Anda di halaman 1dari 55

02/12/20 F1 PISPK penyuluhan HT (OKE)

17/02/21 F1 Posyandu Lansia penyuluhan merokok (OKE)

21/11/20 F1 PISPK penyuluhan prokes (OKE)

09/04/21 F1 PROLANIS penyuluhan DM (OKE)

08/04/21 F1 Posyandu Lansia penyuluhan etika batuk (OKE)

17/02/2021

PENYULUHAN BAHAYA ROKOK BAGI KESEHATAN DALAM KEGIATAN POSYANDU LANSIA KELURAHAN
PASAR BARU

A. Latar Belakang

Keadaan lingkungan fisik dan biologis pemukiman penduduk Indonesia belum baik, Kepadatan
penduduk yang begitu tinggi utamanya di kota-kota besar dan fasilitas kesehatan yang jumlahnya tidak
seimbang dengan jumlah penduduk menyebabkan pemerataan kesehatan belum sepenuhnya dapat
terlaksana dengan baik. Hal ini berakibat masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena
berbagai penyakit. Peningkatan kesehatan lingkungan dimaksudkan untuk perbaikan mutu lingkungan
hidup yang yang dapat menjamin kesehatan, Semua kegiatan penyehatan lingkungan dan pemukiman
yang dilakukan oleh staf Puskesmas, sebaiknya dilaksanakan dengan mengikutsertakan masyarakat
secara bergotong-royong.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Kebiasaan merokok
adalah salah satu indikator tercapainya PHBS untuk mencapai Indonesia sehat. Kebiasaan merokok
tidak hanya penting didalam kehidupan pribadi tetapi juga sangat mempengaruhi kesehatan keluarga,
masyarakat, dan negara.

Kebiasaan merokok sedikitnya menyebabkan 30 jenis penyakit pada manusia. Penyakit yang timbul
akan tergantung dari kadar zat berbahaya yang terkandung, kurun waktu kebiasaan merokok, dan cara
menghisap rokok. Semakin muda seseorang mulai merokok, makin besar risiko orang tersebut
mendapat penyakit saat tua.

PERMASALAHAN

B. Permasalahan Di Masyarakat.

Dalam satu batang rokok mengandung sekitar 7.000 zat kimia, 200 jenis diantaranya bersifat
karsinogenik, yaitu zat yang merusak gen dalam tubuh sehingga memicu terjadinya kanker, seperti
kanker paru, emfisema, dan bronkitis kronik (PPOK). Atau juga kanker lain, seperti kanker nasofarings,
mulut, esofagus, pankreas, ginjal, kandung kemih, dan rahim. Aterosklerosis atau pangerasan
pembuluh darah bisa menyebabkan penyakit jantung, hipertensi, risiko stroke, menopause dini,
osteoporosis, kemandulan, dan impotensi.

Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak
dihisap. Sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna. Asap
rokok mengandung sejumlah zat yang berbahaya seperti benzen, nikotin, nitrosamin, senyawa amin,
aromatik, naftalen, ammonia, oksidan sianida, karbon monoksida benzapirin, dan lain-lain. Partikel ini
akan mengendap di saluran napas dan sangat berbahaya bagi tubuh. Endapan asap rokok juga mudah
melekat di benda- benda di ruangan dan bisa bertahan sampai lebih dari 3 tahun, dengan tetap
berbahaya.

Masih banyaknya masyarakat yang sebenarnya sudah mengetahui secara teoritis mengenai
segala kerugian mengenai merokok, baik dari segi kesehatan, ekonomi, maupun sosial. Namun, tetap
saja mayoritas masyarakat yang merokok masih enggan berhenti merokok kecuali sudah terkena
penyakit, bahkan sekarang ini populasi yang merokok semakin meluas, tidak hanya yang laki-laki,
perempuan pun sudah merokok dan tidak mengenal usia.

PERENCANAAN

C. Prencanaan dan Pemilihan Intervensi

Untuk mencegah dan menghentikan kebiasaan merokok tentunya harus dilakukan usaha preventif
dari instansi terkait. Sekaligus melaksanakan kegiatan bulanan yaitu Posyandu Lansia, staf Puskesmas
Pasar Gambir beserta dokter internship sambil menyelenggarakan penyuluhan tentang bahaya
merokok terhadap kesehatan, diharapkan masyarakat daerah tersebut paham bahaya rokok dan
berusaha untuk berhenti merokok serta mampu membagikan ilmu yang positif kepada masyarakat
lainnya.

PELAKSANAAN

D. Pelaksanaan

Hari, tanggal : Rabu, 17 Februari 2021

Waktu : 10.30 WIB

Tempat : Kelurahan Pasar Baru Kec. Beget Kota Tebing Tinggi

Durasi: 30 menit

Metode: Ceramah dan menggunakan tablet untuk menunjukkan gambar peraga

MONITORING

E. Monitoring dan Evaluasi

Pada penyuluhan ini, jumlah peserta yang merupakan lansia sebanyak 25 orang dan masyarakat yang
sedang berada di sekitar lokasi posyandu (yang dekat dengan kedai kopi) namun tidak berobat sekitar
15 orang yang mayoritas merupakan pria berusia 30-50 tahun. Masyarakat yang telah mengikuti
penyuluhan mampu memahami bahaya merokok dan keuntungan berhenti merokok yang telah
dijelaskan.

Pada penyuluhan ini, dilakukan juga sesi diskusi dimana pasien atau peserta yang ingin bertanya
boleh bertanya. Sekitar 5 orang yang bertanya, sebagian besar peserta masih tampak acuh namun
beberapa masih mendengarkan. Evaluasi dapat dilakukan di kunjungan posyandu bulan depan apakah
yang berobat masih merokok dan warga yang sering merokok di wilayah tersebut sudah mulai
mengurangi frekuensi dan intensitas merokoknya.

Sabtu 21/11/2020

Penyuluhan Pentingnya Protokol Kesehatan di Era Pandemi Covid-19

Covid-19 (Coronavirus disease 2019) merupakan penyakit virus severe acute


respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Penyakit ini menyebabkan gangguan
system pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti
pneumonia. Gejala ini bisa muncul dalam 2 hari sampai 2 minggu setelah seseorang terinfeksi
virus penyebabnya. Untuk memastikan apakah gejala yang muncul karena adanya infeksi dari
virus ini perlu dilakukan pemeriksaan rapid test atau swab PCR.
Covid-19 dapat menginfeksi siapa saja, namun gejala yang ditimbulkan akan lebih berat
jika menginfeksi orang dengan komorbid seperti usia lanjut, ibu hamil, perokok, penderita
penyakit tertentu, dan gangguan system imun. Penularan virus ini yang sangat cepat
menyebabkan jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 terus meningkat dengan jumlah
kematian yang juga meningkat termasuk di Indonesia.
Pengobatan untuk mengatasi infeksi virus ini belum ada hingga saat ini, sehingga
pemilihan terapi bergantung pada ada tidak nya gejala pada seseorang yang terinfeksi. Bagi
seseorang yang terinfeksi tanpa gejala cukup melakukan isolasi mandiri dirumah selama 14
hari dan menerapkan protocol kesehatan. Sedangkan yang tekonfirmasi positif Covid-19
dengan gejala harus melakukan perawatan karantina di rumah sakit sampai waktu dinyatakan
bebas infeksi. Bagi yang tidak terinfeksi virus, pencegahan terbaik ialah menerapkan protocol
kesehatan Covid-19 di berbagai kondisi dengan harapan mencegah peninngkatan kasus
terkonfirmasi positif dan menurunkan angka kematian.
1.1 Permasalahan
Covid-19 menjadi penyakit infeksi virus yang angka kejadian dan kematiannya terus
meningkat di dunia, termasuk Indonesia. Belum adanya pengobatan efektif dalam
penanganan kasus ini menjadikan penyuluhan tentang upaya preventif kasus ini penting
dilakukan. Kota Tebing Tinggi yang masih merupakan zona merah dan belakangan baru
menjadi zona oranye masih memiliki kasus Covid-19 yang cukup tinggi dan tampak
masyarakat yang masih belum menerapkan protokol kesehatan terutama mengenakan masker
jika bepergian keluar rumah, menjadikan tenaga medis giat melakukakan kiat-kiat penerapan
protokol kesehatan dalam upaya preventif infeksi Covid-19.
1.2 Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Dilakukan penyuluhan tentang pentingnya penerapan protokol kesehatan dalam upaya
preventif infeksi Covid-19 sembari melaksanakan kegiatan PISPK (Program Indonesia Sehat
Pendekatan Keluarga). Setiap warga yang rumahnya didatangi dilihat apakah mengenakan
masker saat staf Puskesmas mendatangi rumah, dan melihat warga sekitar yang sedang
beraktivitas.
1.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:

Kegiatan : Penyuluhan Pentingnya Protokol Kesehatan di Era Pandemi Covid-19

Hari/Tanggal : Sabtu/21 November 2020


Tempat : Kecamatan Pasar Baru Lingkungan IV
Alat/Bahan : Tablet (menunjukkan gambar peraga)
Masker (untuk dibagikan kepada masyarakat yang benar-benar tidak
punya masker)

Penyuluhan yang dilakukan mengenai apa itu COVID-19, bagaimana penularannya,


dan bagaimana protokol kesehatan yang benar (menjauhi kerumunan, mencuci tangan,
memakai masker, tidak bepergian jika tidak diperlukan).

1.4 Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan penyuluhan penyuluhan pentingnya penerapan protocol kesehatan di era pandemic


Covid-19 di Kecamatan Pasar Baru cukup mendapatkan apresiasi dari warga. Diharapkan
dengan adanya penyuluhan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Kecamatan Pasar
Baru mengenai pentingnya penerapan protocol kesehatan di masa pandemik. Namun
penyuluhan kontinu tetap diperlukan untuk terus memupuk kesadaran diri masyarakat tentang
pentingnya penerapan protokol kesehatan dalam upaya memutuskan rantai penularan Covid-
19.

Jumat 09/04/2021

Penyuluhan Mengenai Penyakit Diabetes Mellitus

A. Latar Belakang.

Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada usia lanjut. Di Indonesia, prevalensi DM mencapai
15,9- 32,73%, dimana diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia menderita diabetes
melitus. Menurut penelitian epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia, kekerapan
diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6%. Terjadi tendensi kenaikan kekerapan diabetes
secara global terutama disebabkan oleh karena peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka
dengan demikian dapat dimengerti bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2
dekade yang akan datang kekerapan DM di Indonesia akan meningkat dengan drastis. Indonesia akan
menempati peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12,4 juta orang
pada tahun 2025, naik 2 tingkat dibanding tahun 1995.

Menurut penjelasan di buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Bab Diabetes Melitus di Indonesia, dikatakan
bahwa dalam jangka waktu 30 tahun penduduk Indonesia akan naik sebesar 40% dengan peningkatan
jumlah pasien diabetes yang jauh lebih besar yaitu 86-138% yang disebabkan oleh karena faktor
demografi, gaya hidup yang kebarat –baratan, berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi,
meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes semakin panjang .

Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan besarnya biaya perawatan diabetes yang
terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang baik adalah pencegahan (baik
primer dengan mencegah insiden DM baru dan sekunder dengan kontrol glikemik yang baik pada
pasien yang telah menderita DM serta tersier untuk mencegah perberatan komplikasi pada pasien DM
dengan komplikasi). Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes ada tiga jenis,
antara lain

a) Pencegahan primer. Semua aktivitas yang digunakan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada
inividu yang beresiko mengidap diabetes melitus atau pada populasi.

b) Pencegahan sekunder. Menemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya dengan screening.


Dengan demikian pasien diabetes yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring.

c) Pencegahan tersier. Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi
tersebut. Strategi pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melalui pendekatan masyarakat
yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum dan pendekatan individu beresiko tinggi
yang dilakukan pada individu yang beresiko mengidap diabetes

permasalahan

1. Masih banyak kalangan masyarakat yang belum memahami pentingnya pengobatan DM yang
sifatnya seumur hidup, terbukti saat kunjungan di Ruang Pemeriksaan Umum PKM Pasar Gambir,
Posyandu Lansia, atau Posbindu, pasien DM seringkali mengatakan mereka tidak lagi mengkonsumsi
obat begitu merasa baikan.

2. Adanya program baru dari pemerintah terkait program pengelolaan dan penyakit kronis
(PROLANIS), salah satunya adalah penyakit DM, namun belum semua peserta BPJS di Puskesmas Pasar
Gambir yang menderita DM terdata dan mengikuti program PROLANIS.

Perancanaan

Metode transfer informasi tentang penyakit Diabetes melitus direncanakan akan disampaikan dengan
metode penyuluhan dan pada akhir sesi diadakan tanya jawab. Informasi bagi peserta tentang kondisi
saat ini dan sebagai upaya pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi jika mengetahui
bahwa peningkatan kadar gula darah dipengaruhi oleh banyak faktor.
Pelaksanaan

Adapun mengenai pelaksanaan acara, tempat penyuluhan dilakukan di Aula Puskesmas Pasar Gambir
pada acara PROLANIS yang baru dimulai kembali sejak wabah Covid-19 menyerang. Untuk waktu
penyuluhan dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 09 April 2021 dan acara dimulai dari pukul 09.00 –
10.30 WIB. Penyuluhan dilakukan pada pukul 10.00-10.30 WIB.

