Oleh:
dr.Noni
Pendamping:
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing Penulis
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
mini project yang berjudul “Gambaran Keberhasilan Pengobatan Pada Pasien
Tuberkulosis Paru BTA (+) di Wilayah Puskesmas Kenali Besar Tahun
2020” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat tugas
program internship dokter indonesia yang diadakan di Puskesmas Kenali Besar .
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
iii
BAB IV METODE PENELITIAN.................................................................17
5.2 Pembahasan........................................................................................22
6.1 Kesimpulan.........................................................................................30
6.2 Saran....................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................31
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
mewakili 64% dari perkiraan 10 juta kasus baru yang terjadi pada 2017. Tiga
dari sepuluh
2
negara menyumbang 80% dari 3,6 juta kesenjangan global antara lain
India, Indonesia, dan Nigeria (WHO, 2018).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat
pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika
ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15
tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak
buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Pada
tahun 1990-an, situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB
meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada
negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah TB besar
(high burden countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993, WHO
mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency).
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:
negara berkembang.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi disparitas terlalu lebar, sehingga
masyarakat masih mengalami masalah dengan kondisi sanitasi, papan,
sandang dan pangan yang buruk.
Beban determinan sosial yang masih berat seperti angka pengangguran,
tingkat pendidikan yang rendah, pendapatan per kapita yang masih rendah
yang berakibat pada kerentanan masyarakat terhadap TB.
Kegagalan program TB selama ini.
1. Infeksi primer
Orang yang terinfeksi basil tuberkulosis untuk yang pertama, pada mulanya
hanya memberikan reaksi seperti jika terdapat benda asing di saluran
pernapasan, hal ini disebabkan Karena tubuh kita tidak mempunyai
pengalaman dengan basil tuberculosis. Hanya proses fagositosis oleh
makrofag saja yang dihadapi dengan basil tuberkulosis. Namun makrofag
yang memfagositosis belum diaktifkan. Selama periode tersebut, basil
tuberkulosis berkembang biak dengan bebas baik ekstraseluler maupun
intraseluler di dalam sel yang memfagositosisnya. Selama tiga minggu
7
Diagnosis seperti ini ditegakkan jika semua hasil prosedur diagnostik yang
mendukung diagnosis pasti. Prosedur diagnistik tuberkulosis adalah
8
negatif.
2. indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan.
3. indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif.
4. indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat.
5. reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutan.
6. berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni
persenyawaan antara antibody dan antigen tuberculin.
5. Rontgen dada
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan
kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang
menunjukkan perkembangan Tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area
fibrosa.
6. Pemeriksaan histology / kultur jaringan Positif bila terdapat Mikobakterium
Tuberkulosis.
7. Biopsi jaringan paru
Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan terjadinya
nekrosis.
8. Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi.
9. Analisa gas darah (AGD)
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan
jaringan paru.
10. Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya rasio
residu udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen
sebagai akibat infiltrasi parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan
kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis kronis).
2.8 Penatalaksanaan TB Paru
Pengobatan TB memiliki tujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, memutuskan rantai penularan, dan mencegah terjadinya resistensi
kuman terhaadap OAT.
10
1. Sembuh Pasien
12
BAB III
Karakteristik:
Usia
Jenis Kelamin
```
Tipe Diagnosis
Tipe Penderita
Bulan Pengobatan
Bulan Kedua
Bulan Kelima
Bulan Keenam
14
Skala Kategori
pengukuran
3.2.2 Umur
2. Perempuan
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.3.2 Sampel
Sampel peneliti adalah pasien penderita TB Paru yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Kenali Besar yang direkrut sebagai subjek dalam penelitian ini.
1
8
19
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin
penderita tuberkulosis paru tertinggi adalah pada laki-laki yaitu 55.2% (37 orang)
dan terendah adalah perempuan 44.8% (30 orang)
F %
Valid Kasus Baru 64 95.5
Kasus Kambuh 3 4.5
Total 67 100.0
F %
Valid Terkonfirmasi Bakteriologis 41 61.2
Terdiagnosis Klinis 25 37.3
Terkonfirmasi Bakteriologis & 1 1.5
Klinis
Total 67 100.0
F %
Valid BTA (+) 41 61.2
BTA (-) 26 38.8
Total 67 100.0
F %
Valid BTA (-) 67 100.0
F %
Valid BTA (-) 67 100.0
5.2 Pembahasan
5.2.1 Distribusi Proporsi Penderita Tuberkulosis Paru Berdasarkan
Sosiodemografi Yaitu Umur dan Jenis Kelamin Di Puskesmas Kenali
Besar
Proporsi penderita tuberkulosis paru berdasarkan umur di Puskesmas Kenali
Besar dapat dilihat pada gambar 5.1
22
Menurut WHO tahun 1995, menyatakan bahwa di negara berkembang ada sebesar
75 persen dari penderita TB Paru terjadi pada kelompok usia produktif 15-50
tahun.
Hasil penelitian ini dapat dikaitkan bahwa kelompok umur 25-34 tahun termasuk
kedalam kelompok usia produktif yang mempunyai mobilitas yang sangat tinggi
sehingga kemungkinan untuk terpapar bakteri Mycobacterium tuberculosis paru
lebih besar.
Jenis Kelamin
Berdasarkan gambar 5.2 diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin
penderita tuberkulosis paru tertinggi adalah pada laki-laki yaitu 55.2% (37 orang)
dan terendah adalah perempuan 44.8% (30 orang)
Berdasarkan penelitian Sari, Mubasyiroh & Supardi (2016) di Jakarta tahun 2014
menunjukkan bahwa proporsi penderita tuberkulosis paru tertinggi yaitu laki-laki
sebesar 66,7%. Penelitian lain oleh Laily (2015) di Puskesmas Tuminting Manado
24
menujukkan hasil yang sama yaitu proporsi penderita tuberkulosis tertinggi adalah
jenis kelamin laki-laki sebesar 55,1%.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Depri Apsari
(2018) di Puskesmas Batu Anam Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun
dimana proporsi tipe penderita TB Paru paling banyak adalah kasus baru sebesar
97,8 persen.
25
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Qiyaam dkk (2020) di Puskesmas Kediri
Lombok Barat. Proporsi riwayat pengobatan sebelumnya tertinggi yaitu Baru
sebesar 93,5% (72 orang).
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sihombing
(2010) di RS Santa Elisabeth, Medan. Proporsi tipe penderita tuberkulosis
parupaling banyak Kasus Baru sebanyak 60,6% .
Berdasarkan gambar 5.7 diatas dapat dilihat bahwa distribusi proporsi berdasarkan
tipe diagnosis adalah terkonfirmasi bakteriologis 61.2% (41 orang) dan
Terkonfirmasi Bakteriologis & Klinis 1.5% (1 orang).
6.1 Kesimpulan
6.2. Saran
3
0
DAFTAR PUSTAKA
3
1
32
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta
Rab, Tabrani. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Trans Info Media. Jakarta
Rahajoe, N. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak. Badan Penerbit IDAI. Jakarta
Sihombing, Eka, SR. 2010. Karakteristik penderita tb paru rawat inap di rumah
sakit santa elisabeth medan tahun 2004-2007. Skripsi FKM USU. Medan
Sudoyono,A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibtara, M., Setiadi, S., 2010. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing. Jakarta.
Wildan, Y., Fatimah, S., Kuspiatiningsih, T., Sumard i. 2008. Hubungan Sosial
Ekonomi Dengan Angka Kejadian TB Paru BTA Positif Di Puskesmas
Sedati. Buletin Penelitian RSU DrSoetomo; Vol 10, No 2, Juni 2008.