M DENGAN
RSUP.PROF.DR.R.D.KANDOU MANADO
Disusun oleh:
NIM: 711440119042
DIII KEPERAWATAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dispepsia merupakan isitilah yang digunakan untuk suatu sindrom (kumpulan gejala atau keluhan) yang
terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati (daerah lambung), kembung, mual, muntah,
sendawa, rasa cepat kenyang, dan perut terasa penuh. Keluhan ini tidak selalu ada pada setiap
penderita. Bahkan pada seorang penderita, keluhan tersebut dapat berganti atau bervariasi, baik dari
segi jenis keluhan maupun kualitas keluhan. Jadi,dispepsia bukanlah suatu penyakit, melainkan
merupakan kumpulan gejala ataupun keluhan yang harus dicari penyebabnya (Sofro dan Anurogo,
2013).
Kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani, “dys” yang berarti jelek atau buruk dan “pepsia” yang berarti
pencernaan, jika digabungkan dispepsia memiliki arti indigestion atau kesulitan dalam mencerna. Semua
gejala-gejala gastrointestinal yang berhubungan dengan masukan makanan disebut dispepsia,
contohnya mual, nyeri epigastrum, rasa tidak nyaman, atau distensi. (Djojoningrat, 2014).
Dispepsia adalah suatu istilah yang merujuk pada gejala abnormal di perut bagian atas. Istilah ini biasa
pula digunakan untuk menerangkan bebagai keluhan yang dirasakan di abdomen bagian atas.
Diantaranya adalah rasa nyeri ataupun rasa terbakar di daerah epigastrum (ulu hati), perasaan penuh
atau rasa bengkak di perut bagian atas, sering sendawa, mual, ataupun rasa cepat kenyang. Dispepsia
sering juga dipakai sebagai sinonim dari gangguan pencernaan (Herman, 2004).
Menurut penulis Dispepsia adalah suatu sindrom suatu keadaan dimana adanya perasaan tidak nyaman
atau nyeri pada saluran pencernaan bagian atas yang disertai dengan mual dan muntah, perut terasa
panas , dan sakit perut.
B. Etiologi
2. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama
4. Stres
C. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan
alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung
akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara
dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
Phatway
Dispepsia
organik
D. Tanda dan Gejala
E. Penatalaksanaan Medik
F. Test Diagnostik
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya pada sindrom
dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan,
maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi,
USG, dan lain-lain.
i. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab
organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional
biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
ii. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit disaluran makan. Setidak-tidaknya
perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya
menggunakan kontras ganda.
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat
tidak spesifik.
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin faatkan untuk membantu menentukan
diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap
saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada studi kasus ini adalah
Bagaimana asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan :
Dispepsia di ruangan irina C2 RSUP.Prof.DR. D.R. Kandou Manado
C. TUJUAN
D. MANFAAT
kasus ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca mengenai realitas konsep asuhan keperawtan pada klien dengan gangguan saluran
pencernaan
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. DATA DEMOGRAFI
A. Biodata
1. Nama :Ny.M.M
8. Pekerjaan :IRT
: metoclopramide IV 1 ampul
Ketorolac IV 1 ampul
Sucralfact PO 10 cc
Lansoprazole IV 1 ampul
B. Penanggung jawab
1. Nama :Nna.M
2. Usia :29 tahun
B. KELUHAN UTAMA
C. RIWAYAT KESEHATAN
Pasien mengeluh nyeri uluhati 1 hari sebelum masuk rumah sakit.hilang timbul
P: penyebab nyeri yang dirasakan klien karena pola makan yang tidak sehat.
S: skala nyeri 3
klien.
E. Genogram
Ket:
=perempuan = klien
=perempuan meninggal
F. PEMERIKSAAN FISIK
B. Tanda-tanda vital
1. Suhu :36,7 C
2. Nadi :86x/menit
3. Pernafasan :24x/menit
1. Kepala
2. Mata
Inspeksi :simetris kiri dan kanan,tidak ada kelainan pada mata,tidak ada
3. Hidung
Inspeksi :tidak ada kelainan bentuk pada hidung,tidak ada pendarahan,tidak ada
ingus
5. Leher
6. Thoraks
Inspeksi : simetris kiri dan kanan,tidak ada lesi,tidak ada otot bantu pernafasan.
Palpasi :tidak teraba benjolan pada dada,suhu teraba sama kiri dan kanan.
7. Abdomen
Inspeksi :abdomen tampak datar,tidak ada pembesaran,tidak ada bekas operasi dan
ditemukan kelainan pada kedua tangan,tidak ada edema dan turgor kulit baik.
Setelah MRS: klien mengatakan mampu melakukan kegiatan tetapi ada beberapa
G. AKTIVITAS SEHARI-HARI
BB: 55 KG
TB: 157cm
3. Pola Eliminasi
Sebelum MRS:
Setelah MRS:
4. Pola Aktivitas
dan penciuman
dan penciuman
8. Pola seksualitas-reproduksi:
Pasien mengatakan sudah lupa usia pertama kali haid, pasien sudah memiliki 3 orang
anak
H. TEST DIAGNOSTIK
Ketorolac 1 ampul IV
Sucralfa 10 cc PO
Lansoprazole 1 ampul IV
J. ANALISA DATA
S: skala nyeri 3
DO:
2.Nadi :86x/menit
3.Pernafasan :24x/menit Ketidakmampuan mencerna
Defisit nutrisi
Intoleransi
aktivitas
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
berkurang Teraupetik
3. Mual berkurang -berikan teknik non farmakologis
meredahakan nyeri.
Edukasi
pemicu nyeri.
mandiri
secara tepat
Kolaborasi
perlu.
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Observasi
labolatorium
Terupetik
mencegah konstipasi
tinggi protein.
Kolaborasi
sebelum makan.
1. Kolaborasi
keperawatan Tanggal,jam
(D.0077) Nyeri akut Kamis,6 mei S: nyeri perut dan lemah
-menganjurkan istrahat
No. Dx Diagnosa Hari, imeplementasi Evaluasi
keperawatan tanggal,jam
(D.0077) Nyeri akut Jumat, -mengontrol ku:lemah , kes: S: nyeri perut dan
istrahat intervensi
-membatasi aktivitas
-menganjurkan relaksasi
nafas dalam
-menganjurkan istrahat
(D.0019) Defisit nutrisi
ditandai dengan
ketidakmampuan
mencerna
makanan
(D.0056) Intoleransi
aktivitas ditandai
imobilitas