Anda di halaman 1dari 11

KESEPULUH

1Pembahasan: 2Pembahasan

Jawaban yang tepat: e. percobaan bunuh diri Jawaban yang tepat: a. riwayat keturunan
ganggguan jiwa
DO: pasien mencoba memotong nadinya dengan
pisau setelah putus dari pacarnya 2 minggu yang DO: Mengurung diri dikamar , menyendiri dan
lalu tidak mau bicara.
Data-data diatas menunjukkan bahwa pasien pada DS: Keluarga menemukan pisau dikamar klien
kasus pasien aktif mencoba membunuh diri setelah ditinggal menikah oleh pacarnya 2 bulan
dengan memotong nadinya, percobaan bunuh yang lalu. Keluarga mengatakan ibu pasien
diri yang dilakukan klien terjadi setelah putus dari memiliki riwayat gangguan jiwa.
pacarnya. Data-data diatas menunjukkan bahwa faktor
predisposisi pasien mengalami ganggguan jiwa
Sesuai dengan definisinya dalam buku MPKP JIWA, adalah karena memiliki riwayat keturunan
2014 & Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa, gangguan jiwa.
2015 , percobaan bunuh diri adalah tindakan
pasien mencederai atau melukai diri untuk Sesuai dengan definisinya dalam buku MPKP JIWA,
mengakhiri kehidupannya yang disebabkan oleh 2014 & Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa,
kegagalan adaptasi sehingga tidak dapat 2015 , Faktor predisposisi ialah faktor resiko yang
menghadapi stress, perasaan terisolasi yang dapat menjadi sumber terjadinya stres yang
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal mempengaruhi tipe dan sumber dari individu
atau gagal melakukan hubungan yang berarti, untuk menghadapi stres baik yang biologis,
perasaan marah atau bermusuhan, dan cara untuk psikososial, dan sosiokultural (Buku ajar
mengakhiri keputusasaan. keperawatan kesehatan jiwa, 2015).

Tinjauan Opsi lainnya: Tinjauan opsi lainnya:


