Anda di halaman 1dari 17

TUTOR GUIDE

JAWABAN KASUS MPI 2 ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS 1 ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU

Keluarga Bp.M (32 tahun) dan Ibu H (28 tahuh) memiliki 2 orang anak balita An. J (3 tahun) dan
An. S (1 Tahun). Bapak M sejak 2 bulan yang lalu dinyatakan menderita tuberkulosis. Saat ini
mengeluh cepat lelah, kurang nafsu makan dan kadang terasa nyeri di dada. Hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital :TD: 130/70 mmHg, N: 82x/ menit, S: 38°C, R: 24x/ menit. BB sekarang : 50
kg (BB bulan lalu: 55 kg), TB: 160 cm. Hasil pemeriksaan sputum: BTA positif (3 bulan yang
lalu). Klien tampat pucat, keringat dingin dan sering batuk-batuk berdahak. Keluarga
mengatakan sejak dinyatakan menderita tuberkulosis, Bp.M sudah minum OAT, dan selanjutnya
berhenti minum obat karena selalu merasa mual. Bapak M bekerja sebagai buruh angkut di pasar,
pendapatan sehari-hari tidak menentu. Bp.M biasa mengkonsumsi nasi dengan lauk tempe atau
tahu. Saat ini Bp.M tidak bisa menghentikan kebiasan merokok. Keluarga Bp.M tinggal di
lingkungan kumuh dan padat penduduk.

1. Hal-hal yang perlu dikaji

A. Riwayat masa lalu: riwayat TBC Paru pada keluarga, riwayat pengobatan TBC, PMO,
kebiasaan/ perilaku membuang dahak sembarangan, merokok
B. Riwayat saat ini: kaji adanya batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih, batuk dahak
bercampur darah, sesak nafas, badan lemas (malaise), nafsu makan menurun, berat badan
menurun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, sulit tidur, demam/ meriang lebih
dari satu bulan
C. Pemeriksaan fisik, meliputi:
a. Tanda vital: suhu badan, frekuensi pernafasan, pola pernafasan, frekuensi nadi; berat
badan (turun atau tetap dalam 6 bulan terakhir), tekanan darah.
b. Fokus pemeriksaan fisik pada pasien TBC
1) Perkusi didapatkan suara redup
2) Auskultasi suara nafas; adanya bronchial, suara nafas tambahan: ronki basah
kasar dan nyaring area paru
3) Retraksi otot-otot interkostal
D. Pemeriksaan diagnostik meliputi:
a. Pemeriksaan sputum (Sewaktu Pagi Sewaktu/ SPS)
b. Ziehl Neelsen (pemeriksaan BTA)
c. Test kulit (Protein Purified Derivate/ PPD atau Mantoux test)
d. Foto torak

E. Pengkajian lingkungan: data kondisi lingkungan rumah pasien TBC, diantaranya


pencahayaan sinar matahari, ventilasi udara, jenis lantai.
F. Pengkajian psikososial: kaji perasaan isolasi, penolakan lingkungan, perubahan harga
diri, peran, strategi koping; kaji sistem pendukung termasuk keluarga, orang yang berarti
dan teman; aktivitas kehidupan sehari-hari termasuk perubahan yang terjadi; status
pekerjaan, aktivitas sosial, hobi, dan sumber finansial.
G. Pengkajian kebutuhan pembelajaran klien dan keluarga (terkait 5 tugas keluarga):
tambahkan oleh kelompok

2. Diagnosa Keperawatan Individu  minimal ada 1 diagnosa keperawatan, tidak perlu


muncul semua.
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3) Manajemen kesehatan tidak efektif
4) Hipertermia
5) Intoleransi aktifitas
6) Perilaku kesehatan cenderung berisiko

3. Perencanaan/Intervensi

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif


Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi sebanyak 6 kali klien dapat mempertahankan jalan nafas
yang efektif.  jumlah intervensi bebas asalkan rasional. Untuk TBC asumsinya
pengobatan 6 bulan sehingga minimal ada 1 kali intervensi per bulan.