Acara diawali dengan pendaftaran pasien, pengukuran TB BB IMT dan Tekanan darah. Setelah itu
dilakukan pengambilan darah yang selanjutnya dikirimkan ke Laboratorium Prodia Tebing Tinggi. Lalu
dilanjutkan dengan pasien mengikuti penyuluhan. Adapun beberapa materi – materi penting yang
telah tersampaikan kepada peserta diantaranya :

- Pengertian DM

- Macam dan penyebab DM

- Pentingnya pola hidup dan cara mengatur pola makan, dan pentingnya olahraga serta jenis olahraga
untuk pasien DM (jogging, senam aerobik, bersepeda, berenang)

- Cara merawat kaki pada DM

- Cara mencegah komplikasi DM

Setelah penjelasan beberapa materi diatas, acara dilanjutkan dengan sesi taya jawab.

Monitoring

Secara keseluruhan acara berlangsung dengan lancar. Tidak ada gangguan secara teknis yang terjadi di
sepanjang penyuluhan berlangsung. Respon dari pendengar cukup baik, hal ini dapat dilihat dari
beberapa pertanyaan yang diajukan peserta pada pemateri penyuluhan.

Untuk evaluasi dari pelaksanaan acara penyuluhan ini yang perlu ditingkatkan kedepannya, yakni
masalah materi penyuluhan yang lebih bervariasi pada kegiatan penyuluhan berikutnya sehingga akan
banyak ragam informasi yang diterima peserta.

Kamis, 08/04/2021

Penyuluhan Etika Batuk dan Bersin

COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah jenis penyakit baru yang disebabkan oleh virus dari
golongan coronavirus, yaitu SARS-CoV-2 yang juga sering disebut virus Corona. Kasus pertama
penyakit ini terjadi di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Setelah itu, COVID-19 menular
antarmanusia dengan sangat cepat dan menyebar ke puluhan negara, termasuk Indonesia, hanya
dalam beberapa bulan. Menurut data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19
Republik Indonesia, jumlah kasus terkonfirmasi positif hingga 19 April 2021 adalah 1.609.300 orang
dengan jumlah sembuh 1.461.414 dan kematian 43.567 orang. Dari angka tersebut dapat disimpulkan
bahwa case fatality rate atau tingkat kematian yang disebabkan oleh COVID-19 di Indonesia adalah
sekitar 2,7%. Case fatality rate adalah presentase jumlah kematian dari seluruh jumlah kasus positif
COVID-19 yang sudah terkonfirmasi dan dilaporkan.
Permasalahan = Masyarakat Indonesia masih banyak yang tidak patuh terhadap penerapan protokol
kesehatan. Masih banyak warga yang tidak menggunakan masker lalu batuk dan bersin di tempat
umum sehingga meningkatkan tingkat penularan di masyarakat. Pasien lansia merupakan populasi
yang rentan karena mereka seringkali tidak paham pentingnya protokol kesehatan dan usia mereka
yang tua sendiri menjadi faktor lebih lemahnya imunitas tubuh dan lebih mudah terpapar Covid-19.

Perencanaan & Pemilihan Intervensi = Penyuluhan dilakukan di lokasi Posyandu Lansia Kecamatan
Bandar Utama dengan target penyuluhan pasien yang telah selesai berobat.

Pelaksanaan = Penyuluhan dilakukan menggunakan media ceramah dengan menampilkan gambar


interaktif dari Kementrian Kesehatan melalui tablet.

Monitoring & Evaluasi = Kegiatan telah dilaksanakan tanpa kendala apapun. peserta dapat memahami
materi dengan baik dan bisa langsung mempraktekan di kehidupan sehari-hari. Evaluasi dilakukan
dengan cara menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan materi kepada peserta secara acak.

=====================================================================

02/12/20 F2 PISPK Air bersih

21/11/20 F2 PISPK Air bersih

25/01/21 F2 Posyandu Remaja penyuluhan tentang pengelolaan sampah

16/02/21 F2 Home Visite ODGJ penyuluhan tentang jamban sehat

13/01/21 F2 Pemberantasan DBD di Puskesmas

Rabu, 02 Desember 2020

Upaya Peningkatan Taraf Kesehatan Lingkungan dengan Penggunaan Air Bersih dalam Kegiatan PISPK
di Kelurahan Pasar Baru

1. Latar Belakang

Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia, sehingga ketersediaan air bersih sangat penting karena

pemanfaatannya yang banyak terutama untuk kebutuhan sehari-hari.

Definisi air bersih sendiri adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan

manusia dan harus bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit, bebas dari bahan-

bahan kimia yang dapat mencemari air bersih dan merupakan zat yang mutlak bagi

setiap makhluk hidup dan syarat utama bagi terjaminnya kesehatan. Menurut Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor: 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat

pengawasan kualitas air, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila

telah dimasak.

Menurut Badan Pusat Statistik akses dan penggunaan air bersih di Indonesia

hingga tahun 2019 hanya mencapai 72% dimana menurut Suistainable Development

Goals pencapaian air bersih seharusnya adalah 100%. Hal ini pun sejalan dengan

tingginya kasus penyakit yang berkaitan dengan air seperti diare, kolera, leptospirosis,

dll.

Sumber air bersih sendiri yaitu air hujan, sungai dan danau, mata air, serta

sumur. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman antara lain bebas dari

kontaminasi kuman atau bibit penyakit, bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan

beracun, tidak berasa maupun berbau, dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan

domestik dari rumah tangga, dan terakhir memenuhi standar oleh WHO dan

Departemen Kesehatan RI.

Sumber air bersih masyarakat Kecamatan Pasar Baru sendiri yaitu berasal dari

PDAM dan sumur bor yang dibangun oleh warga sendiri.

2. Permasalahan

Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan air bersih dan

pengetahuan masyarakat dalam menjaga kualitas air bersih demi mencegahan berbagai

penyakit yang berbasis air.

Masih banyak warga daerah Kecamatan Pasar Gambir yang meyakini sumber

air belerang termasuk sumber air bersih dan menggunakannya untuk minum dan mandi

sehari-hari.

3. Perencanaan dan Intervensi


Memeriksa sumber air bersih yang digunakan di rumah warga yang didatangi dalam

kegiatan PISPK, mulai dari air untuk mandi, mencuci, memasak, dan air minum.

Setelah memeriksa, lalu memberikan penyuluhan mengenai sumber air bersih yang benar

dan cara mengolah air agar dapat dipergunakan dengan sehat untuk kepentingan sehari-

hari.

4. Pelaksanaan Kegiatan

Lokasi : Rumah Warga sasaran PISPK Kecamatan Pasar Baru

Waktu : 02 Desember 2020 pukul 10.00 WIB

Pelaksana : dokter internsip, staff Kesling PKM Pasar Gambir, Bidan Kelurahan Pasar

Baru

Media : Observasi dan ceramah

5. Monitoring dan Evaluasi

Para warga diberikan informasi mengenai air bersih dan bagaimana pengelolaan serta menjaga
air bersih. Penyuluhan dilakukan dengan penjelasan metode ceramah kepada warga kemudian
pada akhir dilakukan diskusi dan tanya jawab dengan warga jika ada yang ingin ditanyakan.

Sabtu, 21/11/2021

Upaya Peningkatan Taraf Kesehatan Lingkungan dengan Penggunaan Air Bersih dalam Kegiatan PISPK
di Kelurahan Pasar Baru Desa Beget

6. Latar Belakang

Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia, sehingga ketersediaan air bersih sangat penting karena

pemanfaatannya yang banyak terutama untuk kebutuhan sehari-hari.


Definisi air bersih sendiri adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan

manusia dan harus bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit, bebas dari bahan-

bahan kimia yang dapat mencemari air bersih dan merupakan zat yang mutlak bagi

setiap makhluk hidup dan syarat utama bagi terjaminnya kesehatan. Menurut Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor: 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat

pengawasan kualitas air, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-

hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila

telah dimasak.

Menurut Badan Pusat Statistik akses dan penggunaan air bersih di Indonesia

hingga tahun 2019 hanya mencapai 72% dimana menurut Suistainable Development

Goals pencapaian air bersih seharusnya adalah 100%. Hal ini pun sejalan dengan

tingginya kasus penyakit yang berkaitan dengan air seperti diare, kolera, leptospirosis,

dll.

Sumber air bersih sendiri yaitu air hujan, sungai dan danau, mata air, serta

sumur. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman antara lain bebas dari

kontaminasi kuman atau bibit penyakit, bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan

beracun, tidak berasa maupun berbau, dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan

domestik dari rumah tangga, dan terakhir memenuhi standar oleh WHO dan

Departemen Kesehatan RI.

Sumber air bersih masyarakat Kecamatan Pasar Baru sendiri yaitu berasal dari

PDAM dan sumur bor yang dibangun oleh warga sendiri.

7. Permasalahan

Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan air bersih dan

pengetahuan masyarakat dalam menjaga kualitas air bersih demi mencegahan berbagai

penyakit yang berbasis air.


Masih ada warga yang tidak paham mengolah air terutama air sumur bor agar

direbus sampai mendidih terlebih dahulu sebelum dapat dikonsumsi.

Masih terdapat warga yang mencuci di aliran sungai yang airnya kotor.

8. Perencanaan dan Intervensi

Memeriksa sumber air bersih yang digunakan di rumah warga yang didatangi dalam

kegiatan PISPK, mulai dari air untuk mandi, mencuci, memasak, dan air minum.

Setelah memeriksa, lalu memberikan penyuluhan mengenai sumber air bersih yang benar

dan cara mengolah air agar dapat dipergunakan dengan sehat untuk kepentingan sehari-

hari.

9. Pelaksanaan Kegiatan

Lokasi : Rumah Warga sasaran PISPK Desa Beget

Waktu : 21 November 2020 pukul 10.00 WIB

Pelaksana : dokter internsip, staff Kesling PKM Pasar Gambir, Bidan Kelurahan Pasar

Baru

Media : Observasi dan ceramah

10. Monitoring dan Evaluasi

Para warga diberikan informasi mengenai air bersih dan bagaimana pengelolaan serta menjaga
air bersih. Penyuluhan dilakukan dengan penjelasan metode ceramah kepada warga kemudian
pada akhir dilakukan diskusi dan tanya jawab dengan warga jika ada yang ingin ditanyakan.

Senin, 25 Januari 2021

Penyuluhan tentang Pengelolaan Sampah dalam Kegiatan Posyandu Remaja Kelurahan Bandar Utama

1.1 Latar Belakang


Sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak daerah di
seluruh dunia. Semakin tingginya jumlah penduduk dan aktivitasnya membuat volume
sampah terus meningkat. Akibatnya, untuk mengatasi sampah diperlukan biaya yang tidak
sedikit dan lahan yang semakin luas. Disamping itu, tentu saja sampah membahayakan
kesehatan dan lingkungan tidak dikelola dengan baik.
Pengelolaan sampah dimaksudkan agar sampah tidak membahayakan kesehatan
manusia dan tidak mencemari lingkungan. Pegelolaan sampah juga dilakukan untuk
memperoleh manfaat atau keuntungan bagi manusia. Hal ini didasari oleh pandangan
bahwa sampah adalah sumber daya yang masih bisa dimanfaatkan dan bahkan memiliki
nilai ekonomi. Pandangan tersebut muncul seiring dengan semakin langkanya sumber daya
alam dan semakin rusaknya lingkungan.
Pendekatan pengelolaan sampah seyogyanya dilakukan melalui pendekatan berbasis 3R
dan berbasis masyarakat, pengelolaan sampah secara terpadu dengan melaksanakan
pengelolaan sejak dari sumbernya. 3R adalah upaya yang meliputi kegiatan mengurangi
(reduce), menggunakan kembali (reuse) dan mendaur ulang sampah (recycle). Sesuai
dengan yang diamanatkan di dalam UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah
pada Bab I pasal 1 ayat 3 bahwa pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis,
berkelanjutan yang terdiri dari kegiatan pengurangan dan penanganan.
Proses pengurangan merupakan upaya untuk mengurangi jumlah sampah yang akan
diangkut dan diproses di tempat pemrosesan akhir sampah. Pendekatan pengelolaan
sampah seyogyanya dilakukan melalui pendekatan berbasis 3R dan berbasis masyarakat,
pengelolaan sampah secara terpadu dengan melaksanakan pengelolaan sejak dari
sumbernya. 3R adalah upaya yang meliputi kegiatan mengurangi (reduce), menggunakan
kembali (reuse) dan mendaur ulang sampah (recycle).
Kegiatan Pengurangan sampah dapat berupa pembatasan timbulan sampah,
pendaurulangan sampah, dan pemanfaatan kembali sampah, dimana proses pemilahan
merupakan kegiatan penunjangan pokok dari proses pendaurulangan. Kegiatan Penanganan
Pemilahan sesuai dengan jenis dan sifatnya, Pengumpulan dari sumber Ke TPS,
Pengangkutan dari sumber ke tempat pemrosesan. Berbagai sistem daur ulang dapat
diaplikasikan, karena komposisi sampah terbesar di kotakota di Indonesia sebagian besar
adalah sampah organik, maka diperkenalkan sistem pengomposan skala individual,
komunal, kawasan, baik untuk daerah air tanah tinggi( daerah basah ) maupun untuk air
tanah rendah. Sedangkan untuk pemanfaatan kembali sampah baik organik maupun
anorganik diperkenalkan contoh yang dapat diaplikasikan serta diperkenalkannya bank
sampah. Untuk pengurangan sampah diperkenalkan teknik-teknik sederhana seperti
mengurangi kemasan, kembali pada pembungkus yang dapat terdegradasi. Untuk itu
pengelolaan sampah sistem 3 R (reduse, reuse, recycle), melalui pengumpulan, pemilahan,
pengelolaan sampah oleh masyarakat harus terus digalakan.

