan jiwa pada klien.

Opsi "riwayat keturunan gangguan jiwa" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus
merupakan faktor predisposisi terjadinya masalah gangguan jiwa pada klien.

Opsi "jarang bergaul" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus merupakan faktor
predisposisi terjadinya masalah gangguan jiwa pada klien.
Seorang laki-laki (22 tahun) dirawat di RSJ sejak 2 minggu yang lalu dengan keluhan
sering keluyuran dan bicara sendiri. Hasil pengkajian: klien tampak kotor, tidak mau
mengganti baju dan mandi.
Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan?
a. Melatih klien menghardik halusinasi
b. Menjelaskan dan melatih klien cara menjaga kebersihan diri
c. Melatih klien cara berkenalan
d. Melatih klien cara berdandan
e. Melatih aspek positif yang dimiliki klien
Jawaban yang tepat adalah : b. Menjelaskan dan melatih cara menjaga kebersihan diri.

Data fokus: klien dirawat di RSJ sering keluyuran dan bicara sendiri, klien tampak kotor,
tidak mau mengganti baju dan mandi.

Data- data di atas menunjukkan bahwa klien mengalami masalah keperawatan defisit
perawatan diri yaitu tentang kebersihan diri sehingga tindakan keperawatan yang tepat
adalah menjelaskan dan melatih cara menjaga kebersihan diri.
Defisit keperawatan diri adalah tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri.
Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien dengan defisit perawatan diri ialah
berupa strategi pelaksanaan defisit perawatan diri.
SP 1: Menjelaskan dan melatih cara menjaga kebersihan
SP 2: Menjelaskan dan melatih cara
SP 3: Menjelaskan dan melatih cara makan dan minum dengan benar
SP 4: Menjelasakan cara BAB dan BAK yang benar

Tinjauan opsi lain:


Opsi "Melatih klien menghardik halusinasi" (Tidak Tepat), karena merupakan SP untuk
klien dengan masalah halusinasi, sedangkan diagnosis klien saat ini ialah defisit perawatan
diri.

Opsi "Melatih klien berkenalan" (Tidak Tepat), karena lebih tepat diberikan pada klien
dengan masalah keperawatan isolasi sosial

Opsi "Melatih klien cara berdandan" (Tidak Tepat), karena lebih tepat diberikan pada klien
dengan masalah isolasi sosial.

Opsi "Melatih aspek positif yang dimiliki klien" (Tidak Tepat), karena lebih tepat
diberikan pada klien dengan masalah harga diri rendah.

Seorang perempuan (25 tahun) dirawat di RSJ sejak 2 hari lalu. Hasil pengkajian: klien
mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pengacara terkenal yang menangani kasus
pejabat di Indonesia, klien tampak mondar-mandir di ruangan dan banyak bicara. Perawat
sudah mengajak klien interaksi dan membina hubungan saling percaya.
Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan selanjutnya?
a. Mengidentifikasi aspek positif diri
b. Membantu orientasi realita
c. Mengajarkan klien menghardik halusinasi
d. Mengidentifikasi pola koping klien
e. Mengajarkan cara berkenalan
Jawaban yang tepat adalah: b. membantu orientasi realita

DS : klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pengacara terkenal yang menangani
kasus pejabat di Indonesia, klien tampak mondar-mandir di ruangan dan banyak bicara.

Data-data di atas menunjukkan bahwa klien mengalami gangguan proses pikir yaitu
waham. Waham adalah keyakinan yang keliru tentang isi pikiran yang dipertahankan secara
kuat atau terus-menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.

Adapun strategi pelaksanaan waham adalah :


SP1 : Menjelaskan tentang waham dan membantu klien untuk latihan orientasi realita.
SP2 : Melatih klien cara minum obat secara teratur
SP3: Melatih klien cara pemenuhan kebutuhan dasar.
SP4: Melatih kemampuan positif yang dimiliki klien

Tinjauan opsi lain:


Opsi "mengidentifikasi aspek positif diri" (Tidak Tepat), karena merupakan SP 4 pada
klien dengan masalah waham

Opsi "mengajarkan klien menghardik halusinasi" (Tidak Tepat), karena merupakan SP


untuk klien dengan masalah halusinasi

Opsi "mengidentifikasi pola koping klien" (Tidak Tepat), karena merupakan SP untuk
klien dengan masalah risiko bunuh diri

Opsi "Mengajarkan cara berkenalan" (Tidak Tepat), karena merupakan SP untuk klien
dengan masalah isolasi sosial.

Seorang perempuan (42 tahun) berkunjung ke poli psikosomatik RS untuk ketiga kalinya.
Hasil pengkajian: klien kehilangan putrinya akibat kecelakaan 6 bulan lalu. Klien
mengatakan sangat mencintai putrinya, dan saat ini dia yakin putrinya telah tenang, dan dia
harus kembali menata kehidupannya.
Apakah tahap kehilangan/berduka yang terjadi pada klien?
a. Anger
b. Acceptance
c. bargaining
d. depresi
e. denial
Jawaban yang tepat : b.
DO: klien kehilangan putrinya 6 bulan yang lalu. klien mengatakan sangat mencintai
putrinya, yakin saat ini putrinya telah tenang, dan diapun harus kembali menata
kehidupannya.

Data-data di atas menunjukkan bahwa klien berada dalam tahap proses kehilangan yaitu
acceptance (penerimaan). Acceptance (penerimaan) merupakan tahap akhir dari perasaan
kehilangan. Pada tahap ini fokus pemikiran terhadap kehilangan mulai berkurang dan
penerimaan terhadap kenyataan mulai dirasakan, sehingga sesuatu yang hilang mulai
dilepaskan secara bertahap dan dialihkan kepada objek yang lain (Buku ajar keperawatan
kesehatan jiwa, 2015).

Tahapan proses kehilangan terdiri dari lima tahapan yaitu:


1. Penyangkalan (denial) : reaksi awal seorang individu ketika mengalami kehilangan
adalah tidak percaya, syok, diam, terpaku, gelisah, bingung, mengingkari kenyataan, serta
berprilaku seperti tidak terjadi apa-apa dan pura-pura senang.
2. Marah (anger) : tahapan kedua seseorang akan mulai menyadari tentang kenyataan
kehilangan. perasaan marah yang timbul terus meningkat, yang diproyeksikan kepada orang
lain atau benda disekitarnya.
3. Penawaran (Bergaining) : terjadi setelah perasaan marah dapat tersalurkan.
4. Depresi: tahap diam padafase kehilangan. Individu menarik diri, tidak mau berbicara
dengan orang lain, dan tampak putus asa. Secara fisik, individu menolak makan, susah
tidur, letih, dan penurunan libido.
5. Penerimaan (acceptance) : fokus pemikiran terhadap sesuatu yang hilang mulai
berkurang. Penerimaan terhadap kenyataan kehilangan mulai dirasakan, sehingga sesuatu
yang hilang tersebut mulai dilepaskan secara bertahap dan dialihkan kepada objek lain

Tinjauan opsi lain:


Opsi "anger" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang mendukung
klien berada pada tahap anger.

Opsi "bargaining" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang
mendukung klien berada pada tahap bergaining.

Opsi "depression" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang mendukung
klien berada pada tahap depression.

Opsi "denial"(Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang mendukung
klien berada pada tahap denial.

Seorang laki-laki (23 tahun) dirawat di RSJ sejak 2 hari yang lalu. Hasil pengkajian: klien
mengatakan takut karena merasa ada ulat mengerayangi seluruh tubuhnya. Setelah
dilakukan intervensi sebanyak 8 kali pertemuan, klien sudah mulai menyadari jika ulat-ulat
tersebut tidak nyata.
Apakah rencana terapi aktivitas kelompok yang tepat diberikan kepada klien?
a. Stimulasi sensori
b. Stimulasi persepsi
c. Orientasi realita
d. Sosialisasi
e. Modalitas
Jawaban yang tepat : b. stimulasi persepsi.

DO : klien mengatakan takut karena merasa ada ulat mengerayangi seluruh tubuhnya.
Setelah diintervensi sebanyak 8 kali pertemuan, klien sudah mulai menyadari jika ulat-ulat
tersebut tidak nyata.

Data-data di atas menunjukkan bahwa klien mengalami masalah keperawatan yaitu


halusinasi. Halusinasi perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun
eksternal yang disertai dengan respons yang berkurang, berlebih atau terditorsi (SDKI,
2016).
Salah satu intervensi keperawatan untuk klien dengan halusinasi adalah terapi aktivitas
kelompok (TAK) yaitu TAK stimulasi persepsi, yang terdiri dari yang terdi dari 5 sesi, di
antaranya mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi dengan menghardik, mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan, mencegah halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain, mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

Tinjauan opsi lain:


Opsi "stimulasi sensori" (Tidak Tepat), karena lebih tepat diberikan pada klien dengan
masalah harga diri rendah dan isolasi sosial yang disertai kurangnya komunikasi verbal.

Opsi "orientasi" (Tidak Tepat), karena lebih tepat diberikan pada klien dengan gangguan
proses pikir seperti waham.

Opsi "sosialisasi" (Tidak Tepat), karena lebih tepat diberikan pada klien dengan masalah
isolasi sosial

Opsi "modalitas" (Tidak Tepat), karena merupakan terapi gangguan jiwa secara umum,
dimana TAK merupakan bagian dari terapi modalitas.