Kriteria hasil:
Klien dapat: mengeluarkan sekret tanpa bantuan, menunjukkan perilaku untuk
memperbaiki/ mempertahankan bersihan jalan nafas, berpartisipasi dalam program
pengobatan.

Rencana tindakan:
a. Monitor fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman dan
penggunaan otot aksesori)
b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan dahak melalui batuk efektif (catat
karakteristik dahak, jumlah sputum dan adanya hemoptisis)
c. Lakukan latihan batuk efektif dan nafas dalam
d. Anjurkan klien mempertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
e. Berikan obat–obatan sesuai indikasi seperti agen mukolitik bronkhodilator
f. Libatkan keluarga memantau klien melakukan latihan batuk efektif dan nafas
dalam

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi sebanyak 6 kali klien mampu mempertahankan
keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan.  jumlah intervensi bebas asalkan rasional.
Untuk TBC asumsinya pengobatan 6 bulan sehingga minimal ada 1 kali intervensi per
bulan.

Kriteria hasil:
Klien dapat melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan /atau
mempertahankan berat badan yang tepat.

Rencana tindakan:
a. Identifikasi pola diet klien terkait makanan yang disukai/ tidak disukai
b. Catat status nutrisi klien (turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral,
kemampuan menelan, riwayat mual/ muntah atau diare)
c. Monitor anoreksia, mual dan muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan
pemberian obat
d. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang kebutuhan gizi seimbang (tinggi kalori
dan protein dengan porsi kecil tetapi sering)
e. Libatkan keluarga dalam mengawasi asupan nutrisi
f. Monitor berat badan setiap bulan
g. Ajarkan klien dan keluarga dalam menyusun menu seimbang sesuai kebutuhan
klien

3) Manajemen kesehatan tidak efektif


Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi sebanyak 6 kali klien mampu menunjukkan adaptasi
terhadap pengobatan TBC Paru dan tuntas berobat.  jumlah intervensi bebas asalkan
rasional. Untuk TBC asumsinya pengobatan 6 bulan sehingga minimal ada 1 kali
intervensi per bulan.

Kriteria hasil:
Klien menunjukkan perubahan pola hidup dalam penyelesaian pengobatan TBC Paru
hingga tuntas.

Rencana tindakan:
a. Diskusikan pola hidup klien yang akan menjadi pendorong dan penghambat
kesembuhan
b. Identifikasi orang lain yang berisiko (anggota keluarga di rumah, teman)
c. Ajarkan klien etika batuk yaitu batuk/ bersin dengan cara menutup mulut pakai
kertas tissue/ saputangan/ lengan dalam baju; hindari meludah sembarangan
(meludah pada tempat tertutup yang berisi/ mengandung desinfektan: air sabun, lisol,
cairan pemutih pakaian/ klorin); gunakan tissue sekali pakai; dan ajarkan teknik
mencuci tangan yang tepat.
d. Ajarkan keluarga cara memberi dukungan pada tahap intensif pengobatan
e. Libatkan keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO) dalam mengawasi klien
minum obat
f. Anjurkan keluarga agar membawa anggota keluarga ke pelayanan kesehatan untuk
pemeriksaan sputum ulang dan jika ditemukan adanya efek samping yang berat dari
obat TB Paru (mulut kering, sakit kepala, mual berlebihan, konstipasi)
g. Jelaskan pentingnya melakukan pemeriksaan BTA ulang secara periodik selama
program terapi
h. Motivasi untuk makan makanan bergizi (gizi seimbang)

4) Hipertermia
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi sebanyak 6 kali, suhu tubuh klien berada pada rentang
normal (dibawah 37,50 C)
Kriteria Hasil: Suhu tubuh dalam rentang normal

Tindakan:
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Monitor intake dan output cairan
c. Tutupi badan dengan selimut/pakaian yang tepat
d. Lakukan tepid sponge vila perlu
e. Anjurkan tirah baring
f. Anjurkan memperbanyak minum
g. Kolaborasi pemberian antipiretik

5) Intoleransi aktifitas
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi sebanyak 6 kali, klien dapat beraktifitas dalam rentang
normal
Kriteria Hasil: Klien tidak cepat merasakan kelelahan saat aktifitas

Tindakan:
a. Monitor kelelahan fisik dan emosional
b. Monitor pola dan jam tidur
c. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktifitas
d. Lakukan lathan rentang gerak aktif
e. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
f. Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
g. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.
6) Perilaku kesehatan cenderung berisiko
Tujuan: setelah dilakukan 6 kali intervensi, klien dapat mengidentifikasi dan mengurangi
perilaku merokok secara bertahap.

