Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


DENGAN DIAGNOSA MEDIS DISPEPSIA SINDROM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu


Praktek Klinik Keperawatan Kegawatdaruratan dan Manajemen Bencana
Di IGD
RSUD Lawang

Oleh:
NAMA : Alfinda Karisma. W
NIM : P17210193092
KELAS : 3B

PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
I. Definisi

Dispepsia adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri atau
rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau ulu hati (Irianto, 2015).
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys- (buruk) dan –peptin yang
berupa Pencernaan (Abdullah, 2012). Dispepsia merupakan suatu kumpulan
gejala atau sindrom yang meliputi nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati,
kembung, mual, muntah, sendawa, terasa cepat kenyang, perut terasa penuh
atau begah. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan proses
metabolisme yang mengacu pada semua reaksi biokimia tubuh termasuk
kebutuhan akan nutrisi (Ristianingsih, 2017). Dispepsia merupakan istilah yang
digunakan untuk suatu sindrom atau kumpulan gejala/keluhan yang terdiri dari
nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa,
rasa cepat kenyang, perut rasa penuh/begah (Putri dkk, 2016).

II.Patofisiologi

A. Etiologi

1. Perubahan pola makan

2. Pengaruh obat-obatan yang dikonsumsi secara berlebihan dan dalam


waktu yang lama

3. Alkohol dan nikotin rokok

4. Stress

5. Tumor atau kanker saluran pencernaan

B. Tanda dan Gejala

1. Nyeri perut (abdominal discomfort)

2. Nyeri di ulu hati

3. Mual, muntah

4. Nafsu makan berkurang

5. Mudah kenyang
6. Perut kembung

7. Rasa panas di dada dan perut

8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

C. Masalah Keperawatan

1. Nyeri akut

2. Risiko hypovolemia

3. Risiko defisit nutrisi

III. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk


menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets
mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium
dalam batas normal.

2. Radiologis

Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran


makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap
saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.

3. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)

Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran


endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.

4. USG (ultrasonografi)

Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin faatkan untuk
membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak
menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi
klien yang beratpun dapat dimanfaatkan.

IV. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan non farmakologis

a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung

b. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat


obatan

yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres

c. Atur pola makan.

2. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:

Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung)

golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan

prokinetik (mencegah terjadinya muntah).

V. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian Fokus

1. Keluhan Utama

Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping dada depan
epigastrium, mual, muntah dan tidak nafsu makan, kembung, rasa kenyang

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis, riwayat


minum-minuman beralkohol

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit saluran
pencernaan 4. Pola aktivitas

Pola makan yaitu kebiasaan maakn yang tidak teratur, makan makanan yang
merangsang selaput mukosa lambung, berat badan sebelum dan sesudah sakit.

5. Aspek Psikososial
Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya masalah
interpersonal yang bisa menyebabkan stress 6. Aspek Ekonomi Jenis
pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal, hal-hal
dalam pekerjaan yang mempengaruhi stress psikologis dan pola makan

7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik head to toe

a. Kulit

Kulit tampak simetris, kebersihan kulit baik, kulit teraba agak lembab, tidak
terdapat lesi atau luka pada kulit, turor kulit kembali ± 2 detik, kulit teraba
hagat dengan suhu 38°C, warna kulit kuning langasat.

b. Kepala dan Leher

Tekstur kepala dan leher tampak simetris, kebersihan kulit kepala baik tidak
terapat ketombe, persebaran rambut merata, warna rambut hitam, tidak ada
benjolan pada kepala, pada leher tidak ada pembeasran kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe, leher dapat digerakkan ke kanan dan ke kiri.

