Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN MINI PROJECT

UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN MINAT IBU HAMIL

TENTANG KB PASCA PERSALINAN

DI PUSKESMAS OLAK KEMANG

Disusun Oleh:
dr. Egy Zella Hasnesia
dr. Nur Ilmi Sofiah

Pendamping
dr.Ratna Sugiati

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS OLAK KEMANG KOTA JAMBI
2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN MINAT IBU HAMIL


TENTANG KB PASCA PERSALINAN DI PUSKESMAS OLAK KEMANG

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas


Program Internship Dokter Indonesia
Puskesmas OlakKemang Kota Jambi

Disusun Oleh:
dr. Egy Zella Hasnesia
dr. Nur Ilmi Sofiah

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Pendamping

dr. Ratna Sugiati

2
KATA PENGANTAR

`Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan mini
project ini yang berjudul “Upaya Meningkatkan Pengetahuan dan Minat Ibu Hamil
Tentang Kb Pasca Persalinan Di Puskesmas Olak Kemang”.

Adapun mini project ini dibuat untuk memenuhi tugas program internsip dokter
Indonesia yang ditempatkan di Puskesmas Olak Kemang. Dalam kesempatan ini,
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Ratna Sugiati, selaku kepala Puskesmas Olak Kemang sekaligus dokter
pendamping yang telah membimbing dan member arahan selama penulis bertugas
sebagai dokter internsip di Puskesmas Olak Kemang.

2. Seluruh staf di Puskesmas Olak Kemang.

Penulis menyadari bahwa mini project ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
berharap saran dan kritikan yang membangun untuk penyempurnaan mini project ini.

Jambi, Agustus 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………….…..…1
Lembar Pengesahan……………………………………………………….……..……2
Kata Pengantar…………………………………………………………….…..………3
Daftar Isi……………………………………………………………………..………..4
BAB I Pendahuluan .................................................................................................... 6
1.1 Latar belakang ......................................................................................................... 6
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 9
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 9
1.4 Manfaat ................................................................................................................... 9
BAB II Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 11
2.1 Definisi KB ........................................................................................................ 11
2.2 Tujuan Program KB ........................................................................................... 11

2.3 Ruang Lingkup Program KB ............................................................................. 11


2.4 Definisi Kontrasepsi .......................................................................................... 13
2.5 Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi ............................................................... 14
2.6 Memilih Metode Kontrasepsi ........................................................................... 14
2.7 Macam-macam Kontrasepsi .............................................................................. 15
2.8 Definisi Kontrasepsi Hormonal ......................................................................... 16
2.9 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal ........................................................ 16
BAB III Evaluasi Program ....................................................................................... 22
3.1 Identifikasi Cakupan Program ........................................................................... 24
3.2 Kerangka pikir masalah ..................................................................................... 26
BAB IV Metode Diagnosis Komunitas .................................................................... 27
4.1 Rancangan Diagnosis komunitas...................................................................... 27
4.2 Indikator Keberhasilan ..................................................................................... 29
4.3 Pengumpulan data ............................................................................................ 29
4.4 Lokasi dan Waktu............................................................................................. 29
4.5 Analisis Diagnosis Komunitas ......................................................................... 29

4
BAB V Hasil Kegiatan .............................................................................................. 31
5.1 Evaluasi Data ................................................................................................... 32
5.2 Evaluasi Intervensi Kegiatan............................................................................ 32
BAB VI Kesimpulan dan Saran ............................................................................... 34
6.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 34
6.2 Saran...................................................................................................................... 34
Daftar Pustaka........................................................................................................... 35

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keluarga berencana (KB) merupakan suatu cara yang memungkinkan
setiap orang untuk mengatur jumlah anak yang diinginkan dan jarak kehamilan
melalui informasi, pendidikan dan penggunaan metode kontrasepsi (WHO, 2014).
Menurut Depkes RI (2008) Upaya yang dilakukan pemerintah untuk
mencapai keluarga sejahtera adalah melalui program Keluarga Berencana (KB)
yang mulai dilaksanakan secara resmi pada awal tahun 1970-an. Hal tersebut
merupakan upaya pemerintah untuk mengatasi pertambahan penduduk semakin
pesat dan dikenal sebagai salah satu program yang paling berhasil didunia.
Keberhasilan program KB ini dapat dilihat dari dua indikator yang meliputi angka
prevalensi kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) dan angka rata-rata
penurunan jumlah anak yang dilahirkan (Total Fertility Rate/TFR)
Berdasarkan survey penduduk antar sensus (supas) tahun 2015, AKI di
Indonesia berada pada angka 305 per 100.000 kelahiran hidup. Upaya untuk
menurunkan AKI perlu dilakukan dengan melihat target sustainable development
goals (sdgs) dalam the 2030 agenda for sustainable development yaitu 70 per
100.000 kelahiran hidup. Salah satu program keluarga berencana untuk
menurunkan AKI yaitu dengan Kb pasca persalinan (riskesdas, 2013).
Kb pasca persalinan adalah penggunaan metode kontrasepsi pada masa
nifas sampai dengan 6 minggu atau 42 hari setelah melahirkan (kemenkes, 2014).
Kb pasca persalinan merupakan langkah untuk mencegah kehilangan kesempatan
menggunakan kb setelah melahirkan (riskesdas, 2013).
Penerapan KB Pasca Persalinan sangat penting karena kembalinya
kesuburan pada ibu setelah melahirkan tidak dapat diketahui secara pasti dan dapat
terjadi sebelum datangnya siklus haid bahkan pada wanita menyusui. Hal ini
menyebabkan pada masa menyusui,wanitamengalami kehamilan yang tidak

