Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN MINI PROJECT

PENGARUH TERAPI AKUPRESUR PADA PASIEN HIPERTENSI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG JAMBI

Pembimbing :
dr. Ratna Sugianti
Nip : 197704162009072001

Disusun Oleh :
dr. Fenti Fathonah
dr. Amalia Amelia Azmy
dr. Citra Utami Viollety
dr. Yulia Rahmawati

Puskesmas Olak Kemang Jambi


Periode September 2019 – Januari 2020
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MINI PROJECT DOKTER INTERNSIP

PENGARUH TERAPI AKUPRESUR PADA PASIEN HIPERTENSI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OLAK KEMANG JAMBI

Disusun Oleh :

dr. Fenti Fathonah


dr. Amalia Amelia Azmy
dr. Citra Utami Viollety
dr. Yulia Rahmawati

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Program Internsip Dokter
Indonesia di Puskesmas Puskesmas Olak Kemang Jambi Periode September 2019 – Januari 2020

Jambi, 06 Januari 2020


Mengetahui,
Pendamping,

dr. Ratna Sugianti


NIP. 197704162009072001

2
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah–
Nyalah penulis dapat menyelesaikan Mini Project ini dalam rangka memenuhi persyaratan dalam
program Internsip di Jambi mengenai “Pengaruh Terapi Akupresur pada pasien hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang Jambi”
Dalam penyusunan tugas dan materi ini, tidak sedikit hambatan yang dihadapi. Namun,
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan semua pihak sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat
teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada dr. Ratna Sugiarti sebagai Kepala Puskesmas, serta sebagai dokter pendamping
dalam pembuatan Mini Project ini. Dan tidak lupa kami ucapakan ribuan terima kasih kepada
dokter-dokter yang ada di Puskesmas Olak Kemang Jambi serta seluruh stafnya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Mini Project ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak. Semoga Mini Project ini dapat bermanfaat dan membantu teman sejawat.

Jambi, Januari 2020

3
DAFTAR ISI (belum di edit )
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ..2
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................3
DAFTAR ISI.........................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................6
1.3 Tujuan ..............................................................................................................................6
1.4 Manfaat ............................................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hipertensi ...........................................................................................................7
2.2 Etiologi Hipertensi ...........................................................................................................7
2.3 Faktor Resiko Hipertensi .................................................................................................7
2.4 Klasifikasi Hipertensi.......................................................................................................10
2.5 Gejala Klinis Hipertensi ...................................................................................................10
2.6 DiagnosisHipertensi ........................................................................................................10
2.5 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................................11
2.6 Komplikasi Hipertensi.....................................................................................................11
2.7 Penanganan Hipertensi....................................................................................................11
BAB III
3.1 Rancangan Mini Project..................................................................................................16
3.2 Waktu dan Tempat Mini Project.....................................................................................16
3.3 Populasi Mini Project......................................................................................................16
3.4 Subject Mini Project........................................................................................................16
BAB IV HASIL ..................................................................................................................17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................19
LAMPIRAN

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Penyakit ini disebut juga dengan
the silent killer karena sering dijumpai tanpa gejala dan baru disadari bila telah menyebabkan
gangguan organ.
Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang banyak terjadi di masyarakat dan
mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi. Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang serius, karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan
komplikasi yang berbahaya, misalnya stroke (perdarahan otak), penyakit jantung koroner, dan
gagal ginjal.
Menurut Marliani hipertensi adalah terjadinya peningkatan tekanan sistolik di atas 140
mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Penyakit ini sering ditandai dengan pusing,
sering terasa kaku pada leher belakang, gangguan penglihatan, sulit berkonsentrasi, sulit tidur
dan sering gelisah, namun bisa tanpa gejala. Terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain faktor yang tidak bisa diperbaiki seperti genetik, usia, jenis kelamin, dan
faktor yang bisa diperbaiki seperti kelebihan garam, kolesterol, obesitas, stres, merokok,
kafein, kurang gerak, alkohol.
Prevalensi hipertensi di dunia pada tahun 200 menurut WHO di seluruh dunia terdapat
972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengalami kejadian hipertensi. Angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 63 juta sisanya berada di negara sedang
berkembang, temasuk Indonesia.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2000 prevalensi hipertensi
di Indonesia mencapai 31,7% dari total jumlah penduduk dewasa. Hipertensi merupakan
penyebab kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua umur (6,8%), setelah stroke
(15,4%) dan tuberkulosis (7,5%). Prevalensi hipertensi di Jawa dan Sumatera memiliki
prevalensi yang lebih tinggi dari prevalensi nasional.
Tingginya kejadian hipertensi dimasyarakat dan bahaya dari komplikasi yang dapat
ditimbulkan akibat hipertensi oleh karena itu Penulis ingin meneliti “Pengaruh Terapi
Akupresur pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang Jambi”.

