Anda di halaman 1dari 6

UKM 23

Tanggal Kegiatan 25-10-2022

F1. Upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

F2. Upaya kesehatan lingkungan

F3. Upaya KIA dan KB


Kode Kegiatan F4. Upaya perbaikan gizi masyarakat

F5. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan tidak


menular

F6. Upaya pengobatan dasar

1. Bidan Koordinator Pemegang Wilayah


2. Aparat Desa
Peserta Hadir
3. Peserta PIDI
4. Masyarakat

Penyuluhan Kesadaran akan Kesehatan Mental pada Remaja


Judul Laporan
di SMKN 2 Singaraja Buleleng Tahun 2022

Latar Belakang Kesehatan mental merupakan masalah penting yang dihadapi oleh
remaja. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh remaja untuk
menghabiskan waktu luang mereka, baik di rumah maupun di
sekolah yaitu bermain dengan teman. Selain itu, faktor teman
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan mental
remaja.

Christner dan Mennuti (2009) melaporkan bahwa lebih dari 50%


remaja di sekolah menunjukkan permasalahan emosi, perilaku,
dan belajar yang signifikan mempengaruhi proses
pembelajarannya di sekolah, karena sekolah adalah tempat
dimana remaja menghabiskan banyak waktunya. Sekolah dapat
menjadi tempat yang menimbulkan rasa aman dan bahagia. Relasi
yang baik dengan guru dan teman, kemampuan yang memadai
untuk mengikuti pelajaran menjadikan bersekolah sebagai
aktivitas yang menyenangkan. Namun, tak sedikit pula siswa
yang harus berjuang untuk dapat mempertahankan keberadaannya
di sekolah. Ketidakmampuan mengikuti pelajaran, kesulitan
beradaptasi, tekanan dari lingkungan, pengelolaan emosi menjadi
hal yang tidak mudah bagi mereka.

Isu kesehatan dan kesejahteraan menjadi salah satu tujuan yang


ditetapkan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
2015–2030 yang secara resmi menggantikan Tujuan
Pembangunan Millennium (MDGs) 2000–2015. SDGs
menentapkan 17 (tujuh belas) tujuan yang telah disepakati
bersama oleh 193 negara. Tentunya ketujuh belas tujuan dalam
SDGs tersebut menjadi agenda bagi masing-masing Negara untuk
merealisasikannya dan mengupayakan ketercapaiannya, sehingga
akan terwujud dalam berbagai program pembangunan dan
pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah bagi setiap
warga Negara nya, termasuk di Indonesia pun demikian.

Di Indonesia, berdasarkan Data Riskesdas tahun 2007, diketahui


bahwa prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan
kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang
dewasa. Berarti dengan jumlah populasi orang dewasa Indonesia
lebih kurang 150.000.000 ada 1.740.000 orang saat ini mengalami
gangguan mental emosional (Depkes, 2007). Data yang ada
mengatakan bahwa penderita gangguan kesehatan mental di
Indonesia tidaklah sedikit sehingga sudah seharusnya hal tersebut
menjadi sebuah perhatian dengan tersedianya penanganan atau
pengobatan yang tepat.

Kesehatan mental yang baik untuk individu merupakan kondisi


dimana individu terbebas dari segala jenis gangguan jiwa, dan
kondisi dimana individu dapat berfungsi secara normal dalam
menjalankan hidupnya khususnya dalam menyesuaikan diri untuk
menghadapi masalah-masalah yang mungkin ditemui sepanjang
hidupnya. Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi
dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya
terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres
kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan
menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.

Saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan
gangguan jiwa. Prevalensi gangguan mental pada populasi
penduduk dunia menurut World Health Organization (WHO)
pada tahun 2000 memperoleh data gangguan mental sebesar 12%,
tahun 2001 meningkat menjadi 13%. Tahun 2002 hasil survei
menunjukkan bahwa 154 juta orang secara global mengalami
depresi dan 25 juta orang menderita skizofrenia, 15 juta orang
berada di bawah pengaruh penyalahgunaan zat terlarang, 50 juta
orang menderita epilepsy dan sekitar 877.000 orang meninggal
karena bunuh diri tiap tahunnya. Diprediksikan pada tahun 2015
menjadi 15%, dan pada negara-negara berkembang prevalensinya
lebih tinggi.

Dilihat dari angka penderita gangguan mental yang tiap tahun


meningkat maka seharusnya perawatan atau pengobatan yang
ditawarkan juga semakin beragam, namun sayangnya hal ini tidak
berlaku di Indonesia dimana penderita gangguan kesehatan
mental masih dianggap sebagai sesuatu yang aneh dan
penderitanya harus dikucilkan. Berbagai stigma diberikan pada
penderita gangguan kesehatan mental sehingga untuk keluarga
penderitapun lebih memilih menutupi kondisi anggota
keluarganya.