6
diinginkan (KTD) atau unwanted pregnancy. Kontrasepsi sebaiknya sudah
digunakan sebelum kembali beraktivitas seksual. Oleh karena itu sangat penting
untuk menggunakan kontrasepsi seawal mungkin setelah persalinan (Mujiati,
2013).
Studi yang dilakukan di negara-negara dengan tingkat kelahiran yang
tinggi, menunjukkan bahwa Keluarga Berencana memberi dampak positif untuk
meningkatkan tingkat kesehatan ibu dan bayi, diperkirakan dapat menurunkan
32% kematian ibu dengan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan dapat
menurunkan 10% kematian anak, dengan mengurangi jarak persalinan kurang dari
2 tahun (Clelandet al, 2006).
Pelayanan KB pasca salin sangat mendukung tujuan pembangunan
kesehatan dan hal ini juga ditunjang dengan banyaknya calon peserta KB baru (ibu
hamil dan bersalin) yang sudah pernah kontak dengan tanaga kesehatan,
diharapkan dengan adanya kontak yang lebih banyak antara penyedia pelayanan
kesehatan dengan ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan maupun melahirkan
dapat memotivasi mereka untuk menggunakan kontrasepsi segera setelah
persalinan. Seorang ibu yang baru melahirkan bayi biasanya lebih mudah untuk
diajak menggunakan kontrasepsi, sehingga waktu setelah melahirkan adalah waktu
yang paling tepat untuk mengajak seorang ibu untuk menggunakan kontrasepsi.
KB pasca salin diharapkan dapat menurunkan kejadian kehamilan dengan jarak
terlalu dekat. Dengan KB pasca salin diharapkan dapat berkontribusi dengan
menghindari terjadinya komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan nifas yang
sering menyebabkan kematian ibu (Kemenkes RI, 2012).
Cakupan KB pasca salin erat hubungannya dengan angka persalinan
seberapa jumlah ibu pasca salin segera menggunakan kontrasepsi akan tergambar
Berdasarkan data persalinan di Kota Jambi dari 20 Puskesmas terdapat sasaran ibu
bersalin 13.488 dan ditolong tenaga Kesehatan tercatat 11.880 (88,11 %) angka ini
sudah mendekati target nasional yaitu 95 % Salah satu Puskesmas dengan
persalinan yang sudah mendekati target nasional adalah Puskesmas Pakuan Baru
tahun 2012 terdapat bersalin pada nakes sebanyak 689 (91,74 %), namun

7
permasalahan yang masih sering timbul adalah terdapat data ibu nifas yang tidak
menjadi peserta KB pasca salin. Data penolong persalinan dan KB pasca salin di
Puskesmas Kota Jambi dilihat di tabel 1.

Berdasarkan data di atas terlihat persalinan di Kota Jambi dari 20 Puskesmas


terdapat sasaran ibu bersalin 13.488 dan ditolong tenaga kesehatan tercatat
11.880 (88,11 %) angka ini sudah mendekati target nasional yaitu 95 %.
Sedangkan dari jumlah ibu bersalin yang mengikuti KB pasca salin berjumlah
2751 (23.15 %) Salah satu Puskesmas perawatan dengan persalinan yang cukup
tinggi adalah Puskesmas Pakuan Baru namun pencapaian peserta KB pasca salin
masih menunjukkan angka yang rendah, yaitu dari 689 persalinan sebagai peserta
KB pasca salin adalah 382 ibu (55.44 %)

8
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka demikian perumusan masalah pada
evaluasi program ini adalah :
a. Apa saja penyebab tidak tercapainya angka cakupan KB Pasca Salin di
Puskesmas Olak Kemang ?
b. Apa saja yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan angka cakupan
KB Pasca Salin di Puskesmas Olak Kemang ?
c. Apa saja alternatif pemecahan masalah dalam menangani rendahnya
angka cakupan KB pasca salin di Puskesmas Olak Kemang ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umun
Tujuan dari evaluasi program ini adalah untuk meningkatkan cakupan KB
pasca salin di Puskesmas Olak Kemang
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui bagaimana pengetahuan ibu tentang KB pasca persalinan di
puskesmas Olak Kemang.
b. Mengetahui minat ibu setelah diberikan edukasi tentang pemakaian KB pasca
persalinan.
c. Mengetahui pelaporan data jumlah ibu yang mendapat KB pasca salin sesuai
dengan data ibu hamil yang tercatat perbulan pada tahun 2020 di Puskesmas
Olak Kemang.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi puskesmas
a. Puskesmas dapat melakukan identifikasi masalah, analisis masalah,
mencari penyebab dan hambatan masalah di wilayah kerja.
b. Membantu puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian masalah
yang didapat dalam meningkatkan program peningkatan angka cakupan
KB pasca salin.
c. Dinas kabupaten/Kota dapat memberikan dan mendukung lebih kebutuhan
sumber daya Puskesmas Olak Kemang