5
Sejalan dengan waktu dan bertambahnya pengalaman, terapi pijat kemudian
berkembang dalam dua arah yaitu pijat atau masase yang termasuk dalam disiplin ilmu
akupresur yang termasuk dalam pengobatan alternatif atau komplomenter. Akupresur
merupakan perkembangan terapi pijat yang berlangsung seiring dengan perkembangan
ilmu akupuntur karena teknik pijat akupresur adalah turunan dari ilmu akupunktur. Teknik
dalam terapi ini menggunakan jari tangan sebagai pengganti jarum tetapi dilakukan pada
titik- titik yang sama seperti yang digunakan pada terapi akupunktur.
Di wilayah Cina yang dekat gurun pasir dan bersuhu panas pada awalnya
masyarakat menggunakan jari-jari tangan untuk akupresur dan batu-batu tajam yang banyak
terdapat digurun untuk akupunktur. Hal tersebut karena di wilayah gurun tanaman sulit
tumbuh dan tidak banyak hewan yang hidup, menyebabkan tidak mungkin dikembangkan
terapi herbal yang menggunakan bagian-bagian dari tanaman atau hewan. Sebaliknya, di
wilayah Cina bagian barat yang beriklim lebih tropis dengan aneka ragam tanaman dan
hewan yang hidup di daerah tersebut, terapi herbal berkembang dengan pesat.
Perkembangan akupresur di Indonesia mulai terjadi sejak kedatangan imigran Cina
ke Indonesia. Para pengobat dari cina ini berbaur dengan penduduk lokal dan menerapkan
ilmu pengobatannya bersama cara-cara lokal seperti mengurut, mengerok, dan minum
ramuan jamu lokal. Dengan demikian, sekalipun akupresur berasal dari Cina, ternyata
metode pengobatan komplementer yang murah dan memberikan rasa nyaman ini dapat
dipadu dengan cara-cara pengobatan lokal terutama di pulau Jawa.
Metode akupresur sudah lama diterapkan di Cina seperti ditulis pada buku
Acupunture Without Needle karya Dr. Cerney. Akupresur juga aman untuk dilakukan
sendiri walaupun belum pernah melakukan sebelumnya, asalkan mengikuti petunjuk yang
ada. Tidak ada efek samping dari obat karena tidak menggunakan obat.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang tersebut diatas, maka rumusan masalah yang penulis ambil
adalah “Pengaruh Terapi Akupresur pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Olak
Kemang Jambi”.

6
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada mini project ini, meliputi :
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi akupresur dalam mengatasi hipertensi
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.2 Untuk mengidentifikasi tekanan darah sebelum dilakukan terapi akupresur
1.3.2.2 Untuk mengidentifikasi tekanan darah setelah dilakukan terapi akupresur.
1.3.2.3 Untuk menganalisis perubahan tekanan darah setelah dilakukan terapi
akupresur.

1.4 Manfaat
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dalam melakukan
penelitian di lapangan sekaligus mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah di peroleh
terutama mengenai pengaruh akupresur terhadap hipertensi.
2. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan sebagai dasar
pertimbangan terapi alternatif hipertensi bagi masyarakat.
3. Bagi Instansi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan mengenai angka
kejadian hipertensi sehingga menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan kegiatan
penyuluhan kepada masyarakat untuk mencegah hipertensi melalui perilaku hidup sehat.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi
2.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg dengan dua kali
pengukuran. Menurut Wiryowidagdo bahwa hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan
darah seseorang berada pada tingkatan di atas normal. Jadi tekanan di atas dapat diartikan
sebagai peningkatan secara abnormal dan terus menerus.

2.1.2 Etiologi Hipertensi Berdasarkan Klasifikasi


Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu:
a. Hipertensi esensial (primer).
Hipertensi esensial adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dan merupakan
tipe yang hampir sering terjadi yaitu sekitar 95% dari kasus terjadinya hipertensi. Hipertensi
esensial disebabkan multi faktor yaitu genetik di sertai faktor gaya hidup yang kurang baik
seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Onset hipertensi esensial biasanya
muncul pada pasien yang berusia antara 25-55 tahun, sedangkan usia dibawah 20 tahun jarang
ditemukan. .
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti penyakit jantung,
penyakit ginjal, penggunaan estrogen, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan
reaksi terhadap obat-obatan tertentu (siklosporin dan OAINS / Obat Anti Inflamasi
Nonsteroid). Hipertensi sekunder berkisar 5% dari kasus hipertensi.

