MINI PROJECT
Pembimbing :
Disusun Oleh :
dr. Ade Ratnasari
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Mini Project ini tepat pada waktunya,
dengan judul “Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas pasar
Kepahiang. Tujuan tugas ini untuk melengkapi persyaratan mengikuti Dokter Internship
Dalam menyusun laporan Mini project ini, penulis telah banyak mendapat bantuan
dan bimbingan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih membutuhkan saran dan kritik untuk
Penulis
DAFTAR ISI
DISUSUN OLEH :
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti program internship
Dokter Indonesia di Puskesmas Pasar Kepahiang, Kabupaten Kepahiang
Disetujui oleh
Bulan Jumlah
No Pasien
Tahun
2019
Jenis Penyakit Feb Maret April
1 Ispa 96 121 100 317
2 Obs febris 68 33 45 146
3 Gea 21 23 21 65
4 DKA 12 9 9 30
5 Faringitis/Tonsilits 6 9 10 24
Dari data mengenai angka kejadian jenis penyakit terbanyak pada tahun 2019 dari
bulan Februari– April penyakit ISPA merupakan penyakit yang tertingi pada anak-anak.
Pada bulan Februari tahun 2019 didapatkan 96 Kasus, bulan Maret 2019 didapatkan 121
kasus, pada April 2019 didapatkan 100 kasus (Puskesmas Pasar Kepahiang, 2019).
Secara umum terdapat tiga faktor risiko terjadinya ISPA, yaitu faktor lingkungan,
faktor individu anak serta faktor perilaku. Faktor lingkungan meliputi: pencemaran
udara dalam rumah (asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk
memasak dengan konsentrasi yang tinggi), ventilasi rumah dan kepadatan hunian.
Faktor individu anak meliputi: umur anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A
dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi perilaku pencegahan dan penanggulangan
ISPA pada bayi atau peran aktif keluarga atau masyarakat dalam menangani penyakit
ISPA (Prabu, 2009).
Kebiasaan merokok di dalam rumah dapat berdampak negative bagi anggota
keluarga khususnya balita. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah perokok aktif sekitar
27,6% dengan jumlah 65 juta perokok atau 225 miliar batang per tahun (WHO, 2008).
Nikotin dan ribuan zat beracun lainnya yang berasal dari asap rokok masuk ke saluran
pernapasan bayi yang dapat menyebabkan Infeksi pada saluran pernapasan (Hidayat,
2005). Nikotin yang terhirup melalui saluran pernapasan dapat juga masuk ke tubuh melalui
ASI ibunya lalu berakumulasi di tubuh bayi dan membahayakan kesehatan bayi tersebut.
Sebuah penelitian di wilayah kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga
Tahun 2012 menunjukkan balita yang menderita ISPA sebagian besar dari keluarga
yang orang tuanya merokok sejumlah 80.4%. Pada yang tidak menderita ISPA ada
23.5% yang orang tuanya merokok berat. Penelitian lain yang dilakukan di Puskesmas
Tanjung Raja menyatakan adanya hubungan bermakna antara kebiasaan merokok dengan
kejadian ISPA pada balita (OR: 13,33).
Telah lama diketahui adanya sinergitas antara paparan asap rokok terhadap kejadian
ISPA terhadap balita, walaupun masih ringan namun mempunyai pengaruh negatif pada daya
tahan tubuh terhadap infeksi. Hal inilah yang mendasari penulis untuk meneliti hubungan
prilaku merokok dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar
Kepahiang Tahun 2019.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kelompok umur kurang dari 2 bulan, dibagi atas: pneumonia berat dan
bukan pneumonia. Pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat
(Fast breathing), yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit
atau lebih, atau adanya tarikan kuat pada dinding dada bagian bawah ke
dalam (Severe chest indrawing), sedangkan bukan pneumonia bila tidak
ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.10
2. Kelompok umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun dibagi atas: pnemonia
berat, pnemonia dan bukan pnemonia. Pneumonia berat, bila disertai napas
sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada
waktu anak menarik napas. Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan
atau kesukaran bernapas disertai adanya napas cepat sesuai umur, yaitu 40
kali permenit atau lebih. Bukan pneumonia, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.10
Ada beberapa tanda klinis yang dapat menyertai anak dengan batuk
yang dikelompokkan sebagai tanda bahaya:
1. Tanda dan gejala untuk golongan umur kurang dari 2 bulan yaitu tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor (ngorok), wheezing (bunyi
napas), demam.
2. Tanda dan gejala untuk golongan umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun
yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor.