Kriteria hasil: Klien berhenti merokok secara bertahap

Tindakan:

a. Identifikasi harapan untuk berhenti merokok


b. Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku merokok
c. Jadwalkan kegiatan terstruktur untuk berhenti merokok
d. Tingkatkan aktifitas fisik sesuai kemampuan
e. Bicara dengan nada rendah dan tenang
f. Lakukan kegiatan pengalihan terhadap keinginan merokok
g. Cegah perilaku pasif agresif
h. Beri penguatan positif terhadap keberhasilan pengendalian perilaku merokok
i. Hindari bersikap menyudutkan
j. Hindari sikap mengancam dan berdebat
k. Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan kognitif dan
pendukung klien untuk berhenti merokok.

KASUS 2 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Sebuah keluarga terdiri dari Tn. A umur 50 tahun, tamat SD dan bekerja sebagai buruh
bangunan. Ibu C (istri Tn.A) umur 40. tahun, tidak bekerja, tamat SD. Anak V (3,5 th). Ibu C
sedang sering mengeluh batuk-batuk yang dialaminya sejak 1 bulan yang lalu. Ibu C juga
mengatakan sering berkeringat di malam hari. Ketika diperiksa oleh perawat menunjukan bahwa
tekanan darah 100/60 mmhg, BB 45,5 pada hal sebelumnya BB 55 kg. Keadaan ibu C anemis,
nafsu makan menurun. Tn. A kondisinya sehat saat dikunjungi perawat, namun mempunyai
kebiasaan merokok dan seringkali merokok di dalam rumah. Anak V mempunyai riwayat susah
makan, BB 8 kg. Anak V terlihat kurus, rambut kemerahan, kurang bergairah dan sering rewel.
Menurut ibu, anak V juga jarang ditimbang di posyandu dan imunisasinya tidak lengkap, karena
disamping jarak ke posyandu agak jauh ibu juga mengatakan malas karena kalau ke posyandu
suka dipungut bayaran untuk kas posyandu. Ketika ditanya oleh Perawat Komunitas tentang
keadaan anak V ibu mengatakan bahwa anaknya nanti juga akan besar dengan sendirinya. Dan
saat ditanya tentang apa yang dilakukan bila anaknya tidak mau makan, ibu mengatakan
dibiarkan saja atau dikasih jajan di warung. Ketika ditanya tentang keluhan batuk-batuk yang
dialaminya ibu mengatakan belum diobati nanti juga akan sembuh sendiri.. Anak V selain
terlihat kurus juga sering mengalami batuk pilek, hampir setiap bulan. Ketika ditanya apa yang
dilakukan ibu untuk mengatasi batuk pilek pada anaknya, ibu mengatakan diberikan obat yang
dibeli dari warung, biasanya juga akan sembuh.
1. Hal-hal yang perlu dikaji

a. Data Umum keluarga


b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Data Lingkungan
d. Struktur Keluarga ( Struktur peran, nilai/value, komunikasi, kekuatan)
e. Fungsi Keluarga (Fungsi Afektif, sosialisasi, pelayanan Kesehatan,ekonomi,
reproduksi)
f. Stress dan Koping keluarga

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Peserta dapat memunculkan diagnosa keperawatan indiividu di keluarga, contohnya Bersihan


jalan nafas tidak efektif pada Ibu C, Defisit Nutrisi pada anak V.
Selain diagnosa keperawatan individu, diagnosa keperwatan keluarganya antara lain:
1) Manajemen kesehatan tidak efektif
2) Perilaku kesehatan keluarga cenderung berisiko
3) Koping keluarga tidak efektif

3. Perencanaan/Intervensi

[1] Manajemen kesehatan tidak efektif


Tujuan:
Setelah dilakukan kunjungan rumah sebanyak 4 kali, keluarga mampu menunjukkan
adaptasi terhadap pengobatan penyakit pada ibu C dan anak V secara tuntas.  jumlah
intervensi bebas asalkan rasional, untuk keperawatan keluarga minimal 4 kali kunjungan
rumah.