2.1.3 Faktor Risiko Hipertensi


Dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu :
1. Faktor risiko yang tidak dapat diperbaiki
a. Genetik
Jika satu atau dua orang dari orang tua atau saudara kandung yang menderita hipertensi,

8
maka peluang untuk menderita hipertensi makin besar. Penelitian menunjukkan bahwa 25%
dari kasus hipertensi esensial dalam keluarga mempunyai dasar genetik.
b. Usia
Walaupun penuaan tidak selalu memicu hipertensi, tetapi tekanan darah tinggi biasanya
terjadi pada usia lebih tua. Pada usia antara 30 dan 65 tahun, tekanan sistolik meningkat
rata-rata sebanyak 20 mmHg dan terus meningkat setelah usia 70 tahun. Peningkatan resiko
yang berkaitan dengan faktor usia ini sebagian besar menjelaskan tentang hipertensi sistolik
terisolasi dan dihubungakn dengan peningkatan resistensi vaskular perifer dalam arteri.
c. Jenis kelamin
Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga puluhan, sedangkan
perempuan sering mengalami hipertensi setelah menopause. Tekanan darah wanita,
khususnya sistolik, meningkat lebih tajam sesuai usia. Setelah usia 55 tahun, wanita
mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi. Salah satu penyebab terjadinya
pola tersebut adalah perbedaan hormon kedua jenis kelamin.

2. Faktor resiko yang dapat diperbaiki


a. Merokok
Menurut ilmu kedokteran, rokok mengandung lebih kurang 4000 bahan kimia,
diantaranya nikotin, tar, karbon monoksida, dan hidrogen sianida. Nikotin mendorong
terjadinya adhesi platelet yang di asosiasikan dengan penyakit kardiovaskuler dan
hipertensi. Nikotin merupakan bahan yang mempunyai aktivitas biologis yang potensial
yang akan meningkatkankan epinefrin dalam darah, meningkatkan tekanan darah,
menambah denyut jantung dan menginduksi vasokonstriksi perifer.
b. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan. Kelebihan berat badan dan hipertensi sering berjalan beriringan, karena
tambahan beberapa kilogram membuat jantung bekerja lebih keras. .
c. Kolesterol
Dalam kondisi normal kolesterol adalah lemak (lipid) yang diproduksi oleh hati dan
sangat penting untuk fungsi tubuh. Namun jika seseorang memiliki terlalu banyak kolesterol
dalam aliran darah, kelebihannya dapat disimpan dalam pembuluh darah. Kolesterol yang

9
berlebihan tersebut akan menempel dan menumpuk di pembuluh darah, yang pada akhirnya
akan menyebabkan diameter pembuluh darah semakin menyempit, sehingga aliran darah
yang melewatinya akan menjadi lebih deras.
d. Kurang gerak
Olahraga adalah menurunkan berat badan, meningkatkan level HDL (High-Density
Lipoprotein), dan menurunkan trigliserida (lemak dari makanan yang menjadi bagian dari
sirkulasi darah dalam aliran darah). Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan
hipertensi, karena olahraga isotonik (seperti bersepeda, jogging, aerobik, berenang) yang
teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga menurunkan tekanan darah. Olahraga
juga dapat digunakan untuk mengurangi atau mencegah obesitas dan mengurangi asupan
garam kedalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Orang yang sering duduk secara signifikan lebih mungkin mengalami hipertensi dan
serangan jantung.
e. Kelebihan garam
Garam yang dimaksud disini adalah garam natrium. Salah satu sumber utama garam
natrium adalah garam dapur. Fungsi garam dalam kadar normal adalah sangat penting
sebagai ion-ion penjaga kestabilan (normal tubuh manusia mengkonsumsi tidak lebih dari
2400 mg perhari) garam tersebut dapat menyebabkan tubuh menahan terlalu banyak air
sehingga volume cairan darah akan meningkat tanpa diserta penambahan ruang pada
pembuluh darah, yang akibatnya akan menambah tekanan darah dalam pembuluh darah..
f. Kafein
Kafein terdapat pada kopi, teh, cokelat dan koka yang berpengaruh terhadap
perangsangan otot jantung, Kafein mempunyai sifat antagonis endogenus adenosin,
sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan resistensi pembuluh darah tepi.
Namun dosis yang digunakan dapat mempengaruhi efek peningkatan tekanan darah.
Kebanyakan penelitian tidak menunjukkan indikasi yang jelas bahwa asupan kafein dalam
jumlah normal (<100 mg/hari) menyebabkan hipertensi.
g. Penggunaan alkohol
Minum alkohol secara berlebihan, yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari merupakan
faktor penyebab 7% kasus hipertensi.Mengkonsumsi berlebihan. Intake alkohol atau etanol
dalam jumlah 30-75 ml meningkatkan denyut jantung dan cardiac output. Dimana terjadi

