Anda di halaman 1dari 3

Deteksi Dini Stunting di Posyandu Dahlia, Desa Ampalu, Kota Pariaman

Hari Kesehatan Nasional tahun 2019 mengangkat salah satu isu yang sedang menjadi
perhatian pemerintah yaitu masalah stunting. Stunting merupakan suatu kondisi kronis yang
menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Kekurangan
gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada awal bayi baru lahir. Kondisi Stunting baru
akan tampak setelah bayi berusia 2 tahun. Stunting adalah balita dengan panjang badan
(PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standard batas (z-
score) <-2 SD sesuai panduan WHO Child Growth Standard. Balita tergolong Stunting
apabila panjang atau tinggi badan menurut umurnya rendah dari standar nasional yang
berlaku.
Stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena dapat menghambat
perkembangan fisik dan mental anak. Stunting berkaitan dengan peningkatan risiko kesakitan
dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan motorik dan mental. Stunting
yang terjadi pada balita disebabkan oleh bebrapa faktor diantaranya akibat status ekonomi
keluarga, ASI eksklusif, status imunisasi, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan BBRL.
Deteksi dini stunting sebaiknya mulai dilakukan pada awal kehamilan sampai anak
berusia dua tahun (periode 1000 Hari Pertama Kehidupan) merupakan periode kritis
terjadinya gangguan pertumbuhan, termasuk perawakan pendek. Pada periode seribu hari
pertama kehidupan ini, sangat penting untuk dilakukan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan secara berkala dan tentu saja pemenuhan kebutuhan dasar anak yaitu nutrisi,
kasih sayang, dan stimulasi.
Seorang anak diklasifikasikan sebagai perawakan pendek jika panjang badan atau tinggi
badan menurut umur berada dibawah Zscore –2 WHO Growth Standard. Perawakan sangat
pendek jika panjang badan atau tinggi badan menurut umur berada dibawah Zscore –3 WHO
Growth Standard. Stunting jika perawakan pendek tersebut disebabkan oleh kondisi
kesehatan atau nutrisi yang suboptimal. 

Permasalahan
Data pravelensi balita stunting di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 36,4% termasuk ke
dalam negara ketiga dengan pravelensi tertinggi di regional Asia Tenggara. Angka prevalensi
stunting di Sumatera pada Tahun 2017 adalah 28,4% yang berarti terjadi peningkatan sebesar
4% dari keadaan tahun 2016 (24,4%).
Persiapan
 Mengumpulkan data BB dan TB seluruh anak dan bayi di wilayah kerja Puskesmas
Naras dengan perawakan pendek kepada staff bagian Gizi Puskesmas Naras
 Menyiapkan kurva z-score WHO

Pelaksanaan
Tempat: Puskesmas Naras
Tanggal: 8 Maret 2021
Waktu: 08.00 hingga 10.00 WIB
Target: Seluruh bayi dan anak-anak di bawah 2 tahun dengan TB/U < -2 berdasar kurva z-
score WHO

Kegiatan:
Mendeteksi dini stunting di Posyandu Dahlia dengan menganalisis data di atas dengan TB/U
< -2 berdasar kurva z-score WHO pada anak usia di bawah 2 tahun. Sehingga didapatkanlah
2 kasus kemungkinan akan berujung stunting sebagai berikut
1. Khazana Maira Ali Gustina
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 14 Agustus 2019
Alamat : Bypass Ampalu Dusun Timur
BB : 6,5 kg
BB/U : z-score < -3  gizi buruk
TB : 74 cm
TB/U : z-score < -2  pendek
2. Amara Khaila Mahren
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 21 Juli 2019
Alamat : Dusun Barat
BB : 8 kg
BB/U : z-score < -2  gizi kurang
TB : 74 cm
TB/U : z-score < -2  pendek
Monitoring dan Evaluasi
- Dari hasil pemeriksaan berat badan dan tinggi badan terdapat 2 orang bayi yang akan
jatuh menjadi stunting di Posyandu Dahlia.
- Kurangnya kesadaran orang tua untuk melakukan pemeriksaan status gizi berkala ke
Posyandu Dahlia ataupun Puskesmas Naras untuk pencegahan stunting.

Anda mungkin juga menyukai