Seorang wanita (27 tahun) dibawa keluarga ke RSJ karena mengurung diri, tidak mau
makan dan tidak mau bicara sejak batal menikah dengan tunangannya 1 bulan yang lalu.
Keluarga mengatakan pasien memang pribadi yang pendiam dan mendapat didikan yang
keras dari orang tuanya sejak kecil.
Apakah faktor presipitasi pada kasus di atas?
a. Mengurung diri
b. Pribadi pendiam
c. Batal menikah
d. Pola asuh otoriter
e. Tidak mau bicara
jawaban yang tepat adalah: c. batal menikah
DO: mengurung diri, tidak mau makan dan tidak mau bicara sejak batal menikah dengan
tunangannya 1 bulan yang lalu. Keluarga mengatakan pasien memang pribadi yang
pendiam dan mendapat didikan yang keras dari orang tuanya sejak kecil.
Data-data di atas menunjukkan bahwa faktor presipitasi/pencetus gangguan jiwa pada
pasien saat ini ialah karena batal menikah dengan tunangannya. Faktor presipitasi ialah
stimulus yang mengancam individu, dimana faktor presipitasi yang sering terjadi di
antaranya ialah kejadian yang menekan ( stressful) dan ketegangan dalam hidup (Buku ajar
keperawatan kesehatan jiwa, 2015).
Tinjauan opsi lainnya:
Opsi " mengurung diri " (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus merupakan tanda dan
gejala gangguan jiwa yang ditunjukkan klien.
Opsi "pribadi pendiam " (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus merupakan faktor
predisposisi terjadinya masalah gangguan jiwa pada pasien.
Opsi "pola asuh otoriter" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus merupakan faktor
predisposisi terjadinya masalah gangguan jiwa pada pasien.
Opsi "tidak mau bicara" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus merupakan tanda dan
gejala gangguan jiwa yang ditunjukkan klien

Seorang wanita (36 tahun) dirawat di RSJ. Hasil pengkajian: klien tampak sering
menunduk, sering menyendiri, klien mengatakan merasa bersalah karena terlahir ke dunia
dan hanya menyusahkan keluarga karena merasa tidak mampu melakukan apapun.
Apakah tindakan keperawatan yang dilakukan setelah terbinanya hubungan saling percaya?
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki oleh klien
b. Mengidentifikasi tanda gejala, penyebab, akibat serta untung rugi tidak memiliki
teman.
c. Memberikan reinforcement positif
d. Melatih kemampuan yang dipilih oleh klien
e. Melatih klien cara berkenalan
Jawaban yang tepat : a. mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif diri.

DO : klien tampak sering menunduk, sering menyendiri, klien mengatakan merasa bersalah
karena terlahir kedunia, dan hanya menyusahkan keluarga karena merasa tidak mampu
melakukan apapun.

Data-data di atas menunjukkan bahwa klien mengalami masalah keperawatan yaitu harga
diri rendah, dimana tindakan keperawatan yang tepat dilakukan setelah terbina hubungan
saling percaya ialah mengidentifikasi kemampuan atau aspek positif diri.
Harga diri rendah adalah evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlansung
dalam waktu lama dan terus-menerus ataupun terjadi sebagai respons terhadap situasi saat
ini.
adapun SP harga diri rendah adalah:
SP 1 mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilki klien, membantu klien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien memilih atau
menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan
menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
SP 2 melatih klien melakukan kegiatan ke dua yang sesuai dengan kemampuan klien.
SP 3 melatih klien melakukan kegiatan ketiga yang sesuai dengan kemampuan klien
SP 4 melatih klien melakukan kegiatan ke empat yang sesuai dengan kemampuan klien

Tinjauan opsi lain:


Opsi "mengidentifikasi tanda gejala, penyebab, akibat serta untung rugi tidak memiliki
teman." (Tidak Tepat), karena merupakan tindakan keperawatan untuk klien dengan
masalah isolasi sosial.

Opsi "memberikan reinforcement positif" (Tidak Tepat), karena lebih tepat diberikan
setelah klien mampu melakukan suatu kegiatan, misalnya setelah klien mampu
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, berikan pujian dan hindari
penilaian negatif untuk meningkatkan harga diri klien.

Opsi "melatih kemampuan yang dipilih" (Tidak Tepat), karena merupakan tindakan yang
dilakukan setelah mengidentifikasi kemampuan dan menilai kemampuan yang masih bisa
digunakan oleh klien.

Opsi "melatih cara berkenalan"(Tidak Tepat), karena merupakan tindakan keperawatan


untuk klien dengan masalah isolasi sosial.

Seorang laki-laki (52 tahun) berkunjung ke poli dengan riwayat PPOK. Hasil pengkajian:
klien mengatakan merasa frustasi karena tidak bisa beraktivitas seperti biasa akibat sesak
napas yang dirasakannya. Klien mengatakan masih melakukan pengobatan atas saran
istrinya.
Apakah masalah keperawatan yang tepat?
a. Keputusasaan
b. Koping individu tidak efektif
c. Koping defensif
d. Ketidakberdayaan
e. Harga diri rendah
Jawaban yang tepat adalah: d. Ketidakberdayaan.

DO : klien mengatakan merasa frustasi karena tidak bisa beraktivitas seperti biasanya
karena sesak napas yang dirasakannya. klien mengatakan masih melakukan pengobatan
atas saran istrinya.

Data data ini menunjukkan bahwa klien telah mengalami masalah ketidakberdayaan.
Ketidakberdayaan adalah ketidakberdayaan adalah persepsi bahwa tindakan seseorang tidak
akan mempengaruhi hasil secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada situasi saat ini
atau yang akan datang (SDKI, 2016).
Tanda dan gejala mayor ketidakberdayaan adalah menyatakan frustasi atau tidak mampu
melaksanakan aktivitas sebelumnya dan bergantung kepada orang lain.

Tinjauan opsi lain:


Opsi "keputusaan" (Tidak Tepat), karena keputusaasaan merupakan kondisi dimana
individu memandang adanya keterbatasan atau tidak tersedianya alternatif pemecahan
masalah yang di hadapi, misalnya pada kasus klien yang menderita PPOK, klien merasa
frustasi, menunjukkan karakteristik keputusasaan dan tidak lagi terlibat dalam aktivitas
perawatan.

Opsi "koping tidak efektif" (Tidak Tepat), karena pada kasus klien telah menunjukkan
salah satu tanda dan gejala dari ketidakberdayaan

Opsi "koping defensif" (tidak tepat) karena tidak ditemukan adanya tanda dan gejala koping
defensif, misalnya: menyalahkan orang lain, menyangkal adanya masalah, dll.

Opsi "harga diri rendah"(tidak tepat) karena pada kasus tidak ditemukan adanya tanda dan
gejala harga diri rendah, misalnya merasa malu, tidak berharga, dll.

Seorang wanita (50 tahun) dirawat di RSJ sejak 2 hari yang lalu. Hasil pengkajian: klien
tampak mondar-mandir di ruangan, bicara keras, suka mengancam, mengamuk serta
memukul pintu jendela saat keinginannya tidak terpenuhi.
Apakah masalah keperawatan yang tepat?

a. Halusinasi
b. Koping tidak efektif
c. Risiko perilaku kekerasan
d. Perilaku kekerasan
e. Isolasi sosial
Jawaban yang tepat: d. perilaku kekerasan.

DO : klien tampak mondar-mandir ruangan, bicara keras, suka mengancam, mengamuk


serta memukul pintu jendela saat keinginannya tidak terpenuhi.

Data-data di atas menunjukkan klien aktif melakukan perilaku kekerasan dengan


mengamuk dan memukul jendela, yang menunjukkan masalah keperawatan pada klien
ialah perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah kemarahan yang diekspresikan secara
berlebihan dan tidak terkendali secara verbal sampai dengan mencederai orang lain dan
atau merusak lingkungan (SDKI, 2016).
Tanda dan gejala perilaku kekerasan di antaranya ialah : mengancam, mengumpat dengan
kata-kata kasar, suara keras, bicara ketus, menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang
lain, merusak lingkungan, serta perilaku agresif atau amuk.

Tinjauan opsi lain:


Opsi "Halusinasi" (Tidak Tepat), karena pada kasus berdasarkan data pengkajian saat ini
tidak ditemukan adanya perubahan persepsi sensori misalnya berupa suara/penglihatan dll.

Opsi "risiko perilaku kekerasan" (Tidak Tepat), karena saat ini klien telah aktif
melakukan perilaku kekerasan berupa mengamuk dan memukul jendela.

Opsi "koping individu tidak efektif" (Tidak Tepat), karena saat ini tidak ditemukan adanya
tanda dan gejala berupa ungkapan ketidakmampuan klien dalam menyelesaikan masalah.

Opsi "isolasi sosial" (Tidak Tepat), karena tidak ditemukan adanya tanda dan gejala isolasi
sosial berupa perilaku menarik diri, tidak berminat atau menolak interaksi dengan orang
lain dan lingkungan.

Seorang wanita (26 tahun) dirawat di RSJ untuk kedua kalinya dengan keluhan sering
menyendiri dan tidak mau berinteraksi. Hasil pengkajian: klien tidak minum obat secara
teratur sejak dua bulan yang lalu, dan sering putus obat. Keluarga mengatakan klien dulu
sering dipukul ibunya, setelah orang tuanya bercerai 20 tahun yang lalu.
Apakah faktor presipitasi pada kasus di atas?
a. Perceraian orang tua
b. Putus obat
c. Riwayat gangguan jiwa sebelumnya
d. Sering dipukul ibunya sewaktu kecil
e. Sering menyendiri
jawaban yang tepat adalah : b. Putus obat

DS : klien tidak minum obat secara teratur sejak dua bulan yang lalu, dan sering putus
obat. Keluarga mengatakan klien dulu sering dipukul ibunya, setelah orang tuanya bercerai
20 tahun yang lalu.

Data-data di atas menunjukkan bahwa faktor presipitasi/pencetus gangguan jiwa pada klien
saat ini ialah karena klien tidak minum obat secara teratur dan sering putus obat. Faktor
presipitasi ialah stimulus yang mengancam individu, dimana faktor presipitasi yang sering
terjadi di antaranya ialah kejadian yang menekan (stressful)dan ketegangan dalam hidup
(Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa, 2015).

Tinjauan opsi lain:


Opsi "perceraian orang tua" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus merupakan faktor
predisposisi terjadinya masalah gangguan jiwa pada klien.

Opsi "Riwayat ganggguan jiwa sebelumnya " (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus
merupakan faktor predisposisi terjadinya masalah gangguan jiwa pada klien.

Opsi "sering dipukul ibunya sewaktu kecil" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus
merupakan faktor predisposisi terjadinya masalah gangguan jiwa pada klien.
Opsi "sering menyendiri" (Tidak Tepat), karena merupakan tanda dan gejala gangguan jiwa
yang terjadi pada klien.