10
perubahan tahanan pada pembuluh darah perifer karena dipengaruhi oleh alkohol.
h. Stres
Stres yang dialami seseorang akan membangkitkan saraf simpatetis yang akan memicu
kerja jantung dan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu, bagi mereka
yang sudah memiliki riwayat sejarah kesehatan penderita hipertensi, disarankan untuk
berlatih mengendalikan stres dalam hidupnya.

2.1.4. Klasifikasi Hipertensi


Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut The Sevent :

Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7.

2.1.5. Gejala Hipertensi


Biasanya hipertensi esensial ringan sampai sedang tidak menunjukkan gejala, tampak
sehat selama bertahun-tahun. Ada beberapa gejala hipertensi, yaitu kepala pusing, mudah
marah, sulit tidur, gelisah, sesak nafas, sering kaku di leher belakang, gangguan penglihatan
dan sulit konsentrasi.
Nyeri kepala suboksipital berpulsasi, yang khas terjadi pada penderita hipertensi yang
terjadi pada pagi hari dan berkurang ketika siang hari .

2.1.6. Diagnosis Hipertensi


Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk bersandar atau berbaring, setelah
beristirahat selama 5 menit. Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai
hipertensi, tetapi diagnosis ini tidak dapat ditegakkan berdasarkan satu kali pengukuran.
Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi maka tekanan darah diukur
kembali sebanyak dua kali atau lebih dengan jarak dua menit untuk meyakinkan adanya
hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetapi

11
juga digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi. Setelah diagnosis ditegakkan,
dilakukan pemeriksaan terhadap organ utama, terutama pembuluh darah, jantung, otak, dan
ginjal.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


Pemeriksaan penunjang yang dipakai antara lain:
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
b. Pemeriksaan retina.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
e. Foto dada dan CT scan.
f. MRI dan Angiografi

2.1.8 Komplikasi Hipertensi


1. Penyakit kardiovaskuler hipertensif
Komplikasi jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
hipertensi esensial. Bukti elektrokardiografi tentang adanya hipertropi ventrikel kiri
ditemukan pada 2-15% pasien hipertensi kronik. hipertropi ventrikel kiri dapat
menyebabkan atau mempermudah berbagai macam komplikasi jantung akibat hipertensi,
termasuk gagal jantung kongestif, aritmia ventrikel, iskemi miokard dan meninggal
mendadak.
2. Penyakit cerebrovaskuler hipertensif dan demensia
Hipertensi merupakan penyebab utama stroke, terutama perdarahan intraserebral
dan infark serebral iskemik.
3. Penyakit renal hipertensif
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, dan merupakan penyebab umum
dari insufisiensi renal.

2.1.9. Penanganan Hipertensi


1. Nonfarmakologi:
Perubahan gaya hidup yang dapat menurunkan tekanan darah dan menurunkan

12
risiko penyakit kardiovaskular adalah:
a. Mengurangi kelebihan berat badan
b. Berhenti merokok
c. Membatasi konsumsi alkohol
d. Melakukan aktivitas fisik (olahraga)
Seperti jalan kaki, joging, senam dengan faktor kesulitan yang kecil, olahraga
yang bersifat rekreatif. Sebaiknya aerobik dilakukan 30-45 menit per hari setiap hari.
e. Mengurangi konsumsi kolesterol
Kurangi makan makanan yang mengandung gula murni, daging, ayam, kuning telur,
dan sarden. Serta hindari makan makanan seafood, otak, jeroan, lemak hewani,
mentega. Makanan yang dianjurkan seperti sayuran, buah, minyak nabati (kecuali
minyak kelapa), putih telur, ikan, kacang-kacangan.
f. Istirahat yang cukup dan tidak sres
Istirahat dengan posisi badan berbaring dapat mengembalikan aliran darah ke otak.
Oleh karena tekanan darah dapat meningkat jika orang terkena stres, maka hindari
kegiatan dan tempat-tempat yang dapat menyebabkan stres. Pilihan untuk mengurangi
stres seperti rekreasi ke tempat-tempat yang sejuk, rindang, alam bebas dan daerah
yang berbeda dengan kegiatan sehari-hari.
g. modifikasi diet atau pengaturan diet
1. Diet rendah garam
Tujuan diet rendah garam adalah membantu menurunkan retensi garam atau air
dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Jenis diet rendah garam
a.Diet rendah garam I (200-400mg Na)
 Untuk pasien dengan edema, asites, hipertensi berat.
 Tidak ditambah garam dapur.
 Hindari makanan yang tinggi kadar natrium.
b. Diet rendah garam II (600-800 mgNa)
 Untuk pasien dengan edema, asites, hipertensi tidak terlalu berat.
 Boleh menggunakan ½ sdt garam dapur.
 Hindari makanan yang tinggi kadar natrium.