1. Partikel
Partikel dalam asap pembakaran bahan bakar biomassa
mengandung unsur-unsur kimia, seperti timbal (Pb), besi (Fe), mangan
(Mn),arsen (As), cadmium (Cd). Partikel yang terhisap dapat menempel
pada saluran pernapasan bagian atas masuk langsung ke paru-paru hal ini
tergantung pada kandungan kimia dan ukurannya. Paparan partikel dengan
kadar tinggi akan menimbulkan edema pada trachea, bronchus, dan
bronchiolus. Beberapa logam seperti Pb dan Cd, bersifat akumulatif,
paparan yang berulang dan berlangsung dalam waktu lama akan
menyebabkan terakumulasinya logam-logam tersebut dalam alat
pernapasan. Hal ini akan menimbulkan pengaruh yang bersifat kronis,
yaitu terjadinya iritasi pada saluran napas sampai dengan timbulnya
kanker paru.
3. Formaldehid (HCHO)
Paparan Formaldehid dapat mengakibatkan iritasi pada mata,
hidung dan alat pernapasan bagian atas. Hal ini terjadi karena adanya
reaksi ketika bahan pencemaran bercampur dengan air mata atau lendir
dalam saluran pernapasan.
4. Carbonmonoksida(CO)
Pengaruh akut inhalasi CO adalah berkurangnya persediaan
oksigen dalam tubuh, yang disebabkan oleh bergabungnya CO dalam
darah dengan molekul hemoglobin membentuk CO-Hb.
5. Nitrogendioksida (NO2)
Nitrogendioksida merupakan bahan pencemar udara yang paling
banyak mempengaruhi kesehatan paru bagian dalam. Paparan NO2 yang
berlangsung lama dapat menambah kerentanan terhadap infeksi alat
pernapasan oleh bakteri (pneumonia) atau virus (influenza).
6. Sulfurdioksida(SO2)
Sulfurdioksida mempunyai sifat yang lebih mudah larut dalam air
membentuk asam sulfat aerosol, yang dapat masuk ke dalam paru dan
mangganggu fungsi paru.
Anak-anak/balita biasanya berada di dekat api atau berada di
pangkuan ibunya ketika sedang memasak dan saat menyiapkan makanan
bagi keluarga sehingga kontak dengan polusi dari bahan bakar biomassa
dalam dapur, yang berlangsung secara terus menerus menyebabkan iritasi
pada mukosa saluran pernapasan, sehingga memudahkan terjadinya
infeksi.
Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif berarti hanya memberikan ASI saja, tanpa
tambahan makanan atau minuman apapun termasuk air (obat-obatan dan
vitamin yang tidak dilarutkan dalam air mungkin dapat diberikan kalau
dibutuhkan secara medis). Anak sampai usia enam bulan pertama hanya
membutuhkan ASI Ekslusif menyediakan segala-galanya yang dibutuhkan
anak usia ini, isapan anak menentukan kebutuhannya, oleh karenanya
diberikan kesempatan sepenuhnya ia untuk dapat menghisap sepuasnya
(BKKBN, 2001). Sedangkan menurut Rusli (2004) ASI Ekslusif adalah
pemberian ASI saja kepada bayi sampai umur 6 bulan tanpa memberikan
makanan/cairan lain. Bayi yang mendapat ASI Ekslusif lebih tahan terhadap
ISPA (lebih jarang terserang ISPA), karena dalam air susu ibu terdapat zat anti
terhadap kuman penyebab ISPA.12
Infeksi SPA adalah salah satu jenis penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, penyakit yang tergolong ISPA yang dapat dicegah dengan
imunisasi adalah difteri, batuk rejan dan campak.
Berat Badal Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
lahir < 2500 gram. BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan dan BBLR cukup
bulan/lebih bulan. BBLR kurang bulan/prematur khususnya yang masa
kehamilannya < 35 minggu, biasanya mengalami penyulit seperti gangguan
napas, ikterus, infeksi dan lain-lain. Sementara BBLR yang cukup / lebih
bulan umumnya organ tubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu
bermasalah dalam perawatannya. Mereka hanya membutuhkan kehangatan,
pemberian nutrisi dan mencegah infeksi.19
BBLR berisiko mengalami gangguan proses adaptasi pernapasan
waktu lahir hingga dapat terjadi asfiksia, selain itu BBLR juga berisiko
mengalami gangguan napas yakni bayi baru lahir yang bernafas cepat > 60
kali/menit, lambat < 30 kali/menit dapat disertai sianosis pada mulut, bibir,
mata dengan/tanpa retraksi dinding dada/epigastrik serta merintih, dengan
demikian BBLR sangat beresiko untuk terkena ISPA dibandingkan bayi bukan
BBLR.19
tindakan
Puskesmas Pasar Kepahiang tahun 2017 sebesar 24.089 jiwa dengan angka
kepadatan penduduk rata-rata 60.8 jiwa/km2. . Dimana jumlah penduduk wanita
sebanyak 12.039 (49.9%) jiwa dan penduduk laki-laki sebanyak 12.058 jiwa (50.06%)
4.2 Responden
2. Ibu yang datang ke posyandu karangendah dan posyandu kel pasar kepahiang
dengan membawa anak balita.