1.2 Permasalahan
Sampah dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan jika tidak dikelola dengan
baik. Untuk mengatasi sampah diperlukan biaya yang tidak sedikit dan lahan yang semakin
luas. Oleh karena itu kita perlu turun lapangan untu mensosialisasikan tentang 3R.
Remaja sebagai generasi penerus bangsa dan populasi yang jumlahnya besar di negara
ini masih banyak yang belum berperilaku peduli sampah sebagaimana mestinya. Remaja
sebagai generasi muda yang masih penuh semangat hendaknya dibekali pengetahuan
mengenai pengelolaan sampah dan bagaimana berkontribusi untuk mengurangi sampah di
Bumi.

1.3 Pemilihan Intervensi


Penyuluhan pengolahan sampah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dengan metode
ceramah dan menggunakan laptop dan speaker untuk menunjukkan video mengenai proses
pengolahan sampah kepada 25 orang remaja berusia 12-18 tahun di kegiatan Posyandu
Remaja.

1.4 Tanggal Dan Tempat Kegiatan


Berikut rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan kegiatan:
Kegiatan : Penyuluhan Pengelolaan Sampah
Hari/Tanggal : Senin/25 Januari 2021
Tempat : Kelurahan Bandar Utama
Alat/Bahan : Laptop, Speaker portabel, Video edukasi

1.5 Monitoring Dan Evaluasi


Dilakukan evaluasi dengan sesi tanya jawab dengan peserta penyuluhan. Acara berjalan dengan
lancar. Sebagian besar peserta dapat menjawab hal yang ditanyakan dan tampak antusias dalam
bertanya.

Sabtu, 21/11/20

Penyuluhan tentang Jamban Sehat dalam kegiatan PISPK di Kelurahan Pasar Baru

. Latar Belakang
Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada jamban keluarga merupakan masalah
kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Fasilitas jamban keluarga dimasyarakat terutama dalam
pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat
erat kaitannya dengan perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.

Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di Indonesia.


Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan lebih
80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih
rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan.

Munculnya kembali beberapa penyakit menular sebagai akibat dari semakin besarnya tekanan
bahaya kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan masalah jamban keluarga yang masih rendah,
perumahan yang tidak sehat, pencemaran makanan oleh mikroba, telur cacing danbahan kimia,
penanganan sampah dan limbah yang belum memenuhi syarat kesehatan, serta perilaku masyarakat
yang belum mendukung ke arah pola hidup bersih dan sehat.

Para ahli kesehatan masyarakat sebetulnya sudah sepakat dengan kesimpulan H.I Bloom yang
mengatakan bahwa kontribusi terbesar terhadap terciptanya peningkatan derajat kesehatan
seseorang berasal dari kualitas kesehatan lingkungan dibandingkan faktor yang lain. Namun energi
dan kebijakan anggaran agaknya masih sangat cenderung kepada program yang bersifat kuratif.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penyuluhan pada warga Kelurahan Pasar Baru
mengenai sanitasi lingkungan khususnya masalah jamban sehat keluarga.

B. PERMASALAHAN

- Diare yang merupakan penyakit menular berbasis lingkungan dan merupakan diagnosis kedua
tertinggi dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Pasar Gambir.
- Masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki jamban sehat dan mengira bahwa
jamban yang langsung terhubung dengan sungai sebagai jamban sehat.
- Masih banyak yang menggunakan sungai serta kebun sebagai tempat BAB.
- Rendahnya tingkat perekonomian dari sebagian warga mayarakat sehingga tidak bisa
membangun jamban sehat.

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Metode penyuluhan dipilih untuk melakukan intervensi yang dilaksanakan dalam upaya
memberikan pemahaman kepada warga Kelurahan Pasar Baru mengenai pentingnya jamban sehat.
Intervensi menggunakan metode ceramah dan pembagian leaflet bergambar yang disediakan
Puskesmas agar para peserta dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan.

Target penyuluhan adalah warga Kelurahan Pasar Baru yang menjadi sasaran PISPK.

D. PELAKSANAAN
Penyuluhan Jamban Sehat dilaksanakan pada Hari Sabtu, 21 November 2020 di rumah warga
Kelurahan Pasar Baru. Kegiatan dimulai sekitar pukul 10.00 dan berakhir pukul 12.30 WIB. Kegiatan
penyuluhan ini dilaksanakan dalam rangkaian Penyuluhan PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) dalam
program PISPK. Dalam kegiatan ini peserta PIDI dan staf Puskesmas mendatangi 8 rumah.

Poin-poin penting mengenai Jamban Sehat yang disampaikan antara lain adalah:

a. Pengertian jamban sehat

b. Jenis-jenis jamban sehat

c. Siapa saja yang diharapkan menggunakan jamban sehat

d. Penjelasan mengenai manfaat penggunaan jamban sehat

e. Syarat-syarat jamban sehat

f. Cara memelihara jamban sehat

g. Cara memiliki dan menggunakan jamban sehat

E. MONITORING DAN EVALUASI

Penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah agar lebih akrab dan memudahkan warga untuk
memahami informasi yang diberikan. Respons warga cukup baik yang ditunjukkan dengan
memperhatikan, memberi tanggapan, dan mengajukan pertanyaan. Untuk perkembangan ke depan,
dibutuhkan kerjasama antara Puskesmas, aparatur pemerintah desa, maupun masyarakat secara
berkelanjutan mengenai jamban sehat keluarga.

Misalnya, bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya untuk
menggerakan masyarakat untuk memiliki jamban. Mengadakan arisan warga untuk membangun
jamban sehat secara bergilir. Menggalang dunia usaha setempat untuk memberi bantuan dalam
penyediaan jamban sehat.

Rabu, 13 Januari 2021

Pemberantasan Jentik dan Sarang Nyamuk di Puskesmas Pasar Gambir

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupkan infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue
yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya berkembang biak di
daerah berpendudukan tinggi seperti kota-kota besar yang beriklim hangat dan lembap. Masih
menjadi masalah kesehatan di Indonesia yang menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi,
sering menimbulkan keresahan masyarakat karena perjalanan penyakitnya yang cepat dan
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Seluruh wilayah Indonesia mempunyai
risiko untuk terjangkit penyakit DBD sebab virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah
tersebar luas di seluruh Indonesia.
1.2 Permasalahan

Sumatera Utara merupakan daerah endemis DBD, dan Tebing Tinggi merupakan salah
satu kota di Sumatera Utara dengan kejadian DBD. Laporan kasus terbanyak terjadi di akhir
dan awal tahun. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya kondisi cuaca yang tidak
menentu dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam pencegahan DBD.

Di Puskesmas Pasar Gambir sendiri dalam bulan Januari sudah merujuk sekitar 6 pasien
dengan diagnosis DBD untuk menjalani pemeriksaan darah diagnostik, dan 2 staf Puskesmas
Pasar Gambir diketahui terdiagnosis DBD pada bulan Januari, sehingga perlu untuk melakukan
fogging dan juga pemeriksaan jentik di wilayah Puskesmas Pasar Gambir.

1.3 Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Mengingat sangat berbahayanya penyakit DBD, maka perlu ada upaya pemberantasan
yang komprehensi dari penyakit tersebut. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M-Plus) untuk menanggulangi penyakit DBD. Ini
merupakan cara utama yang dianggap efektif, efisien, dan ekonomis untuk memberantas vector
penular DBD, mengingat obat dan vaksin pembunuh virus DBD belum ditemukan.
Pemberantasan vektor dapat dilakukan terhadap nyamuk dewasa maupun jentiknya.

1.4 Pelaksanaan

Berikut rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan kegiatan:


Kegiatan : Pemberantasan Jentik dan Sarang Nyamuk
Hari/Tanggal : Rabu/ 13 Januari 2021
Tempat : Puskesmas Pasar Gambir
Materi : Penyuluhan tentang DBD dan 3M-Plus

Dalam upaya pelaksanaan PSN kegiatan yang dilakukan meliputi kunjungan ke


beberapa rumah yang dicurigai DBD atau terdiagnosis DBD. Tenaga medis memberikan
penyuluhan singkat tentang DBD dan 3M-Plus menggunakan media poster. Tidak lupa pula
memeriksa kondisi lingkungan dan rumah penderita, terutama tempat penampungan air dan
pembuangan sampah yang menjadi sarang nyamuk utama. Tenaga medis juga membagikan
bubuk abate sebagai salah satu upaya pencegahan perkembangan jentik nyamuk.

1.5 Monitoring dan Evaluasi


Masih terdapat beberapa tempat yang memudahkan jentik nyamuk Aedes aegypthi
berkembang biak, baik tempat penampungan air yang tidak tertutup, tempat pembuangan
sampah, barang bekas, dan limbah pohon yang terletak di belakang rumah, saling bertumpukan
dengan sampah dari rumah warga lainnya.
Kegiatan PSN kali ini cukup mendapatkan apresiasi dari warga yang dikunjungi.
Namun tetap perlu diberikan pemahaman berkelanjutan dan bertahap kepada masyarakat
mengenai pentingnya PSN, terutama PSN mandiri dan lanjutan agar nyamuk tidak berkembang
biak di sekitaran rumah warga.

Masih terdapat beberapa tempat yang memudahkan jentik nyamuk Aedes aegypthi
berkembang biak, baik itu berupa tempat penampungan air yang tidak tertutup, tempat
pembuangan sampah, barang bekas, dan limbah pohon yang terletak di belakang rumah, saling
bertumpukan dengan sampah dari rumah warga lainnya.

=====================================================================

08/02/21 F3 Kelas ibu hamil (tentang ASI eksklusif dan MP-ASI)

16/04/21 F3 Posyandu Balita Mandailing (Imunisasi Dasar)

06/01/21 F3 ANC

04/02/21 F3 Penyuntikan KB

18/02/21 F3 Penyuluhan Tumbuh Kembang pada Anak (yg rumahnya ada TB)

Senin, 08/02/2021

Kelas Ibu Hamil (Penyuluhan mengenai Buku KIA, ASI Eksklusif, dan MP-ASI)

Latar Belakang

Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko untuk terkena berbagai macamgangguan
kesehatan (kesakitan) dan kematian. Salah satu program kesehatan yang diharapkandapat turut
berperan aktif dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak balita (anak bawah lima
tahun) adalah buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA). Buku KIA adalah suatu buku yang berisi
catatan kesehatan Ibu mulai kehamilan hingga anak berusia 5 tahun yang berisi berbagai informasi
tentang kondisi kesehatan ibu dan anak serta pendidikan cara menjaga kesehatan ibu dan anak.
Namun tidak semua ibu dan keluarga mau dan dapat membaca buku KIA karena berbagai sebab atau
alasan, misalnya malas membaca, tidak punya waktu membaca, sulit mengerti atau memang tidak
mampu membaca (buta aksara). Berdasarkan pertimbangan ini, maka dianggap sangat perlu
mengajari ibu-ibu tentang isi buku KIA dan cara menggunakan buku KIA, salah satu solusinya yaitu
melalui penyelenggaraan Kelas Ibu Balita. Sasaran Kelas ibu Balita ditujukan bagi ibu yang mempunyai
anak balita (0-59 bulan).

Masalah
1. Banyak ibu hamil maupun ibu yang punya balita tidak membawa buku KIA saat memeriksakan
diri ke Puskesmas maupun Posyandu karena tidak paham pentingnya buku KIA.
2. Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Pasar Gambir masih di bawah target.
3. Banyak ibu yang masih memiliki persepsi yang salah mengenai pengertian ASI Eksklusif.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Bidan Kelurahan mengorganisir pembentukan Kelas Ibu Hamil, minimal 15 ibu dalam 1 kelas.
Pemberian materi dibagi dalam 4 kali pertemuan, 1 pertemuan 1 bulan, sehingga materi akan tuntas
terbahas dalam 4 bulan.

Pada pertemuan pertama ini, akan diberikan penyuluhan mengenai Buku KIA, ASI Eksklusif dan MP-
ASI. Kelas Ibu Hamil dilakukan dengan metode diskusi menggunakan buku KIA, poster peraga dari
Dinas Kesehatan.

Pelaksanaan

Hari, tanggal: Senin. 08 Februari 2020

Waktu: 10.00 – 12.00 WIB

Tempat: Kelurahan Pasar Baru

Materi yang disampaikan: mengenai buku KIA, kapan harus dibawa, apa yang perlu dibaca, jika tidak
dapat membaca dapat melihat gambar petunjuk, ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa
tambahan apapun sampai bayi berusia 6 bulan, termasuk air putih, kecuali obat-obatan yang
diresepkan oleh dokter. ASI memiliki banyak manfaat antara lain meningkatkan daya tahan tubuh bayi,
murah selalu tersedia dan bergizi tinggi, serta dapat meningkatkan hubungan kasih antara ibu dan
anak. MP-ASI baru mulai boleh diberikan saat anak berusia 6 bulan, dimulai dari bubur susu, nasi tim
saring halus, nasi tim saring kasar, dan makanan keluarga.

Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan kelas Ibu Hamil diakhiri dengan sesi diskusi dan tanya jawab. Tampak para ibu-ibu peserta
antusias dalam mendengarkan topik dan banyak ibu yang mengajukan pertanyaan. Ibu-ibu juga dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh tim Puskesmas Pasar Gambir mengenai topik yang
disampaikan.