13
c.Diet rendah garam III (1000-1200mgNa)
 Untuk pasien dengan edema, hipertensi ringan.
 Boleh menggunakan 1 sdt (4gr) garam dapur.
2. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigkiserida dan
pospolipid. Tubuh memperoleh kolesterol dari makanan sehari-hari dan dari hasil
sintesis dari hati. Kolesterol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari pada
yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolesterol dapat terjadi karena terlalu banyak
mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi dan tubuh akan
mengkonsumsi sekitar 25-50% dari setiap makanan.
3. Diet tinggi serat
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, terdiri dari dua jenis
yaitu serat kasar yang banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan, sedangkan serat
makanan terdapat pada makanan karbohidrat seperti kentang, beras, singkong dan
kacang hijau.
4. Diet rendah kalori bila kelebihan berat badan
Diet rendah kalori dianjurkan untuk orang yang kelebihan berat badan. Kelebihan
berat badan atau obesitas akan beresiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga
dengan orang yang berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi.

2. Farmakologi
Hampir 20 penelitian yang dilakukan secara acak menunjukkan bahwa terapi obat
pada pasien dengan hipertensi derajat II dan III secara konsisten mengurangi insiden
stroke sebesar 30-50%, gagal jantung kongestif sebesar40-50%. Beberapa penelitian
pada orang lebih tua dengan hipertensi sistolik telah dipastikan bahwa terapi
antihipertensi mencegah infark miokard fatal dan non fatal serta keseluruhan mortalitas
kardiovaskular.
Ada beberapa keadaan yang mungkin langsung diberi obat antihipertensi,
yakni:
- Tekanan darah lebih dari 180/100 mmHg.

14
- Tekanan darah lebih dari 160/100 mmHg yang menetap selama kurun waktu tertentu.
- Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dengan disertai salah satu atau lebih keadaan
berikut :
a. Diabetes
b. Kerusakan organ target, misalnya jantung, ginjal, atau stroke.
c. Risiko penyakit kardiovaskular dalam tahun lebih dari 20%.

Namun demikian, jika tekanan darah hanya sedikit meningkat (kurang dari 140/90
mmHg), obat antihipertensi diberikan hanya bila perubahan gaya hidup tidak cukup
menurunkan tekanan darah.

Obat-obatan yang biasa diberikan:


a. Diuretik tiazid
Biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik
membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan diseluruh
tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh
darah dan hilangnya kalium melalui air kemih sehingga kadang diberikan tambahan kalium
atau obat penahan kalium. Diuretik sangat afektif pada lanjut usia, kegemukan, penderita
gagal jantung dan penyakit ginjal menahun.

b. Penghambat adrenergik
Merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker, dan alfa-beta-
blocker labetolol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah
sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara
meningkatkan tekanan darah.
Yang paling sering digunakan adalah beta-blocker,yang efektif diberikan kepada :
 penderita yang pernah mengalami serangan jantung
 penderita dengan denyut jantung yang cepat
 angina pectoris
 sakit kepala migren

15
c. Angiotensin converting enzim inhibitor (ACE-Inhibitor)
Menurunkan tekanan darah dengan memblokade produksi hormon angiotensin II yang
menyebabkan konstriksi pembuluh darah. Dengan demikian, obat ini dapat memperlebar
pembuluh darah dan mengurangi tekanan darah.
Obat ini efektif diberikan kepada:
 Penderita gagal jantung
 Penderita denga protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal menahun
atau penyakit ginjal diabetik.
 Pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat lain.

d. Angiotensin-II-blocker menyebabkan penurunan tekanan darah


Dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.

e. Antagonis kalsium
Obat ini dapat menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme
yang berbeda. Obat ini sangat efektif diberikan kepada lanjut usia, penderita angina
pektoris, denyut jantung yang cepat, sakit kepala migrain.

f. Vasodilator
Obat ini dapat langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
Obat dari golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat antihipertensi
lainnya.

g. Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna)


memerlukan beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan
sebagian besar diberikan secara intravena, yaitu:
 Diazoxide
 Nitroprusside
 Nitroglycerin
 Labetolol
 Nifedipine