Seorang perempuan (40 tahun) dirawat di RS post mastektomi e.c ca mamae. Hasil
pengkajian: pasien tampak murung, pasien mengatakan merasa gagal menjadi wanita,
mengeluh hidupnya tidak berarti lagi dan rasanya ingin mati saja. Apakah masalah
keperawatan yang tepat?
a. Gangguan citra tubuh
b. Harga diri rendah situasional
c. Harga diri rendah kronis
d. Keputusasaan
e. Risiko bunuh diri
Jawaban yang tepat adalah: e. Risiko bunuh diri
DO : Pasien dirawat di RS dengan post mastektomi et causa ca mamae. pasien tampak
murung.
DS : Pasien mengatakan merasa gagal menjadi wanita, mengeluh hidupnya tidak berarti
lagi dan rasanya ingin mati saja.
Data-data ini menunjukkan bahwa pasien telah menunjukkan salah satu perilaku bunuh diri
yaitu isyarat bunuh diri dengan mengatakan rasanya ingin mati saja, artinya pasien secara
tidak langsung telah memiliki ide untuk mengakhiri kehidupannya.
Sesuai dengan definisinya dalam buku SDKI (2016), risiko bunuh diri ialah berisiko
melakukan upaya menyakiti diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Menurut buku MPKP
jiwa (2010) terdapat tiga macam perilaku bunuh diri, salah satunya ialah syarat bunuh diri
yang ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung ingin bunuh misalnya dengan
mengatakan " tolong jaga anak saya karena saya akan pergi jauh". dalam kondisi ini pasien
sudah mempunyai ide untuk mengakhiri kehidupan, tetapi tidak disertai dengan ancaman
dan percobaan bunuh diri.
Tinjauan opsi lainnya :
Opsi "Gangguan citra tubuh" (Tidak Tepat), karena pada kasus tidak ditemukan adanya
ungkapan tentang perubahan persepsi tentang penampilan, struktur, atau fungsi fisik yang
berubah yang mendukung untuk diangkatnya diagnosis gangguan citra tubuh.
Opsi "harga diri kronis" (Tidak Tepat), karena pada kasus pasien telah menunjukkan salah
satu perilaku bunuh diri.
Opsi "harga diri situasional" (tidak tepat) karena pada kasus pasien telah menunjukkan
salah satu perilaku bunuh diri.
Opsi "keputusaasaan"( tidak tepat) karena pada kasus pasien telah menunjukkan salah satu
perilaku bunuh diri.

Seorang wanita (50 tahun) dirawat di RSJ sejak 3 minggu yang lalu dengan keluhan sering
keluyuran dan marah-marah tanpa sebab. Hasil pengkajian: pasien tampak kotor, rambut
berkutu, tidak mau mandi, dan makan sambil jongkok. Apakah masalah keperawatan yang
tepat?
a. Halusinasi
b. Defisit perawatan diri
c. Risiko perilaku kekerasan
d. Perilaku kekerasan
e. Isolasi social
Jawaban yang tepat : B. defisit perawatan diri.
DO : pasien tampak kotor, rambut berkutu, tidak mau mandi, dan makan sambil jongkok.
Data di atas menunjukkan pasien mengalami masalah defisit perawatan diri yaitu tidak
mampu melakukan atau meyelesaikan aktivitas perawatan diri (SDKI, 2016).
Tanda dan gejala pasien yang mengalami masalah defisit perawatan diri berupa menolak
melakukan perawatan diri, tidak mampu mandi atau mengenakan pakaian atau makan atau
ketoilet atau berhias secara mandiri serta kurangnya minat dalam melakukan perawatan
diri, dimana salah satu penyebabnya adalah karena pasien mengalami gangguan
psikologis/psikotik (SDKI, 2016).
Tinjauan opsi lainnya :
Opsi "Halusinasi" (Tidak Tepat), karena berdasarkan data pengkajian saat ini tidak
ditemukan adanya perubahan persepsi sensori misalnya berupa suara/penglihatan dll.
Opsi "risiko perilaku kekerasan" (Tidak Tepat), karena berdasarkan pengkajian saat ini
tidak ditemukan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan.
Opsi "perilaku kekerasan" (Tidak Tepat), karena berdasarkan pengkajian saat ini tidak
ditemukan adanya tanda dan gejala perilaku kekerasan yang dilakukan klien.
Opsi "isolasi sosial" (Tidak Tepat), karena pada kasus tidak ditemukan adanya tanda dan
gejala isolasi sosial misalnya berupa menarik diri, tidak berminat atau menolak interaksi
dengan orang lain dan lingkungan.

Seorang laki-laki (35 tahun) dirawat di RSJ. Hasil pengkajian: pasien tampak gelisah,
mengusap-ngusap kedua tangan dan kakinya, pasien mengatakan merasa ada sesuatu yang
panas keluar dari pori-pori kulit tangan dan kakinya, dan terasa seperti mengerayangi kedua
tangan dan kakinya. Apakah masalah keperawatan yang tepat?
a. Waham somatic
b. Halusinasi penglihatan
c. Waham nihilistic
d. Halusinasi peraba
e. Waham curiga
Jawaban yang tepat adalah : d. Halusinasi peraba
DO: pasien tampak gelisah dan mengusap-ngusap kedua tangan dan kakinya.
DS : pasien mengatakan merasa ada sesuatu yang panas keluar dari pori-pori kulit tangan
dan kakinya. Pasien mengatakan sesuatu panas yang keluar tersebut terasa seperti
mengerayangi kedua tangan dan kakinya.
Data di atas menunjukkan pasien mengalami gangguan persepsi sensori berupa halusinasi
perabaan. Gangguan persepsi sensori atau halusinasi adalah perubahan persepsi terhadap
stimulus baik internal maupun eksternal yang disertai dengan respons yang berkurang,
berlebihn atau terdistorsi (SDKI, 2016). Halusinasi dibagi menjadi 5 macam, yaitu
halusinasi perabaan, pendengaran, penglihatan, penghidu, dan pengecapan (MPKP Jiwa,
2010).
Tanda dan gejala halusinasi diantaranya adalah merasakan sesuatu melalui indra perabaan,
penciuman, atau pengecapan, mendengar suara bisikan atau melihat bayangan, distorsi
sensori, respons tidak sesuai, bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau
mencium sesuatu (SDKI, 2016).
Tinjauan opsi lainnya :
Opsi "waham somatik" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan pasien
meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Opsi "Halusinasi penglihatan" (Tidak Tepat), karena gangguan sensori sensori yang terjadi
pada pasien ialah berupa perabaan yaitu klien merasa ada sesuatu yang panas keluar dari
pori-porinya.
Opsi "waham nihilistik" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan pasien
meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/ meninggal yang diucapkan berulang kali,
tetapi tidak sesuai kenyataan.
Opsi "waham curiga" (Tidak Tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan pasien
meyakini bahwa ada seseorang atau sekelompok yang berusaha merugikan atau mencederai
dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.

Seorang laki-laki (38 tahun) dirawat di RSJ. Hasil pengkajian: saat ini klien demam dengan
suhu 38,8 C. Pasien menolak saat diberi minum dan mengatakan air yang diminum terasa
pahit dan terasa seperti air limbah. Pasien juga mengatakan jika perawat sengaja
memberikannya air limbah. Apakah masalah keperawatan yang tepat?
a. Halusinasi penglihatan
b. Halusinasi peraba
c. Waham curiga
d. Waham somatic
e. Halusinasi pengecapan
Jawaban yang tepat: e. halusinasi pengecapan.
DO : saat ini pasien demam, suhu 38,8 C dan pasien menolak saat diberi minum
DS : pasien mengatakan air yang diminum terasa pahit dan terasa seperti air limbah, pasien
mengatakan perawat sengaja memberinya air limbah.
Data-data menunjukkan bahwa klien mengalami gangguan persepsi sensori atau halusinasi
berupa pengecapan yaitu merasa air yang diminum terasa seperti air limbah dan pahit.
Gangguan persepsi sensori atau halusinasi adalah perubahan persepsi terhadap stimulus
baik internal maupun eksternal yang disertai dengan respons yang berkurang, berlebihn
atau terdistorsi (SDKI, 2016).
Halusinasi dibagi menjadi 5 macam, yaitu halusinasi perabaan, pendengaran, penglihatan,
penghidu, dan pengecapan (MPKP Jiwa, 2010).
Tanda dan gejala halusinasi diantaranya adalah merasakan sesuatu melalui indra perabaan,
penciuman, atau pengecapan, mendengar suara biskan atau melihat bayangan, distorsi
sensori, respons tidak sesuai, bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau
mencium sesuatu (SDKI, 2016).
Tinjauan opsi lainnya :
Opsi "Halusinasi penglihatan" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus gangguan persepsi
sensori yang terjadi pada klien ialah berupa halusinasi pengecapan.
Opsi "Halusinasi peraba" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus gangguan persepsi
sensori berupa perabaan
Opsi "waham curiga" (Tidak Tepat), karena tidak ada data penguat diangkatkannya
diagnosis berupa waham curiga, yaitu meyakini bahwa ada seseorang atau sekelompok
orang yang berusaha mencurigai atau mencederai dirinya yang diucapkan berulang kali,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Opsi "waham somatik" (Tidak Tepat), tidak ada data penguat diangkatnya diagnosis
berupa adanya keyakinan bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang
penyakit yang diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.