Opsi " Ancaman bunuh diri" (Tidak Tepat), karena
ancaman bunuh diri hanya berupa ucapan tentang Opsi " ditinggal pacar " (Tidak Tepat), karena
keinginan untuk mati yang disertai oleh rencana berdasarkan kasus merupakan fator presipitasi
untuk mengakhiri kehidupan, dan persiapan alat gangguan jiwa pada pasien
untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif
pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, tetapi Opsi "mengurung diri " (Tidak Tepat), karena
tidak disertai dengan percobaan bunuh diri, berdasarkan kasus merupakan tanda dan gejala
sedangkan pada kasus klien telah mencoba gangguan jiwa pada pasien.
melakukan percobaan bunuh diri.
Opsi "tidak mau bicara" (Tidak Tepat), karena
Opsi "isyarat bunuh diri " (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus merupakan tanda dan gejala
isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan perilaku gangguan jiwa pada pasien.
secara tidak langsung ingin bunuh diri, klien sudah
mempunyai ide untuk mengakhiri hidup, tetapi Opsi "menyendiri" (Tidak Tepat), karena
tidak disertai dengan ancaman dan percobaan berdasarkan merupakan tanda dan gejala
bunuh diri. gangguan jiwa yang ditunjukkan pasien
Opsi "bunuh diri" (Tidak Tepat), karena klien
masih ditahap melakukan percobaan bunuh diri.
Opsi "resiko bunuh diri" (Tidak Tepat), karena
buan merupakan tahap dari bunuh diri tetapi
merupakan diagnosis keperawatan.
3Pembahasan: 4Pembahasan:
Jawaban yang tepat: c. bargaining
Jawaban yang tepat: a. mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif diri. DS: Pasien mengatakan suaminya meninggal 1
DO: pasien tampak sering menunduk, kontak bulan yang lalu karena kecelakaan dan
mata kadang ada, ketika ditanya hanya menjawab mengatakan "seandainya waktu bisa diulang, maka
dengan suara pelan dan mengatakan bahwa saya akan melarangnya pergi keluar rumah hari
dirinya malu karena hanya seorang pengangguran itu"
Data-data diatas menunjukkan bahwa pasien Data-data diatas menunjukkan bahwa klien berada
mengalami masalah keperawatan yaitu harga diri dalam tahap proses kehilangan yaitu bergaining
rendah. dimana tindakan keperawatan setelah (tawar menawar). Bargaining merupakan tahap
terbina hubungan saling percaya ialah ketiga setelah perasaan marah atas kehilangan
mengidentifikasi kemampuan atau aspek positif pasien dapat tersalurkan, dan akan memasuki
diri. tahap tawar menawar ( Buku ajar keperawatan
Harga diri rendah adalah evaluasi atau perasaan kesehatan jiwa, 2015).
negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan
klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak Tahapan proses kehilangan terdiri dari lima
berdaya yang berlansung dalam waktu lama dan tahapan yaitu:
terus menerus ataupun terjadi sebagai respon 1. Penyangkalan (denial): reaksi awal seorang
terhadap situasi saat ini. adapun SP harga diri individu ketika mengalami kehilangan adalah tidak
rendah adalah: percaya, syok, diam, terpaku, gelisah, bingung,
SP 1 mendiskusikan kemampuan dan aspek positif mengingkari kenyataan, serta berprilaku seperti
yang dimilki pasien, membantu pasien menilai tidak terjadi apa-apa dan pura-pura senang.
kemampuan yang masih dapat digunakan, 2. Marah (anger): tahapan kedua seseorang akan
membantu pasien memilih atau menetapkan mulai menyadari tentang kenyataan kehilangan.
kemampuan yang akan dilatih, melatih perasaan marah yang timbul terus meningkat,
kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun yang diproyeksikan kepada orang lain atau benda
jadwal pelaksanaan kemampuan yang sudah disekitarnya.
dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan 3. Penawaran (Bargaining): terjadi setelah
kemampuan yang telah dilatih dalam rencana perasaan marah dapat tersalurkan.
harian. 4. Depresi: tahap diam padafase kehilangan.
SP 2 melatih klien melakukan kegiatan ke dua yang Individu menarik diri, tidak mau berbicara dengan
sesuai dengan kemampuan pasien. orang lain, dan tampak putus asa. Secara fisik,
SP 3 melatih klien melakukan kegiatan ketiga yang individu menolak makan, susah tidur, letih, dan
sesuai dengan kemampuan pasien penurunan libido.
SP 4 melatih klien melakukan kegiatan ke empat 5. Penerimaan (acceptance): fokus pemikiran
yang sesuai dengan kemampuan klien terhadap sesuatu yang hilang mulai berkurang.
Tinjauan opsi lainnya: Penerimaan terhadap kenyataan kehilangan mulai
dirasakan, sehingga sesuatu yang hilang tersebut
Opsi "mengidentifikasi tanda gejala,penyebab, mulai dilepaskan secara bertahap dan dialihkan
akibat serta untung rugi tidak memiliki teman." kepada objek lain.
(Tidak Tepat), karena merupakan tindakan Tinjauan opsi
keperawatan untuk pasien dengan isolasi sosial. lainnya:
Opsi "anger" (Tidak Tepat), karena berdasarkan
Opsi "memberikan reinforcement positif" (Tidak kasus tidak ada data yang mendukung pasien
Tepat), karena lebih tepat diberikan setelah pasien berada pada tahap anger.
mampu melakukan suatu kegiatan, misalnya
setelah pasien mampu mengidentifikasi Opsi "denial" (Tidak Tepat), karena berdasarkan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, kasus tidak ada data yang mendukung pasien
berikan pujian dan hindari penilaian negatif untuk berada pada tahap bergainingOpsi "depression"
meningkatkan harga diri klien (Tidak Tepat), karena berdasarkan kasus tidak ada
Opsi "melatih kemampuan yang dipilih" (Tidak data yang mendukung pasien berada pada tahap
Tepat), karena merupakan tindakan yang depression.
dilakukan setelah mengidentifikasi kemampuan
dan menilai kemampuan yang masih bisa Opsi "acceptance"(Tidak Tepat), berdasarkan
digunakan kasus tidak ada data yang mendukung pasien
berada pada tahap acceptance.
Opsi "melatih cara berkenalan"(Tidak Tepat),
karena merupakan tindakan keperawatan untuk
pasien dengan masalah isolasi sosial.
5Pembahasan 6Pembahasan
Jawaban yang tepat adalah: a. Membuat daftar
aspek positif diri dan latihan berpikir positif Jawaban yang tepat adalah: c. batal menikah