9
1.4.2 Bagi dokter Internship
a. Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan
b. Melatih kemampuan dalam memahami program yang ada di puskesmas
terkait peran dokter komunitas
c. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang
ditemukan di dalam program puskesmas
d. Meningkatkan pemahaman pentingnya data dan kesesuaian data untuk
meningkatkan pelayanan masyarakat.

1.4.3 Bagi masyarakat


Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan minat pada ibu hamil yang akan
bersalin tentang pentingnya KB Pasca Persalinan untuk menurunkan angka
kematian ibu di Indonesia.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana (KB)


1. Definisi KB Pasca Persalinan
KB Pasca Persalinan (KBPP) adalah penggunaan metode kontrasepsi pada
masa nifas, yaitu hingga 42 hari setelah melahirkan. Agar lebih efektif dan
efisien serta menghindari kehilangan kesempatan (missed opportunity),
KBPP diutamakan untuk diberikan langsung setelah ibu melahirkan atau
sebelum ibu pulang dari fasilitas pelayanan kesehatan. Secara umum,
hampir semua metode kontrasepsi dapat digunakan sebagai metode KB
Pasca Persalinan. Untuk memastikan jarak kehamilan yang sehat dan
aman (minimal 2 tahun) maka pasien perlu diberikan informasi dan
motivasi untuk menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) sejak sebelum ibu melahirkan.
2. Tujuan Program KB Pasca Persalinan
1) Menurunkan kehilangan kesempatan (missed opportunity) ber-KB
pada klien yang sudah berkontak dengan petugas kesehatan sejak ANC,
bersalin dan masa nifas

2) Membantu menciptakan jarak ideal antar kehamilan dan menghindari


kehamilan tidak direncanakan.

3) Meningkatkan kepesertaan baru KB

3. Ruang Lingkup Program KB


Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

11
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.
4. Konseling KB Pascapersalinan

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan KB dan


kesehatan reproduksi. Konseling yang baik dapat membuat klien merasa
puas, membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan
meningkatkan keberhasilan KB. Teknik konseling yang baik dan informasi
yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang
kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada. Dengan
adanya informasi yang lengkap dan cukup akan memberikan keleluasaan
kepada klien dalam memutuskan untuk memilih kontrasepsi (informed
choice) yang akan digunakannya.
5. Penapisan Kelayakan Medis Dalam Penggunaan Kontrasepsi
Proses konseling KB Pasca persalinan perlu dilanjutkan dengan penapisan
kelayakan medis dalam penggunaan kontrasepsi pascapersalinan,
sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97
Tahun 2014. Hal ini mengingat pelayanan KB, termasuk KB
Pascapersalinan, harus dilakukan dengan cara yang dapat
dipertanggungjawabkan dari segi kesehatan. Artinya, metode kontrasepsi
pascapersalinan yang akan digunakan oleh pasangan suami istri harus
mempertimbangkan usia, paritas, jumlah anak, serta kondisi kesehatan
klien. Oleh karena itu petugas kesehatan perlu mengetahui kondisi medis
dan karakteristik khusus sebelum klien menggunakan kontrasepsi,
termasuk kontrasepsi pascapersalinan. Hal ini dikarenakan pada klien
dengan kondisi medis atau karakteristik khusus, terdapat metode
kontrasepsi yang mungkin dapat memperburuk kondisi medis atau
membuat risiko kesehatan tambahan misal pada klien dengan hipertensi,
diabetes, infeksi HIV, dll. Di sisi lain terdapat juga kondisi medis atau

12
karakteristik klien yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi metode
kontrasepsi, misal usia, ibu menyusui, dll. Bagi ibu menyusui, misalnya,
tidak direkomendasikan metode kontrasepsi hormonal kombinasi yang
dapat mempengaruhi produksi ASI.
6. Pelayanan dan Metode Kontrasepsi KB Pasca Persalinan
Proses konseling dan penapisan kelayakan medis diharapkan berujung
pada keputusan klien untuk menggunakan salah satu metode
kontrasepsi pascapersalinan. Secara umum, hampir semua metode
kontrasepsi dapat digunakan sebagai metode KB pasca persalinan.
Sesuai dengan Health Technology Assessment (HTA) Indonesia yang
telah dikeluarkan tahun 2009 oleh Kementerian Kesehatan tentang KB
pada periode menyusui, beberapa metode kontrasepsi yang efektif
dalam mencegah kehamilan pada periode menyusui antara lain:
1) Metode KB non hormonal yang terdiri dari tubektomi dan
vasektomi, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), Metode Amenorea
Laktasi (MAL), kondom, abstinensia (metode kalender).
2) Metode KB hormonal yang terdiri dari implan, suntik yang hanya
mengandung progestin serta minipil

B. Kontrasepsi
1. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen
(Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel
telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel
telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).

2. Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi


Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara

13
kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni:

a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan


suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan
yang tidak diinginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan
dengan mengikuti aturan yang benar.
b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan
kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya
dipengaruhi oleh faktor- faktor seperti pemakaian yang tidak hati-
hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan sebagainya.
3. Memilih Metode Kontrasepsi
Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang
memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Aman atau tidak berbahaya
b. Dapat diandalkan
c. Sederhana
d. Murah
e. Dapat diterima oleh orang banyak
f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).

Faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi yaitu:


a. Faktor pasangan
• Umur
• Gaya hidup
• Frekuensi senggama
• Jumlah keluarga yang diinginkan
• Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu

b. Faktor kesehatan
• Status kesehatan

14
• Riwayat haid
• Riwayat keluarga
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan panggul

4. Macam-macam Kontrasepsi
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi
tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus
Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal
Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir
servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom,
diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010).

b. Metode Kontrasepsi Hormonal


Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2
yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen
sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi
hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi.
Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat
pada pil, suntik dan implant (Handayani, 2010).
c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi
menjadi 2 yaitu
AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron)
dan yang tidak mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR
yang mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu

15
Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20
mengandung Leuonorgestrel (Hartanto, 2002).

d. Metode Kontrasepsi Mantap


Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode
Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW
sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah
memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga
mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP
sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong
atau mengikat saluran vas deferens

sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi


(Handayani,2010).
A. Kontrasepsi Hormonal
1. Definisi Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi
yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi
(Baziad, 2008). Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana
estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar
hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap
folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).
2. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik,
terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi
hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui
hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran
Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga perkembanagan dan
kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Di samping itu progesteron
dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen
mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus

16
endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba,
2010).

Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesteron


bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai
puncaknya, suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan
mula-mula hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan
isyarat-isyarat kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon
tersebut dan menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi
kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap dibuat bahkan
dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus,
sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara
primer untuk membantu pengaturan hormon realising factors of
hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di
dalam ovarium dan merangsang perkembangan endometrium.
Progesteron bekerja secara primer menekan atau depresi dan melawan
isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang
terlalu dini atau prematur dari ovarium, serta juga merangsang
perkembangan dari endometrium (Hartanto, 2002).
Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek
samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri
pada payudara, dan fluor albus atau keputihan.
3. Macam-Macam Kontrasepsi Hormonal
a. Kontrasepsi Pil
1) Pengertian

Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan


progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon
ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga
menekan releasing- factors di otak dan akhirnya mencegah
ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah

17
ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo
pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara
membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002).
2) Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5-
99,9% dan 97% (Handayani, 2010).
3) Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam
dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah
dan porsi hormonnya konstan setiap hari.
b) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua
dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon
bervariasi.
c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen atau progestin, dengan
tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis
hormon bervariasi setiap hari.

b. Kontrasepsi Suntik
1) Efektivitas kontrasepsi Suntik.
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik
mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per
100 perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET
EN sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per
100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun
pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun pemakain
NET EN (Hartanto, 2002).
2) Jenis kontrasepsi Suntik

18
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi
suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :
a) Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung
150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan
cara di suntik intramuscular (di daerah pantat).
b) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat),
mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan
setiap dua bulan dengan cara di suntik intramuscular (di
daerah pantat atau bokong).
3) Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:

a) Mencegah ovulasi Mengentalkan lendir serviks


sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma
b) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
c) Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.

4) Keuntungan kontrasepsi Suntik


Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif,
pencegah kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada
hubungan seksual, tidak mengandung estrogen sehingga tidak
berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan
pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping
sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat
digunakan oleh perempuan usia lebih
35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian
tumor jinak payudara, dan mencegah beberapa penyebab
penyakit radangpanggul (Sulistyawati, 2013).
5) Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut
Sulistyawati (2013) yaitu:

19
a) Gangguan haid
b) Leukorhea atau Keputihan
c) Galaktorea
d) Jerawat Rambut Rontok
e) Perubahan Berat Badan
f) Perubahan libido.
c. Kontrasepsi Implant
1) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a) Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena,
Indoplant, atau Implanon
b) Nyaman
c) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
d) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
e) Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
f) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur,
perdarahan bercak, dan amenorea
g) Aman dipakai pada masa laktasi.

2) Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:


a) Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga
dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang
diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5
tahun.
b) Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan
panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi
dengan 68 mg 3- Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3
tahun.

c) Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi


dengan 75mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
3) Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:

20
a) Lendir serviks menjadi kental
b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga
sulitterjadi implantasi
c) Mengurangi transportasi sperma
d) Menekan ovulasi.
4) Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a) Daya guna tinggi
b) Perlindungan jangka panjang
c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan
d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

e) Tidak mengganggu dari kegiatan senggama


f) Tidak mengganggu ASI
g) Klien hanya kembali jika ada keluhan
h) Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
i) Mengurangi nyeri haid
j) Mengurangi jumlah darah haid

k) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang


panggul
l) Menurunkan kejadian endometriosis.
5) Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan
pola haid berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea
atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea.

21
BAB III
EVALUASI PROGRAM

3.1 Identifikasi Cakupan Program

3.1.1 Tahun 2020 (Januari-Desember)

Dari laporan yang di dapatkan beberapa masalah yang ditentukan dari hasil
kegiatan program yang pencapaiannya kurang dari 100%. Semua data angka cakupan
KB Pasca Salin yang rendah dari Puskesmas Olak Kemang terhitung mulai dari bulan
Januari sampai Desember 2020.

Masalah Target (%) Sasaran dalam Cakupan Pencapaian


1 tahun
Kegiatan Persen(%)
KB Pasca Salin 100% 232 108 46,5% 46,5%
Tabel 3.1

Data diatas didapatkan dari hasil data Capaian Kinerja KB Pasca Persalinan
Puskesmas Olak Kemang Tahun 2020

Berdasarkan data kinerja Puskesmas Olak Kemang Tahun 2020, sasaran KB


Pasca Salin dalam 1 tahun terdapat 232 sasaran dan dengan pencapaian 46,5 % Pada
periode Januari 2020 – Desember 2020.
Kelurahan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Jumlah
Ps.Panjang 1 4 1 0 3 2 0 0 2 1 1 0 15
Tj Raden 2 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 7
Tj. Pasir 0 0 2 0 1 0 0 0 2 1 0 1 7
Ol. kemang 10 6 10 6 3 2 1 0 2 3 4 3 50
U.Gedong 0 3 3 3 4 0 4 3 0 3 3 3 29
Tabel 3.2
Hasil Capaian KB Pasca Salin Pada Setiap Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Olak
Kemang Tahun 2020

22
Data diatas merupakan hasil capaian KB pasca salin tiap bulan pada 5 kelurahan
di wilayah kerja puskesmas olak kemang tahun 2020.
Berdasarkan data diatas didapatkan yang paling banyak mengikuti program Kb
pasca salin yaitu pada kelurahan Olak kemang terdapat 50 orang, dan yang paling
sedikit yaitu pada kelurahan Tj Raden dan Tj Pasir yaitu 7 orang.

23
3.1.2 Tahun 2021 (Januari-Juli)

Berdasarkan laporan yang di dapatkan beberapa masalah yang ditentukan dari


hasil kegiatan program yang pencapaiannya kurang dari 100%.

Masalah Target (%) Sasaran dalam Cakupan Pencapaian


7 bulan
Kegiatan Persen(%)
KB Pasca Salin 100% 140 70 50,0% 50,0%
Tabel 3.3 Data Capaian Kinerja KB Pasca Persalinan Puskesmas Olak Kemang
Tahun 2021

Berdasarkan data kinerja Puskesmas Olak Kemang Tahun 2021, sasaran KB


Pasca Salin dalam 7 bulan terdapat 140 sasaran dan dengan pencapaian 50,0 % Pada
periode Januari 2021 – Juli 2021.
Sesuai dengan data di atas, terdapat peningkatan kinerja capaian KB pasca salin
yaitu dari 46,5% (Januari 2020 – Desember 2020) menjadi 50,0% (Januari 2021 – Juli
2021).

Capaian Kinerja KB Pasca Salin


PKM Olak Kemang 2021
51,00%

50,00%

49,00%
Presentase

48,00%

47,00%

46,00%

45,00%

44,00%
Capaian Jan-Des 2020 Capaian Jan-Jul 2021
KB Pasca Salin 46,50% 50,00%

Diagram 1. Perbandingan Hasil Capaian KB Pasca Salin pada Puskesmas


Olak Kemang tahun 2020 dan tahun 2021

24
Kelurahan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Jumlah
Ps.Panjang 1 1 1 1 1 1 0 6
Tj Raden 0 1 2 0 1 2 0 6
Tj. Pasir 0 0 0 0 0 0 4 4
Ol. kemang 8 7 3 6 4 8 4 40
U.Gedong 0 2 3 2 2 3 2 14
Jumlah 9 11 9 9 8 14 10 70

Tabel 3.4 Hasil Capaian KB Pasca Salin pada Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas
Olak Kemang Tahun 2021

