Disusun oleh:
ALVON DIKA PRIO
23.0604.0035
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dispepsia adalah sindrom gastrointestinal bagian atas yang umum terjadi
di seluruh dunia. Banyak elemen yang akan dihubungkan, seperti: riwayat
kesehatan, riwayat keluarga, gaya hidup, pola makan atau faktor
psikologis. Gangguan pencernaan diklasifikasikan menjadi organik dan
fungsional. Gejalanya bisa bersifat kronis dan berulang, sehingga
mempengaruhi kualitas hidup pasien (Permatasari, 2017).
Angka gangguan pencernaan di kota-kota besar di Indonesia juga
tergolong tinggi. Menurut penelitian Kementerian Kesehatan RI tahun
2015, angka gangguan pencernaan di Surabaya mencapai 31,2%, Denpasar
46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Pontianak 31,2%,
Medan 9,6% termasuk Aceh. mencapai 31,7%. Jumlah kasus ini mungkin
meningkat setiap tahunnya (Zakiyah et al., 2021).
Terapi komplementer penanganan darah tinggi yang akhir-akhir ini
dikembangkan di Indonesia antara lain: akupresur, yoga, terapi musik, dan
akupunktur. Dengan semakin berkembangnya keinginan masyarakat
khususnya di Indonesia untuk menggunakan terapi komplementer, hal ini
berdampak pada beragam dan variasi terapi yang digunakan. Selain itu,
sepanjang pengetahuan penulis, tidak banyak artikel penelitian yang
membahas tentang terapi komplementer yang digunakan untuk
menurunkan tekanan darah (Nisak Yumnun, Nawangsari, 2021).
B. Tujuan
Mahasiswa mampu mengelola asuhan keperawatan pada Ny. T dengan
diagnosa medis Dyspepsia di ruang Pratama RS Lestari Raharja Magelang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DYSPEPSIA
1. Definisi
Dispepsia adalah sindrom simtomatik yang umum terlihat pada
masyarakat umum dan ditandai dengan nyeri atau ketidaknyamanan
pada ekstremitas atas atau ulu hati (Zakiyah et al., 2021). Dispepsia
adalah sindrom gastrointestinal bagian atas yang umum terjadi di
seluruh dunia. Banyak faktor yang diduga terlibat, seperti riwayat
kesehatan, riwayat keluarga, gaya hidup, pola makan, dan faktor
psikologis.
2. Etiologi
1. Perubahan pola makan
2. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam
waktu yang lama
3. Alkohol dan nikotin rokok
4. Stres
5. Tumor atau kanker saluran pencernaan
3. Patofisiologi
Banyak hipotesis mekanis berbeda telah diajukan untuk dijelaskan
Patogenesis dispepsia. Proses patofisiologi yang paling banyak
dibicarakan yang berpotensi terlibat dalam dispepsia fungsional
adalah: Peranan gangguan motilitas gastroduodenal, Peranan
hipersensitivitas visceral, Peranan faktor psikososial, Peranan asam
lambung, Peranan infeksi Helicobacter pylori, Faktor dietetic, Ambang
rasa persepsi, Disfungsi autonomi, Aktivitas mioelektrik lambung,
Hormonal (Amalia Yunia Rahmawati, 2020).