Hal ini sangat disayangkan mengingat di zaman sekarang ini


masyarakat diberikan berbagai opsi untuk pengobatan penderita
gangguan kesehatan mental namun lebih memilih untuk berobat
ke dukun atau orang pintar karena masih beranggapan bahwa
sakit mental atau sakit jiwa itu dikarenakan adanya gangguan
makhluk halus atau sebagainya. Oleh karena itu, sudah
seharusnya masyarakat diedukasi tentang kesehatan mental, dan
bagaimana cara penanganannya, agar penderita dapat
diminimalisir kondisi buruk mentalnya dan masyarakat akan
menghilangkan pandangan-pandangan yang tidak sesuai terhadap
para penderita gangguan kesehatan mental

Menurut data Riskesdas 2007 angka rata-rata nasional gangguan


mental emosional (cemas dan depresi) pada penduduk usia 15
tahun adalah 11,6% atau sekitar 19 juta penduduk. Sedang
gangguan jiwa berat rata-rata sebesar 0,46% atau sekitar 1 juta
penduduk. Dari angka yang besar tersebut, penderita gangguan
mental yang diberikan fasilitas pengobatan sangatlah sedikit.
Permasalahan (keluarga,
Menurut perhitungan utilisasi layanan kesehatan jiwa di tingkat
masyarakat,kasus) primer, sekunder dan tersier kesenjangan pengobatan
diperkirakan >90% (Diatri, 2011). Hal ini berarti bahwa hanya
<10% orang dan masalah kesehatan jiwa terlayani di fasilitas
kesehatan. Kerugian ekonomi minimal akibat masalah kesehatan
jiwa berdasarkan hasil Riskesdas 2007 tersebut mencapai Rp.20T,
merupakan jumlah yang sangat besar jika dibandingkan dengan
masalah kesehatan lainnya (Depkes, 2007).
Diperlukan adanya suatu kegiatan pemberian informasi melalui
penyuluhan tentang pentingnya kesehatan mental dan jiwa bagi
masyarakat. Upaya pencegahannya dilakukan pada :

Hari/tanggal : Selasa, 25 Oktober 2022

Lokasi : SMKN 2 Singaraja

Metode : Ceramah

Peserta : Siswa-siswi SMKN 2 Singaraja

Prioritas masalah : Permasalahan kesehatan mental remaja juga


dapat diakibatkan dalam ketidakmampuan memanfaatkan waktu
luang dengan lebih efektif dan produktif. Krisis originalitas
Perencanaan & remaja nampak sangat jelas pada waktu luang yang dikenal
Pemilihan Intervensi dengan istilah waktu pribadi orang (remaja) itu sendiri (Monks,
(Metode penyuluhan, Knoers, & Haditono, 2009). Remaja mengalami lebih banyak
menetapkan prioritas kesulitan untuk “memanfaatkan” waktu luang daripada anak-anak
dan remaja lebih sering melakukan hal-hal “kill the time” dalam
masalah, dan intervensi)
mengisi waktu luangnya. Oleh karena itu, para remaja sangat
rentan untuk tidak menjadi produktif dan mengisi waktu luangnya
dengan perilaku dan emosi negatif.

Intervensi : Memberikan edukasi mengenai kesehatan mental,


gangguan kesehatan mental, berikut dengan penanganannya
bukan hanya dibutuhkan oleh keluarga yang memiliki anggota
keluarga yang menderita gangguan kesehatan mental, melainkan
kepada masyarakat pada umumnya. Selain itu, dukungan sosial
merupakan faktor protektif yang dapat membantu seseorang
ketika berhadapan dengan pengalaman hidup yang menekan dan
mampu menghadapinya secara efektif. Pentingnya peranan
dukungan sosial teman sebaya bagi remaja ditegaskan oleh
Shahzad, Ahmed, Jaffari, dan Khilji (2012) yang dalam
penelitiannya menyatakan bahwa dukungan sosial dari teman
sebaya dapat berbentuk dukungan afeksi, bimbingan, dan materi.
Pelaksanaan (Proses Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2022. Peserta
intervensi yang dilakukan) yang hadir berjumlah 25 orang. Penyuluhan ini dilaksanakan pada
pukul 10.00 WITA. Materi yang diberikan adalah tentang
Pentingnya Kesehatan Mental dan Jiwa. Materi penyuluhan
disajikan dengan verbalisasi. Penyuluhan dilaksanakan selama 10
menit dilanjutkan sesi diskusi dan tanya jawab.
Monitoring dan evaluasi Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik. Peserta
(Proses Monitoring dan tampak antusias sehingga cukup aktif bertanya dan membuat
hasil evaluasi) diskusi mengenai stunting berjalan dengan lancar.
LAMPIRAN

Foto 1. Kegiatan penyuluhan pentingnya kesehatan mental dan jiwa kepada remaja dilaksanakan
pada Selasa, 25 Oktober 2022 pukul 10.00 WITA di SMKN 2 Singaraja

Anda mungkin juga menyukai