Capaian KB Pasca Salin PKM Olak Kemang Jan-Jul 2021

U.Gedong

Ol. kemang

Tj. Pasir

Tj Raden

Ps.Panjang

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jul Jun Mei Apr Mar Feb Jan

Diagram 2. Hasil Capaian KB Pasca Salin pada Kelurahan Wilayah Kerja


Puskesmas Olak Kemang Januari-Juli Tahun 2021

Data tabel 3.4 dan diagram 1 diatas merupakan hasil capaian KB pasca salin
tiap bulan pada 5 kelurahan di wilayah kerja puskesmas olak kemang tahun 2021.
Berdasarkan data diatas didapatkan yang paling banyak mengikuti program Kb
pasca salin yaitu pada kelurahan Olak kemang terdapat 40 orang, dan yang paling
sedikit yaitu pada kelurahan Tanjung Pasir yaitu 4 orang.

25
3.2 Kerangka Pikir Masalah

INPUT

METODE
MANUSIA

Tidak berjalan kelas ibu


hamil karena Covid19
Pengetahuan ibu kurang Upaya
Kurangnya penyuluhan Meningkatkan
dari pkm ke ibu hamil Pengetahuan
Kurangnya kerjasama
Sikap dan minat ibu lintas sektor dan Minat Ibu
Hamil Tentang
Kb Pasca
Kurangnya informasi
Persalinan Di
Kurangnya dana turun
dan edukasi dari untuk menginput data
Puskesmas
medis ibu hamil dan nifas Olak Kemang
Kurangnya dukungan suami

Jarak tempuh Tidak adanya Kurangnya pengetahuan suami


ke pkm jauh program pelayanan tentang KB pasca salin dan 4T
pascapersalinan PANDEMI COVID-19

SARANA DANA LINGKUNGAN

26
BAB IV
METODE DIAGNOSIS KOMUNITAS

4.1 Rancangan diagnosis komunitas


Tabel 4.1 kriteria penentuan prioritas masalah dengan metode USG
U Urgency Tingkat kepentingan yang mendesak
S Seriuosness Tingkat kesungguhan, bukan dengan waktu penanganan masalah
G Growth Tingkat perkiraan dan bertambah buruknya pada saat masalah
mulai terlihat dan sesudahnya

Tabel 4.2 penilaian kriteria metode USG


Nilai Kriteria
Urgency Seriuosness Growth
5 Sangat urgen Sangat serius Sangat tumbuh
4 Cukup urgen Cukup serius Cukup
3 Urgen Serius Tumbuh
2 Kurang urgen Kurang serius Kurang tumbuh
1 Sangat kurang urgen Sangat kurang serius Sangat kurang tumbuh
Dengan menjumlahkan (U+S+G), nilai tertinggi ditetapkan sebagai prioritas masalah

27
Tabel 4.3 Masalah pokok dalam menentukan prioritas utama

No. Masalah pokok U S G Total Peringkat

1 Pengetahuan ibu kurang 5 4 4 13 3

2 Sikap dan minat ibu tentang KB 5 4 4 13 4


Pasca Salin
3 Kurangnya penyuluhan dari pkm ke 4 4 4 12 5
ibu hamil

4. Belum tersedia program pelayanan 4 5 5 13 6


pasca persalinan

4 Kurangnya informasi dan edukasi 4 4 4 12 7


dari medis

5 Kurangnya kerjasama lintas sektor 3 2 2 7 11

6 Tidak berjalan kelas ibu hamil karena 5 5 4 14 2


Covid19

7 Jarak tempuh ke puskesmas jauh 2 2 2 6 12

8 Kurangnya dana turun untuk 3 3 3 9 10


menginput data ibu hamil dan nifas

9 Kurangnya dukungan suami 3 3 3 9 9

10 Kurangnya pengetahuan suami 4 3 3 10 8


tentang KB pasca salin dan 4T

11 Pandemi covid19 5 5 5 15 1

Dari tabel diatas didapatkan masalah utama dalam upaya meningkatkan


pengetahuan ibu tentang KB Pasca Salin di Puskesmas Olak Kemang adalah

28
keterbatasan kegiatan karena covid 19 sehingga membuat kelas ibu hamil pada wilayah
kerja Puskesmas Olak Kemang jadi berhenti.

4.2 Indikator keberhasilan


Meningkatnya pengetahuan, dan minat ibu hamil tentang pentingnya KB Pasca
Salin di wilayah kerja Puskesmas Olak kemang.

4.3 Pengumpulan data


Penulis mengumpulkan data semua ibu hamil yang datang ke puskesmas Olak
Kemang.

4.4 Lokasi dan waktu


Kegiatan dilaksanakan di Pusksesmas Olak Kemang yang dilakukan pada
tanggal 10 April-28 April 2021 dan dilanjutkan dari tanggal 18 Juni-18 Agustus 2021.