DS : Mengurung diri dikamar, selalu mengatakan DO: mengurung diri, tidak mau makan dan tidak
ingin mati, keluarga mengatakan pernah mau bicara sejak batal menikah dengan
menemukan gunting di bawah bantal pasien, tunangannya 1 bulan yang lalu. Keluarga
pasien mengatakan merasa menjadi laki-laki yang mengatakan pasien memang pribadi yang pendiam
gagal dan tidak berguna. dan mendapat didikan yang keras dari orang
Data-data diatas menunjukkan bahwa pasien tuanya sejak kecil.
mengalami masalah resiko bunuh diri (ancaman Data-data diatas menunjukkan bahwa faktor
bunuh diri) karena telah memiliki ide dan rencana presipitasi/pencetus gangguan jiwa pada pasien
bunuh diri serta telah menyiapkan alat untuk saat ini ialah karena batal menikah dengan
bunuh diri. Resiko bunuh diri adalah beresiko tunangannya. Faktor presipitasi ialah stimulus
melakukan upaya menyakiti diri sendiri untuk yang mengancam individu, dimana faktor
mengakhiri kehidupan. Sehingga tindakan presipitasi yang sering terjadi diantaranya ialah
keperawatan yang tepat setelah mengidentifikasi kejadian yang menekan (stressful)dan ketegangan
beratnya masalah dan mengamankan benda- dalam hidup (Buku ajar keperawatan kesehatan
benda berbahaya adalah membuat daftar aspek jiwa, 2015).
positif diri dan latihan berpikir positif.
SP Resiko bunuh diri: Tinjauan opsi lainnya:
SP1: mengidentifikasi beratnya masalah,
mengidentifikasi benda-benda berbahaya dan Opsi " mengurung diri " (Tidak Tepat), karena
mengamankannya, membuat daftar aspek positif berdasarkan kasus merupakan tanda dan gejala
diri dan latihan afirmasi/berfikir aspek positif yang gangguan jiwa yang ditunjukkan klien.
dimiliki
SP 2: melatih cara mengendalikan diri dari Opsi "pribadi pendiam " (Tidak Tepat), karena
dorongan bunuh diri dengan membuat aspek berdasarkan kasus merupakan faktor predisposisi
positif keluarga dan lingkungan, latih terjadinya masalah gangguan jiwa pada pasien.
afirmasi/berfikir aspek positif keluarga dan
lingkungan. Opsi "pola asuh otoriter" (Tidak Tepat), karena
SP3: mendiskusikan dan melatih cara-cara berdasarkan kasus merupakan faktor predisposisi
mencapai harapan dan masa depan secara terjadinya masalah gangguan jiwa pada pasien.
bertahap SP4:
melatih cara-cara mencapai harapan dan masa Opsi "tidak mau bicara" (Tidak Tepat), karena
depan tahap kedua. berdasarkan kasus merupakan tanda dan gejala
gangguan jiwa yang ditunjukkan klien
Tinjauan opsi lainnya:

Opsi "Melatihan cara berpikir positif tentang


keluarga dan lingkungan" (Tidak Tepat), karena
merupakan SP 2 resiko bunuh diri.

Opsi "mengidentifikasi beratnya masalah " (Tidak


Tepat), karena dilakukan diawal, sebelum
mengidentifikasi benda berbahaya dan
mengamankannya.

Opsi "melatih cara mencapai harapan dan masa


depan" (Tidak Tepat), karena merupakan SP 3
resiko bunuh diri.

Opsi "Melatih klien cara berkenalan" (Tidak Tepat),


karena merupakan pelaksanaan pada pada klien
yang mengalami masalah isolasi social
7Pembahasan 8Pembahasan:

Jawaban yang tepat adalah: b. membantu Jawaban yang tepat: d. halusinasi perabaan
orientasi realita
DO : pasien kadang tampak tertawa dan
DO: pasien tampak mondar mandir ruangan tersenyum sendiri, kadang tampak gelisah
DS: pasien selalu mengatakan bahwa dirinya DS: pasien mengatakan merasa seluruh badannya
adalah sebetulnya sudah tidak hidup lagi, dan yang seperti ada yang menggelitiki dan membuatnya
ada sekarang adalah rohnya yang bergentayangan. geli.
Data-data diatas menunjukkan bahwa pasien Data-data diatas menunjukkan bahwa pasien
mengalami gangguan proses pikir yaitu waham, mengalami halusinasi yaitu halusinasi perabaan.
yaitu waham nihilistik. Waham adalah keyakinan
yang keliru tentang isi pikiran yang dipertahankan Halusinasi adalah Sesuai dengan definisinya
secara kuat atau terus menerus namun tidak "Halusinasi" dalam buku MPKP JIWA (2010) &
sesuai dengan kenyataan, dan tindakan yang tepat buku ajar keperawatan kesehatan jiwa (2015),
dengan kondisi pasien saat ini adalah membantu Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan
orientasi realita pasien. Adapun strategi jiwa pada individu yang ditandai dengan
pelaksanaan waham adalah: perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi
SP1: Menjelaskan tentang waham dan dan palsu berupa suara (pendengaran), penglihatan,
membantu pasien untuk latihan orientasi realita pengecapan, perabaan, atau penghiduan. pada
SP2: Melatih pasien cara minum obat secara kasus klien mengalami halusinasi perabaan yang
teratur di tandai dengan merasakan sesuatu melalui indra
SP3: Melatih pasien cara pemenuhan kebutuhan perabaan.
dasar
SP4: Melatih kemampuan positif yang dimiliki Tinjauan opsi lainnya:
pasien Opsi "Halusinasi pendengaran" (Tidak Tepat),
karena pada berdasarkan kasus tidak ditemukan
Tinjauan opsi lainnya: adanya perubahan persepsi sensori pada indra
Opsi "mengidentifikasi aspek positif diri" (Tidak pendengaran misalnya mendengar suara yang
Tepat), karena merupakan SP4 waham, dan menyeramkan,dll.
diberikan setelah klien dibantu latihan orientasi
realita Opsi "halusinasi penglihatan" (Tidak Tepat),
karena berdasarkan tidak ditemukan adanya
Opsi "mengajarkan klien menghardik halusinasi" perubahan persepsi sensori pada indra
(Tidak Tepat), karena merupakan SP untuk penglihatan, misalnya melihat bayangan dll.
halusinasi
Opsi "waham nihilistik" (Tidak Tepat), karena
Opsi "melatih pasien cara pemenuhan kebutuhan berdasarkan kasus tidak ditemukan adanya tanda
dasar" (Tidak Tepat), karena merupakan SP 3 dan gejala waham nihilistik, misalnya yakin bahwa
waham, dan pada kasus berdasarkan pengkajian dirinya telah meninggal,dll.
saat ini, pasien harus dilatih orientasi realita Opsi "waham somatik" (Tidak Tepat), karena pada
terlebih dahulu. kasus tidak ditemukan adanya tanda dan gejala
waham somatik misalnyayakin bahwa dirinya
Opsi "Melatih pasien minum obat secara teratur " terserang suatu penyakit.
(Tidak Tepat), karena merupakan SP 2 waham,
dan pada kasus berdasarkan data pengkajian saat
ini pasien harus dibantu terlebih dahulu untuk
latihan orientasi relita, untuk selanjutnya dilatih
minum obat secara teratur.
9Pembahasan 10Pembahasan:

Jawaban tepat: c. fidelity Jawaban yang tepat: b. isolasi sosial

DO: Perawat memandu kegiatan pendidikan DO: pasien tampak menyendiri, diam dan tidak
kesehatan tentang menjaga kebersihan diri, diawal mau melihat ketika diajak berinteraksi, badan
kegiatan perawat mengatakan akan memberikan berbau pesing, kotor dan tidak mau melakukan
hadiah jika peserta aktif. Di akhir kegiatan perawat aktivitas
memberikan hadiah untuk semua peserta. Data-data diatas menunjukkan bahwa pasien
data-data diatas menunjukkan bahwa perawat mengalami masalah isolasi sosial. isolasi sosial
menerapkan prinsip etika keperawatan "fidelity " adalah ketidakmampuan untuk membina
pada kasus berdasarkan data yaitu perawat hubungan yang erat, hangat, terbuka, dan
menepati janjinya untuk memberi hadiah untuk interdependen dengan orang lain. Tanda dan
peserta diakhir kegiatan. gejala isolasi sosial adalah merasa ingin sendiri,
sesuai dengan defenisi dalam buku Etika merasa tidak aman ditempat umum, menarik diri,
keperawatan dan keperawatan profesional (2016), tidak berminat atau menolak berinteraksi dengan
prinsip fidelity (menepati janji ) menjelaskan orang lain atau lingkungan.
bahwa perawat menepati janji dan komitmen
terhadap pasien. Tinjauan opsi lainnya:
Opsi "defisit perawatan diri" (Tidak Tepat), karena
Tinjauan opsi lainnya: berdasarkan kasus defisit perawatan diri menjadi
diagnosis pendamping pasien.
Opsi "veracity" (kejujuran) tidak tepat, karena
prinsip veracity menekankan bahwa perawat harus Opsi "halusinasi" (Tidak Tepat), karena
mengatakan yang sebenarnya dan tidak berdasarkan data pengkajian saat ini tidak
membohongi pasien. ditemukan adanya tanda dan gejala halusinasi
pada pasien.
Opsi "justice" (keadilan) tidak tepat, karena
menjelaskan bahwa perawat berlaku adil pada Opsi "waham" (Tidak Tepat), karena berdasarkan
setiap klien sesuai dengan kebutuhannya. kasus tidak ada data yang mendukung
ditegakkannya diagnosis waham
Opsi "benefience (Kebaikan) tidak tepat, karena
prinsip benefience menjelaskan bahwa perawat Opsi "perilaku kekerasan(Tidak Tepat), karena
melakukan yang terbaik bagi pasien, tidak berdasarkan kasus tidak ada data yang mendukung
merugikan klien, dan mencegah bahaya bagi ditegakkannya diagnosis perilaku kekerasan
pasien. seperti melukai orang lain, merusak lingkungan,
dll.
Opsi "autonomy" (otonomi) tidak tepat, karena
prinsip autonomy menekankan bahwa perawat
menghargai hak-hak pasien dalam membuat
keputusan tentang perawatannya.
11Pembahasan: 12Pembahasan:

Jawaban yang tepat: a. melatih minum obat secara Jawaban yang tepat: c. orientasi realita
teratur
DO: pasien menolak minum obat, dan tampak DO: pasien tidak mau mengganti baju dan selalu
membuang obat yang diberikan kepadanya ingin memakai baju putih karena yakin bahwa
karena merasa mulutnya kering dan dirinya akan masuk surga jika selalu berpakaian
pandangannya kabur setelah mengkonsumsi obat. putih-putih
Data-data diatas menunjukkan bahwa pasien Data-data diatas menunjukkan bahwa pasien
mengalami masalah gangguan persepsi sensori mengalami masalah keperawatan yaitu waham
atau halusinasi, dan kondisi pasien saat ini agama. waham adalah keyakinan yang keliru
menolak minum obat, dan tampak membuang tentang isi pikiran yang dipertahankan secara kuat
obat yang diberikan kepadanya,sehingga tindakan atau terus menerus namun tidak sesuai dengan
yang tepat sesuai dengan data pengkajian saat ini kenyatan (SDKI, 2016). Salah satu intervensi
ialah ialah melatih minum obat secara teratur. keperawatan untuk pasien dengan halusinasi
Halusinasi adalah perubahan persepsi terhadap adalah terapi aktivitas kelompok (TAK) yaitu TAK
stimulus baik internal maupun eksternal yang orientasi realita,yaitu TAK yang berupaya untuk
disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan mengorientasikan keadaan nyata pada klien, yaitu
atau terdistorsi ( SDKI,2016). Tanda dan gejala diri sendiri,lingkungan,atau tempat dan waktu,
halusinasi adalah mendengar bisikan atau melihat yang terdiri dari yang terdi dari 3 sesi,
bayangan, merasakan sesuatu melalui indra diantaranya pengenalan orang, pengenalan
perabaan, penciuman, atau pengecapan, distorsi tempat, dan pengenalan waktu.
sensori, respon tidak sesuai, dan bersikap seolah Tinjauan opsi lainnya:
melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau Opsi "stimulasi sensori" (Tidak Tepat), karena
mencium sesuatu. Adapun tindakan keperawatan lebih tepat diberikan pada pasien dengan masalah
halusinasi ialah berupa strategi pelaksnaan harga diri rendah dan isolasi sosial yang disertai
halusinasi yang terdiri dari: kurangnya komunikasi verbal.
SP 1 Membantu pasien mengenal halusinasi,
melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara Opsi "stimulasi persepsi" (Tidak Tepat), karena
menghardik lebih tepat diberikan pada pasien dengan
SP 2 melatih pasien minum obat secara teratur gangguan persepsi sensori seperti halusinasi, harga
SP3 melatih pasien mengontrol halusinasi dengan diri rendah, resiko perilaku kekerasan, dan perilaku
bercakap-cakap dengan orang lain kekerasan
SP 4 melatih pasien mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktivitas terjadwal. Opsi "sosialisasi" (Tidak Tepat), karena lebih tepat
Tinjauan opsi lainnya: diberikan pada pasien dengan masalah isolasi
Opsi "melatih pasien bercakap-cakap" (Tidak sosial
Tepat), karena sesuai dengan data pengkajian saat
ini pasien menolak minum obat sehingga Opsi "modalitas" (Tidak Tepat), karena merupakan
implementasi yang paling tepat adalah melatih terapi gangguan jiwa secara umum, dimana TAK
cara minum obat secara teratur merupakan bagian dari terapi modalitas.

Opsi "melatih cara menghardik halusinasi" (Tidak


Tepat), karena sesuai dengan data pengkajian saat
ini pasien menolak minum obat sehingga
implementasi yang tepat adalah melatih minum
obat secara teratur.

Opsi "melatih cara berkenalan" (Tidak Tepat),


karena merupakan SP isolasi sosial

Opsi "melakukan aktivitas terjadwal" (Tidak Tepat),


karena sesuai dengan data pengkajiaan saat
pasien menolak minum obat, sehingga
implementasi yang paling tepat adalah melatih
minum obat secara teratur
13Pembahasan: 14Pembahasan

Jawaban tepat adalah: c. Autonomy Jawaban yang tepat: e non maleficience

DO:saat ini pasien akan dilatih kemampuan positif DO: pasien mengamuk dan memukul temannya-
yang dimilikinya, perawat memberikan kebebasan temannya sehingga dilakukan tindakan fiksasi pada
pada pasien untuk memilih kemampuan apa yang pasien. Fiksasi dilepas setelah pasien tenang dan
akan dilatih pasien. kooperatif, bekas fiksasi ditangan pasien
data data diatas menunjukkan bahwa perawat memerah dan menyebabkan luka lecet karena
menerapkan prinsip etika keperawatan autonomy, fiksasi yang terlalu kuat.
dimana perawat memberikan kebebasan pada
pasien terkait kegiatan yang akan dilakukan oleh data-data diatas menunjukkan bahwa perawat
pasien. melanggar prinsip etika keperawatan "non
Sesuai dengan defenisi dalam buku Etika maleficience".
keperawatan dan keperawatan profesional (2016), sesuai dengan defenisi dalam buku Etika
prinsip autonomy (otonomi ) menjelaskan bahwa keperawatan dan keperawatan profesional (2016),
klien diberi kebebasan untuk menentukan sendiri prinsip nonmaleficience (tidak merugikan )
atau mengatur diri sendiri sesuai harkat dan menjelaskan bahwa segala tindakan yang
martabat manusia. dilakukan pada pasien tidak menimbulkan bahaya,
Tinjauan Opsi cedera secara fisik dan psikologis.
lainnya: Tinjauan opsi
lainnya:
Opsi "Benefience" (Tidak Tepat), karena prinsip
benefience menjelaskan bahwa perawat Opsi "veracity" (kejujuran) tidak tepat, karena
melakukan yang terbaik bagi klien, tidak prinsip veracity menekankan bahwa perawat harus
merugikan klien, dan mencegah bahaya bagi klien. mengatakan yang sebenarnya dan tidak
membohongi pasien.
Opsi "Justice" (Tidak Tepat), karena prinsip justice
menjelaskan bahwa perawat berlaku adil pada Opsi "justice" (keadilan) tidak tepat, karena
setiap klien sesuai dengan kebutuhannya. menjelaskan bahwa perawat berlaku adil pada
setiap klien sesuai dengan kebutuhannya.
opsi "Veracity" (Tidak Tepat), karena prinsip
veracity menekankan bahwa perawat harus Opsi "fidelity (menepati janji) tidak tepat, karena
mengatakan yang sebenarnya dan tidak prinsip fidelity menjelaskan bahwa perawat
membohongi klien. menepati janji dan komitmen terhadap pasien.