Jumat, 16/04/2021

Pemberian Imunisasi Dasar pada Balita dan Penyuluhan Mengenai Pentingnya Imunisasi di Posyandu
Balita Kelurahan Mandailing

Latar Belakang

Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan kematian pada


bayi dengan memberikan vaksin. Dengan imunisasi, seseorang menjadi kebal
terhadap penyakit khususnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka
kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang
ditimbulkannya akan berkurang. Strategisnya imunisasi sebagai alat pencegahan,
menjadikan imunisasi sebagai program utama suatu negara. Bahkan merupakan
salah satu alat pencegahan penyakit yang utama di dunia. Di Indonesia,
imunisasi merupakan andalan program kesehatan.

Imunisasi bayi dan anak dipandang sebagai perlambang kedokteran


pencegahan dan pelayanan kesehatan. Angka cakupan imunisasi sering dipakai
sebagai indikator pencapaian pelayanan kesehatan.

Permasalahan

Warga masyarakat kota Tebing Tinggi khususnya para ibu-ibu yang masih mempunyai
balita ternyata masih banyak diantara mereka yang kurang memahami arti pentingnya imunisasi
bagi anak mereka. Hal ini terbukti dari belum tercapainya cakupan imunisasi di wilayah kerja
Puskesmas Pasar Gambir.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya kesehatan anak dalam hal ini
pemberian imunisasi adalah dengan mengadakan pemberian imunisasi dasar lengkap di
posyandu. Ibu yang mepunyai balita membawa anak mereka ke posyandu untuk imunisasi.

Pelaksanaan
Dilakukan pemberian imunisasi dasar sesuai dengan usia anak saat itu. Penjelasan
mengenai imunisasi balita yang diinformasikan antara lain meliputi pengertian imunisasi,
menjelaskan tujuan imunisasi, menjelaskan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi, dan kejadian ikutan pasca imunisasi yang mungkin terjadi pada anak setelah
diimunisasi.
Monitoring dan Evaluasi
Secara keseluruhan, upaya pemberian imunisasi balita di posyandu berjalan dengan lancar dan baik.
Penyuluhan sendiri dilakukan setelah saat pemberian imunisasi. Penyuluhan dilakukan dengan metode
diskusi agar lebih akrab dan memudahkan peserta yang hadir untuk memahami materi. Respons
peserta cukup baik yang ditunjukkan dengan memperhatikan, memberi tanggapan, dan mengajukan
pertanyaan.

Rabu, 06/01/2021

Ante Natal Care (ANC) Terpadu di Puskesmas Pasar Gambir

1.6 Latar Belakang


Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pembangunan di
bidang kesehatan. Sejak tahun 2010, pemerintah Indonesia memiliki Rencana Pembangunan
Kesehatan Jangka Menengah (RPKJM) dimana program kerja tersebut merupakan upaya
menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan balita, meningkatkan status gizi masyarakat serta
pencegahan dan penanggulangan penyakit menular masih menjadi prioritas utama dalam
pembangunan nasional bidang kesehatan. Salah satu program dalam RPKJM adalah
menyelenggarakan Antenatal Care terpadu. ANC terpadu adalah pelayanan pemeriksaan pada
ibu hamil secara komprehensif dan terpadu, mencakup upaya promotif, preventif, sekaligus
kuratif dan rehabilitatif, yang meliputi pelayanan KIA, gizi, pengendalian penyakit menular
(imunisasi, HIV/AIDS, TB, Malaria, penyakit menular seksual), penanganan penyakit kronis
serta beberapa program lokal dan spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan program.
Setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan sehat, bersalin
dengan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Oleh karena itu, setiap ibu hamil harus dapat
dengan mudah mengakses fasilitas kesehatan untuk mendapat pelayanan sesuai standar ANC
terpadu, seperti menimbang berat badan, mengukur lingkar lengan atas, mengukur tekanan
darah, mengukur tinggi fundus uteri, menghitung denyut jantung janin, menentukan presentasi
janin, memberikan imunisasi tetanus toksoid, memberi tablet besi, serta melakukan
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium dapat berupa pemeriksaan rutin berupa
pemeriksaan golongan darah, hemoglobin, protein dalam urin, pemeriksaan hepatitis B, serta
HIV.
Melihat kenyataan tersebut, maka pelayanan antenatal harus dilaksanakan secara
komprehensif, terpadu dan berkualitas agar adanya masalah/penyakit tersebut dapat dideteksi
dan ditangani secara dini. Melalui pelayanan antenatal yang terpadu, ibu hamil akan
mendapatkan pelayanan yang lebih menyeluruh dan terpadu, sehingga hak reproduksinya dapat
terpenuhi, missed opportunity dapat dihindari serta pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan
secara lebih efektif dan efisien.

1.7 Permasalahan
Meskipun sejumlah upaya dilakukan, kematian ibu saat menghadirkan kehidupan baru
bagi bangsa masih tinggi. Tingginya kematian ibu melahirkan di Indonesia yang termasuk
tertinggi di Asia pada dasarnya menunjukkan kegagalan negara dalam melindungi kaum ibu.
Kematian ibu disebabkan oleh beberapa masalah yang sering terjadi mulai dari buruknya
kondisi gizi janin hingga mereka jadi calon ibu, rendahnya pengetahuan kesehatan reproduksi,
tingginya kasus pernikahan usia remaja, kekerasan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga,
ketaksetaraan gender, hingga sistem layanan kesehatan ibu hamil tak sesuai budaya. Angka
kejadian kasus pernikahan di usia remaja masih cukup tinggi dan pengetahuan tentang
pentingnya asupan gizi dan vitamin sebelum, saat dan sesudah kehamilan masih kurang di
wilayah kerja Puskesmas Pasar Gambir.

1.8 Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka untuk mengurangi resiko
kematian pada ibu hamil dan bayi baru lahir maka dilakukan program pemeriksaan antenatal
care terpadu pada setiap ibu hamil untuk memantau kesehatan ibu, perkembangan janin serta
mencegah dan mengobati penyakit yang bisa timbul saat hamil dan berisiko terhadap
kehamilannya. Ibu juga akan diberikan selebaran/leaflet yang menjelaskan tentang pentingnya
ANC, tujuan pelaksanaanya dan kapan sebaiknya ANC dilakukan.

1.9 Pelaksanaan
Kegiatan antenatal care ini dilakukan di Ruangan KIA UPTD PKM Pasar Gambir
setiap hari Senin s.d Sabtu dan akan terus berlanjut sesuai dengan program puskesmas dalam
mendeteksi dini penyakit pada kehamilan.
Pemeriksaan ini meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis meliputi gejala utama seperti demam, muntah, nafsu makan menurun, perdarahan
selama kehamilan, keputihan, sesak, batuk lama, riwayat hipertensi, riwayat kelahiran, status
imunisasi dan lain-lain. Pemeriksaan fisik meliputi pengukuran berat badan, pemeriksaan
Leopold, serta pemeriksaan dalam sesuai indikasi. Pemeriksaan penunjang meliputi
pemeriksaan laboratorium (Hb, HIV, HbsAg, proteinuria) bagi ibu hamil yang memiliki resiko
atau penyakit dalam kehamilannya. Ibu hamil juga di berikan suplemen zat besi dan
multivitamin yang dibutuhkan. Sesuai trimesternya, ibu hamil akan diberikan rujukan untuk
melakukan USG ke Rumah Sakit rujukan.

1.10 Monitoring dan Evaluasi


1. Pada anamnesis didapatkan keluhan terbanyak pada ibu hamil dengan usia kehamilan
12 sampai 20 minggu yaitu keluhan mual, muntah, nyeri ulu hati serta nafsu makan
menurun. Keluhan lain yang didapatkan yaitu perdarahan yang disertai dan tidak
disertai nyeri perut.
2. Untuk ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 30 minggu umumnya dijumpai keluhan
nyeri perut, kebas-kebas.
3. Pada pemeriksaan fisik sebagian besar tidak didapatkan kelainan dalam kehamilannya
dan jika didapatkan ibu hamil dengan resiko tinggi akan dipertimbangkan rujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih lengkap untuk pemeriksaan lanjutan.
4. Setelah proses ANC selesai, tiap akhir kunjuangan ibu hamil akan dibekali
suplementasi zat besi, multivitamin dan imunisasi TT sesuai indikasi.

Kamis, 04/02/21

Penyuluhan mengenai Keluarga Berencana (KB) di Puskesmas Pasar Gambir

Program Keluarga Berencana (KB) adalah program pembatasan jumlah anak yakni dua
untuk setiap keluarga. Program tersebut berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan
menyelamatkan kehidupannya. Hal itu dapat dilakukan dengan cara memungkinkan wanita
untuk merencanakan kehamilan sebagai hak reproduksi sehingga dapat menghindari
kehamilan pada umur atau jumlah persalinan yang membawa bahaya tambahan dengan cara
menurunkan kesuburan.
Menurut WHO (World Health Organisation), KB adalah tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga. Menurut data
WHO setiap tahun lebih dari 600.000 wanita meninggal akibat komplikasi kehamilan saat
melahirkan, 99% kematian terjadi di negara berkembang. Pencegahan dan penurunan angka
kematian ibu merupakan salah satu alasan diperlukannya pelayanan keluarga berencana.
Program keluarga berencana dapat menurunkan angka kematian ibu dalam beberapa cara.
Keluarga berencana dapat menyebabkan penurunan jumlah kelahiran karena setiap kehamilan
yang berkaitan dengan beberapa resiko dapat dihindari. Keluarga berencana juga dapat
mengurangi kehamilan yang tidak tepat waktunya misalnya kehamilan pada wanita yang
sangat muda dan pada wanita yang sudah tua. KB membantu menurunkan jumlah kehamilan
yang tidak diinginkan karena kehamilan yang tidak diinginkan selalu menjadi ancaman bagi
kesehatan wanita (World Health Organization, 2007).

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa angka kematian ibu masih tinggi yaitu 359 per 100.000
kelahiran hidup. Seringnya ditemukan 4 T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat jarak antar
kelahiran, dan terlalu banyak anak yang dilahirkan) merupakan salah satu faktor yang
berperan terhadap angka kematian ibu.
Untuk meningkatkan pelayanan keluarga berencana tersebut pemerintah membentuk suatu
badan yang khusus menangani hal tersebut yaitu Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN). Melalui badan inilah program-program keluarga berencana dilaksanakan di
tiap daerah-daerah di Indonesia baik di pedesaan maupun di kota-kota di seluruh Indonesia
yang kegiatannya dilaksanakan oleh petugas-petugas kesehatan yang bekerjasama dengan
masyarakat.

Pada dasarnya pelayanan kontrasepsi dapat dibagi sesuai dengan sasaran yang akan
dicapainya. Peserta wanita berumur di bawah 20 tahun dengan alasan menunda kehamilan
diutamakan pemakaian kontrasepsi pil oral, sedangkan penggunaan kondom tidak
disarankan karena biasanya pasangan muda masih tinggi frekuesi bersenggamanya
sehingga dapat menyebabkan kegagalan dalam mencegah kehamilan. Dapat juga
digunakan IUD-Mini (Intra Uterine Device Mini) terutama pada calon peserta yang
kontraindikasi terhadap pil oral. Pada peserta umur 20-30 tahun dengan alasan
menjarangkan kehamilan maka segera setelah anak pertama lahir dianjurkan untuk
memakai IUD (Intra Uterine Device) sebagai pilihan utama dan kegagalan kontrasepsi di sini
bukanlah suatu kesalahan program. Pada peserta di atas 30 tahun dengan alasan tidak mau
hamil maka pilihan utama adalah kontrasepsi mantap, pil oral kurang dianjurkan karena usia
ibu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan
komplikasi.

Permasalahan

Menurut data di bagian KIA Puskesmas Pasar Gambir, masih banyak kejadian pernikahan usia remaja
baik sudah ataupun belum menikah dan hal ini menjadi resiko bagi ibu untuk melahirkan.

Banyak ibu-ibu yang sebelumnya mengalami kehamilan beresiko dan disarankan untuk melakukan
kontrasepsi masih tidak melakukannya karena kurangnya pengetahuan.

Banyak keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah yang penghasilannya tidak cukup untuk
menafkahi banyaknya anak yang lahir, sehingga banyak masalah yang terjadi pada anak seperti gizi
yang buruk, sering sakit.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Metode intervensi yang digunakan adalah dengan melakukan penyuluhan dan diskusi secara
langsung kepada para wanita usia reproduktif yang telah menikah dan tidak hamil yang
datang ke ruangan KIA Puskesmas Pasar Gambir. Materi penyuluhan berfokus untuk
menjelaskan tujuan dan fungsi KB serta memberikan contoh pilihan metode kontrasepsi yang
dapat digunakan. Media yang digunakan adalah leaflet dan poster serta alat peraga (alat
kontrasepsi). Pasien yang berminat menggunakan KB atau ingin melakukan pemeriksaan lebih
lanjut diarahkan untuk diperiksa dan dianamnesis, lalu yang bersedia mendapatkan
kontrasepsi diberikan sesuai pilihannya setelah terlebih dahulu berdiskusi dengan suaminya.
Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada hari Kamis, 04 Februari 2021 pukul 09.00-11.00 di
ruang KIA Puskesmas Pasar Gambir. 3 ibu-ibu yang sempat berhenti menggunakan KB ingin
kembali menggunakan KB berupa suntikan. Setelah penyuluhan ketiga ibu tersebut
mendapatkan injeksi KB 3 bulan.

Monitoring dan Evaluasi


Secara keseluruhan, upaya penyuluhan berjalan dengan lancar dan baik. Penyuluhan dilakukan
dengan metode diskusi agar lebih akrab dan memudahkan peserta yang hadir untuk memahami
materi. Respons peserta cukup baik yang ditunjukkan dengan memperhatikan, memberi tanggapan,
dan mengajukan pertanyaan.