4.5 Analisis diagnosis komunitas


Permasalahan yang didukung oleh data terkumpul akan dibuat dalam
pernyataan masalah. Selanjutnya dari pernyataan masalah tersebut akan ditentukan
prioritas masalah dengan menggunakan metode USG. Setiap masalah akan dinilai dari
segi urgency, seriuousness, dan growth, lalu dilakukan rangking sehingga didapat
masalah yang paling penting untuk diselesaikan lebih dahulu.
Setelah didapatkan alternative pemecahan masalah maka ditentukan prioritas
pemecahan masalah. Berdasarkan hasil perhitungan maka di dapatkan prioritas
masalah dan akan dilakukan diagnostic komunitas.

29
4.6 Plan of action

No Masalah Upaya Indikator Tujuan Rincian Sasaran Penanggu Mitrakerja


Kegiatan Kegiatan & target ngjawab &
sasaran kebutuhan
SDM
1 Kelas ibu Melakukan Ibu hamil Pengetahuan Melakukan Ibu Dokter Koordinato
hamil penyuluhan kooperatif ibu bertambah penyuluhan hamil Internship, Program
ditiadakan saat ibu tetap tentang KB 2x setiap trimester petugas KB
karena hamil menggunakan Pasca Salin bulan di aula 1,2,3 puskesmas
covid19 kunjungan masker saat puskesmas
ANC mengikuti dengan
kegiatan peserta 5-6
penyuluhan orang
2 Sikap dan Edukasi Ibu yang Meningkatkan Mengedukasi Ibu Dokter Koordinato
minat ibu datang ANC, kesadaran dan setiap ibu hamil Internship, Program
tentang KB ketika selesai minat ibu hamil trimester petugas KB
Pasca Salin ANC langsung untuk ber-KB trimester1,2,3 1,2,3 puskesmas
dirujuk ke pasca salin tentang
petugas KB pentingnya
KB pasca
salin
3. Belum Meyediakan Pengisian Memberikan Anamnesis, Ibu nifas Dokter Koordinato
tersedia pelayanan formulir ibu pelayanan KB PF internship, program
program pasca nifas, KIE dan sesegera keseluruhan bidan, KB
persalinan pelayanan KB mungkin pasca petugas
pelayanan
pasca salin setelah persalinan, puskesmas
pasca persalinan konseling dan
persalinan edukasi KB
pasca salin

30
BAB V

HASIL KEGIATAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan data yang didapat di lapangan, maka ditemukan
beberapa masalah mengapa banyak ibu yang tidak ber-KB pasca salin sehingga menyebabkan
angka capaian KB Pasca Salin rendah di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang, antra lain:

1. Pandemi covid19
2. Tidak berjalan kelas ibu hamil karena Covid19
3. Pengetahuan ibu kurang tentang KB Pasca Salin
4. Sikap dan minat ibu tentang KB Pasca Salin
5. Kurangnya penyuluhan dari pkm ke ibu hamil
6. Belum tersedia program pelayanan pasca persalinan
7. Kurangnya informasi dan edukasi dari medis
8. Kurangnya pengetahuan suami tentang KB pasca salin dan 4T
9. Kurangnya dukungan suami
10. Kurangnya dana turun untuk menginput data ibu hamil dan nifas
11. Kurangnya kerjasama lintas sektor
12. Jarak tempuh ke puskesmas jauh
Berdasarkan hasil penilaian menggunakan sistem USG, didapatkan masalah utama
yaitu kegiatan kelas ibu hamil terhenti karena COVID 19. Adapun alternative pemecahan
masalah yang dapat dilakukan adalah berupa Melakukan penyuluhan saat ibu hamil kunjungan
ANC dilakukan dalam 2x setiap bulannya di aula puskesmas dengan kapasitas 5-6 orang
dengan dilandasi prokes yang berlaku.

Adapun masalah lain yang yang memungkinkan untuk dapat dipecahkan adalah belum
tersedianya “pelayanan pasca persalinan” sehingga alternative pemecahan masalahnya berupa
membuka pelayanan pasca persalinan agar semua ibu nifas dan bayi baru lahir dapat di follow
up mulai dari perubahan sistem reproduksinya seperti uterus, lokhia vagina/luka bekas SC,
vulva, perineum, payudara, sistem perkemihan, tanda vital, hingga gangguan psikologis pada
masa pasca persalinan apakah terdapat sindrom baby blues atau depresi, tidak lupa juga

31
memeriksakan bayi, dan yang terakhir adalah konseling KB sampai ibu benar-benar dapat
memakai KB pasca persalinan.