4. Manifestasi Klinis
1. Nyeri perut (abdominal discomfort)
2. Rasa perih di ulu hati
3. Mual, kadang-kadang sampai muntah
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada dan perut
8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
5. Pathway
6. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan meliputi identitas pasien, keluhan utama,
riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dulu, pemeriksaan
fisik, riwayat kesehatan keluarga, riwayat kehamilan dan kelahiran,
riwayat sosial, kebutuhan dasar.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan SDKI 2017, diagnosa keperawatan yang muncul
yaitu:
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis
BAB III
RESUME KASUS
PEMBAHASAN KASUS
A. DATA UMUM
1. Nama Inisial Klien : Ny. T
2. Umur : 59 tahun
3. Alamat : Kuadaan 011/004 Windusari
4. Agama : Islam
5. Tanggal/ Jam Masuk RS : Sabtu, 07 Oktober 2023/ 21.00 WIB
6. Nomor Rekam Medis : 153419
7. Bangsal : Pratama
B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
1. Health Promotion
a. Kesehatan umum
1) Keluhan umum
Pusing, lemas, nyeri perut
2) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan lemas pusing dan nyeri bagian uluhati
b. Alasan masuk rumah sakit
Pasien mengatakan kepalanya terasa pusing dan perutnya nyeri
1) Tekanan darah : 135/75 mmHg
2) Suhu : 36,5 0C
3) Nadi : 74 x/menit
4) Respirasi : 20 x/menit
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit sebelumnya
d. Kemampuan mengontrol kesehatan
1) Yang dilakukan bila sakit
Pasien mengatakan jika pasien sakit segera periksa ke dokter atau pelayanan
kesehatan terdekat
2) Pola hidup
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien memiliki kebiasaan hidup sehat dan
makan makanan bergizi
3) Faktor sosial ekonomi
Pasien dengan status sosial menengah ke atas. Pasien dirawat dengan BPJS
e. Pengobatan sekarang
No Nama Obat Dosis Rute Kandungan Manfaat
1. Nacl 20 tpm Infus Nacl 500 ml Melarutkan obat suntik dan
(IV) mengganti cairan tubuh
2. Omeprazole 1x1 vial Injeksi Omeprazole 20 Mengurangi produksi asam
(IV) mg lambung
No Nama Obat Dosis Rute Kandungan Manfaat
3. Ketorolac 3x1 Injeksi Ketorolac 1 amp Meredakan nyeri sedang hingga
(IV) berat
2. Nutrition
a. Antropometri
1) BB biasanya : - kg BB sekarang: 55 kg
2) Lingkar perut : 91 cm
3) Lingkar kepala : 55 cm
4) Lingkar dada : 109 cm
5) Lingkar lengan atas : 29 cm
6) Tinggi badan : 158 cm
7) BMI : (BB:TB2 = 55:1,58x1,58 = 55:2,4 = 22,9) normal
b. Biomedical (data lab yang abnormal)
No Pemeriksaan Hasil Satuan Harga Normal
1 Hematokrit 34.2 % 35.0-52.0
c. Clinical (meliputi tanda tanda klinis)
Wajah pucat, konjungtiva anemis, turgor kulit elastis, rambut bersih tampak hitam
beruban
d. Diet (nafsu makan, jenis, frekuensi makanan yang diberikan di rumah sakit)
Pasien mengatakan selama sakit nafsu makan sedikit, jenis yang diberikan adalah
jenis makanan lunak, frekuensi makan 3 x sehari
e. Energy (kemampuan klien beraktivitas)
Kemampuan aktivitas pasien terbatas selama sakit
f. Factor (penyebab masalah nutrisi)
Tidak ada masalah gangguan nutrisi
g. Penilaian status gizi
Penilaian status gizi berdasarkan IMT pasien dalam kategori IMT normal yaitu
dengan nilai. Dihutung dari TB: 158 cm dan BB: 55 kg.
h. Cairan masuk
Pasien memiliki perhitungan cairan yang masuk ke dalam tubuh yaitu melalui
1) Infus : 500 ml/hari
2) Cairan Metabolisme : 1000 ml/hari
3) Makan : 150 cc /hari
i. Cairan keluar
Pasien memiliki perhitungan cairan yang keluar yaitu
1) Urine : 600 cc/hari
2) Muntah :-
3) IWL anak :-
j. Penilaian status cairan (balance cairan)
Cairan inteks-cairan output = 1650-600= +1050
k. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : tidak adanya luka atau pembengkakan pada abdomen
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut
Perkusi : terdengar thympani
3. Elimination
a. Sistem urinari
1) Pola pembuangan urin (frekuensi, jumlah, ketidaknyamanan)
Frekuensi BAK pasien satu hari 3x pasien dengan volume kurang lebih 600
cc/hari, pasien tidak menggunakan pampers, pasien tidak mengalami
ketidaknyamanan dalam pola pembuangan urine
2) Riwayat kelainan kandung kemih
Pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat kelainan pada kandung kemih
3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau)
Jumlah urine yang dikeluarkan pasien 600 cc/hari, warna kuning pekat dan bau
khas urin
4) Distensi kandung kemih/retensi urine
Pasien tidak mengalami distensi kandung kemih dan retensi urin
a. Sistem gastrointestinal
1) Pola eliminasi
Pasien mengatakan pasien BAB 1x selama dirawat
2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi
Pasien mengatakan pasien tidak mengalami konstipasi
b. Sistem integument
1) Kulit (integritas kulit/ hidrasi/ turgor/ warna/ suhu)
Integritas kulit baik, tidak tampak hidrasi, turgor kulit elastis, warna kulit sawo
matang, akral teraba hangat, dengan suhu tubuh 36.5 0C.