Kamis, 18/02/21 F3 Penyuluhan Tumbuh Kembang pada Anak (yg rumahnya ada TB)

Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa,
yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Ini berarti bahwa tumbuh kembang
sudah terjadi sejak didalam kandungan dan setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana
mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat dengan mudah diamati. Tumbuh kembang
menyakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda namun saling berkaitan dan sulit dipisahkan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik. Sedangkan
perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil
dari proses pematangan.
Masalah
Tumbuh kembang pada anak hingga saat ini masih menjadi permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Baik atau buruknya proses tumbuh kembang anak akan sangat
berdampak pada masa depan anak tersebut.
Data dari bagian Gizi Puskesmas Pasar Gambir menunjukkan masih adanya balita
stunting dan gizi kurang serta gizi buruk.
1.11 Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Dilakukan kegiatan penyuluhan tumbuh kembang pada anak kepada semua orang tua
untuk memberikan edukasi tentang pentingnya tumbuh kembang anak yang harus dilakukan
dengan baik. Metode kegiatan yang digunakan adalah ceramah.
1.12 Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:
Kegiatan : Penyuluhan Tumbuh Kembang Anak
Hari/Tanggal : Kamis, 18 Februari 2021
Tempat : Posyandu Pasar Baru
Alat/Bahan : Poster dan leaflet dari Puskesmas Pasar Gambir

1.13 Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan penyuluhan tumbuh kembang pada anak cukup mendapatkan apresiasi dari
seluruh ibu-ibu yang dating ke Posyandu. Diharapkan dengan adanya penyuluhan ini dapat
meningkatkan kesadaran para orang tua tentang pentingnya tumbuh kembang pada anak.
Namun penyuluhan kontinu tetap diperlukan untuk terus memupuk dalam upaya
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang proses tumbuh kembang pada anak.

====================================================================

22/02/21 F4 Posyandu Balita Pasar Gambir pemberian vitamin A

LATAR BELAKANG

Program penanggulangan Vitamin A di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1995 dengan
suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi. Program ini dijalankan untuk mencegah masalah kebutaan
karena kurang Vitamin A, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Saat ini kekurangan vitamin A menjadi masalah kesehatan dunia. Masyarakat yang hidup di bawah
kemiskinan diperkirakan mengalami kekurangan vitamin A dengan resiko yang sangat
mengkhawatirkan

Perkiraan World Health Organization (WHO), jumlah orang buta di seluruh dunia saat ini 45 juta
penderita. Diperkirakan terdapat 6-7 juta kasus baru xeroftalmia pada anak-anak prasekolah tiap
tahunnya. Sepertiga berada di Asia Tenggara. WHO juga memperkirakan 12 orang menjadi buta setiap
menit di dunia, dan empat orang diantaranya berasal dari Asia Tenggara.

Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia dan hewan, vitamin A
dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan
gigi, kekurangan vitamin A terutama pada anak–anak balita akan berakibat pada kebutaan.

Berdasarkan insiden kurang Vitamin A pada balita di daerah miskin, perkotaan meningkat selama krisis
ekonomi melanda Indonesia. Beberapa data menunjukkan hampir 10 juta balita menderita
kekurangan vitamin A, 60 ribu diantaranya disertai dengan bercak bitot yang terancam buta
PERMASALAHAN

Angka kebutaan di negara-negara regional Asia Tenggara, angka kebutaan di Indonesia (1,5%)
merupakan yang tertinggi setelah Bangladesh (1%), India (0,7%), dan Thailand (0,3%). Sebagian besar
masyarakat Indonesia yang mengalami kebutaan berasal dari status ekonomi kurang mampu dan
belum akses langsung dengan pelayanan kesehatan. Kekurangan vitamin A banyak terjadi pada anak
balita (1-5 tahun).

Di Indonesia, pemerintah telah membuat program pemberian vitamin A melalui Bulan Vitamin A, yaitu
bulan Februari dan Agustus tiap tahunnya.

PERENCANAAN

Prinsip dasar menanggulangi masalah kekurangan vitamin A (KVA) di Indonesia yakni dengan
menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh. Pemerintah sendiri telah memberi kebijakan dalam
meningkatkan asupan vitamin A, yakni:

Peningkatan konsumsi sumber vitamin A alami

Fortifikasi vitamin A pada bahan makanan

Distribusi vitamin A dosis tinggi secara berkala

Hal ini dilakukan dengan cara:

Memberi edukasi terhadap setiap keluarga terutama ibu untuk selalu menyediakan makanan dengan
cukup gizi terutama vitamin A.

Memberi tambahan vitamin A dengan cara:

Langsung melalui distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU dan 100.000 IU)

Tak langsung melalui fortifikasi vitamin A dalam bahan makanan.

Intervensi diberikan saat posyandu balita diadakan (diberikan 1 kapsul merah untuk anak di atas 1
tahun, 1 kapsul biru untuk anak antara 6 bulan sampai 1 tahun, dan ½ kapsul biru untuk anak di bawah
6 bulan.

PELAKSANAAN

Distribusi vitamin A dilaksanakan pada hari Senin tanggal 22 Februari 2020. Vitamin A dibagikan
kepada anak-anak berusia antara 6 bulan-5 tahun yang datang ke Posyandu Pasar Gambir.

Kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan kepada balita tiap enam bulan sekali. Terdapat dua macam
kapsul: kapsul biru dosis 100.000 IU untuk anak umur 6 – 11 bulan dan kapsul merah dosis 200.000
untuk umur 1 – 5 tahun.
MONITORING EVALUASI

Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan pencatatan kasus xeroftalmia dan gangguan mata lain
akibat defisiensi vitamin A. Pada posyandu ini tidak ditemukan kasus akibat defisiensi vitamin A. Balita
yang tidak datang ke Posyandu, vitamin A diantar langsung oleh kader ke rumah balita tersebut.

16/02/21 F4 Posyandu balita Mandailing Pemberian obat cacing

Indonesia masih memiliki banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu
diantaranya ialah Cacingan yang ditularkan melalui tanah, yaitu Ascaris lumbricoides (cacing gelang),
Trichuris trichiura (cacing cambuk), dan Ancylostoma duodenale, Necator americanus, (cacing
tambang). Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan
produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian. Cacingan
menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan
kualitas sumber daya manusia. Prevalensi Cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi,
terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu, dengan sanitasi yang buruk. Prevalensi
Cacinganbervariasi antara 2,5% - 62%. Akibat masalah penyakit cacing ini ,dapat terjadi gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Untuk mengatasi masalah kecacingan , WHO
menganjurkan agar anak-anak ini rutin diberi obat -obat cacing, khususnya pada negara-negara
berkembang yang memiliki status kebersihan yang kurang.

Masalah

Cacingan mempengaruhi asupan (intake), pencernaan (digestive), penyerapan (absorbsi), dan


metabolisme makanan. Secara kumulatif, infeksi cacing atau Cacingan dapat menimbulkan kerugian
terhadap kebutuhan zat gizi karena kurangnya kalori dan protein, serta kehilangan darah. Selain dapat
menghambat perkembangan fisik, kecerdasan dan produktifitas kerja, dapat menurunkan ketahanan
tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya.

indikator pencapaian target program Penanggulangan Cacingan berupa penurunan prevalensi


Cacingan sampai dengan di bawah 10% (sepuluh persen) di setiap kabupaten/kota

perencanaan

Penanggulangan Cacingan adalah tindakan yang ditujukan untuk menurunkan prevalensi serendah
mungkin dan menurunkan risiko penularan Cacingan di suatu wilayah.

Dasar utama untuk Penanggulangan Cacingan adalah memutuskan mata rantai penularan Cacingan.
Oleh karena itu, upaya Penanggulangan Cacingan diarahkan pada pemutusan rantai penularan
Cacingan, yaitu kelompok usia balita dan anak usia sekolah, dengan 1) pemberian obat massal
pencegahan Cacingan kelompok rentan untuk menghentikan penyebaran telur cacing dari Penderita
ke lingkungan sekitarnya, 2) peningkatan higiene sanitasi, dan 3) pembudayaan perilaku hidup bersih
dan sehat melalui promosi kesehatan.

Cacingan merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan maka selain pemberian obat
perhatian terhadap sanitasi lingkungan perlu ditingkatkan.

Pelaksanaan
Kegiatan pemberian obat cacing kepada anak berusia mulai dari 2 tahun sampai yang masih
bersekolah hingga kelas 6 SD yang datang ke Posyandu Mandailing pada hari Selasa, 16 Februari 2021.
Kegiatan dimulai pukul 10.00 - selesai. Selain pemberian obat cacing juga dilakukan pemberian edukasi
anak mengenai perilaku bersih dan sehat (PHBS) di rumah maupun lingkungan sekitar.

Monitoring

Kegiatan beerjalan lancar, tepat waktu, dihadiri oleh perwakilan Puskesmas, kader, peserta PIDI, dan
masyarakat. Partisipasi orang tua dan anak-anak dalam kegiatan ini cukup baik. Pemberian pbat cacing
lebih efektif karena obat cacing yang diberikan dikemas dengan rasa dan bentuk yang menarik bagi
anak-anak, sehingga obat diminumkan langsung oleh anak dan balita, serta diawasi langsung oleh
petugas.

13/03/21 F4 Posyandu lansia Diet Hipertensi

Penyuluhan tentang Terapi Diet pada Penderita Hipertensi di Posyandu Lansia Mandailing

1.1 Latar belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Pada penderita hipertensi,
selain pemberian obat-obatan anti hipertensi juga sebaiknya melakukan terapi diet. Tujuan dari
terapi diet adalah membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah
tetap normal. Di samping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti
berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol, dan asam urat dalam darah.
Diperhatikan pula penyakit lain yang menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan
diabetes mellitus.
Salah satu faktor penting yang menyebabkan seseorang menderita hipertensi adalah gaya
hidup yang tidak sehat. WHO menyebutkan bahwa empat non-communicable disease (penyakit
kardiovaskular, kanker, penyait respiratori kronik, dan diabetes) disebabkan oleh empat faktor
perilaku, yaitu penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas, dan
penggunaan alkohol yang merusak. Faktor-faktor risiko terjadinya hipertensi yang berkaitan
dengan gaya hidup diantaranya adalah diet, diet garam, serat, lemak jenuh, lemak trans,
aktivitas fisik, dan stres.
Salah satu diet yang direkomendasikan oleh National Institute of Health dan National,
Heart, Lung, and Blood Institute (2006) adalah pengaturan diet makan harian DASH (Dietary
Approaches to Stop Hypertension). DASH adalah diet yang berfokus pada pengurangan
konsumsi garam serta lemak jenuh, dan juga meningkatkan konsumsi makanan dengan kadar
kalium, kalsium, magnesium, serta serat yang tinggi.
Dalam buku Your Guide to Lowering Your Blood Pressure with DASH : DASH Eating
Plan yang diterbitkan oleh U.S Department of Health and Human Service, para ilmuwan yang
didukung oleh National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) melakukan dua studi utama.
Studi mereka menunjukkan bahwa tekanan darah dapat berkurang dengan diet makan harian
DASH. Diet makan harian DASH ini menekankan pada buah, sayuran, susu bebas
lemak/rendah lemak, biji-bijian, kacang-kacangan, dan membatasi lemak jenuh, kolesterol,
daging merah dan olahan, permen, gula tambahan, pemanis minuman buatan. Dimana diet ini
secara luas direkomendasikan oleh International Diabetes dan Heart Association Guidelines
1.2 Permasalahan
Penderita hipertensi semakin meningkat (penyakit ke 4 terbanyak di Puskesmas Pasar
Gambir), hal ini disebabkan oleh gaya hidup masyarakat yang sudah berubah. Seperti
banyaknya makanan dan minuman cepat saji, meningkatnya persentasi perokok dan
alkoholik, Dimana hal ini dapat meningkatkan tekanan darah. Untuk itu selain pemberian
terapi, diet juga penting untuk diperbaiki.
1.3 Pemilihan intervensi
Melakukan penyuluhan tentang diet yang tepat bagi penderita hipertensi dengan
menggunakan poster
1.4 Waktu dan pelaksanaan
Dilaksanakan pada tanggal 15 September 2020 di depan poli umum dengan menggunakan
poster
1.5 Monitoring dan evaluasi
Dilakukan penyuluhan serta pemberian leaflet tentang diet hipertensi di depan poli kepada
penderita hipertensi. Kemudian di beri waktu untuk tanya jawab mengenai persentasi. Acara
berjalan dengan lancar.

07/12/20 F4 Posyandu balita pemberian PMT

Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Upaya perbaikan status gizi masyarakat
akan memberikan kontribusi nyata bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional terutama dalam
hal penurunan prevalensi gizi kurang pada balita dan anak Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)
serta Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia. Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pembangunan kesehatan yang pada dasarnya adalah bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan
nasional secara keseluruhan. Anak balita, anak usia sekolah, dan ibu hamil merupakan kelompok
rawan gizi yang sangat perlu mendapat perhatian khusus karena dampak negatif yang ditimbulkan
apabila menderita kekurangan gizi. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi
balita kurus dan prevalensi balita stunting masing-masing sebesar 12,1 % dan 37,2 %, sedangkan
prevalensi ibu hamil risiko Kurang Energi Kronis (KEK) sebesar 24,2%. Selain hal tersebut data
Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan kurang gizi pada anak usia 5-12 tahun sebesar 11,2 % yang
disebabkan karena berbagai hal diantaranya tidak sarapan pagi dan lebih suka makanan yang
tidak/kurang bergizi. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016 menujukkan bahwa prevalensi
stunting pada balita sebesar 27,5 %, balita kurus 8,0 %, balita sangat kurus 3,1 % dan balita risiko kurus
22,8 %.