Laki-laki 20
Perempuan 19
JUMLAH 39
4.3.2 Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakter Ibu Dilihat Dari Umur,
Pendidikan, Pekerjaan.
JUMLAH 100%
NO Pendidikan Persentase
1 SMP 23.1%
2 SMA 53.8%
3 KULIAH 23.1%
JUMLAH 100%
NO Pekerjaan Persentase
1 PNS 0%
2 Wiraswasta 0%
3 IRT 83,3 %
JUMLAH 100%
Berdasarkan karakter ibu, faktor usia ibu kurang dari 20 tahun sebanyak
20.5% dan 79.5 % usia lebih dari 20 tahun, dan dilihat dari faktor pendidikan ibu,
tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 53.8%, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) 23.1%,Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 23,1%. Sedangkan dari faktor
pekerjaan, sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 83,3% dan sisanya sebagai Ibu
Pekerja sebanyak 16,7%.
NO Keterangan Persentase
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku orang tua dalam tingkat
kesadaran infeksi pada anak dapat dilihat dari data diatas, yang menunjukan
presentase paling rendah. Yaitu, sebanyak 23,3 % anggota keluarga yang merokok
lebih dari 1 orang, 36,6% merokok lebih dari 20 batang perhari, 46,6% masih
merokok saat kumpul keluarga, dan hanya 13,3 % balita yang terpapar asap rokok <
30 menit dalam satu hari.
Merokok 25
Tidak Merokok 14
JUMLAH 39
Dari data diatas didapatkan bahwasanya perilaku merokok orang tua di lingkungan
pasar kepahiang adalah 25 orang dengan keluarga merokok atau sebanyak 76,7% dan 14
orang tidak terpapar rokok atau sebanyak 23,3%.
NO Keterangan Persentase
Kejadian Banyaknya
ISPA 21
Bukan ISPA 9
Jumlah 30
5.1 Kesimpulan
1. Masih banyak orang tua yang tidak sadar akan bahaya asap rokok terhadap balita.
2. Terdapat hubungan antara prilaku merokok orang tua terhadap kejadian ISPA
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kepahiang tahun 2019
3. Terdapat kurangnya pengetahan ibu balita tentang bagaimana cara mengatasi dan
menangani penyakit ISPA pada balita di rumah
4. Kurangnya respon ibu balita terhadap bahayanya paparan asap rokok terhadap
kesehatan.
5.2 Saran
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Usia anak
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Kejadian ISPA
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Bukan
9 30.0 30.0 100.0
ISPA
Merokok KELUARGA
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
tidak terpapar
7 23.3 23.3 100.0
rokok
Usia anak
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Correlations
Merokok Kejadian
KELUARGA ISPA
Merokok Pearson
1 .671**
KELUARGA Correlation
N 30 30
N 30 30
Correlations
Kejadian JENISKELA
ISPA MIN
JENISKELAM Pearson
-.132 1
IN Correlation
N 30 30
DAFTAR PUSTAKA
1. Aditama T.Y. Mangunnegoro H..Tugaswati T.1994. polusi SO2, NO2 dan ozon .
majalah perhimpunan Dokter Paru Indonesia volume 14 nomor 3, pp: 15-7
2. Aji Putra.2010. Faal paru pada laki-laki perokok, bekas perokok dan bukan perokok.
Kumpulan naskah Ilmiah KONAS VI Persatuan Dokter Paru Indonesia, pp :279-80
3. Amin M, Alsagaff H, Saleh T.2009 n. Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University press, pp :37-42
4. Daulay R.M.1999. Kendala penanganan ISPA. Cermin Dunia Kedokteran, Edisi
khusus No.80 ,1999
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16_kendalapenangananInfeksisaluranpernapasa
nakut.pdf/16_ kendalapenangananInfeksisaluranpernapasanakut.html (16 agustus
2017)
5. Depkes RI.2008.Pharmacheutical care untuk penyakit infeksi saluran pernapasan.
http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/pharmaccutical/ISPA.pdf (18 agustus
2017)
6. Faisal D.H., Priyono W.H.2010.Pengaruh inhalasi NO2 terhadap kesehatan paru.
Cermin Dunia Kedokteran nomo 138, pp :17-22
7. Helmi.2004. peran reaksi alergi akibat polusi gas buang kendaraan pada
rhinosinusitis. Majalah kedokteran indonesia volume 54 nomor 5.pp:181-4
8. Mahmud T.2006. Musim kemarau tiba, awas ISPA.
http://www.persi.or.id/show=detailnews&kode=862&tbl=kesling (17 april 2009)
9. Nasution, kholisah,dkk.infeksi saluran napas akut pada balita di daerah urban
jakarta.FK.UI.Jakarta.2010