Seorang laki-laki (34 tahun) dirawat di RSJ sejak 15 hari yang lalu karena mengamuk dan
marah-marah tanpa sebab. Hasil pengkajian: setelah 4x interaksi pasien mulai kooperatif,
kadang bicara sendiri dengan nada tinggi dan pasien mengatakan sering kesal karena
diganggu temannya ketika tidur. Apakah terapi aktivitas kelompok yang tepat diberikan
kepada
a. Stimulasi sensori
b. Stimulasi persepsi
c. Sosialisasi
d. Orientasi realita
e. Modalitas
Jawaban yang tepat adalah: b. TAK stimulasi persepsi.
DO : sebelum masuk RS mengamuk dan marah marah tanpa sebab. Setelah 4x interaksi
pasien mulai kooperatif, kadang bicara sendiri dengan nada tinggi.
DS: Pasien mengatakan sering kesal karena diganggu temannya ketika tidur.
Data-data di atas menunjukkan bahwa masalah keperawatan pada pasien adalah risiko
perilaku kekerasan. Risiko perilaku kekerasan adalah berisiko membahayakan secara fisik,
emosi, dan/seksual pada diri sendiri atau orang lain (SDKI, 2016).
Salah satu intervensi keperawatan untuk pasien dengan masalah risiko perilaku kekerasan
adalah TAK stimulasi persepsi yang terdiri dari lima sesi, yaitu :
sesi 1: mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
sesi 2: mencegah perilaku kekerasan secara fisik.
sesi 3: mencegah perilaku kekerasan secara sosial.
sesi 4: mencegah perilaku kekerasan secara spritual.
sesi 5: mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat.
Tinjauan opsi lainnya :
Opsi "stimulasi sensori" (Tidak Tepat), karena lebih tepat diberikan pada pasien dengan
masalah isolasi sosial dan harga diri rendah yang disertai dengan kurangnya komunikasi
verbal.
Opsi "sosialisasi (Tidak Tepat), karena lebih tepat diberikan pada pasien dengan masalah
keperawatan isolasi sosial.
Opsi "orientasi realita" (Tidak Tepat), karena lebih tepat diberikan pada pasien dengan
waham
Opsi "modalitas" (Tidak Tepat), karena merupakan terapi untuk pasien jiwa secara umum,
dimana terapi aktivitas kelompok merupakan bagian dari terapi modalitas.

Seorang laki-laki (45 tahun) dirawat di RSJ sejak 10 hari yang lalu karena mengamuk dan
mengancam akan membunuh ibunya. Hasil pengkajian: pasien tampak tegang, pandangan
mata tajam dan sesekali berteriak, serta menolak makan dan minum. Apakah masalah
keperawatan yang tepat?
a. Risiko perilaku kekerasan
b. Perilaku kekerasan
c. Defisit perawatan diri
d. Halusinasi
e. Harga diri rendah
Jawaban yang tepat adalah: a. risiko perilaku kekerasan.
DO : pasien tampak tegang, pandangan mata tajam dan sesekali berteriak, serta menolak
makan dan minum. sebelum masuk RS pasien mengamuk dan mengacam akan membunuh
ibunya.
Data-data di atas menunjukkan bahwa pasien mengalami masalah risiko perilaku
kekerasan. Risiko perilaku kekerasan adalah berisiko membahayakan secara fisik, emosi
dan atau seksual pada diri sendiri atau orang lain (SDKI,2016).
Diagnosa risiko perilaku kekerasan dirumuskan jika pasien saat ini tidak melakukan
perilaku kekerasan, tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum mempunyai
kemampuan mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasan tersebut (MPKP Jiwa,
2010).
Tinjauan Opsi lainnya :
Opsi "perilaku kekerasan" (Tidak Tepat), karena tidak ada data penguat diangkatkannya
diagnosis berupa adanya perilaku kekerasan aktual yang dilakukan pasien saat ini.
Opsi "defisit perawatan diri" (Tidak Tepat), karena tidak ada data penguat diangkatkannya
diagnosis berupa defisit perawatan diri.
Opsi "halusinasi" (Tidak Tepat), karena tidak ada data penguat diangkatkannya diagnosis
berupa gangguan persepsi sensori
Opsi "harga diri rendah" (Tidak Tepat), karena tidak ada data penguat diangkatnya
diagnosis berupa evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri.

Seorang laki-laki (45 tahun) sudah 2 hari dirawat di RSJ dengan keluhan mengurung diri
dan berbicara sendiri pasca kematian ibunya seminggu yang lalu. Keluarga mengatakan
pasien tidak mau minum obat dan tidak mau tidur sebelum diantar ke RS. Keluarga
mengatakan pasien berubah setelah usahanya bangkrut 7 tahun lalu. Apakah faktor
predisposisi pada kasus di atas?
a. Kehilangan orang yang dicintai
b. Putus obat
c. Kurang tidur
d. Mengurung diri dan bicara sendiri
e. Usaha bangkrut
f. Jawaban yang tepat adalah : e. Usaha bangkrut.
DS : pasien dirawat di RSJ dengan keluhan mengurung diri dan berbicara sendiri pasca
kematian ibunya seminggu yang lalu. Keluarga mengatakan pasien tidak mau minum obat
dan tidak mau tidur sebelum diantar ke RS. Keluarga mengatakan pasien berubah setelah
usahanya bangkrut 7 tahun lalu.
Data- data di atas menunjukkan bahwa faktor predisposisi gangguan jiwa yang terjadi pada
klien ialah karena usaha klien bangkrut 7 tahun yang lalu. Faktor predisposisi adalah
faktor risiko yang menjadi sumber terjadinya stress yang mempengaruhi tipe dan sumber
dari individu untuk menghadapi stress baik yang biologis, psikososial dan sosiokultural.
(Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa, 2015).
Tinjauan opsi lainnya :
Opsi "kehilangan orang yang dicintai" (Tidak Tepat), karena karena merupakan faktor
presipitasi/pencetus gangguan jiwa yang terjadi pada pasien saat ini, yaitu kehilangan
ibunya.
Opsi "putus obat " (Tidak Tepat), karena merupakan faktor presipitasi/ pencetus gangguan
jiwa yang terjadi pada pasien saat ini.
Opsi "kurang tidur" (Tidak Tepat), karena merupakan faktor presipitasi/ pencetus gangguan
jiwa yang terjadi pada pasien saat ini.
Opsi "mengurung diri dan bicara sendiri" (Tidak Tepat), karena merupakan tanda dan
gejala gangguan jiwa yang terjadi pada pasien bukan faktor predisposisi.

Seorang perempuan (35 tahun) dirawat di RSJ. Hasil pengkajian: pasien tampak sering
menunduk, merasa tidak berguna terlahir ke dunia dan mengatakan sering dipukuli ayahnya
setelah kematian ibunya 20 tahun yang lalu. Pasien mengatakan neneknya juga menderita
sakit yang sama. Pasien mengatakan, dua minggu sebelum masuk RS suaminya menggugat
cerai dirinya. Apakah faktor presipitasi gangguan jiwa pada kasus?
A. dipukuli ayahnya
B. kehilangan orang yang dicintai
C. faktor genetik
D. digugat cerai suami
E. merasa tidak berguna

Jawaban yang tepat adalah: d. digugat cerai suami.


DO: pasien tampak sering menunduk.
DS : Pasien merasa tidak berguna terlahir kedunia dan mengatakan sering dipukuli ayahnya
setelah kematian ibunya 20 tahun yang lalu. Pasien mengatakan neneknya juga menderita
sakit yang sama serta mengatakan dua minggu sebelum masuk rs suaminya menggugat
cerai dirinya.
Data-data di atas menunjukkan bahwa faktor presipitasi/pencetus gangguan jiwa pada klien
saat ini adalah karena suaminya menggugat cerai dirinya.
Faktor presipitasi adalah stimulus yang mengancam individu, dimana faktor presipitasi
yang sering terjadi diantaranya ialah kejadian yang menekan (stressfull) dan ketegangan
dalam hidup (Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa, 2015).
Tinjauan opsi lainnya:
Opsi "dipukuli ayahnya " (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus merupakan faktor
predisposisi terjadinya masalah gangguan jiwa pada pasien.
Opsi "kehilangan orang yang dicintai " (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus
merupakan faktor predisposisi terjadinya masalah gangguan jiwa pada pasien.
Opsi "faktor genetik" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus merupakan faktor
predisposisi terjadinya masalah gangguan jiwa pada pasien.
Opsi "merasa tidak berguna" (Tidak Tepat), karena merupakan tanda dan gejala gangguan
jiwa yang terjadi pada pasine yaitu harga diri rendah.

Seorang laki-laki (35 tahun) masuk IGD RSJ karena meminum racun serangga dan saat ini
telah mendapat perawatan intensif. Keluarga mengatakan anaknya berpisah dengan istrinya
sekitar 6 bulan yang lalu dan pernah mengatakan bahwa hidupnya akan lebih tenang jika
dia mati.
Apakah masalah keperawatan yang tepat?

a. Isyarat bunuh diri


b. Ancaman bunuh diri
c. Percobaan bunuh diri
d. Harga diri rendah kronis
e. Harga diri rendah situasional

Jawaban yang tepat : C. Percobaan bunuh diri.


DO : pasien masuk IGD RSJ karena meminum racun serangga dan saat ini telah mendapat
perawatan intensif.
DS : keluarga mengatakan anaknya berpisah dengan istrinya sekitar 6 bulan yang lalu dan
pernah mengatakan bahwa hidupnya akan lebih tenang jika dia mati.
Data-data di atas menunjukkan klien telah aktif melakukan percobaan bunuh diri dengan
meminum racun serangga.
Percobaan bunuh diri salah satu dari 3 macam perilaku bunuh diri, yaitu : isyarat bunuh
diri, ancaman bunuh diri dan percobaan bunuh diri.
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif melakukan percobaan bunuh diri
seperti gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, dan lai-lain (SDKI,2016).
Tinjauan opsi lainnya :
Opsi "isyarat bunuh diri" (Tidak Tepat), karena pada kasus pasien telah aktif melakukan
percobaan bunuh diri dengan meminum racun serangga.
Opsi "ancaman bunuh diri" (Tidak Tepat), karena pada kasus pasien telah aktif melakukan
percobaan bunuh diri dengan meminum racun serangga.
Opsi "harga diri rendah kronis" (Tidak Tepat), karena tidak ada data penguat
diangkatkannya diagnosis berupa evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri yang
berlangsung lama dan terus menerus.
Opsi "harga diri rendah situasional" (Tidak Tepat), karena tidak ada data penguat
diangkatnya diagnosis berupa evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlansung sebagai respons terhadap kejadiaan saat ini.