Kriteria hasil:
Keluarga menunjukkan perubahan pola hidup dalam penyelesaian pengobatan batuk dan
penanganan gizi kurag pada anak V.

Rencana tindakan:
1) Menstimulasi Kesadaran Atau Penerimaan Keluarga Mengenai Masalah Dan
Kebutuhan Kesehatan bagi Ibu C dan anak V Dengan Cara :
a. Memberikan Informasi tentang kondisi kesehatan ibu C dan anak V
b. Mengidentifikasi Kebutuhan Dan Harapan Tentang Kesehatan ibu C dan anak V
c. Mendorong Sikap Emosi Terhadap Masalah
d. Diskusikan pola hidup klien yang akan menjadi pendorong dan penghambat
kesembuhan
e. Identifikasi orang lain yang berisiko (anggota keluarga di rumah, teman)
[2] Menstimulasi Keluarga Untuk Memutuskan Cara Perawatan Yang Tepat Dengan
Cara :
a. Memberikan Konsekuaensi Tidak Melakukan Tindakan untuk mengatasi kondisi
penyakit batuk pada Ny. C dan gizi kurang pada anak V
b. Mengidentifikasi Sumber – Sumber Yang Dimiliki Keluarga untuk mengatasi
masalah pada ibu C dan anak
c. Mendiskusikan Tentang Kosekuensi Tiap Tindakan pada keluarga

[3] Memberi Kepercayaan Diri Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit Dengan
Cara :
a. Mendemonstrasikan Cara Perawatan pada anak V
b. Menggunakan Alat & Fasilitas Yang Ada Di Rumah untuk perawatan pada ibu C
dan anak V
c. Ajarkan Ibu C etika batuk yaitu batuk/ bersin dengan cara menutup mulut pakai
kertas tissue/ saputangan/ lengan dalam baju; hindari meludah sembarangan
(meludah pada tempat tertutup yang berisi/ mengandung desinfektan: air sabun,
lisol, cairan pemutih pakaian/ klorin); gunakan tissue sekali pakai; dan ajarkan
teknik mencuci tangan yang tepat
d. Ajarkan keluarga cara memberi dukungan pada tahap intensif pengobatan
e. Motivasi untuk makan makanan bergizi (gizi seimbang)
f. Mengawasi Keluarga Melakukan Perawatan

[4] Membantu Keluarga Untuk Menemukan Cara Bagaimana Lingkungan Menjadi


Sehat, Dengan Cara :
a. Menemukan Sumber – Sumber Yang Dapat Digunakan Keluarga
b. Melakukan Perubahan Lingkungan Keluarga Seoptimal Mungkin

[5] Memotivasi keluarga untuk menemukan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan


keseahtan, dengan cara :
a. Anjurkan keluarga agar membawa anggota keluarga ke pelayanan kesehatan
untuk pemeriksaan sputum pada ibu C dan pemeriksaan kesehatan bagi anak V,
konstipasi)
b. Jelaskan pentingnya melakukan pemeriksaan BTA ulang secara periodik selama
program terapi
c. Jelaskan pentingnya melakukan penimbangan dan pemeriksaan kesehatan anak
secara rutin.

2) Perilaku kesehatan keluarga cenderung berisiko


Tujuan:
Setelah dilakukan kunjungan rumah sebanyak 4 kali, keluarga mampu menunjukkan
adaptasi perilaku kesehatan yang sesuai dengan kesehatan.  jumlah intervensi bebas
asalkan rasional, untuk keperawatan keluarga minimal 4 kali kunjungan rumah.

Kriteria hasil:
Keluarga menunjukkan perubahan perilaku merokok dan pola hidup pada keluarga Tn. A.