16
Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan bisa
diberikan peroral, tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi sehingga pemberiannya harus
diawasi secara ketat.
Tabel: 2.2 Golongan obat Antihipertensi

17
2.2 Terapi Akupresur
2.2.1 Pengertian Akupresur
Akupresur atau yang biasa dikenal dengan terapi totok/ tusuk jari adalah salah
satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi pada titik-titik
tertentu pada tubuh. Terapi akupresur merupakan pengembangan dari ilmu akupuntur,
sehingga pada prinsipnya metode terapi akupresur sama dengan akupuntur, yang
membedakannya terapi akupresur tidak menggunakan jarum dalam proses
pengobatannya. Akupresur berguna untuk mengurangi atau pun mengobati berbagai
jenis penyakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan dan kelelahan. Proses
pengobatan dengan teknik akupresur menitik beratkan pada titik-titik saraf tubuh. Di
kedua telapak tangan dan kaki kita terdapat titik akupresur untuk jantung, paru-paru,
ginjal, mata, hati, kelenjar tiroid, pankreas, sinus, dan otak

2.2.2 Teori Dasar Akupresur


Teori Yin dan Yang

Akupresur sebagai seni dan ilmu penyembuhan berlandaskan pada teori


keseimbangan yang berasal dari ajaran Taonisme. Taonisme menyimpulkan, bahwa
semua isi alam ini dan sifat-sifatnya dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok,
yang disebut kelompok Yin dan Yang. Semua benda-benda Yang bersifatnya
mendekati api dikelompokan ke dalam kelompok Yang, dan semua benda yang
sifatnya mendekati air dikelompokakan ke dalam kelompok Yin. Api dan air
digunakan sebagai patokan dalam keadaan wajar, dan dari sifat api dan air tersebut
kemudian dirumuskan sifat-sifat penyakit dan bagaimana cara penyembuhannya.
Seseorang dikatakan tidak sehat atau sakit apabila diantara Yin dan Yang didalam
tubuhnya tidak seimbang. Misalnya pada saat sedang demam (suhu badan di dalam
tubuh naik), maka untuk mengembalikan keseimbangan antara Yin dan Yang
kemudian dikompres dengan air dingin.

Pada dasarnya tidak ada keseimbangan yang bersifat mulak dan statis,
sehingga hubungan antara Yin dan Yang selalu bersifat relatif dan dinamis. Sifat
hubungan dari Yin dan Yang adalah berlawanan, saling mengendalikan dan
mempengaruhi, tapi membentuk satu kesatuan yang dinamis. Hukum keseimbangan
18
ini menjadi dasar dalam menganalisa penyebab suatu penyakit dan cara
penyembuhan/ pemberian terapi pada metode pengobatan tradisional, khususnya
pada terapi akupuntur dan akupresur. Jika seseorang sakitnya dikelompokan ke
dalam kelompok Yin, maka pengobatannya bersifat Yang, dan begitu pula sebaliknya.

Teori Pergerakan Lima Unsur


Selain teori Yin dan Yang, masih ada teori falsafah alamiah yang
berhubungan dengan konsep kategorisasi alam dan unsurnya yaitu teori pergerakan
lima unsur.

Gambar 1 Teori Pergerakan Lima Unsur.

19
Teknik Memijat Pada Terapi Akupresur
Pertama kali yang harus diperhatikan sebelum melakukan pijat akupresur
adalah kondisi umum si penderita. Pijat akupresur adalah kondisi umum si penderita.
Pijat akupresur tidak boleh dilakukan terhadap orang yang sedang dalam keadaan
terlalu lapar ataupun terlalu kenyang, dan pada perempuan yang sedang dalam
keadaan hamil muda. Selain kondisi pasien ruangan untuk terapi akupresur pun
harus diperhatikan. Suhu ruangan yang digunakan untuk terapi tidak boleh terlalu
panas atau terlalu dingin,sirkulasi udara ruangan baik dan tidak diperbolehkan
melakukan pemijatan di ruangan berasap. Pijatan bisa dilakukan setelah menemukan
titik meridian yang tepat, yaitu timbulnya reaksi pada titik pijat berupa rasa nyeri, linu
atau pegal. Dalam terapi akupresur pijatan bisa dilakukan dengan menggunakan jari
tangan (jempol dan jari telunjuk). Lama dan banyaknya tekanan ( pemijatan)
tergantung pada jenis pijatan. Pijatan untuk menguatkan (Yang), untuk kasus
penyakit dingin, lemah, pucat/ lesu, dapat dilakukan dengan maksimal 30 kali
tekanan, untuk masing-masing titik dan pemutaran pemijatannya searah jarum jam,
sedangkan pemijatannya yang berfungsi melemahkan (Yin) untuk kasus penyakit
panas, kuat, muka merah, berlebihan/ hiper dapat dilakukan dengan minimal 50 kali
tekanan dan cara pemijatannya berlawanan jarum jam.