Pemberian makanan tambahan khususnya bagi kelompok rawan merupakan salah satu strategi
suplementasi dalam mengatasi masalah gizi. Berdasarkan data Survei Diet Total (SDT) tahun 2014
diketahui bahwa lebih dari separuh balita (55,7%) mempunyai asupan energi yang kurang dari Angka
Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan. Pada kelompok ibu hamil baik di pedesaan maupun
perkotaan lebih dari separuhnya mengalami defisit asupan energi dan protein. Agar pemberian
makanan tambahan pada Balita, Anak Sekolah dan Ibu Hamil dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien maka dilakukan pendampingan balita kurus yang mendapat pemberian makanan tambahan.

PERMASALAHAN

Masih banyak dijumpai anak-anak dengan status gizi kurang atau buruk, dan stunting yang datang ke
Posyandu Balita Kelurahan Bandar Utama.

PERENCANAAN

Pertama anak-anak dengan status gizi kurang atau buruk diketahui dari saat berkunjung ke Posyandu
Balita Bandar Utama. Edukasi dilakukan langsung kepada pasien yang dalam hal ini disampaikan
kepada ibu pasien mengenai keadaan anak dan usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki status
gizi.

Selanjutnya intervensi dilakukan dengan pemberian makanan tambahan dan dipantau melalui
pemeriksaan langsung perkembangan kenaikan berat badannya, jika masih kurang maka akan
diberikan pemberian makanan tambahan balita dengan kategori kurus. Bila sudah mencapai status gizi
baik, pemberian makanan tambahan pemulihan pada balita dihentikan. Selanjutnya mengonsumsi
makanan keluarga gizi seimbang. Jika ada komplikasi atau penyulit lainnya pasien harus dirawat dan
diberikan penanganan sesuai komplikasi atau penyulitnya.

PELAKSANAAN

Pada tanggal 7 Desember 2020 di Posyandu Bandar Utama dilakukan pengukuran BB dan TB pada
pasien An. TY, laki-laki, usia 3 tahun. Dari hasil pemeriksaan BB 12,6 kg, TB 92,5 cm, aktif, nafsu makan
baik, demam (-), BAB cair (-), muntah (-), edema (-).

Hasil penimbangan dicatat di KMS dan dapat diketahui status gizi pasien dan dalam hal ini penentuan
status gizi menggunakan grafik gizi WHO berdasarkan berat badan terhadap tinggi badan pasien.
Hasilnya berat badan pasien sudah naik dari berat badan sebelumnya namun dari hasil penggunaan
grafik gizi dapat disimpulkan status gizi pasien masih kurang karena berada diantara -2 s/d -3 SD.

Penatalaksanaan pasien dapat dilakukan di rumah sebab nafsu makan pasien masih baik dan tidak
didapatkan komplikasi lain. Pasien diberikan 1 dus makanan tambahan untuk balita kurus, untuk usia
12-59 bulan diajurkan untuk makan 3 bungkus perhari. Saat ini pasien sudah makan sebanyak 2
bungkus perhari.
Pasien melalui ibu pasien diberikan konseling tentang gizi balita.

Makan-makanan yang mengandung gizi seimbang, baik kandungan karbohidrat, protein, lemak dan
mineral.

Menjaga kebersihan diri seperti mandi teratur 2 kali sehari, memotong kuku, dan mencuci tangan
sebelum makan.

Selalu rutin mengkonsumsi PMT yang diberikan oleh puskesmas, agar pertumbuhan bayi semakin baik.

Rutin membawa bayi ke posyandu terdekat untuk dilakukan pemantauan tumbuh kembang

Segera membawa bayi ke sarana kesehatan terdekat apabila terdapat tanda-tanda bayi sakit.

MONITORING EVALUASI

Pemantauan tumbuh kembang anak dilakukan setiap satu bulan, untuk mengetahui kenaikan berat
badan bayi setelah pemberian PMT. Diharapkan setelah pemberian PMT, terjadi perbaikan berat
badan bayi. Apabila setelah pemberian PMT berat badan bayi tidak naik atau turun, dan terdapat
komplikasi kesehatan lainnya, maka bayi harus segera dirujuk untuk penanganan lebih lanjut.

12/03/21 F4 Posyandu lansia Pasar Baru Gizi pada Lansia

LATAR BELAKANG
Seiring dengan terus bertambahnya penduduk lansia di Indonesia dari tahun ke tahun, maka Indonesia
dapat dikatakan telah berada pada era penduduk berstruktur tua (aging population), yaitu dimana
suatu negara memiliki jumlah penduduk lansia lebih dari 7% dari seluruh total penduduk. Jumlah
penduduk lansia yang tinggi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu angka fertilitas penduduk yang
menurun, status kesehatan yang menjadi lebih baik akibat kemajuan teknologi dan penelitian-
penelitian kedokteran, status transisi epidemiologi dari penyakit infeksi menuju penyakit degeneratif,
perbaikan status gizi yang ditandai oleh peningkatan kasus obesitas lansia daripada underweight serta
pola gaya hidup yang telah berubah dari urban rural lifestyle menjadi sedentary urban lifestyle.
Melihat kondisi lansia yang berhubungan dengan bertambahnya usia, maka dapat dipastikan akan
terjadi proses alamiah yaitu berupa kemunduran fungsi-fungsi sel akibat dari penuaan.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Herry (2008) menjelaskan bahwa perubahan sistem
gastrointestinal dapat berpengaruh terhadap permasalahan gizi pada lansia dikarenakan oleh
menurunnya efektifitas utilisasi zat-zat gizi.

PERMASLAAHAN
Permasalahan gizi yang sering terkait dengan lansia adalah malnutrisi, malnutrisi dikategorikan
menjadi 2 yaitu gizi lebih dan gizi kurang. Malnutrisi pada lansia secara garis besar berkaitan dengan
pola konsumsi dan gaya hidup lansia sewaktu masih muda yang akan memanifestasi terhadap
kesehatan pada saat tua.
Seiring bertambah usia, sering kali terjadi masalah nutrisi antara lain disebabkan karena pasien
menderita penyakit yang harus merestriksi nutrisi tertentu, seperti hipertensi, DM, atau karena
psikososial pasien itu sendiri yang kehilangan nafsu makannya.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Menyampaikan informasi kepada pasien/penderita lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia
Kelurahan Pasar Baru, kemudian melakukan tanya jawab (diskusi terbuka), agar para peserta dapat
dengan mudah memahami materi yang disampaikan.
PELAKSANAAN
Penyampaian informasi dilakukan Jumat, 12 Maret 2021 di Posyandu Lansia Kelurahan Pasar Baru,
pukul 10.00-selesai WIB kepada penderita/masyarakat/pasien yang memasuki kriteria lansia dan
berkunjung ke Posyandu.

Metode yang digunakan selama proses penyuluhan berlangsung adalah metode ceramah dan
konseling yang disampaikan dengan santai tetapi serius dan dapat dipahami peserta. Dan di dalam
proses penyuluhan tersebut ada proses interaksi atau feed back antara penyuluh dan sasaran yang
berguna bagi sasaran dalam memperjelas tujuan program dan isi materi yang disampaikan.

MONITORING DAN EVALUASI


Bentuk monitor kegiatan penyampaian informasi ini, secara keseluruhan acara berjalan dengan lancar
dan di akhir acara cukup aktif menanyakan berbagai macam pertanyaan seputar makanan apa saja
yang dapat dikonsumsi pada lansia. Penyuluhan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan
masyarakat tentang gizi pada lansia agar masyarakat dapat memilah asupan makanan apa yang baik
dan yang tidak baik dikonsumsi bagi lansia.

====================================================================

30/03/21 F5 Pencegahan penyakit Covid-19 (Vaksinasi)

Covid-19 (Coronavirus disease 2019) merupakan penyakit virus severe acute


respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Penyakit ini menyebabkan gangguan
system pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti
pneumonia. Gejala ini bisa muncul dalam 2 hari sampai 2 minggu setelah seseorang terinfeksi
virus penyebabnya. Untuk memastikan apakah gejala yang muncul karena adanya infeksi dari
virus ini perlu dilakukan pemeriksaan rapid test atau swab PCR.

COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah jenis penyakit baru yang disebabkan oleh virus dari
golongan coronavirus, yaitu SARS-CoV-2 yang juga sering disebut virus Corona. Kasus pertama
penyakit ini terjadi di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Setelah itu, COVID-19 menular
antarmanusia dengan sangat cepat dan menyebar ke puluhan negara, termasuk Indonesia, hanya
dalam beberapa bulan. Menurut data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19
Republik Indonesia, jumlah kasus terkonfirmasi positif hingga 19 April 2021 adalah 1.609.300 orang
dengan jumlah sembuh 1.461.414 dan kematian 43.567 orang. Dari angka tersebut dapat disimpulkan
bahwa case fatality rate atau tingkat kematian yang disebabkan oleh COVID-19 di Indonesia adalah
sekitar 2,7%. Case fatality rate adalah presentase jumlah kematian dari seluruh jumlah kasus positif
COVID-19 yang sudah terkonfirmasi dan dilaporkan.

Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dimulai pada 13 Januari 2021 dengan


vaksinasi pertama dilakukan pada Presiden RI Joko Widodo, serta sejumlah
perwakilan dari berbagai latar belakang seperti tenaga kesehatan, pemuka
agama, guru, dan lain-lain
Program vaksinasi ini terlaksana setelah pada tanggal 11 Januari 2021,
Badan POM mengeluarkan persetujuan penggunaan darurat (EUA) untuk
vaksin dan dikeluarkannya fatwa halal oleh Majelis Ulama Indonesia.

Sebagai informasi, vaksin COVID-19 produksi Sinovac membutuhkan dua


kali penyuntikan dengan jarak waktu 14 hari. Para penerima vaksin akan
mendapatkan kartu vaksinasi dan diingatkan untuk kembali menerima vaksin
untuk kedua kalinya.

Masalah

Kota Tebing Tinggi sempat menjadi zona merah penyebaran COVID-19 dan sekarang telah menjadi
zona oranye, namun jumlah kasus baru per harinya masih cukup tinggi. Dengan adanya vaksinasi
COVID-19 diharapkan terbentuk herd immunity di Kota Tebing Tinggi dan insidensi dapat menurun
serta morbiditas dan mortalitas COVID-19 dapat dihindari.

Masih banyak warga yang skeptis dan tidak yakin untuk divaksinasi, baik karena tidak yakin akan
kondisi kesehatan sendiri sebab belum pernah melakukan check-up medis secara keseluruhan atau
karena mendengar berbagai kabar hoax yang beredar mengenai efek pemberian vaksinasi COVID-19
ini.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Memberikan penyuluhan yang berisi informasi mengenai manfaat vaksinasi COVID-19, tujuan
vaksinasi, efek samping yang mungkin muncul dengan tepat dalam rangka skrining penerima vaksinasi
COVID-19 di Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi pada Selasa, 20 Maret 2021.

Pelaksanaan

Penyampaian informasi dilakukan sepanjang rangkaian kegiatan vaksinasi covid-19.

Hari, tanggal: Selasa, 30 Maret 2021

Waktu: 10.00-14.00 WIB

Tempat: Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi

Sasaran: Tenaga Kesehatan Kota Tebing Tinggi

Sasaran yang datang pertama mendaftar di meja 1, lalu mendapatkan formulir identitas yang dibawa
ke meja 2 dimana di meja 2 ini sasaran akan diskirining. Ditanyakan riwayat infeksi COVID-19
terdahulu, kemungkinan paparan atau kontak erat, kemungkinan sedang pneumonia, keadaan
hamil/menyusui serta komorbid lain (penyakit jantung kardiovaskuler, ginjal, hepar, autoimun,
rematik, hipertensi, asma, epilepsi). Setelah skrining, penyuluhan mengenai vaksinasi COVID-19
diberikan dengan tujuan agar sasaran paham dan akhirnya bersedia untuk divaksinasi.

Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan baik. Sasaran tampak antusias mendengarkan dan ada yang
bertanya mengenai vaksinasi. Tidak ada sasaran yang tidak jadi mendapatkan vaksin karena merasa
takut akan efek vaksinasi, yang tidak jadi mendapat vaksinasi disebabkan karena riwayat medis yang
dimiliki sebelumnya atau keadaan tanda vital yang kurang stabil di hari tersebut.

16/02/21 F5

Judul Lap. Kegiatan      :  pencegahan dan pemberantasan penyakit tidak menular diabetes mellitus

Latar belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya, sehingga
menyebabkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Diabetes Melitus secara umum
sering ditandai dengan peningkatan kadar glukosa didalam darah. Penyakit ini dapat menyerang
segala lapisan umur dan sosial ekonomi. Hiperglikemi kronik pada diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah .

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif, yaitu penyakit akibat fungsi atau
struktur dari jaringan atau organ tubuh yang secara progresif menurun dari waktu ke waktu karena
usia atau pilihan gaya hidup. Diantara penyakit degeneratif, diabetes merupakan salah satu penyakit
yang akan meningkat jumlahnya dimasa yang akan datang. Diabetes sudah merupakan salah satu
ancaman utama bagi kesehatan umat manusia abad 21. Secara global, diabetes melitus merupakan
masalah kesehatan yang serius serta memerlukan penanganan intensif, dapat dilihat dari persentase
jumlah penderitanya yang mengalami peningkatan cukup tajam setiap tahunnya.