Rencana tindakan:
[1] Menstimulasi Kesadaran Atau Penerimaan Keluarga Mengenai bahaya Perilaku
merokok Dengan Cara :
a. Memberikan Informasi tentang kondisi kesehatan ibu C dan anak V
b. Mengidentifikasi Kebutuhan Dan Harapan Tentang Kesehatan ibu C dan anak
V
c. Mendorong Sikap Emosi Terhadap Masalah
d. Diskusikan pola hidup klien yang akan menjadi pendorong dan penghambat
berhenti merokok
e. Identifikasi orang lain yang berisiko terpapar dampak asap rokok (anggota
keluarga di rumah, teman)
f. Identifikasi harapan untuk berhenti merokok
g. Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku merokok

[2] Menstimulasi Keluarga Untuk Memutuskan Cara Perawatan Yang Tepat Dengan
Cara :
a. Memberikan informasi tentang konsekuaensi tidak berhenti merokok
b. Mengidentifikasi Sumber – Sumber Yang Dimiliki Keluarga untuk berhenti
merokok
c. Mendiskusikan Tentang Kosekuensi Tiap Tindakan pada keluarga

[3] Memberi Kepercayaan Diri Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit Dengan
Cara :
a. Jadwalkan kegiatan terstruktur untuk berhenti merokok
b. Tingkatkan aktifitas fisik sesuai kemampuan
c. Bicara dengan nada rendah dan tenang
d. Lakukan kegiatan pengalihan terhadap keinginan merokok
e. Cegah perilaku pasif agresif
f. Beri penguatan positif terhadap keberhasilan pengendalian perilaku merokok
g. Hindari bersikap menyudutkan
h. Hindari sikap mengancam dan berdebat
i. Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan kognitif
dan pendukung klien untuk berhenti merokok
j. Motivasi untuk makan makanan bergizi (gizi seimbang)
k. Mengawasi Keluarga Melakukan Perawatan

[4] Membantu Keluarga Untuk Menemukan Cara Bagaimana Lingkungan Menjadi


Sehat, Dengan Cara :
a. Menemukan Sumber – Sumber Yang Dapat Digunakan Tn. A untuk
berhenti merokok
b. Melakukan Perubahan Lingkungan Keluarga Seoptimal Mungkin

[5] Memotivasi Keluarga Untuk Menemukan Cara Bagaimana memanfaatkan


fasilitas pelayanan kesehatan, Dengan Cara :
Anjurkan keluarga agar datang ke puskesmas untuk konseling berhenti merokok.

3) Koping keluarga tidak efektif


Tujuan: setelah melakukan kunjungan rumah sebanyak 4 kali keluarga melakukan koping
secara efektif

Kriteria hasil: keluarga menunjukkan peningkatan nilai-nilai, minat dan tujuan dalam
meningkatkan kesehatan anggota keluarga secara efektif.
[1] Menstimulasi Kesadaran Atau Penerimaan Keluarga Mengenai masalah kesehatan
di keluarga Dengan Cara :
a. Identifikasi respon emosional tentang kondisi saat ini
b. Identifikasi beban prognosis secara psikologis
c. Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan.

[2] Menstimulasi Keluarga Untuk Memutuskan Cara Perawatan Yang Tepat Dengan
Cara :
a. Identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan
b. Memberikan informasi tentang konsekuaensi tidak melakukan perawatan
kesehatan pada ibu dan anak
c. Mengidentifikasi Sumber – Sumber Yang Dimiliki Keluarga
d. Mendiskusikan Tentang Kosekuensi Tiap Tindakan pada keluarga

[3] Memberi Kepercayaan Diri Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit
Dengan Cara :
a. Dengarkan masalah, perasaan dan pertanyaan keluarga
b. Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak menghakimi
c. Diskusikan rencana medis dan perawatan
d. Fasilitasi pengungkapan perasaan antara anggota keluarga
e. Fasilitasi kebutuhan pemenuhan kebutuhan dasar keluarga
f. Fasilitasi anggota keluarga dalam mengidenti dan menyelesaikan konflik
g. Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan
h. Informasikan kemajuan pasien secara berkala

[4] Membantu Keluarga Untuk Menemukan Cara Bagaimana Lingkungan Menjadi


Sehat, Dengan Cara :
c. Menemukan Sumber – Sumber Yang Dapat Digunakan keluarga di rumah
d. Melakukan Perubahan Lingkungan Keluarga Seoptimal Mungkin

[5] Memotivasi Keluarga Untuk Menemukan Cara Bagaimana memanfaatkan


fasilitas pelayanan kesehatan, Dengan Cara :
a. Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia.Anjurkan keluarga
agar datang ke posyando atau puskesmas untuk pemeriksaan kesehatan ibu
dan anak.
b. Fasilitasi untuk jaminan kesehatan bagi keluarga tidak mampu.