Teknik Akupresur
Titik akupresur utama untuk hipertensi adalah :
a) EX-HN 3 (Pertengahan kedua alis)
b) EX-HN 5 (Didaerah puncak alis)

20
c) ST 8 (0,5 cun dari tepi batas garis rambut pada sudut dahi)

d) GV 20 (5 jari kebelakang dari batas rambut depan, tepatnya dipuncak kepala)

e) GB 20 (Lekukan kiri – kanan di belakang kepala, 1 jari di atas batas rambut)


f) GB 21 (Di belakang leher di pertengahan antara punggung kanan dan kiri atas)

g) HT 3 (diujung lipatan siku kanan bagian dalam, segaris dengan jari kelingking)

21
h) HT 7 (Tepat pada lengkungan garis pergelangan tangan, segaris dengan jari kelingking)

i) ST 36 (posisinya diukur dengan menggunakan 3 jari pasien di bawah lutut lalu ditarik garis
kearah luar lutut sejajar dengan mata kaki)

j) LR / LV 3 (Dipunggung kaki di antara jempol dan jari kedua)

k) GB 42 (tulang tonjolan arah luar kaki sejajar dengan


jari kelingking kaki pasien)

22
BAB III
METODE MINI PROJECT
3.1. Jenis dan Rancangan Mini Project
Mini project ini dilakukan dengan melakukan pengumpulan data, pengukuran tekanan
darah, melakukan wawancara serta melakukan tindakan akupresur kepada responden
Penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Jambi.
Jenis penelitian yang digunakan pada Mini Project ini adalah Metode Penelitian Cross
Sectional, dimana penelitian hanya dilakukan pada satu waktu. Peneliti melakukan
pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan intervensi, kemudian dilakukan Terapi
Akupresur pada pasien, setelah dilakukan intervensi kemudian pasien diukur kembali tekanan
darahnya.

3.2 Waktu dan Tempat Mini Project


Mini project ini dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2019 di Wilayah Kerja
Puskesmas Olak Kemang Jambi.

3.3 Populasi Mini Project


Populasi mini project adalah seluruh penderita hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Olak Kemang Jambi.

3.4 Subjek Mini Project

Subjek mini project diambil dari masyarakat penderita hipertensi yang sudah terdata
di Pukesmas Olak Kemang.

23
BAB IV
HASIL MINI PROJECT
4.1 Hasil Penelitian
Pada penelitian mini project yang dilakukan dari bulan Juni-Agustus 2019, didapatkan
hasil sebagai berikut :
 Data Pasien yang dilakukan Intervensi Akupresure
Jenis
NO Nama Pasien Usia TD Sebelum TD Sesudah
Kelamin
1 Hasan Basri L 51 140/90 118/77
2 Suhaimi Yahya L 60 173/88 158/68
3 M. Safii L 60 167/109 167/98
4 Musin L 62 198/117 179/111
5 Rogayah P 59 158/86 153/84
6 Arbaah P 58 173/91 147/82
7 Hartati P 43 148/98 130/71
8 Beti Mardiah P 66 162/92 143/90
9 Nona P 75 160/80 153/74
10 Fatmawati P 52 141/84 142/84
11 Hawidah P 73 160/79 140/88
12 Aminah P 55 175/86 166/87
13 Nayu Hassan P 72 157/96 153/87
14 Rosna P 47 147/88 138/86
15 Hanifah P 76 186/95 140/78
16 Helmi Abu Hasan L 63 142/82 135/80
17 Robiatul Dawiah P 60 171/108 156/77
18 Ulya P 73 170/98 150/80
19 Hindun P 70 164/130 164/129
20 Muhamad Suri L 75 154/100 154/99
21 Asniwati P 35 145/102 130/80
22 Maimunah P 60 142/92 140/90
23 Baitil Atik P 52 147/104 135/77
24 Diana P 33 159/110 147/90
25 Jumhana P 70 178/97 156/85
26 Mariam P 85 186/129 164/100
27 Rogayah 1 P 60 180/76 156/70
28 Sopiah P 70 156/88 130/76
29 Abdurahman P 80 146/73 145/72
30 Aisah P 66 246/110 190/93