Seorang perempuan (36 tahun) dirawat di RSJ sejak 5 hari yang lalu. Hasil pengakajian:
pasien tampak banyak bicara, pasien mengatakan bahwa dirinya adalah ratu dunia dan
tercantik di dunia. Keluarga mengatakan 2 tahun yang lalu pasien ditinggal menikah oleh
suaminya. Setelah diintervensi, pasien tampak mulai tenang dan menerima bahwa dirinya
bukanlah ratu.
Apakah terapi aktivitas kelompok yang tepat diberikan kepada pasien?

a. Stimulasi sensori
b. Stimulasi persepsi
c. Sosialisasi
d. Orientasi realita
e. Modalitas
Jawaban yang tepat : d. orientasi realita.
DO : pasien tampak banyak bicara, setelah diintervensi pasien tampak mulai tenang dan
menerima jika dirinya bukanlah ratu.
DS : pasien mengatakan bahwa dirinya adalah ratu dunia, dan wanita tercantik didunia.
Keluarga mengatakan 2 tahun yang lalu pasien ditinggal menikah oleh suaminya.
Data-data di atas menunjukkan bahwa pasien mengalami masalah keperawatan yaitu
waham. dimana pasien mengaku bahwa dirinya adalah ratu dunia dan wanita tercantik
didunia. Waham adalah keyakinan yang kenamun tidak sesuai dengan kenyataan (SDKI,
2016).
Salah satu intervensi keperawatan untuk klien dengan waham adalah terapi aktivitas
kelompok (TAK) yaitu TAK orientasi realita, yang terdiri dari 3 sesi yaitu :
sesi 1 : pengenalan orang
sesi 2 : pengenalan tempat.
sesi 3 : pengenalan waktu
Tinjauan opsi lainnya :
Opsi "stimulasi sensori" (Tidak Tepat), karena lebih tepat diberikan pada pasien dengan
masalah isolasi sosial dan harga diri rendah yang disertai dengan kurangnya komunikasi
verbal.
Opsi "stimulasi persepsi" (Tidak Tepat), karena lebih tepat diberikan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori seperti halusinasi.
Opsi "sosialisasi" (Tidak Tepat), karena lebih tepat diberikan pada pasien dengan masalah
isolasi sosial.
Opsi "modalitas" (Tidak Tepat), karena merupakan terapi gangguan jiwa secara umum,
dimana TAK merupakan bagian dari terapi modalitas.

Seorang perempuan (21 tahun) dirawat di RSJ diantar oleh pihak dinas sosial. Hasil
pengkajian: penampilan klien tampak kotor, sudah 1 minggu tidak pernah mandi, pakaian
tidak diganti, tercium bau tidak sedap dan ketika disuruh mandi klien menolak dan lebih
memilih menyendiri.
Apakah masalah keperawatan yang tepat?

a. Defisit perawatan diri


b. Halusinasi
c. Harga diri rendah kronik
d. Isolasi sosial
e. Waham
Jawaban: A
Data fokus pada kasus ini adalah : klien terlihat kotor, sudah 1 minggu tidak pernah mandi,
pakaian tidak diganti, tercium bau tidak sedap dan ketika disuruh mandi klien menolak dan
lebih memilih menyendiri.
Dari data terlihat bahwa klien mengalami masalah pada kebersihan diri. Maka diagnosis
keperawatan yang tepat adalah Defisit perawatan diri.
Dari pilihan jawaban : Opsi “Defisit perawatan diri” (Tepat), karena tanda gejala yang
ditunjukkan klien pada saat pengkajian sesuai untuk masalah defisit perawatan diri serta
terlihat jika klien tidak mau membersihkan dirinya.
Opsi “Halusinasi” (tidak tepat), karena tidak ada data tanda dan gejala halusinasi yang
ditunjukkan oleh klien.
Opsi “Harga diri rendah kronik” (tidak tepat), karena tidak ada data tanda dan gejala harga
diri rendah kronik yang ditunjukkan oleh klien.
Opsi “Isolasi sosial” (tidak tepat), karena perilaku klien menyendiri merupakan pengalihan
untuk keengganan klien untuk menjaga kebersihan diri.
Opsi “Waham” (tidak tepat), karena tidak ada data tanda dan gejala waham yang
ditunjukkan oleh klien.

Seorang perawat melakukan kunjungan rumah ke kediaman seorang laki-laki (42 tahun).
Perawat menemukan adanya kerusakan pada kulit klien akibat garukan. Hasil pengkajian:
klien mengatakan setiap malam dirinya merasakan ada binatang yang merayap di badannya
sehingga klien sering menggaruk badannya tetapi istrinya tidak pernah melihat binatang
pada tubuh suaminya.
Apakah jenis halusinasi yang dialami oleh klien?
a. Halusinasi pendengaran
b. Halusinasi pengecapan
c. Halusinasi penglihatan
d. Halusinasi penciuman
e. Halusinasi perabaan
Jawaban: E
Data fokus masalah pada kasus ini adalah klien mengatakan setiap malam merasakan ada
binatang yang merayap di badannya, sehingga klien sering menggaruk badannya. Istri klien
mengatakan bahwa dia tidak pernah melihat seekor binatang pun pada tubuh suaminya.
Dari data menunjukkan jenis halusinasi yang dialami klien adalah halusinasi perabaan.
Halusinasi perabaan adalah merasakan suatu perabaan, sentuhan, tiupan, disinari, dipanasi
padahal itu tidak nyata.
Dari pilihan jawaban : Opsi “Halusinasi pendengaran” (tidak tepat), karena tidak terlihat
klien mendengar suara atau bisikan palsu.
Opsi “Halusinasi pengecapan” (tidak tepat), karena tidak terlihat klien mengungkapkan
merasa mengecap suatu rasa.
Opsi “Halusinasi penglihatan” (tidak tepat), karena klien tidak ada memperlihatkan dirinya
melihat sesuatu hal yang tidak nyata.
Opsi “Halusinasi penciuman” (tidak tepat), karena tidak terlihat klien membaui suatu hal.
Opsi “Halusinasi perabaan” (tepat), karena terlihat jelas klien mengungkapkan merasakan
ada sesuatu yang merayap pada tubuhnya padahal pada kenyataannya itu tidak ada.
Seorang perempuan (15 tahun) dirawat di ruangan luka bakar RS sejak 3 hari yang lalu
karena ledakan kompor gas. Klien mengalami luka serius pada wajah, lengan dan badan.
Hasil pengkajian: klien mengatakan malu dengan kondisinya, tampak murung, kontak mata
kurang dan tidak mau dikunjungi oleh teman-temannya. Apakah diagnosis keperawatan
psikososial yang tepat?

a. Ansietas
b. Ketidakberdayaan
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah situasional
e. Berduka disfungsional
Jawaban: D
Data fokus pada kasus ini : Klien mengalami luka serius pada bagian wajah dan lengan, dan
badan. Saat dikaji tampak murung, kontak mata kurang, klien mengatakan malu dengan
kondisinya, dan saat ini tidak mau dikunjungi teman-temannya.
Dari data terlihat rasa minder klien dikarenakan situasi yang ia alami. Maka diagnosis
keperawatan pada kasus ini adalah Harga diri rendah situasional. Harga diri rendah
situasional adalah evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan
klien sebagai respons terhadap situasi saat ini (SDKI, 2017)
Dari pilihan jawaban :
Opsi “Ansietas” (tidak tepat), karena tanda gejala yang muncul pada klien tidak ada
menunjukkan klien mengalami masalah kecemasan (ansietas).
Opsi “Ketidakberdayaan” (tidak tepat), karena tidak ada data yang mendukung untuk
diagnosis ketidakberdayaan.
Opsi “Keputusasaan” (tidak tepat), karena tidak ada data yang mendukung untuk diagnosis
keputusasaan, pada diagnosis ini klien tidak memiliki motivasi lagi untuk sembuh.
Opsi “Harga Diri Rendah Situasional” (Tepat), karena dari data yang diungkapkan klien
yaitu malu karena kondisinya saat ini menunjukkan klien mengalami masalah harga diri
rendah situasional dan didukung oleh data lainnya yaitu tidak mau bertemu teman-teman,
murung, dan kontak mata kurang.
Opsi “Berduka disfungsional” (tidak tepat), karena tidak ada data yang mendukung untuk
masalah berduka disfungsional walaupun klien mengalami kerusakan pada bagian tubuh
tetapi data penunjang lainnya tidak ada seperti halnya data pada tahap berduka.

Seorang perempuan (26 tahun) dibawa ke UGD RSJ karena mencoba mengakhiri hidupnya
dengan memotong nadi menggunakan pisau. Namun, tindakan klien tersebut segera
diketahui dan digagalkan oleh kedua orang tuanya. Terdapat luka sayat pada pergelangan
tangan klien dan klien terlihat kehilangan banyak darah. Apakah tindakan yang harus
segera dilakukan oleh perawat jiwa untuk menangani klien?

a. Bina hubungan saling percaya dengan klien


b. Mengobservasi klien setiap 10 menit sekali
c. Mengatasi masalah fisik klien akibat percobaan bunuh diri
d. Menjauhkan semua benda yang memiliki potensi berbahaya
e. Mengidentifikasi alasan, cara, dan waktu klien melakukan tindakan bunuh diri
Jawaban : C
Data fokus pada kasus : klien mencoba mengakhiri hidupnya dengan memotong nadi
menggunakan pisau dan terdapat luka sayat pada pergelangan tangan klien dan klien
terlihat kehilangan banyak darah.
Maka pilihan jawaban :
Opsi “Bina hubungan saling percaya dengan klien” (Tidak tepat), karena untuk tindakan
gawat darurat bina hubungan saling percaya bisa dilakukan setelah masalah fisik tertangani.
Opsi “Mengobservasi klien setiap 10 menit sekali” (Tidak tepat), karena bukan prioritas
utama untuk tindakan gawat darurat, observasi klien bisa dilakukan setelah masalah fisik
tertangani.
Opsi “Mengatasi masalah fisik klien akibat percobaan bunuh diri” (Tepat), karena tindakan
yang dilakukan saat klien dalam keadaan darurat adalah mengatasi masalah fisik ang terjadi
pada klien yang pada kasus ini luka sayat pada pergelangan tangan dan klien kehilangan
banyak darah.
Opsi “Menjauhkan semua benda yang memiliki potensi berbahaya” (Tidak tepat), karena
ini merupakan tindakan yang dilakukan setelah masalah fisik tertangani.
Opsi “Mengidentifikasi alasan, cara, dan waktu klien melakukan tindakan bunuh diri”
(Tidak tepat), karena ini merupakan tindakan yang dilakukan setelah masalah fisik
tertangani.