4. Implementasi (simulasi)
Pilih salah satu intervensi yang sudah disusun dan dibuat rencana simulasinya. Setiap
kelompok mensimulasikan pelaksanaan pendidikan kesehatan pada keluarga

5. Evaluasi: evaluasi proses dan evaluasi hasil akhir yang mengacu pada diagnose keperawatan
TUTOR GUIDE

JAWABAN KASUS MPI 2 ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus 3
Jumlah penduduk miskin yang berada diwilayah kerja Puskesmas D sebanyak 7334 penduduk
(14,06 %). Penduduk di wilayah kerja Puskesmas D urutan tertinggi ditempati oleh kelompok
usia Lanjut Usia sebanyak 5040 orang (27,48 %). Pada saat disurvei, para lansia yang
menyatakan tidak pernah ikut kegiatan posbindu sebanyak 70%. Penyakit tertinggi lansia
adalah Hipertensi 38% dan Diabetes Melitus 10%. Masyarakat banyak yang tidak peduli
dengan kesehatan lansia, kader kesehatan lansia sangat terbatas jumlahnya.
Tugas:
1. Lengkapi pengkajian yang harus dilakukan pada kelompok lansia dii wilayah kerja
Puskesmas D
2. Buat diagnosa keperawatan kelompok sesuai prioritas
3. Buat perencanaan tindakan keperawatan keluarga untuk kelompok lansia di wilayah kerja
Puskesmas D

1. Hal-hal yang perlu dikaji


a. Penduduk
1) Data demograpi : Jumlah penduduk berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
Jumlah penduduk 7354orang (14.06%)
Jumlah lansia 5040 orang (27.48%)
2) Data vital statistic : jenis penyakit yang sering diderita oleh masyarakat misalkan 6 bulan
terakhir
Hipertensi 38%
Diabetes Melitus 10%
b. Pelayanan Kesehatan/Sosial
1) Fasilitas yang tersedia dan jenis pelayanan  Posyandu : keikutsertaan lansia dalam
posyandu
2) Pemanfaatan fasilitas oleh masyarakat
3) Keterjangkauan kefasilitas yang tersedia
4) Jumlah kader kesehatan
5) Keaktifan kader kesehatan
2. Diagnosa keperawatan
a. Kelompok lansia berisiko
3. Perencanaan
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 tahun Kelompok lansia berisiko tidak terjadi
dengan kriteria Hasil :
a. Posyandu kembali aktif
b. Kunjungan lansia ke posyandu meningkat 10 %
c. Bertambahnya jumlah kader kesehatan yang aktif 10 %
d. Kejadian hipertensi menurun 10 %
e. Kejadian diabetes Mellitus menurun 10 %
Rencana Tindakan
1. Promosi kesehatan tentang pentingya pelayanan posyandu
2. Merekrut kader kesehatan
3. Promosi kesehatan tentang perawatan penyakit hipertensi
4. Promosi kesehatan tentang perawatan diabetes mellitus
5. Pembentukan kelompok lansia dengan hipertensi / kelompok swabantu
6. Pembentukan kelompok lansia dengan DM/kelompok swabantu