Opsi "Fidelity" (Tidak Tepat), karena prinsip Opsi "autonomy" (otonomi) tidak tepat, prinsip
fidelity menekankan autonomy menekankan bahwa perawat
kesetiaan perawat pada komitmenya misalnya menghargai hak-hak pasien dalam membuat
menepati janji. keputusan tentang perawatannya.
15Pembahasan: 16Pembahasan:

Jawaban yang tepat : c. Sosialisasi Jawaban yang tepat : c. penyangkalan tidak efektif.

DO : pasien sering menyendiri dan tidak mau DO : klien mengatakan bahwa diagnosis dokter
bicara. Keluarga mengatakan pasien jadi pendiam terhadap dirinya keliru dan mengatakan saat ini
setelah ditinggal menikah oleh pacarnya. Setelah tidak ingin dulu melakukan pengobatan.
5x interaksi klien mulai kooperatif, kontak mata Data-data diatas menunjukkan bahwa klien
mulai ada. mengalami masalah penyangkalan tidak efektif.
Penyangkalan tidak efektif adalah upaya
Data-data diatas menunjukkan bahwa pasien mengingkari pemahaman atau makna suatu
mengalami masalah keperawatan yaitu isolasi peristiwa secara sadar atau tidak sadar untuk
sosial. isolasi sosial adalah ketidakmampuan untuk menurunkan kecemasan atau ketakutan yang
membina hubungan yang erat, hangat, terbuka, dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
dan interdependen dengan orang lain (SDKI, 2016). <b>Tanda dan gejala penyangkalan efektif adalah
Salah satu intervensi keperawatan untuk pasien tidak mengakui dirinya mengalami gejala atau
dengan isolasi sosial adalah terapi aktivitas bahaya (walaupun kenyataannya sebaliknya), dan
kelompok (TAK), yaitu TAK sosialisasi, yang terdiri menunda mencari pertolongan pelayanan
dari yang terdi dari 7 sesi, diantaranya kesehatan.</b>
kemampuan memperkenalkan diri, kemampuan
berkenalan, kemampuan bercakap-cakap, Tinjauan opsi lainnya :
kemampuan bercakap-cakap dengan topik Opsi "Keputusaasaan" (Tidak Tepat), karena
tertentu, kemampuan bercakap cakap masalah berdasarkan kasus tidak ada data yang mendukung
pribadi, kemampuan kerjasama, dan evaluasi ditegakkan diagnosis keputusasaan seperti
kemampuan sosialisasi dengan tujuan klien dapat mengungkapkan keputusasaan dan berprilaku
berinteraksi dengan orang lain. pasif.