Seorang perempuan (21 tahun) masuk RSJ diantar oleh keluarganya dikarenakan selalu
mengamuk jika bertemu dengan kakaknya. Hasil pengkajian: klien mengatakan seseorang
datang padanya agar ia membenci kakaknya, orang itu datang 5 kali dalam sehari, dan klien
merasa sangat terganggu. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat?
a. Halusinasi
b. Perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah kronik
d. Risiko perilaku kekerasan
e. Berduka kompleks
Jawaban: A

Data fokus pada kasus ini : klien mengatakan seseorang datang padanya agar ia membenci
kakaknya, orang itu datang 5 kali dalam sehari, dan klien merasa sangat terganggu.
Maka diagnosis keperawatan yang tepat pada kasus ini adalah Halusinasi yaitu halusinasi
penglihatan.
Dari pilihan jawaban :
Opsi “Halusinasi” (Tepat), karena klien merasakan sensasi palsu berupa penglihatan
(halusinasi penglihatan) yang menyebabkan ia menjadi marah-marah kepada kakaknya.
Opsi “Perilaku Kekerasan” (Tidak tepat), karena tidak ada data yang kuat untuk
menegakkan diagnosis PK pada klien.
Opsi “Harga Diri Rendah Kronik” (Tidak tepat), karena tidak ada data yang kuat untuk
menunjang masalah harga diri rendah kronik pada klien.
Opsi “Risiko perilaku kekerasan” (Tidak tepat), karena marah yang ditunjukkan klien
akibat dari halusinasinya.
Opsi “Berduka kompleks” (Tidak tepat), karena tidak ada data penguat untuk
diangkatkannya masalah berduka pada klien.

Seorang laki-laki (37 tahun) dirawat di RSJ untuk pertama kalinya karena memukul
tetangganya dengan balok kayu 1 minggu yang lalu. Hasil pengkajian: saat ini, wajah klien
tampak tegang, bicara ketus dan pandangan mata tajam. Perawat sudah mengajarkan klien
latihan fisik 1 dan 2.
Apakah tindakan keperawatan selanjutnya yang tepat dilakukan untuk klien?

a. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari


b. Melatih cara mengontrol RPK dengan verbal/bicara baik-baik
c. Melatih RPK dengan cara penggunaan obat dengan benar
d. Membina hubungan saling percaya
e. Melatih klien mengontrol RPK dengan cara spiritual
Jawaban: C
Data fokus masalah pada kasus : wajah klien tampak tegang, bicara ketus dan pandangan
mata tajam. Perawat sudah mengajarkan klien latihan fisik 1 dan 2.

Masalah pada klien adalah Risiko perilaku kekerasan.

Dari pilihan jawaban :

Opsi “Membuat jadwal kegiatan sehari-hari” (Tidak tepat), karena bukan merupakan
tahapan tindakan pada klien dengan masalah RPK tetapi membuat jadwal selalu dilakukan
setelah memberikan tindakan pada klien.

Opsi “Melatih cara mengontrol RPK dengan verbal/bicara baik-baik” (Tidak tepat), karena
merupakan tindakan ke 3 (SP 3) dari masalah RPK.

Opsi “Melatih RPK dengan cara penggunaan obat dengan benar” (Tepat), karena
merupakan tindakan ke 2 (SP 2) setelah diberikan latihan fisik dan juga klien masuk RS
yang pertama kali jadi melatih penggunaan obat menjadi tindakan ke 2.

Opsi “Membina hubungan saling percaya” (Tidak tepat), membangun hubungan saling
percaya sudah pasti dilakukan pada setiap klien.

Option “Melatih klien mengontrol RPK dengan cara spiritual” (Tidak tepat), karena
merupakan tindakan ke 4 (SP 4) masalah RPK.

Seorang laki-laki (16 tahun) masuk RSJ sejak 4 hari yang lalu karena suka menyendiri di
rumah dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya. Hasil pengkajian:
klien merasa malu karena tidak lulus SMP, merasa dirinya tidak berguna dan membuat
kecewa keluarga. Saat ini, klien terlihat murung dan sedih. Apakah diagnosis keperawatan
yang tepat?
a. Isolasi sosial
b. Halusinasi
c. Defisit perawatan diri
d. Harga diri rendah
e. Risiko bunuh diri
Jawaban: D

Data fokus masalah pada kasus : klien mengatakan ia malu karena tidak lulus SMP, ia
merasa dirinya tidak berguna, merasa bikin kecewa keluarga, terlihat murung, dan sedih.
Maka diagnosis keperawatan yang tepat adalah Harga diri rendah.
Opsi “Isolasi sosial” (Tidak tepat), karena klien masih mau berinteraksi dan menceitakan
apa yang ia rasakan.
Opsi “Halusinasi” (Tidak tepat), karena tidak ada data pada kasus yang menunjukkan
masalah halusinasi pada klien.
Opsi “Defisit perawatan diri” (Tidak tepat), karena data penguat untuk penegakkan
diagnosis tidak terlihat walaupun klien dengan ganggguan jiwa rata-rata mengalami
masalah DPD.
Opsi “Harga diri rendah” (Tepat), karena klien mengungkapkan kekecewaan pada diri,
malu, dan merasa tidak berharga dari ekspresi wajah juga terlihat murung dan sedih.
Opsi “Risiko bunuh diri” (Tidak tepat), karena tidak ada isyarat, ancaman dan percobaan
bunuh diri yang dilakukan oleh klien.

Seorang perempuan (37 tahun) tinggal di suatu wilayah puskesmas. Hasil pengkajian: klien
baru saja kehilangan suami dan anaknya. Klien mengatakan sering melihat anaknya, sering
melamun, dan tertawa sendiri, serta melempar barang ke orang lain tanpa sebab.
Sebagai seorang perawat CMHN, apakah tindakan keperawatan yang tepat?
a. Menyampaikan kepada keluarga mengenai kondisi kejiwaan klien terkini
b. Memberikan pertolongan pertama pada masalah psikososial
c. Memberikan informasi kepada keluaga bahwa klien akan dibawa ke unit psikiatri
d. Memberikan asuhan keperawatan kepada klien dalam menyelesaikan masalah
psikologis
e. Berkoordinasi dengan tim kesehatan setempat dan keluarga untuk merujuk klien ke
RSJ setempat
Jawaban tepat: E
Tugas perawat CMHN adalah melakukan perencanaan pelayanan kesehatan jiwa
komunitas, pengorganisasian pelayanan keperawatan kesehatan jiwa dikomunitas dan
melakukan pengarahan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Pada kasus ini
seorang perawat CMHN harus sigap dalam mengambil tindakan agar klien segera dapat
tertangani dengan baik. Adapun pilihan jawaban yang tepat berdasarkan kasus adalah
option E.

Seorang perempuan (40 tahun) dirawat di RSJ karena berusaha melakukan percobaan
bunuh diri. Saat pengkajian klien berkata: “Tolong jaga anak-anak saya dan keluarga saya,
saya akan pergi jauh”. Klien mengungkapkan perasaan bersalah, sedih, marah, putus asa,
menyesal, bingung dan tidak berdaya.
Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan pertama kali?
a. Yakinkan klien bahwa dirinya adalah orang yang penting
b. Rencanakan aktivitas positif yang dapat dilakukan klien
c. Pastikan klien meminum obat secara teratur
d. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
e. Berusaha untuk melindungi klien
Jawaban : A
Tindakan keperawatan yang pertama kali dilakukan pada klien dengan percobaan bunuh
diri adalah meyakinkan klien bahwa dirinya adalah orang yang penting. Baru masuk kepada
tindakan SP dimulai dari mengidentifikasi beratnya masalah percobaan bunuh diri.
Soal 65
Seorang perempuan (26 tahun) dibawa ke RSJ oleh keluarganya karena selalu menghindar
dari orang lain dan sering mengatakan kalau banyak orang lain di luar sana ingin
membunuhnya. Saat ini, kondisi klien sudah tenang. Perawat berencana akan melibatkan
klien dalam terapi aktivitas kelompok.

Apakah jenis terapi aktivitas kelompok yang tepat dilakukan?


a. TAK Orientasi realita
b. TAK Stimulasi sensori
c. TAK Stimulasi persepsi
d. TAK Defisit perawatan diri
e. TAK Sosialisasi
Jawaban tepat: A
Data fokus pada kasus ini adalah klien memiliki masalah waham dan sudah mulai tampak
tenang . Maka TAK yang disarankan untuk klien adalah TAK orientasi realita (upaya untuk
mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/
tempat, dan waktu).

Seorang laki-laki (27 tahun) dirawat di RSJ sejak 2 hari yang lalu. Hasil pengkajian: pasien
tampak sering menunduk, suara pelan, pasien mengatakan malu karena sering diolok-olok
temannya karena punya warna kulit hitam. Perawat sudah berkenalan dan membina
hubungan saling percaya dengan pasien.
Apakah tindakan yang tepat dilakukan oleh perawat selanjutnya?

a. Menyusun jadwal kegiatan


b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif diri
c. Menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
d. Melatih kemampuan yang dipilih
e. Memberikan reinforcement positif
f. Jawaban yang tepat : b. mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif diri.

DO: pasien tampak sering menunduk, suara pelan.

DS : pasien mengatakan malu karena sering diolok-olok temannya karena punya warna
kulit hitam.
Data-data di atas menunjukkan bahwa klien mengalami masalah keperawatan yaitu harga
diri rendah dan tindakan keperawatan yang dilakukan setelah terbina hubungan saling
percaya adalah mengidentifikasi kemampuan atau aspek positif diri.

Harga diri rendah adalah evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung
dalam waktu lama dan terus-menerus ataupun terjadi sebagai respons terhadap situasi saat
ini.

Adapun SP harga diri rendah adalah :


SP 1 mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih atau
menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan
menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
SP 2 melatih klien melakukan kegiatan kedua yang sesuai dengan kemampuan pasien.
SP 3 melatih klien melakukan kegiatan ketiga yang sesuai dengan kemampuan pasien.
SP 4 melatih klien melakukan kegiatan keempat yang sesuai dengan kemampuan klien.