4. Activity/rest
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : pasien mengatakan tidak mempunyai jam tidur diwaktu tertentu,
jam tidur pasien normal seperti pada umumnya
2) Insomnia : pasien mengatakan tidak mempunyai gangguan tidur
b. Pertolongan untuk merangsang tidur : pasien mengatakan tidak ada
pertolongan untuk merangsang tidur pasien
c. Aktivitas
1) Pekerjaan : ibu rumah tangga
2) Kebiasaan olah raga : pasien mengatakan aktif melakukan aktivitas
3) ADL
a) Makan : selama sakit pasien dengan bantuan keluarga
b) Toileting : selama sakit pasien dengan bantuan keluarga
c) Kebersihan : selama sakit pasien dengan bantuan keluarga
d) Berpakaian : selama sakit pasien dengan bantuan keluarga
e) Bantuan ADL : selama sakit pasien dengan bantuan keluarga
d. Kekuatan otot :
5 5
5 5
1) ROM : aktif
e. Resiko cedera : pasien tidak beresiko cedera
f. Cardio respons
1) Penyakit jantung : pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung
2) Edema ekstremitas : pasien tidak terdapat edema ekstremitas
3) Tekanan darah dan nadi
Berbaring : 135/75 mmHg
Duduk : 135/75 mmHg
4) Tekanan vena jugularis : tidak tampak tekanan pada vena jugularis
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : kedua dinding dada tampak simetris, ictus tampak pada
ruang intercostal IV
b) Palpasi : denyut nadi normal 74 x/menit, ictus cordis teraba diruang
interkosta kiri, tidak teraba getaran/thrill
c) Perkusi : terdengar redup, tidak terdengar kenaikan dan penurunan
volume suara
d) Auskultasi : terdengar nadi pada arteri carotis
g. Pulmonary respon
1) Penyakit sistem pernapasan : pasien mengatakan tidak sesak napas
2) Penggunaan O2 : pasien tidak terpasang O2
3) Kemampuan bernapas : pasien bernapas dengan frekuensi
pernapasan 20 x/menit
4) Gangguan pernafasan : pasien tidak mengalami sesak napas
5) Pemeriksaan paru-paru
Inspeksi : pasien tidak tampak peningkatan frekuensi napas, RR normal 20
x/menit, tidak terdapat penggunaan otot-otot bantu pernafasan
Palpasi : tidak terdapat adanya nyeri tekan di area dada
Perkusi : terdengar sonor
Auskultasi : pernapasan pasien terdengar vasikuler
5. Percepception/cogintion
a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : lulus
2) Kurang pengetahuan : cukup
3) Pengetahuan tentang penyakit : pasien mengatakan belum memahami
sepenuhnya tentang penyakit yang dialami pasien
4) Orientasi : pasien berorientasi dengan baik
b. Sensasi persepsi
1) Riwayat penyakit jantung : pasien sebelumnya tidak memiliki riwayat
penyakit jantung
2) Sakit kepala : pasien mengatakan tidak sakit kepala
3) Penggunaan alat bantu : pasien tidak tampak menggunakan alat bantu
4) Pengindraan : kemampuan dalam pengindraan pasien normal
c. Comunication
1) Bahasa yang digunakan : bahasa yang digunakan pasien adalah bahasa jawa
dan indonesia
2) Kesulitan berkomunikasi : pasien tidak tampak adanya kesulitan dalam
komunikasi, pasien berorientasi dengan baik dan tampak kooperatif
6. Self Perception
a. Perasaan cemas/takut : pasien tidak tampak ada rasa takut
b. Perasaan putus asa/ kehilangan : pasien tidak memiliki perasaan putus asa
c. Keinginan untuk mencederai : pasien tidak ada keinginan mencederai
d. Adanya luka/cacat : pasien tidak tampak adanya luka
7. Role relationship