Tinjauan opsi lainnya : Opsi "koping tidak efektif" (Tidak Tepat), karena
Opsi "stimulasi persepsi harga diri rendah" (Tidak berdasarkan kasus tidak ada data yang mendukung
Tepat), karena lebih tepat diberikan pada pasien ditegakkan diagnosis koping tidak efektif seperti
dengan masalah harga diri rendah. ungkapan ketidakmampuan menyelesaikan
masalah.
Opsi "stimulasi persepsi" (Tidak Tepat), karena
lebih tepat diberikan pada pasien dengan Opsi "ketidakberdayaan" (Tidak Tepat), karena
gangguan persepsi sensori seperti halusinasi. berdasarkan kasus tidak ada data yang mendukung
ditegakkannya diagnosis ketidakberdayaan seperti
Opsi "orientasi realita" (Tidak Tepat), karena lebih ungkapan frustasi dan bergantung pada orang lain.
tepat diberikan pada pasien dengan masalah
orientasi realita seperti waham. Opsi "koping defensif (Tidak Tepat),
berdasarkan kasus tidak ada data yang
Opsi "modalitas" ( Tepat), karena merupakan mendukung ditegakkannya diagnosis koping
terapi gangguan jiwa secara umum, dimana TAK defensif seperti menyalahkan orang lain,
merupakan bagian dari terapi modalitas. hipersensitif terhadap kritik, dll.
17Pembahasan: 18Pembahasan:
Jawaban yang tepat : c.Mengidentifikasi
Jawaban yang tepat: d. perilaku kekerasan. penyebab, tanda, perilaku kekerasan yang
DO : klien tampak mondar-mandir di ruangan, dilakukan dan akibat perilaku kekerasan.
tatapan tajam, bicara kasar serta memukul dan
meludahi teman satu kamarnya. DO : klien tampak mondar-mandir ruangan, mata
melotot, dan bicara dengan ketus.
Data-data diatas menunjukkan bahwa saat ini
klien secara aktual melakukan perilaku kekerasan Data-data diatas menunjukkan bahwa klien
dengan memukul dan meludahi teman satu mengalami masalah resiko perilaku kekerasan,
kamarnya yang menunjukkan masalah sehingga tindakan keperawatan yang tepat
keperawatan pada klien ialah perilaku kekerasan. dilakukan setelah terbina hubungan saling percaya
dengan klien adalah Mengidentifikasi penyebab,
Perilaku kekerasan adalah kemarahan yang tanda, perilaku kekerasan yang dilakukan dan
diekspresikan secara berlebihan dan tidak akibat perilaku kekerasan.
terkendali secara verbal sampai dengan Resiko perilaku kekerasan adalah adalah beresiko
mencederai orang lain dan atau merusak membahayakan secara fisik, emosi dan atau
lingkungan (SDKI, 2016). seksual pada diri sendiri atau orang lain.
Tanda dan gejala perilaku kekerasan diantaranya Adapun tindakan keperawatan resiko perilaku
ialah: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kekerasan adalah ialah berupa strategi
kasar, suara keras, bicara ketus, menyerang orang pelaksanaan resiko perilaku kekerasan yang terdiri
lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak dari :
lingkungan, serta perilaku agresif atau amuk. SP 1 mengidentifikasi penyebab, tanda gejala,
perilaku kekerasan yang dilakukan, dan akibat
Tinjauan opsi lainnya : perilaku kekerasan, menjelaskan dan melatih cara
Opsi "Halusinasi" (Tidak Tepat), karena pada data menogntrol perilaku kekerasan dengan latihan
pengkajian saat ini tidak ditemukan adanya pukul bantal dan kasur.
perubahan persepsi sensori misalnya berupa SP 2 melatih klien minum obat secara teratur
suara/penglihatan dll. SP3 melatih klien mengontrol perilaku kekerasan
secara verbal
Opsi "Resiko perilaku kekerasan" (Tidak Tepat), SP 4 melatih klien mengontrol perilaku kekerasan
karena pada data pengkajian saat ini klien telah secara spiritual.
secara aktual melakukan perilaku kekerasan
berupa melakukan tindakan memukul dan Tinjauan opsi lainnya :
meludahi teman satu kamarnya. Opsi "Mengajarkan cara mengontol marah dengan
pukul bantal dan kasur" (Tidak Tepat), karena
Opsi "koping individu tidak efektif" ( merupakan tindakan yang diberikan setelah
Tepat), karena pada data pengkajian saat ini tidak identifikasi perilaku kekerasan.
ditemukan adanya tanda dan gejala berupa
ungkapan ketidakmampuan klien dalam Opsi "Mengajarkan cara mengontrol marah
menyelesaikan masalah. dengan verbal" (Tidak Tepat), karena merupakan
Opsi "isolasi sosial" (Tidak Tepat), karena pada SP 3 perilaku kekerasan
kasus tidak ditemukan adanya tanda dan gejala
isolasi sosial berupa tindakan menarik diri, tidak Opsi "Mengajarkan mengontrol marah dengan
berminat atau menolak berinteraksi dengan orang spriritual" (Tidak Tepat), karena merupakan SP 4
lain dan lingkungan. perilaku kekerasan.

Opsi "Mengajarkan cara minum obat


teratur" (Tidak Tepat), karena merupakan SP 2
perilaku kekerasan.
19Pembahasan: Oke ners😊