Tinjauan opsi lain:


Opsi "Menyusun jadwal kegiatan" (Tidak Tepat), karena merupakan tindakan yang
dilakukan setelah melatih kemampuan yang dimiliki pasien.

Opsi "Menilai kemampuan yang masih dapat digunakan" (Tidak Tepat), karena merupakan
tindakan yang dilakukan setelah klien dan perawat mendiskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki pasien, untuk selanjutnya menilai kemampuan yang masih bisa
digunakan.

Opsi "melatih kemampuan yang dipilih" (Tidak Tepat), karena merupakan tindakan yang
dilakukan setelah mengidentifikasi kemampuan dan menilai kemampuan yang masih bisa
digunakan

Opsi "memberikan reinforcement positif "(Tidak Tepat), karena lebih tepat diberikan
setelah klien mampu melakukan suatu kegiatan, misalnya setelah pasien mampu
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, berikan pujian dan hindari
penilaian negatif untuk meningkatkan harga diri klien.

Seorang perempuan (15 tahun) dirawat di RSJ sejak 3 hari lalu. Hasil pengkajian: pasien
sulit diajak berinteraksi, tampak selalu menyendiri, kontak mata tidak ada. Keluarga
mengatakan pasien merupakan gadis yang pendiam dan tambah pendiam sejak 6 bulan
yang lalu karena putus sekolah.
Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan pertama kali?
a. Menjelaskan untung dan rugi berteman
b. Melatih cara berkenalan
c. Melatih bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari
d. Melatih pasien berbicara sosial
e. Membina hubungan saling percaya

Jawaban yang tepat: e. membina hubungan saling percaya.

DO : pasien sulit diajak berinteraksi, tampak selalu menyendiri dan kontak mata tidak ada.

DS : keluarga mengatakan pasien merupakan gadis yang pendiam, dan makin pendiam
sejak 6 bulan yang lalu karena putus sekolah.

Data-data di atas menunjukkan bahwa pasien mengalami masalah keperawatan yaitu isolasi
sosial, sehingga tindakan keperawatan yang tepat diberikan pertama kali pada pasien adalah
membina hubungan saling percaya.

Isolasi sosial adalah ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat, terbuka,
dan interdependen dengan orang lain. Tanda dan gejala isolasi sosial adalah merasa ingin
sendirian, merasa tidak aman di tempat umum, menarik diri, dan tidak berminat atau
menolak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan (SDKI, 2016).

Adapun strategi pelaksanaan dari isolasi sosial adalah :


SP1. i hubungan saling percaya, mengidentifikasi tanda gejala, penyebab, akibat serta
untung rugi tidak memiliki teman.
SP2. Menjelaskan dan melatih pasien berkenalan.
SP3. Menjelaskan dan melatih pasien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari.
SP4. Menjelaskan dan melatih pasien berbicara sosial seperti meminta sesuatu, berbelanja,
dsb.

Tinjauan opsi lain:


Opsi "Menjelaskan untung dan rugi berteman" (Tidak Tepat), karena diberikan jika telah
terbina hubungan saling percaya dengan pasien.

Opsi "Melatih cara berkenalan" (Tidak Tepat), karena merupakan SP2 isolasi sosial.

Opsi "Melatih bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari" (Tidak Tepat), karena
merupakan SP 3 isolasi sosial.

Opsi "Melatih pasien berbicara sosial" (Tidak Tepat), karena merupakan SP 4 isolasi sosial.

Seorang perempuan (26 tahun) datang ke poliklinik RSJ. Hasil pengkajian: pasien tampak
sering menunduk, banyak diam, saat perawat mengajak berinteraksi, pasien mengatakan
merasa malu dan tidak percaya diri sejak didiagnosis TB paru.
Apakah masalah keperawatan yang tepat?
a. Harga diri rendah situasional
b. Isolasi sosial
c. Harga diri rendah kronis
d. Koping defensif
e. Koping individu tidak efektif
Jawaban yang tepat : a. harga diri rendah situasional

DO : pasien tampak sering menunduk, banyak diam.

DS : pasien mengatakan merasa malu dan tidak percaya diri sejak didiagnosis TB paru.

Data-data di atas menunjukkan bahwa klien mengalami masalah keperawatan yaitu harga
diri rendah situasional, dimana adanya perasaan negatif terhadap dirinya yang terjadi
semenjak menderita TB paru (situasional).

Harga diri rendah situasional adalah evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri
atau kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlansung
sebagai respons terhadap situasi saat ini (SDKI, 2016).

Tanda dan gejala harga diri rendah situasional ialah adanya penilaian negatif terhadap diri,
merasa malu/bersalah, merasa tidak mampu melakukan apapun, meremehkan kemampuan
mengatasi masalah, merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif, melebih-
lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri, menolak penilaian positif tentang diri
sendiri, enggan mencoba hal baru, berjalan menunduk, postur tubuh menunduk (SDKI,
2016).

Tinjauan opsi lain:


Opsi "isolasi sosial" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang
mendukung untuk ditegakkannya diagnosis isolasi sosial.

Opsi "harga diri rendah kronis" (Tidak Tepat), karena perasaan atau evaluasi negatif
terhadap diri klien terjadi sebagai respons terhadap kejadian saat ini dan tidak berlangsung
kronis.

Opsi "koping defensif" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang
mendukung ditegakkanya diagnosis koping defensif seperti menyalahkan orang lain,
menyangkal adanya masalah, dll.

Opsi "koping individu tidak efektif" (Tidak Tepat), karena pada kasus tidak ditemukan
adanya data pendukung ditegakkannya diagnosis koping individu tidak efektif, seperti
adanya ungkapan ketidakmampuan menyelesaikan masalah.
Seorang perawat melakukan kunjungan rumah. Hasil pengkajian: klien tinggal berdua
dengan suaminya setelah kehilangan anaknya akibat kecelakaan lalu lintas. Saat ditanya
perawat, klien menangis sambil mengatakan "seandainya waktu itu saya tidak
membiarkannya keluar dengan motor, pasti hal itu tidak akan terjadi".
Apakah tahapan proses kehilangan yang terjadi pada klien?
a. Anger
b. Denial
c. Bargaining
d. Depression
e. Acceptance

Jawaban yang tepat : c.

DO: klien tinggal berdua dengan suaminya setelah kehilangan anaknya akibat kecelakaan
lalu lintas.

DS: Saat ditanya perawat, klien menangis sambil mengatakan " seandainya waktu itu saya
tidak membiarkarkanya keluar dengan motor, pasti hal itu tidak akan terjadi”

Data-data di atas menunjukkan bahwa klien berada dalam tahap proses kehilangan yaitu
bergaining/tawar menawar, dimana pada tahapan tawar menawar terjadi setelah perasaan
marah dapat tersalurkan (Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa, 2015).

Tahapan proses kehilangan terdiri dari lima tahapan yaitu :


1. Penyangkalan (denial) : reaksi awal seorang individu ketika mengalami kehilangan
adalah tidak percaya, syok, diam, terpaku, gelisah, bingung, mengingkari kenyataan, serta
berperilaku seperti tidak terjadi apa-apa dan pura-pura senang.
2. Marah (anger): tahapan kedua seseorang akan mulai menyadari tentang kenyataan
kehilangan. perasaan marah yang timbul terus meningkat, yang diproyeksikan kepada orang
lain atau benda disekitarnya.
3. Penawaran (Bargaining): terjadi setelah perasaan marah dapat tersalurkan.
4. Depresi: tahap diam pada fase kehilangan. Individu menarik diri, tidak mau berbicara
dengan orang lain, dan tampak putus asa. Secara fisik, individu menolak makan, susah
tidur, letih, dan penurunan libido.
5. Penerimaan (acceptance) : fokus pemikiran terhadap sesuatu yang hilang mulai
berkurang. Penerimaan terhadap kenyataan kehilangan mulai dirasakan, sehingga sesuatu
yang hilang tersebut mulai dilepaskan secara bertahap dan dialihkan kepada objek lain.

Tinjauan opsi lain:


Opsi "anger" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang mendukung
klien berada pada tahap anger.

Opsi "denial" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang mendukung
klien berada pada tahap denial
Opsi "depression" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang mendukung
klien berada pada tahap depression.

Opsi "acceptance"(Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang mendukung
klien berada pada tahap acceptance.

Seorang perempuan (30 tahun) dirawat di RSJ karena sering menyendiri dan tidak mau
diajak berinteraksi. Keluarga mengatakan pasien jadi pendiam setelah ditinggal menikah
oleh pacarnya. Setelah 5x interaksi, pasien mulai tampak kooperatif dan kontak mata mulai
ada.
Apakah terapi aktivitas kelompok yang tepat diberikan pada pasien?
a. stimulasi persepsi harga diri rendah
b. stimulasi persepsi
c. sosialisasi
d. orientasi realita
e. modalitas
Jawaban yang tepat : c. Sosialisasi.

DO : pasien sering menyendiri dan tidak mau bicara. Keluarga mengatakan pasien jadi
pendiam setelah ditinggal menikah oleh pacarnya. Setelah 5x interaksi klien mulai
kooperatif, kontak mata mulai ada.

Data-data di atas menunjukkan bahwa pasien mengalami masalah keperawatan yaitu isolasi
sosial. Isolasi sosial adalah ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat,
terbuka, dan interdependen dengan orang lain (SDKI, 2016).
Salah satu intervensi keperawatan untuk pasien dengan isolasi sosial adalah terapi aktivitas
kelompok (TAK), yaitu TAK sosialisasi, yang terdiri dari yang terdi dari 7 sesi, di
antaranya kemampuan memperkenalkan diri, kemampuan berkenalan, kemampuan
bercakap-cakap, kemampuan bercakap-cakap dengan topik tertentu, kemampuan bercakap
cakap masalah pribadi, kemampuan kerjasama, dan evaluasi kemampuan sosialisasi dengan
tujuan klien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Tinjauan opsi lain:


Opsi "stimulasi persepsi harga diri rendah" (Tidak Tepat), karena lebih tepat diberikan
pada pasien dengan masalah harga diri rendah.