a. Status hubungan : pasien sudah menikah
b. Orang terdekat : pasien memiliki orang terdekat yaitu suami
c. Perubahan konflik/peran : tidak terdapat perubahan konflik/peran
d. Perubahan gaya hidup : perubahan gaya hidup pasien mulai berubah saat
pasien sakit
e. Interaksi dengan orang lain: pasien mampu berinteraksi dengan orang lain
8. Sexuality
a. Masalah/disfungsi seksual : tidak memiliki masalah seksual
b. Periode menstruasi : pasien sedang tidak menstruasi
c. Metode KB yang digunakan : pasien sedang tidak menggunakan KB
9. Coping/Stress Tolerance
a. Rasa sedih/ takut/ cemas : pasien tidak ada rasa takut saat dirawat di
RS
b. Kemampuan untuk mengatasi : pasien dalam mengatasi cemas dengan
dampingan keluarga
c. Perilaku yang menampakkan cemas : pasien menunjukkan perilaku gelisah
dan cemas akibat ketidaknyamanan dengan sakit yang dialaminya
10. Life Principle
a. Kegiatan keagamaan yang diikuti : pasien belum rutin mengikuti
kegiatan keagamaan karena bekerja
b. Kemampuan untuk berpartisipasi : kemampuan partisipasi pasien
selama sakit menurun
c. Kegiatan kebudayaan : pasien belum rutin mengikuti
kegiatan kebudayaan karena sakit
d. Kemampuan memecahkan masalah : pasien belum memiliki kemampuan
dalam memecahkan masalah
11. Safety/Protection
a. Alergi :pasien tidak memiliki tanda alergi
b. Penyakit autoimune :pasien tidak memiliki riwayat penyakit autoimun
c. Tanda infeksi :pasien tidak memiliki tanda infeksi
d. Gangguan thermoregulasi :pasien tidak mengalami gangguan
0
termoregulasi, suhu pasien 36.5 C.
12. Comfort
a. Kenyamanan/nyeri (PQRST) : pasien mengatakan nyeri bagian uluhati
P(nyeri uluhati disebabkan gangguan pencernaan), Q(nyeri seperti ditusuk),
R(pada uluhati), S(skala 6), T(hilang timbul)
b. Rasa tidak nyaman lainnya : pasien tidak nyaman pada tangan yang
diinfus
c. Gejala yang menyertai : pasien tampak gelisah dan cemas
13. Growth/development
a. Pertumbuhan dan perkembangan : pasien tidak mengalami gangguan tumbuh
kembang
b. DDST (form dilampirkan) : tidak terdapat form DDST
c. Terapi bermain : pasien tidak mendapatkan terapi bermain
C. DATA LABORATORIUM
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan menerapkan asuhan keperawatan pada kasus Ny. T dengan
keluhan lemas, pusing, nyeri perut. Diberikan asuhan keperawatan selama
3x24 jam dengan Diagnosa Keperawaan yaitu Nyeri Akut b.d Agen
Pencedera Fisiologis (D.0077) dapat memberikan penanganan pada Ny. T,
yang dapat dilihat pada perkembangan implementasi yang semakin
membaik.
B. Saran
Kami sangat berharap untuk tenaga medis dan layanan kesehatan, agar
selalu memberikan pelayanan semaksimal mungkin terhadap pasien, dan
selalu menerapkan standar operasional prosedur supaya dari pihak perawat
maupun pasien tetap terjaga keamanannya, dan terhindar dari mal praktek.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2017), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. PPNI (2017), Standar Luaran
Keperawatan Indonesia. PPNI (2017), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Zakiyah, W., Eka Agustin, A., Fauziah, A., Sa’diyyah, N., & Ibnu Mukti, G. (2021).
Definisi, Penyebab, Klasifikasi, dan Terapi Sindrom Dispepsia. Jurnal Health Sains,
2(7), 978–985. https://doi.org/10.46799/jhs.v2i7.230