Permasalahan

Kasus Diabetes di Wilayah kerja Puskesmas Pasar Gambir cukup tinggi, merupakan penyakit tidak
menular kedua terbanyak di Puskesmas Pasar Gambir setelah hipertensi, sangat penting untuk
digalakkan upaya promotif untuk kepada pasien di wilayah Puskesmas Pasar Gambir untuk
menurunkan insidensi DM dan menurunkan morbiditas serta mortalitas akibat komplikasi DM.

Perencanaan

Dilakukan penyuluhan di depan apotik UPTD PKM Pasar Gambir mengenai penyakit diabetes
mellitus, pencegahan penyakit, diagnosis, dan pengobatannya.

Pelaksanaan

Kegiatan dilakukan pada:

Hari / Tanggal : Selasa, 16 Februari 2021

Waktu : 10.00-11.00 WIB

Tempat : Puskesmas Pasar Gambir


Kegiatan : Memberikan edukasi mengenai penyakit diabetes , pencegahan penyakit,
pengobatan penyakit dan komplikasi dari penyakit diabetes. Selanjutnya bagi peserta yang memang
memiliki riwayat DM, dilakukan pemeriksaan Gula Darah sewaktu.

Monitoring

Kegiatan berjalan baik dimana peserta banyak bertanya dan aktif menjawab pertanyaan yang
diberikan penyuluh (dokter internship). Diharapkan ke depannya, kadar gula darah pasien DM dan
masyarakat Puskesmas Pasar Gambir dapat terus stabil dalam rentang normal dan pengobatan terus
bersifat kontinu, bagi pasien yang mengalami kendala seperti terlalu repot bolak-balik ke Puskesmas
untuk mengambil obat, selanjutnya disarankan berobat keesokan harinya agar mendapatkan rujukan
untuk diusulkan menjadi peserta PRB dan didaftarkan dalam PROLANIS.

19/01/21 F5 Posbindu Pencegahan dan Pemberantasan (DM)

Peran Posyandu Lansia dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam Program Posbindu PTM

Latar belakang

Program pengendalian PTM merupakan salah satu cara untuk mendeteksi dini berbagai faktor resiko
PTM, seperti merokok, obesitas, rendahnya aktivitas fisik, diet yang tdak seimbang dan lainnya.
Dengan adanya deteksi dini tersebut, masyarakat dihrapkan dapat berusaha untuk mengendalikan
factor resiko tersebut. Kegiatan monitoring dan deteksi dini fator resiko PTM serta tindak lanjutnya
dapat dilakukan oleh masyarakat melalui kegiatan posbindu PTM (Kemenkes, 2014).

Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian pada tahun 2005
(WHO), dan 80% kematian tersebut terjadi di Negara-negara yang berpendapatan rendah dan
menengah akibat penyakit jantung dan pembuluh darah (30%), penyakit pernafasan kronik dan
penyakit kronik lainnya (16%), kanker (13%), cedera (9%) dan Diabetes mellitus (2%). PTM seperti
kardiovaskuler, stroke, kanker, diabetes mellitus, penyakit paru kronik onstruktif dan cedera terutama
di negra berkembang telah mengalami peningkatan kejadian dengan cepat yang berdampak pula pada
peningkatan angka kematian dan kecacatan (Kepmenkes, 2010).

Agar upaya tersebut dapat berjalan secara optimal, diperlukan partisipasi masyarakay sehingga
dikembangkanlah suatu model pengendalian PTM yang berbasis masyarakat yakni posbindu PTM.
Posbindu PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian factor resiko
secara mandiri dan berkesinambungan, sehingga pencegahan factor resiko PTM dapat dilakukan sejak
dini dan kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan (Kepmenkes, 2012).

Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) merupakan suatu program pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan di suatu kelompok masyarakat faktor resiko tertentu di masyarakat. Kegiatan posbindu
ini tidak hanya meliputi pelayanan pemeriksaan kesehatan saja, tetapi juga melibatkan masyarakat
dalam upaya pencegahan dan penemuan dini factor resiko di masyarakat. Salah satu kegiatan
posbindu yang diadakan adalah posyandu lansia yang dilakukan tiap bulan sekali. Posbindu dapat
dibentuk di tiap desa/ kelurahan dengan pelaksanaan kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi dan
situasi desa / kelurahan setempat.

Permasalahan
Di daerah Puskesmas Pasar Gambir, kesadaran diri masyarakat khususnya lansia untuk memeriksakan
diri di pusat pelayanan kesehatan setempat secara rutin masih rendah. Hal ini dikarenakan masih
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai deteksi dini penyakit tidak menular yang menjadi
masalah utama pada para lansia. Sehingga Puskesmas Pasar Gambir mengadakan program Posbindu
PTM guna mendeteksi secara dini penyakit tidak menular serta menanggulangi adanya faktor-faktor
penyebab terjadinya penyakit tidak menular.

Perencanaan

Intervensi kegiatan ini menggunakan metode penyuluhan langsung dengan pendekatan kelompok.
Penyuluhan ditujukan kepada kader dan peserta posyandu usia lanjut yang merupakan bagian dari
kegiatan Posbindu PTM.

Pelaksanaan

Penyuluhan dilakukan dengan pemberian materi hipertensi yang memakan waktu ± 15 menit. Setelah
penyuluhan selesai, para lansia diberikan kesempatan untuk bertanya kepada penyuluh mengenai
materi yang telah diberikan diikuti dengan pemeriksaan tekanan darah, lingkar perut dan berat badan,
serta tindak lanjut yang harus dilakukan selanjutnya (berobat ke Puskesmas).

Monitoring

Setelah melakukan pemeriksaan dan penyuluhan diperoleh data penyakit tidak menular pada lansia
dan selanjutnya akan diberikan rujukan ke Puskesmas Pasar Gambir untuk mengobati dan mencegah
penyakit lainnya timbul dalam hal ini yang dimaksud adalah komplikasi yang lebih serius.

12/01/21 F5 Penyuluhan TB

1.5 Latar Belakang

Satu pertiga dari populasi di dunia terinfeksi TB. Pada tahun 2015 dilaporkan 10,4 juta
orang di dunia menderita penyakit TB. TB merupakan pembunuh nomer satu orang yang
terinfeksi HIV. Berdasarkan data dari WHO Global Tuberculosis Report 2016 menyatakan
bahwa Indonesia dengan jumlah penduduk 254.831.222 jiwa, menempati posisi kedua dengan
beban TB tertinggi di dunia. TB di Indonesia juga merupakan penyebab nomor empat kematian
setelah penyakit kardiovaskular.
Kementerian Kesehatan Indonesia memiliki target “Indonesia Bebas TB 2050”. Untuk mencapai
target hal itu, peran serta masyarakat sangat diperlukan, terutama dalam membantu menemukan
kasus TB dan membantu melakukan pengawasan terhadap pengobatan pasien TB sampai
sembuh agar rantai penularan TB di Indonesia dapat dihentikan. Adanya dukungan dari
masyarakat dapat memberikan semangat positif dan kepatuhan pasien untuk minum obat.

1.6 Permasalahan
Masih banyak masyarakat yang menganggap tabu TB, tidak paham mengenai penyakit
TB, dan tidak tahu bagaimana untuk mengakses pengobatan TB. Belum baiknya pengetahuan
masyarakat tentang TB dan pengobatan mandiri (beli obat sendiri) yang dilakukan oleh pasien
dapat mengakibatkan terlambatnya mendapat pengobatan atau tidak berobat yang berkontribusi
pada tingginya prevalensi TB. Angka kejadian TB di wilayah kerja Puskesmas Pasar Gambir
tidak terlalu tinggi namun sepertinya salah satu penyebabnya adalah kurangnya deteksi dan
penemuan kasus TB di masyarakat.

1.7 Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Dilakukan penyuluhan di depan apotik UPTD PKM Pasar Gambir mengenai penyakit
tuberkulosis, pencegahan penyakit, diagnosis, dan pengobatannya.

1.8 Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:
Kegiatan : Penyuluhan TB
Hari/Tanggal : Selasa/12 Januari 2021
Tempat : Ruang tunggu obat UPTD PKM Pasar Gambir
Alat dan Bahan : Poster dan leaflet dari Puskesmas, Speaker

1.9 Monitoring dan Evaluasi


Antusiasme masyarakat dalam memperhatikan materi penyuluhan cukup baik. Ketika
diadakan sesi tanya jawab dan berbagi pengalaman, banyak masyarakat yang belum tahu
dan mengerti tentang penyakit tuberkulosis. Selama penyuluhan, dihimbau kepada seluruh
audience jika ditemukan menemukan orang terdekat atau disekitar tempat tinggal yang
memiliki gejala yang mengarah ke TB (batuk lebih dari 2 minggu, demam atau meriang,
keringat malam, penurunan berat badan), anjurkan ke poli MTBS UPTD PKM Pasar
Gambir untuk melakukan pemeriksaan.

Setelah acara penyuluhan ini, diharapkan masyarakat menjadi lebih waspada dan siap
membantu mengingatkan tetangga, kerabat atau saudaranya jika terdapat gejala dan tanda dari
penyakit TB untuk segera berobat ke poli MTBS yang tersedia di UPTD PKM Pasar Gambir.

06/01/21 F5 Penyuluhan Covid-19 (pemakaian masker dll nya)

JUDUL

Penyuluhan COVID-19 di Puskesmas Pasar Gambir


LATAR BELAKANG

Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok tepatnya daerah Wuhan, melaporkan kasus
pneumonia misterius yang tidak diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien dengan kasus
tersebut berjumlah 44 pasien dan semakin meningkat. Setelah itu dilakukan penelitian dari
sampel pasien dengan hasil menunjukkan adanya infeksi corona virus jenis betacoronavirus
tipe baru, yang diberi nama 2019 novel coronavirus (2019-nCoV). Pada tanggal 11 Februari
2020, WHO memberi nama virus tersebut Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2
(SARS-Cov-2). Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia telah melaporkan 2 kasus konfirmasi
COVID-19. 11 Maret 2020 WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Penyebaran virus
ini sampai saat ini, masih tinggi dan fluktuatif.

PERMASALAHAN

COVID-19 sudah menjadi permasalahan besar di seluruh dunia termasuk Indonesia.


COVID-19 ditularkan melalui kontak dekat atau droplet bukan melalui transmisi udara. Orang-
orang yang beresiko berinfeksi adalah mereka yang berhubungan dekat dengan pasien COVID-
19 atau yang merawat pasien COVID-19.

Kasus COVID-19 ini terutama semakin melunjak usai momen-momen liburan seperti
hari besar atau Tahun Baru karena tetap masih banyaknya orang yang bepergian.

Tindakan pencegahan dan mitigasi merupakan kunci penerapan di pelayanan kesehatan


dan masyarakat. Maka dari itu, harus diadakan pemberian informasi secara massal kepada
masyarakat tentang cara mencegah tertularnya penyakit ini secara benar dan jelas.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Kegiatan penyuluhan mengenai COVID-19 akan diberikan dengan metode ceramah. Materi
yang diberikan berupa pengertian COVID-19, penyebabnya, tanda dan gejala, pengobatan,
komplikasi, serta pencegahannya.

PELAKSANAAN

Penyuluhan dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Januari 2021 di Puskesmas Pasar Gambir dengan
peserta adalah pasien yang datang berobat ke Puskesmas dan sudah selesai berkonsultasi
dengan mengambil obat. Penyuluhan menggunakan metode penyuluhan. Penyuluh memberi
penjelasan dan menjawab pertanyaan dari peserta apabila ada yang kurang dimengerti. Para
peserta nampak antusias dengan keaktifan yang ditunjukkan para peserta pada sesi tanya
jawab.
3.2 MONITORING DAN INTERVENSI
Setelah dilakukan penyuluhan pastikan pendengar mengetahui dan mengerti apa yang
disampaikan dengan cara dilakukannya tanya jawab kepada peserta serta menilai sejauh
mana peserta paham dan mengerti apa yang disampaikan. Selain itu, yang terpenting,
dikemudian hari peserta dapat terus memakai masker jika berpergian, rajin cuci tangan,
batasi berkumpul ataupun keluar rumah yang dapat membuktikan bahwa pasien menjalankan
saran yang sudah disampakan oleh pembicara.

===================================================================

26/01/21 F6 Pengobatan (Herpes Zooster)

Judul Lap. Kegiatan      :  Herpes Zoster

LATAR BELAKANG

Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster. Herpes
zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada
dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus
kranialis.

Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara
pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara
1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10%
kasus berusia di bawah 20 tahun.

Patogenesis herpes zoster adalah akibat reaktivasi dari Varicella Zooster Virus yang dorman di serabut
saraf perifer dan reaktivasi ini terutama terjadi jika daya tahan tubuh pasien melemah.

Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan berupa neuralgia beberapa hari sebelum
atau bersama-sama dengan timbulnya kelainan kulit yaitu muncul ruam papulovesikuler yang
mengikuti sebaran dermatome. Adakalanya sebelum timbul kelainan kulit didahului gejala prodromal
seperti demam, pusing dan malaise. Kelainan kulit tersebut mula-mula berupa eritema kemudian
berkembang menjadi papula dan vesikula yang dengan cepat membesar dan menyatu sehingga
terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih, setelah beberapa hari menjadi keruh dan dapat pula
bercampur darah. Jika absorbsi terjadi, vesikel dan bula dapat menjadi krusta.