Kasus 4 Perkesmas Terintegrasi PIS-PK


Hasil pendataan PIS-PK Tahun 2020 terhadap 4034 KK yang tersebar di 11 Desa yang
termasuk wilayah kerja Puskesmas R. Nilai IKS Puskesmas R adalah 0,09. Sementara nilai IKS
11 desa yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Paguyuman berkisar antara 0,03 – 0,13.
Mengacu pada Indeks Keluarga Sehat (IKS), berarti capaian IKS Puskesmas R dan 11 desa
wilayah kerjanya tersebut dikategorikan Tidak Sehat ( IKS < 0,500). Masalah Kesehatan di
Puskesmas R –dengan mengacu pada cakupan < 30% - adalah ASI Ekslusif, Hipertensi dan
Tidak Merokok.
Identifikasi masalah kesehatan perlu dipertajam lagi untuk mendapatkan prioritas masalah
kesehatan yang perlu mendapatkan alokasi anggaran dari Puskesmas R. Berdasarkan hasil
analisis maka prioritas masalah yang perlu segera ditanggulangi dan diberi alokasi
penganggaran adalah : ASI Ekslusif dan Hipertensi. Hasil cakupan PIS-PK kedua program
tersebut juga mempunyai cakupan yang rendah hanya 1% dan 10%.
Tugas:
1. Lengkapi pengkajian tambahan yang harus dilakukan untuk dapat mengatasi masalah
berdasarkan hasil pendataan PIS-PK di wilayah kerja Puskesmas R
2. Buat diagnosa keperawatan sesuai prioritas
3. Buat perencanaan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah sesuai hasil pendataan
PIS-PK di wilayah kerja Puskesmas R

Jawaban
1. Pengkajian
a. Pemantauan status kesehatan keluarga : 11 desa wilayah kerjanya tersebut dikategorikan Tidak
Sehat ( IKS < 0,500)
b. Penemuan kasus : ASI Ekslusif cakupan PIS-PK (1 %) dan Hipertensi cakupan PIS-PK (10%)
c. Pendataan program kesehatan lain yang terintegrasi dalam kunjungan keluarga
d. Identifikasi keluarga bermasalah kesehatan/berisiko kesehatan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pertumbuhan dan perkembangan bayi berisiko
b. Peningkatan penderita hipertensi berisiko
3. Perencanaan
a. Pertemuan teknis tim Pembina keluarga
b. Penyaiapan sarana dan prasarana untuk kunjungan keluarga
c. Keluarga dengan bayi mendapatkan ASI eksklusif
1) Menjelaskan tujuan dan manfaat ASI eksklusif bagi bayi dan Ibu
2) 2. Menjelaskan risiko jika bayi tidak memperoleh ASI eksklusif
3) Melakukan edukasi dan pendampingan proses pemberian ASI eksklusif: gizi Ibu
menyusui, posisi menyusui, dan perlunya dukungan keluarga
4) Mengadvokasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan/ UKBM
dalam memperoleh dukungan untuk keberhasilan ASI eksklusif
d. Keluarga dengan penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
1) Menjelaskan faktor resiko penyakit hipertensi
2) 2. Menjelaskan gejala penyakit hipertensi
3) Menjelaskan cara mencegah hipertensi misalnya dengan CERDIK
4) Menjelaskan cara mengendalikan hipertensi dengan PATUH
5) Menjelaskan tujuan pengobatan teratur untuk hipertensi
6) Menjelaskan pentingnya mendapat pengobatan teratur untuk hipertensi
7) Menjelaskan risiko / komplikasi jika pengobatan teratur untuk hipertensi tidak
dilakukan
8) Melakukan edukasi dan pendampingan proses pengobatan teratur untuk hipertensi
9) Mengadvokasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dalam
memperoleh pengobatan teratur untuk hipertensi
10) Mengadvokasi keluarga untuk memanfaatkan UKBM dalam pemeriksaan
kesehatan secara rutin
KARTU ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU

Puskesmas Kode

Nama Pasien Telp/Ponsel

Alamat Masalah
Kesehatan

Tanggal Data Diagnosis Rencana Implementasi Evaluasi Petugas


Pengkajian Keperawatan Intervensi S O A P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KARTU ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Puskesmas Kode

Nama Kepala Telp/Ponsel


Keluarga

Alamat Masalah
Kesehatan

Tanggal Data Diagnosis Rencana Implementasi Evaluasi Petugas


Pengkajian Keperawatan Intervensi S O A P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Anda mungkin juga menyukai