Tabel 5.1 Kegiatan Intervensi Edukasi pada ibu hamil trimester 1,2,3 yang dilaksanakan di
Puskesmas Olak Kemang

No. Pelaksanaan Kegiatan


1 28-30 Maret 2021 Persiapan
2 10- 28 April 2021 Edukasi ibu hamil yang tinggal di wilayah
Kelurahan Tanjung Raden
3 18 Juni-18 Agustus Edukasi ibu hamil di wilayah Kecamatan Danau
Teluk

5.1 Evaluasi Data

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala pemegang program KB di Puskesmas


Olak Kemang didapatkan bahwasannya banyak kegiatan yang terhambat karena pandemi
covid19 salah satunya adalah Kelas Ibu Hamil, banyak ibu hamil yang tidak datang kunjungan
ANC ke puskesmas, banyak ibu hamil yang pengetahuannya masih kurang tentang KB pasca
salin, dan banyak ibu hamil yang kurang berminat ber-KB pasca salin karena alasannya ingin
KB alami tanpa alat apapun, dan belum tersedia program pelayanan pasca persalinan sehingga
membuat angka capaian KB pasca salin di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang menjadi
rendah.

5.2 Evaluasi Intervensi Kegiatan

Intervensi dilakukan di puskesmas Olak Kemang. Kegiatan melibatkan dokter umum,


dokter internship, pemegang program KB, petugas puskesmas, dokter muda (coass), dan ibu
hamil. Selama kegiatan berlangsung, dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan edukasi
pada setiap ibu hamil yang datang ke poli KIA Puskesmas Olak Kemang.

Selain dilakukan edukasi di Puskesmas Olak Kemang, edukasi juga dilakukan di


Posyandu Kemuning II yang berwilayah di Kecamatan Danau Teluk dengan sasaran ibu hamil
yang berada di posyandu tersebut.

32
Gambar 5.2 Kegiatan Edukasi tentang KB pasca salin pada ibu hamil di ruangan KIA
Puskesmas Olak Kemang

Gambar 5.3 Kegiatan Edukasi tentang KB pasca salin dengan sasaran ibu hamil pada
Posyandu Kemuning II

33
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat peningkatan kinerja capaian KB pasca salin pada Puskesmas Olak Kemang
yaitu dari 46,5% (Januari 2020 – Desember 2020) menjadi 50,0% (Januari 2021 – Juli
2021).
2. Namun, angka realisasi dan pencapaian KB Pasca Salin Puskesmas Olak Kemang
secara keseluruhan belum dapat dinilai. Hal ini dikarenakan penilaian kinerja
puskesmas dilakukan setiap akhir tahun.

6.2 Saran

1. Diharapkan puskesmas dapat terus menjalankan program kelas ibu hamil ini selama
Pandemi Covid-19 masih ada dengan prokes yang berlaku.
2. Diharapkan edukasi pentingnya KB pasca salin agar tetap berjalan kepada semua ibu
hamil yang datang untuk ANC.
3. Diharapkan miniproject upaya meningkatkan pengetahuan dan minat ibu tentang KB
Pasca Salin di Puskesmas Olak Kemang dapat diteruskan sampai jangka waktu akhir
tahun oleh dokter internsip periode selanjutnya agar dapat dilakukan evaluasi angka
pencapaian KB Pasca Salin tahun 2021.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO (WORLD HEALTH ORGANIZATION) diunduh dari : URL http://www.who.int/


2. Kemenkes RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta: Kemenkes RI
3. Depkes RI, 2012, Yang Perlu Diketahui Petugas Kesehatan Tentang Kesehatan
Reproduksi. Jakarta
4. Depkes Bappenas Upaya pencapaian MDGs di Indonesia
5. Dinas Kesehatan Kota Jambi. 2013. Profil Kesehatan Kota Jambi 2013.
6. BKKBN. 2018. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei Indonesia.
Jakarta: BKKBN.
7. Pusat Data dan Inormasi Kementrian Kesehatan RI. 2014. Situasi dan Analisis
Keluarga Berencana. Jakarta Selatan: BPS.
8. BKKBN. 2017. Laporan Akuntabilitas Kerja Instansi Pemerintah. Jakarta: BKKBN.
9. BKKBN. 2013. Pengertian kontrasepsi. Jakarta: BKKBN.Kemenkes 2012, Direktorat
Bina Kesehatan ibu dan anak, Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca
Persalinan Di Fasilitas Kesehatan
10. Sistri, Sariana 2009. Kelangsungan penggunaan kontrasepsi di Indonesia. Jurnal
Kesehatan
11. Soekidjo Notoatmodjo. 2002. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.
12. Arum, Dyah Noviawati Setya, Sujiyatini. 2017. Panduan Lengkap Pelayanan KB
terkini. Yogyakarta: Fitramaya
13. Mujianto, 2012 Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketidakikutsertaan Kb
PadaIbu Bersalin Peserta Jampersal Di Wilayah Puskesmas Jaken Kabupaten Pati
Tahun 2012, SKRIPSI, UNDIP
14. Fienalia RA. 2012. Faktor - faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok
tahun 2011. Depok: Skirpsi FKM UI.
15. Kemenkes RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta: Kemenkes RI.
16. Suzana Everett. 2008. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif.
Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta: EGC.

35

Anda mungkin juga menyukai