Opsi "stimulasi persepsi" (Tidak Tepat), karena lebih tepat diberikan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori seperti halusinasi.

Opsi "orientasi realita" (Tidak Tepat), karena lebih tepat diberikan pada pasien dengan
masalah orientasi realita seperti waham.

Opsi "modalitas" (Tidak Tepat), karena merupakan terapi gangguan jiwa secara umum,
dimana TAK merupakan bagian dari terapi modalitas.
Seorang perawat melakukan kunjungan ke rumah salah seorang klien yang telah
didiagnosis menderita Ca. Mammae dan dianjurkan untuk menjalani kemoterapi dan
radioterapi. Hasil pengkajian: klien mengatakan bahwa mungkin diagnosis dokter terhadap
dirinya keliru dan mengatakan saat ini tidak ingin dulu melakukan pengobatan.
Apakah masalah keperawatan yang tepat?
a. Keputusasaan
b. Koping tidak efektif
c. Penyangkalan tidak efektif
d. Ketidakberdayaan
e. Koping defensif
Jawaban yang tepat : c. penyangkalan tidak efektif.

DO : klien mengatakan bahwa diagnosis dokter terhadap dirinya keliru dan mengatakan
saat ini tidak ingin dulu melakukan pengobatan.

Data-data di atas menunjukkan bahwa klien mengalami masalah penyangkalan tidak


efektif. Penyangkalan tidak efektif adalah upaya mengingkari pemahaman atau makna
suatu peristiwa secara sadar atau tidak sadar untuk menurunkan kecemasan atau ketakutan
yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan (SDKI,2017).
Tanda dan gejala penyangkalan efektif adalah tidak mengakui dirinya mengalami gejala
atau bahaya (walaupun kenyataannya sebaliknya), dan menunda mencari pertolongan
pelayanan kesehatan.

Tinjauan opsi lain:


Opsi "Keputusaasaan" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang
mendukung ditegakkan diagnosis keputusasaan seperti mengungkapkan keputusasaan dan
berprilaku pasif.

Opsi "koping tidak efektif" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang
mendukung ditegakkan diagnosis koping tidak efektif seperti ungkapan ketidakmampuan
menyelesaikan masalah.

Opsi "ketidakberdayaan" (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang
mendukung ditegakkannya diagnosis ketidakberdayaan seperti ungkapan frustasi dan
bergantung pada orang lain.

Opsi "koping defensif (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada data yang
mendukung ditegakkannya diagnosis koping defensif seperti menyalahkan orang lain,
hipersensitif terhadap kritik, dll.

Seorang laki-laki (30 tahun) dirawat di RSJ sejak 5 hari lalu karena marah-marah dan
hampir melukai temannya dengan benda tajam. Hasil pengkajian: klien tampak mondar-
mandir di ruangan, mata melotot, dan bicara dengan ketus. Perawat sudah mengajak klien
berinteraksi dan membina hubungan saling percaya.
Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan selanjutnya?
a. Mengajarkan cara mengontrol marah dengan pukul bantal dan kasur
b. Mengajarkan cara mengontrol marah dengan verbal
c. Mengidentifikasi penyebab, tanda, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat
perilaku kekerasan
d. Mengajarkan mengontrol marah dengan spriritual
e. Mengajarkan cara minum obat secara teratur
Jawaban yang tepat : c.Mengidentifikasi penyebab, tanda, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan.

DO : klien tampak mondar-mandir ruangan, mata melotot, dan bicara dengan ketus.

Data-data di atas menunjukkan bahwa klien mengalami masalah risiko perilaku kekerasan,
sehingga tindakan keperawatan yang tepat dilakukan setelah terbina hubungan saling
percaya dengan klien adalah Mengidentifikasi penyebab, tanda, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan.
Risiko perilaku kekerasan adalah adalah berisiko membahayakan secara fisik, emosi dan
atau seksual pada diri sendiri atau orang lain.

Adapun tindakan keperawatan risiko perilaku kekerasan adalah ialah berupa strategi
pelaksanaan risiko perilaku kekerasan yang terdiri dari :
SP 1 mengidentifikasi penyebab, tanda gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan, dan
akibat perilaku kekerasan, menjelaskan dan melatih cara menogntrol perilaku kekerasan
dengan latihan pukul bantal dan kasur.
SP 2 melatih klien minum obat secara teratur
SP3 melatih klien mengontrol perilaku kekerasan secara verbal
SP 4 melatih klien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual.

Tinjauan opsi lain:


Opsi "Mengajarkan cara mengontol marah dengan pukul bantal dan kasur" (Tidak Tepat),
karena merupakan tindakan yang diberikan setelah identifikasi perilaku kekerasan.
Opsi "Mengajarkan cara mengontrol marah dengan verbal" (Tidak Tepat), karena
merupakan SP 3 perilaku kekerasan

Opsi "Mengajarkan mengontrol marah dengan spriritual" (Tidak Tepat), karena merupakan
SP 4 perilaku kekerasan.

Opsi "Mengajarkan cara minum obat secara teratur" (Tidak Tepat), karena merupakan SP 2
perilaku kekerasan.

Seorang laki-laki (43 tahun) dirawat di RSJ karena suka menyendiri dan tidak mau bergaul.
Hasil pengkajian: setelah dilakukan beberapa kali intervensi klien mulai tampak kooperatif,
klien mengatakan sudah tahu nama beberapa temannya. Saat ini, klien direncanakan akan
diajarkan SP 4.
Apakah evaluasi yang diharapkan setelah diajarkan SP 4 kepada klien?
a. Klien mampu berkenalan
b. Klien mampu bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari
c. Klien mampu mengidentifikasi tanda gejala, penyebab, akibat serta untung rugi
tidak memiliki teman.
d. Klien mampu berbicara sosial
e. Klien mampu mengidentifikasi aspek positif diri
Jawaban yang tepat: d. klien mampu berbicara sosial

DS : klien mengatakan sudah tau nama beberapa temannya. klien direncanakan akan
diajarkan SP 4.
DO : klien mulai tampak kooperatif.

Data-data di atas menunjukkan bahwa klien mengalami masalah keperawatan isolasi sosial,
pada kasus klien telah diberikan SP 1-3, dan akan dilatih SP 4 yaitu melatih klien berbicara
sosial sehingga diharapkan setelah intervensi klien mampu berbicara sosial seperti meminta
sesuatu, berbelanja, dll.
Isolasi sosial adalah ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat,
terbuka, dan interdependen dengan orang lain. Tanda dan gejala isolasi sosial adalah
merasa ingin sendirian, merasa tidak aman di tempat umum, menarik diri, dan tidak
berminat atau menolak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan (SDKI, 2016).

Adapun strategi pelaksanaan dari isolasi sosial adalah :


SP1. Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi tanda gejala, penyebab, akibat
serta untung rugi tidak memiliki teman.
SP2. Menjelaskan dan melatih klien berkenalan.
SP3. Menjelaskan dan melatih klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari.
SP4. Menjelaskan dan melatih klien berbicara sosial seperti meminta sesuatu, berbelanja,
dsb.

Tinjauan opsi lain:


Opsi "klien mampu berkenalan" (Tidak Tepat), karena merupakan evaluasi sp 2 isolasi
sosial

Opsi "klien mampu bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari " (Tidak Tepat),
karena merupakan evaluasi SP3 isolasi sosial.

Opsi "klien mampu mengidentifikasi tanda gejala, penyebab, akibat serta untung rugi tidak
memiliki teman" (Tidak Tepat), karena merupakan evaluasi SP 1 isolasi sosial

Opsi " klien mampu mengidentifikasi aspek positif diri" (Tidak Tepat), karena merupakan
evaluasi SP harga diri rendah.

Seorang wanita (45 tahun) dirawat di RSJ sejak 4 hari lalu dengan keluhan sering
menyendiri, dan tidak mau diajak berinteraksi. Hasil pengkajian: klien sudah diberikan
intervensi tentang SP 1 - 3. Saat ini klien tampak mulai kooperatif dan mulai berinteraksi
dengan klien yang lain.
Apakah rencana tindakan keperawatan yang tepat dilakukan selanjutnya?
a. Mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki
b. Melatih klien cara berkenalan
c. Melatih klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari
d. Melatih klien berbicara sosial
e. Melatih aspek positif yang dimiliki klien
Jawaban yang tepat: d.Melatih klien berbicara sosial.

DO: klien tampak mulai kooperatif dan telah diajarkan SP 1-SP 3.


DS: klien mengatakan sudah memiliki teman.
Data-data di atas menunjukkan bahwa klien mengalami masalah keperawatan yaitu isolasi
sosial, sehingga rencana tindakan keperawatan yang tepat diberikan setelah SP 1 - SP 3
adalah SP 4, yaitu Melatih klien berbicara sosial.

Isolasi sosial adalah ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat,
terbuka, dan interdependen dengan orang lain. Tanda dan gejala isolasi sosial adalah
merasa ingin sendirian, merasa tidak aman di tempat umum, menarik diri, dan tidak
berminat atau menolak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan (SDKI, 2016).

Adapun strategi pelaksanaan dari isolasi sosial adalah :


SP1. Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi tanda gejala,penyebab, akibat
serta untung rugi tidak memiliki teman.
SP2. Menjelaskan dan melatih klien berkenalan.
SP3. Menjelaskan dan melatih klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari.
SP4. Menjelaskan dan melatih klien berbicara sosial seperti meminta sesuatu, berbelanja,
dsb.

Tinjauan opsi lain:


Opsi "Mengidentifikasi aspek positif" (Tidak Tepat), karena merupakan sp untuk klien
dengan harga diri rendah.

Opsi "melatih cara berkenalan" (Tidak Tepat), karena merupakan SP2 isolasi sosial.

Opsi "melatih bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari" (Tidak Tepat), karena
merupakan SP 3 isolasi sosial

Opsi " Melatih aspek positif yang dimiliki klien" (Tidak Tepat), karena merupakan SP dari
diagnosis harga diri rendah

Anda mungkin juga menyukai