c. Penglihatan dan Mata

Struktur mata tampak simetris, kebersiahn mata baik (tidak ada secret yang
menempel paa mata), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada
kelainan pada mata seperti strabismus (juling), mata dapat digerakan kesegala
arah, tidak ada kelainan dalam penglihatan, kilen tidak menggunakan alat
bantu penglihatan seperti kacamata

d. Penciuman dan Hidung

Struktur hidung tampak simetris, kebersiahn hidnubg baik, tidak ada secret
didalam hidung, tidak ada peradangan, perdarahan, dan nyeri, fungsi
penciuman baik (dapat membedakan bau minyk kayu putih denga alkohol)

e. Pendengaran dan Telinga

Struktur telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga baik, tidak ada
serumyang keluar, tidak ada peradangan, perdarahan, dan nyeri, klien
mengtakan telinganya tidak berdengun, fungsi pendengaran baik(kilen dapat
menjawab pertanyaan dengan bai tanpa harus mengulang pertanyaan), klien
tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

f. Mulut dan Gigi

Struktur mulut dan gigi tampak simetris, mukosa bibir tampak kering,
kebersihan mulut dan gigi cukup baik, tidak terapat peradangan dan
perdarahan pada gusi, lidah tapak bersih dan klien tidak meggunakan gigi
palsu.

g. Dada

Pernafasan dan Sirkulasi Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 20x/menit,


tidak ada nyeri tekan pada dada, klien bernafas melalui hidung, tidak ada
terdengar bunyi nafas tambahan seperti wheezing atau ronchi, CRT kembali ±
3 detik.

h. Abdomen

Struktur abdomen simetris, abdomen tampak datar(tidak ada benjolan), saat


diperkusi terdenagr bunyi hipertimpani.Klien mengatakan perutnya terasa
kembung, saat dipalpasi terdapat nyeri tekan, klien mengatakan nyeri
didaerah abdomen pada bagin atas. Klien mengatakn skala nyerinya 3 dan
seperi disuk-tusuk, serta nyerinya bisa berjam-jam.

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

1. Nyeri akut ( D.0077) b.d iritasi pada mukosa lambung.

2. Risiko hypovolemia (D.0034) d.d mual, muntah

3. Risiko defisit nutrisi (D.0032) d.d anoreksia, ketidakmampuan


mencerna makanan

C. Rencana Keperawatan

1. Nyeri Akut

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3 jam maka masalah
nyeri akut dapat teratasi

Kriteria hasil:

-Keluhan nyeri menurun

-Meringis menurun

-Gelisah menurun

Rencana Keperawatan

Manajemen nyeri (I.08238)

Observasi

a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, skala


nyeri

b. Identifikasi respon nyeri non verbal

Terapeutik

c. Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi nyeri

d. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

e. Jelaskan strategi meredakan nyeri

Kolaborasi

f. Kolaborasi pemberian analgetik

2. Risiko hypovolemia

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3 jam maka masalah


resiko hypovolemia tidak terjadi

Kriteia hasil:
-Suhu tubuh membaik

-Output urin meningkat

Rencana Keperawatan

Manajemen hypovolemia (I.03116)

Observasi

a. Periksa tanda dan gejala hypovolemia

Terapeutik

b. Hitung kebutuhan cairan

Edukasi

c. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

Kolaborasi

d. Kolaborasi pemberian IV isotonis

e. Kolaborasi pemberian IV hipotonis

3. Resiko deficit nutrisi

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3 jam maka masalah


resiko deficit nutrisi tidak terjadi

Kriteria hasil:

-Porsi makan yang dihabiskan meningkat

-Nafsu makan meningkat

Rencana Keperawatan

Manajemen nutrisi (I.03119)

Observasi

a. Identifikasi status nutrisi


b. Monitor asupan makan

c. Monitor berat badan

Terapeutik

d. Fasilitasi menentukan pedoman diet

Edukasi

e. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jenis nutrient yang


dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA

PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Cetakan III.


Jakarta
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Abdullah. 2012. Dispepsia Dalam Cermin Dunia Kedokteran. Vol.39 No.9.
Fithriyana R. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Dispepsia Pada Pasien. Vol.2 No.2.

Anda mungkin juga menyukai