24
Klasifikasi hipertensi pada penelitian hipertensi dibagi menjadi 3 yaitu
prehipertensi dengan tekanan darah sistol 120-139 mmHg dan diastol 80-89 mmHg,
hipertensi stage I dengan tekanan darah sistol 140-159 mmHg dan diastol 90-99 mmHg,
untuk hipertensi stage II dengan tekanan darah >160 mmhg dan tekanan diastol >100
mmHg. Hasil penelitian ini menunjukan keseluruhan responden dengan jumlah 14 orang
mengalami hipertensi stage I.
Temuan penelitian ini menunjukan keseluruhan responden dengan jumlah 14
orang mengalami hipertensi stage I. Di Indonesia berdasarkan konsensus yang dihasilkan
Pertemuan Ilmiah Nasional Pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia tanggal 13-14
Januari 2007, belum dapat membuat klasifikasi hipertensi untuk orang Indonesia. Hal ini
dikarenakan data penelitian hipertensi di Indonesia berskala nasional sangat jarang,
sehingga Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) memilih klasifikasi sesuai
WHO/ISH karena memiliki sebaran yang lebih luas. Sebagian besar penderita hipertensi
termasuk dalam kelompok hipertensi ringan.
Dari penelitian Suwitra (2009) menunjukan populasi Hipertensi ditaksir 70%
menderita hipertensi ringan , 20% hipertensi stage 1 dan 10% hipertensi stage 2. Pada
setiap jenis Hipertensi ini dapat timbul krisis hipertensi dimana tekanan darah (TD)
diastolik sangat meningkat sampai 120-130 mmHg yang merupakan suatu kegawatan
medik dan memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa
penderita.
Dari penelitian Retno (2012) didapatkan lebih dari 50% responden mempunyai
tekanan darah sistolik stage 1 sebanyak 14 responden (58,3%), dan lebih dari 50%
responden mempunyai tekanan darah diastolik stage 1 yaitu sebanyak 12 responden
(50,0%).

 Persentase keberhasilan tindakan Akupresure

Dari 30 sampel ada 6 sampel yang tidak mengalami perubahan tensi, sehingga:

24
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥100% = 80%
30

25
Dari penelitian ini didapatkan bahwa terdapat perubahan tekanan darah setelah
dilakukan tindakan akupresure. Terdapat 6 orang responden yang tidak mengalami penurunan
tekanan darah, hal ini mungkin dapat diakibatkan oleh :
- Pada saat dilakukan tindakan akupresur pasien tidak dalam keadaan rileks
- Faktor stres internal pada diri pasien
- Ketidakpercayaan pasien terhadap tindakan akupresur yang dilakukan
- Kesalahan dalam menentukan titik dan mimijat akupresur

Rata-rata tekanan darah akan menjadi lebih rendah setelah dilakukan terapi
akupresur. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa akupresur yang dilakukan dapat
menurunkan tekanan darah (hipertensi). Terapi akupresur dapat mengharmonisasikan
aliran qi dan darah sehingga akan merelaksasikan spasme dan menurunkan tekanan darah.

Pijatan-pijatan pada titik tertentu dalam terapi akupresur dapat merangsang


gelombang saraf sehingga mampu membantu melancarkan aliran darah. Penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Rosiana (2013) menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah
sistole sebelum dan sesudah terapi sebesar 27,77 mmHg dan rata-rata tekanan darah
diastole sebelum dan sesudah terapi adalah 12,59 mmHg. Pada penelitian tersebut tidak
disebutkan berapa kali terapi untuk mendapatkan hasil pengaruh terapi akupresur terhadap
hipertensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan peneliti
dan yang dilakukan Rosiana (2013) menunjukan pengaruh yang sama yaitu pemberian
terapi akupresur dapat menurunkan tekanan darah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh eti menunjukan nilai yang lebih tinggi
dibandingkan hasil penelitian ini namun dalam penelitian Rosiana tidak menjelaskan
tentang berapa kali pemberian terapi sehingga tolak ukur terapi yang dilakukan tidak
jelas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukan hipertensi lebih banyak
menyerang perempuan dibandingkan laki-laki tetapi karakteristik hipertensi berdasarkan
jenis kelamin tidak dipaparkan dalam penelitian sebelumnya.

26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil uji lapangan didapatkan pengaruh antara tindakan akupresur dan hipertensi,
dimana terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan terhadap responden setelah
dilakukan tindakan akupresur.

5.2 Saran
Diharapkan kedepannya tindakan akupresur ini dapat di terapkan bersamaan dengan
terapi hipertensi di seluruh sektor wilayah kerja puskesmas, khususnya olak kemang.

27

Anda mungkin juga menyukai