Jawaban yang tepat: d.Melatih klien berbicara Yang membedakan antara faktor predisposisi dan
sosial. presipitasi, bisa kita lihat dari waktu kejadiannya,
jika kurang dari 6 bulan maka itu dikatakn faktor
DO: klien tampak mulai kooperatif dan telah presipitasi, tetapi jika lebih dari 6 bulan itu
diajarkan SP 1-SP 3. dikatakan faktor predisposisi
DS: klien mengatakan sudah memiliki teman.
Data-data diatas menunjukkan bahwa klien Nah bagaimana jika di soal tidak dicantumkan
mengalami masalah keperawatan yaitu isolasi waktunya?
sosial, sehingga rencana tindakan keperawatan Maka yang menjadi poin pentingnya adalah
yang tepat diberikan setelah SP 1-SP 3 adalah SP 4,
yaitu Melatih klien berbicara sosial. faktor predisposisi itu adalah faktor penyebab
Isolasi sosial adalah ketidakmampuan untuk terjadinya masalah pada pasien
membina hubungan yang erat, hangat, terbuka, Sedangkan faktor presipitasi itu pencetus
dan interdependen dengan orang lain. Tanda dan terjadinya masalah pada pasien
gejala isolasi sosial adalah merasa ingin sendirian,
merasa aman ditempat umum, menarik diri, dan Kira2 seperti itu ya ners😉
tidak berminat atau menolak berinteraksi dengan
orang lain atau lingkungan (SDKI, 2016).
Adapun strategi pelaksanaan dari isolasi sosial
adalah :
SP1. Membina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi tanda gejala,penyebab, akibat
serta untung rugi tidak memiliki teman.
SP2. Menjelaskan dan melatih klien berkenalan.
SP3. Menjelaskan dan melatih klien bercakap-
cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari.
SP4. Menjelaskan dan melatih klien berbicara
sosial seperti meminta sesuatu, berbelanja, dsb.

Tinjauan opsi lainnya :

Opsi "Mengidentifikasi aspek positif" (Tidak


Tepat), karena merupakan sp untuk klien dengan
harga diri rendah.
Opsi " melatih cara berkenalan" (Tidak Tepat),
karena merupakan SP2 isolasi sosial.

Opsi "melatih bercakap-cakap saat melakukan


kegiatan sehari-hari" (Tidak Tepat), karena
merupakan SP 3 isolasi sosial

Opsi " Melatih aspek positif yang dimiliki klien"


(Tidak Tepat), karena merupakan SP dari diagnosis
harga diri rendah.
Sebenarnya untuk sp ini pemberiannya tidak harus Betul sekali ners.. Untuk menegakkan diagnosis
berurutan ya teman2..pemberian adalah sesuai dalam keperawatan jiwa itu memakai data
dengan kondisi pasien.. Tetapi jia pertanyaannya pengkajian saat ini here and now😊
adalah tindakan selanjutnya maka itu bisa kita [25/09, 7:52 pm] +62 812-6661-8017: Ohy ns,
berikan sesuai dengan urutan SP mmbedakan RPK sama PK itu gimana ya ns.,?
[25/09, 7:45 pm] +62 813-7216-8301: Dan jika [25/09, 7:53 pm] +62 812-6661-8017: Saat kita
pertanyaannya adalah tindakan selanjutnya, melakukan pengkajian pada pasien
misalnya yang ditanyakan adalah tindakan untuk [25/09, 7:55 pm] +62 813-7216-8301: Resiko
halusinasi, setelah pasien diidentifikasi isi perilaku kekerasan itu dirumuskan jika saat ini
halusinasinya dan pasien datang untuk kedua pasien tidak melakukan tindakan kekerasan,
kalinya.. Maka tindakan selanjutnya adalah SP tetapi bisa jadi mempunyai riwayat perilaku
obat.. Otomatis obat menjadi SP 1 kekerasan dan belum mampu mengendalikan dan
mencegah perilaku kekerasan tersebut, artinya
Begitu ners tidak ada perilaku kekerasan yang saat ini
[25/09, 7:47 pm] +62 813-7216-8301: Jadi kita dilakukan pasien yaa.. Disini perilaku pasien
pahami dulu maksud dari pertanyaannya ya ners.. beresiko membahayakan
Jika yang ditanyakan hanya tindakan yang tepat Sedangkan perilaku kekerasan itu pasien sudah
saja berarti jawabannya harus sesuai dengan melakukan tindakan kekerasan, misalnya sudah
kondisi pasien saat ini, tetapi jika pertanyaannya memukul, dll, artinya klien secara aktual telah
adalah apakah tindakan selanjutnya? Maka bisa melakukan tindakan mencederai diri sendiri,
sesuai urutan SP orang lain ataupun lingkungan
Koping defensif itu adalah proyeksi evaluasi diri
untuk melindungi diri dari ancaman terhadap
harga diri.
Tanda dan gejalanya berupa menyalahkan orang
lain, menyangkal adanya masalah, menyangkal
kelemahan diri, hipersensitif terhadap kritik, dan
merasionalisasikan kegagalan
Sedangkan koping tidak efektif itu adalah
ketidakmampuan menilai dan merespon stressor
atau ketidakmampuan menggunakan sumber2
yang ada untuk mengatasi masalah.
Biasanya pasien mengungkapkan ketidakmampuan
mengatasi masalah, menggunakan mekanisme
koping yang tidak sesuai, dan tidak mampu
memenuhi peran yang diharapkan (sesuai usia)
Kira2 seperti itu ya ners

Anda mungkin juga menyukai