Anda di halaman 1dari 6

F.6.

Usaha Kesehatan Masyarakat


Upaya Pengobatan Dasar
Puskesmas Kutoarjo, Kab. Purworejo
Oktober 2019 - Februari 2020

DYSPEPSIA
dr. Edwin Prakoso

Latar Belakang Kasus dispepsia sering dijumpai dokter dalam menjalankan profesinya
sehari-hari. Angka kejadian dispepsia di masyarakat masih tinggi dan
tidak mengenal usia.

Dispepsia biasanya ditujukan untuk kumpulan gejala klinis berupa rasa


tidak nyaman atau nyeri pada epigastrium setelah makan, umumnya
karena terganggunya fungsi pencernaan yang disertai keluhan lain
seperti perasaan panas di dada (heart burn), regurgitasi, kembung
(flatulensi), disertai suara usus yang keras (borborigmi), perut terasa
penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa
keluhan lainnya.

Dispepsia dibagi menjadi dua jenis, yaitu dispepsia organik dan


dispepsia fungsional. Dispepsia organik apabila penyebabnya telah
diketahui dengan jelas sedangkan dispepsia fungsional merupakan
dispepsia yang tidak ada kelainan organik tetapi merupakan kelainan
fungsi dari saluran makanan.

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya dispepsia, yaitu


pengeluaran asam lambung berlebih, pertahanan dinding lambung yang
lemah, infeksi Helicobacter pylori, gangguan gerakan saluran
pencernaan dan gangguan kecemasan.

Dispepsia merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, namun


dispepsia fungsional dilaporkan berhubungan dengan gangguan
kecemasan dan depresi, dapat diikuti nyeri kepala, dan anggota tubuh
lainnya. Hal ini menyebabkan seseorang dirawat atau mendapat
pelayanan kesehatan, gangguan tidur, serta meningkatnya secara
signifikan jumlah ketidakhadiran.
Salah satu faktor yang berperan dalam dispepsia fungsional adalah pola
makan. Selain jenis –jenis makanan yang dikonsumsi, ketidakteraturan
makan, pola makan yang buruk, tergesa – gesa dan jadwal yang tidak
teratur dan tindakan remaja putri seperti memanipulasi jadwal makan
sehingga terjadi waktu jeda yang panjang antara jadwal makan dapat
menyebabkan dispepsia. Pada usia remaja sering terjadi gangguan
seperti anoreksia nervosa.

Oleh sebab itu, dispepsia yang sering dianggap sepele pada masyarakat
umum sebetulnya memerlukan pemantauan klinis apabila kejadiannya
terjadi berulang khususnya pada usia remaja sebelum keluhan pasien
tersebut semakin memberat dan jatuh kedalam anoreksia nervosa.
Permasalahan Identitas
Nama : Nn. DN
Usia : 17 tahun
Alamat : Seneo Seleman Timur, Kutoarjo
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal pemeriksaan : 28 Oktober 2019

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 28 Oktober
2019 di Poliklinik Umum Puskesmas Kutoarjo
- Keluhan Utama
Perut Sesak dan sebah

- Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan perut sebah yang dirasakan sejak 1
hari yang lalu. Kurang lebih sejak 1 bulan yang lalu pasien sering
mengeluh nyeri ulu hati. Nyeri hilang timbul. Nyeri hilang sesudah
makan. Mual ada, muntah ± 3 kali sejak tadi pagi, perut rasa penuh,
cepat kenyang jika makan, dan sering sendawa.

- Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Riwayat hipertensi : disangkal
c. Riwayat DM : disangkal
d. Riwayat sakit jantung : disangkal
e. Riwayat alergi : disangkal

- Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya

- Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Riwayat hipertensi : disangkal
c. Riwayat DM : disangkal
d. Riwayat sakit jantung : disangkal

- Riwayat Gizi
Pasien sehari –hari makan dengan nasi sayur satu-dua kali sehari@ 1
piring dengan lauk tahu tempe, kadang telur. Pasien mengaku
terkadang malas makan dan tidak memiliki jadwal makan yang
teratur. Terkadang jika tidak sempat makan, pasien hanya minum teh
manis.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2019
- Keadaan Umum : sakit ringan, compos mentis
- Tanda Vital
a. Tekanan darah : 90/60 mmHg
b. Nadi : 75 x / menit
c. Laju Napas : 18 x / menit
d. Suhu : 36,6⁰C
e. Berat Badan : 52 kg
f. Tinggi Badan : 165 cm
g. Status Gizi : 19,1 (normoweight)
- Status Generalis
a. Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), Sklea ikterik (-/-)
b. Leher : Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cm H2O
c. Thoraks : bentuk normochest, simetris, retraksi intercostal (-)
Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : HR 75 x/m, BJ I-II normal regular, murmur(-),
gallop (-)
Pulmo : Inspeksi : simetris, sela iga tidak melebar, pengembangan
dada simetris kanan = kiri.
Palpasi : nyeri tekan (-), stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+) normal, wheezing (-/-), ronkhi
(-/-)
d. Abdomen :
Inspeksi : venektasi (-), sikatrik (-)
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani, ascites (-), undulasi (-)
e. Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
f. Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik

Perencanaan dan DIAGNOSIS


Dyspepsia
Pemilihan
Intervensi TATALAKSANA
R/ Antasida doen 200 mg No. X
S 3 dd tab I
R/ Metoclopramid 10 mg No. X
S 3 dd tab I

Edukasi :
a. Makan sedikit tapi frekuensi sering
b. Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan
isi lambung (coklat, keju, dan lain-lain).
c. Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis,
kentang, melon, semangka, dan lain-lain).
d. Hindari makanan yang terlalu pedas.
e. Hindari minuman dengan kadar caffeine, soda dan alkohol.
f. Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung, misalnya yang
mengandung ibuprofen, aspirin, naproxen, dan ketoprofen..
g. Kelola stress psikologi se-efisien mungkin.
h. Hindari makan sebelum waktu tidur.
i. Hindari faktor-faktor yang membuat pencernaan terganggu, seperti
makan terlalu banyak, terutama makanan berat dan berminyak,
makan terlalu cepat, atau makan sesaat sebelum olahraga.

Pelaksanaan Anamnesis, pemeriksaan fisik dan upaya pengobatan dasar dilaksanakan


di Puskesmas Kutoarjo pada tanggal 28 Oktober 2019. Sebelum
memulai kegiatan, terlebih dahulu meminta persetujuan dan kesediaan
pasien untuk mengikuti alur upaya pengobatan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pengobatan.

Upaya pengobatan
Setelah dilakukan anamnesis, didapatkan hal – hal yang mendukung
penegakan diagnosis diantaranya: Pasien datang dengan keluhan perut
sebah yang dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Kurang lebih sejak 1 bulan
yang lalu pasien sering mengeluh nyeri ulu hati. Nyeri hilang timbul.
Nyeri hilang sesudah makan. Mual ada, muntah ± 3 kali sejak tadi pagi,
perut rasa penuh, cepat kenyang jika makan, dan sering sendawa.

Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik pada abdomen ditemukan bising usus meningkat dan
terdapat nyeri tekan di bagian epigastrium.

Diagnosis sementara :
Dyspepsia

Pengobatan dasar yang diberikan :


R/ Antasida doen 200 mg No. X
S 3 dd tab I
R/ Metoclopramid 10 mg No. X
S 1 dd tab I
Monitoring dan Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah keluhan
Evaluasi yang dialami sudah berkurang atau belum. Diperiksa apakah masih ada
nyeri tekan epigastrium. Ditanyakan apakah obat masih ada atau tidak.
Pasien juga diminta untuk melakukan pemeriksaan endoskopi di rumah
sakit untuk mengetahui keadaan lambung dan usus bila ternyata keluhan
semakin berulang dan memberat.
Dokumentasi

Komentar / saran pendamping :

Kutoarjo, 28 Oktober 2019


Peserta Pendamping

dr. Edwin Prakoso dr. Hendi Rastiawan

Anda mungkin juga menyukai