Komplikasi herpes zoster dapat terjadi seperti Neuralgia pasca herpetic, Sindrom Ramshayhunt,
kelainan pada mata, Infeksi sekunder dan Paralisis Motorik.

Tujuan Penatalaksanaan dari herpes Zoster adalah untuk mencegah infesksi sekundern NPH dan
mengatasi nyeri akut akibat virus Zooster ini.

Permasalahan

Identitas pasien

Nama : Tn. MT

Usia : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pekerja bengkel

Alamat : Jl. Sei Bahilang

Anamnesis :

Keluhan Utama : Timbul lenting di daerah perut sebelah kiri

RPS : Mulai timbul sejak 4 hari yang lalu semakin banyak dan hanya pada bagian perut kiri, terasa
sangat nyeri. Seminggu sebelum muncul lenting-lenting, pasien sempat demam.

RPT : -

R. Sosial : Penderita merupakan seorang pekerja bengkel dan beberapa minggu terakhir memang
kelelahan.

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : Compos Mentis, GCS E4V5M6, kesan gizi normal

Status Generalis :

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 90 x/menit

Respirasi : 20 x / menit

Temp. : 36,9oC

Kepala dan Leher : Anemis (-), Icterus (-), Cyanosis (-), Dyspneu (-), Bull Neck (-)

Thorax : dalam batas normal

Abdomen: dalam batas normal

Extrimitas : Oedema (-), deformitas (-)

Status Lokalis : Regio Abdomen Sinistra

Tampak ruam vesikel multipel serpiginosa unilateral dengan dasar eritema di abdomen sinistra,
memanjang dari pinggang kiri sampai umbilikus.

Diagnosis : Herpes Zoster

Perencanaan
Intervensi yang diberikan yaitu secara farmakologis dan non farmakologis berupa edukasi

Pelaksanaan

Terapi Non Farmakologis :

1. Istirahat dirumah

2. Menjelaskan komplikasi yang dapat ditimbulkan virus herpes ini

3. Lenting jangan dipecahkan

4. Hentikan pemakaian ramu-ramuan atau cairan tradisional

Terapi Farmakologis :

Acyclovir tab 5 x 800 selama 7 hari

Ibuprofen tab 2 x 400mg

Vitamin C 500 mg tab 1 x 1

Monitoring

Setelah mendapat diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter dapat memantau
kondisi pasien dan efek obat yang diberikan pada pasien. Serta menganjurkan pasien untuk melakukan
kontrol begitu obat habis.

18/02/21 F6 Pengobatan (DM)

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik


peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi dan
secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Insulin merupakan suatu
hormon yang diproduksi pankreas yang berfungsi mengendalikan kadar glukosa dalam darah
dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.

Secara klinis terdapat dua tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1
disebabkan karena kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun sedangkan DM
tipe 2 merupakan kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus diabetes) yang umumnya
mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan resistensi insulin.

DM sudah merupakan salah satu ancaman bagi kesehatan umat manusia pada abad 21.
WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes di atas umur 20
tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian jumlah tersebut
akan meningkat menjadi 300 juta orang. Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan
keempat terbesar dalam jumlah penderita diabetes di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja,
terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap penyakit diabetes. Namun, pada
tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14
juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar
30 persen yang datang berobat teratur.

Penelitian terakhir antara tahun 2001 dan 2005 di daerah Depok didapatkan prevalensi
DM tipe 2 sebesar 14,7%, demikian juga di Makasar prevalensi terakhir pada tahun 2005
mancapai 12,5%, merupakan suatu angka yang sangat mengejutkan. Ini sesuai dengan
perkiraan yang dikemukakan WHO bahwa jumlah pengidap diabetes sebanyak 12,4 juta orang
pada tahun 2025, meningkat dua kali dibanding tahun 1995.
Mengingat jumlah penderita DM yang terus meningkat dan besarnya biaya perawatan
pasien diabetes yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang paling
baik adalah melakukan pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan dapat
dilakukan dengan tiga tahap yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer
merupakan semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada
populasi umum misalnya dengan kampanye makanan sehat, penyuluhan bahaya diabetes.
Pencegahan sekunder yaitu menemukan penderita DM sedini mungkin misalnya dengan tes
penyaringan sedini mungkin terutama pada populasi resiko tinggi sehingga komplikasi tidak
terjadi. Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan
melalui penyuluhan, maka perlu kerjasama semua pihak untuk mensukseskannya.

PERMASALAHAN

Ny. HT, 54 tahun, BB 68 kg TB 155 cm, pekerjaan IRT, NO RM: PB-00026

Os datang ingin kontrol lanjut pengobatan. Pasien merasakan kebas pada kaki dan
tangan. Pasien masih dapat berjalan namun terasa kurang bertenaga dan seperti agak
kaku, tangan pasien normal dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Pasien belakangan
juga mengeluhkan sering kembung dan merasa nyeri ulu hati. Pasien juga merasakan
tengkuknya tegang.

RPT: Diabetes mellitus

RPO: Metformin, Simvastatin

Vital sign:

Kesadaran: Compos mentis


TD: 130/90 mmHg

HR: 88 x/i

RR: 20 x/i

Temp: 36,8 C

Pemeriksaan fisik:

Kepala: dalam batas normal

Leher: dalam batas normal

Thorax: dalam batas normal

Abdomen: nyeri epigastrium (+)

Genitalia: dalam batas normal

Ekstremitas: dalam batas normal

Pemeriksaan penunjang:

KGD puasa 144 mg/dl, Chol 189 mg/dl, AU 3,8 mg/dl

Dx: Diabetes mellitus tipe II

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas
fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau
suntikan. Obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada
keadaan emergensi dengan dekompensasi metabolik berat, misalnya: ketoasidosis, stres berat, berat
badan yang menurun dengan cepat, atau adanya ketonuria, harus segera dirujuk ke Pelayanan
Kesehatan Sekunder atau Tersier

Terapi Non Farmakologis dan atau/ KIE:

1. Mengikuti pola makan sehat


2. Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur sebanyak 3-5 kali perminggu
selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Apabila kadar glukosa darah
250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan jasmani
3. Menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan khusus secara aman dan teratur
4. Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan hasil
pemantauan untuk menilai keberhasilan pengobatan
5. Melakukan perawatan kaki secara berkala
6. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut, terutama
hipoglikemia dengan tepat

Terapi Farmakologis : Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan

1. Obat Antihiperglikemia Oral Berdasarkan cara kerjanyi dibagi menjadi 5 golongan:

a. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue) [glinid, sulfonylurea]


b. Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin [metformin, tiazolidindion]
c. Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran pencernaan [acarbose]
d. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl PeptidaseIV) [sitaglipin, linaglipin]
e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2) [Canagliflozin, Empagliflozin,
Dapagliflozin, Ipragliflozin, Dapagliflozin]

2. Obat Antihiperglikemia Suntik Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 dan
kombinasi insulin dan agonis GLP-1.

PENATALAKSANAAN

Terapi farmakologis:

- Glibenklamid 5 mg tab 1x1

- Piroxicam 20 mg tab 2x1

- Vitamin B complex tab 2x1

Terapi non farmakologis/KIE

1. Mengikuti pola makan sehat


2. Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur s
3. Menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan khusus secara aman dan teratur
4. Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan hasil
pemantauan untuk menilai keberhasilan pengobatan
5. Melakukan perawatan kaki secara berkala
6. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut, terutama
hipoglikemia dengan tepat

MONEV

Upaya pengobatan dasar yang telah dilakukan perlu monitoring dan evaluasi terhadap terapi yang
telah diberikan, pasien diminta untuk kontrol sebelum obat habis (minimal sebulan sekali). Rujukan
dilakukan bilamana terapi yang diberikan di pelayanan primer belum dapat mencapai sasaran
pengobatan yang diinginkan atau dijumpai komplikasi penyakit lainnya akibat penyakit diabetes
mellitus.
15/04/21 F6 Pengobatan (Demam Tifoid)

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di daerah tropis

dan subtropics terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan

standar hygiene dan sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya

penyebaran demam tifoid di negara berkembang adalah urbanisasi, kepadatan penduduk,

sumber air minum dan standar hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.

Menurut Pang, selain karena meningkatnya urbanisasi, demam tifoid masih terus menjadi

masalah karena beberapa faktor lain yaitu, adanya strain yang resisten terhadap antibiotic,

masalah pada identifikasi dan penatalaksanaan karier, keterlambatan membuat diagnosis yang

pasti, patogenesis dan faktor virulensi yang belum dimengerti sepenuhnya serta belum

tersedianya vaksin yang efektif, aman dan murah.

Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi yang dapat bertahan hidup lama di

lingkungan kering dan beku, peka terhadap proses klorinasi dan pasteurisasi pada suhu 63ºC.

Organisme ini juga mampu bertahan beberapa minggu di dalam air, es, debu, sampah kering

dan pakaian, mampu bertahan di sampah mentah selama satu minggu dan dapat bertahan serta

berkembang biak dalam susu, daging, telur atau produknya tanpa merubah warna atau

bentuknya.

Manusia merupakan satu-satunya sumber penularan alami Salmonella typhi, melalui


kontak langsung maupun tidak langsung dengan seorang penderita demam tifoid atau karier
kronis. Transmisi kuman terutama dengan cara menelan makanan atau air yang tercemar tinja
manusia. Epidemi demam tifoid yang berasal dari sumber air yang tercemar merupakan
masalah yang utama. Transmisi secara kongenital dapat terjadi secara transplasental dari
seorang ibu yang mengalami bakteriemia kepada bayi dalam kandungan, atau tertular pada saat
di lahirkan oleh seorang ibu yang merupakan karier tifoid dengan rute fekal oral. Seseorang
yang telah terinfeksi Salmonella typhi dapat menjadi karier kronis dan mengeksresikan mikro
organisme selama beberapa tahun.

Permasalahan

Identitas pasien

Nama : An. MDD


Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 16 tahun
Alamat : Jl. Deblod Sundoro
Status Pernikahan : Belum Menikah
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 150 cm

a. Keluhan Utama
Demam

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dibawa ibunya ke Puskesmas Pasar Gambir karena panas selama 7 hari.
Panas turun setelah diberi obat penurun panas namun panas naik lagi terutama naik saat
sore menuju malam hari. Pasien juga mengeluh mual sejak 3 hari yang lalu. Pasien
mengeluh muntah tiap kali makan sejak 3 hari yang lalu, muntah berisi makanan yang
dimakan. Darah (-).Pasien juga mengeluh pusing sejak 7 hari yang lalu. BAK lancar,
pasien tidak dapat BAB sejak 5 hari yang lalu.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan yang sama disangkal.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada.

e. Riwayat Sosial Ekonomi


Kesan ekonomi menengah kebawah. Hubungan pasien dengan anggota keluarga yang
baik, hubungan dengan tetangga sekitar juga baik. Pasien mendapatkan jaminan kesehatan
untuk pengobatan.

Pemeriksaan Fisik
o Keadaan umum: baik
o Kesadaran: compos mentis
o Vital Sign:
 Tekanan darah: 100/80 mmHg
 Nadi: 84x/ menit
 Suhu: 38.4oC
 Pernafasan: 16x/ menit
o Kepala: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema (-/-), ptosis (-/-), lidah kotor (+)
o Leher: kelenjar getah bening tidak teraba, massa (-)
o Thoraks:
 Jantung: S1 > S2 reguler, bising (-)
 Paru: pengembangan paru simetris, SD vesikuler, suara tambahan (-)
o Abdomen:
 Supel, timpani, BU (+) dbn, nyeri tekan epigastrium (+)
 Hepar: kesan ukuran dbn, tidak teraba massa
 Lien: kesan ukuran dbn
o Ekstrimitas: Superior : Akral hangat -/-, Edema -/-
Inferior : Akral hangat -/-, Edema -/-
o Status dermatologis: tidak ada kelainan
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan (tidak tersedia sarana)
Diagnosis
Demam Tifoid
Perencanaan

Pengobatan demam tifoid terdiri atas 3 bagian yaitu perawatan, diet dan obat.

a. Perawatan

Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih

selama 14 hari. Maksud tirang baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan

usus atau perforasi usus. Mobilisasi pasien dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya

kekuatan pasien. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan, karena kadang-kadang terjadi

obstipasi dan retensi air kemih.

b. Diet

Pasien demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi

sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien.


c. Obat-obatan

1). Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan, ialah:

 Kloramfenikol

 Tiamfenikol

 Kotrimoksazol

 Ampisilin dan Amoksisilin

 Sefalosporin Generasi Ketiga

 Fluorokinolon

2). Obat-obat Simptomatik

Antipiretika

Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin pada setiap pasien demam

tifoid, karena tidak banyak berguna.

3) Steroid

Steroid hanya diindikasikan pada toksik tifoid atau demam tifoid yang mengalami
renjatan septik.

Pelaksanaan

Farmakologis : Pasien diterapi menggunakan obat-obatan yang tersedia di puskesmas yaitu:

Antasida doen syr 3xC1


Chloramphenicol 500 mg tab 4x1
Parasetamol 500 mg tab 3x1

Non farmakologis Edukasi yang diberikan antara lain:

Menyarankan agar pasien tirah baring di rumah selama sakit. Pasien harus tirah baring absolut
sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari
Memberitahu pasien jenis makanan yang boleh dimakan sesuai dengan perkembangan kondisi
pasien pada setiap pasien kontrol ke Ruangan Pemeriksaan Umum. Pasien demam tifoid diberi
bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan
pasien. Pemberian bubur saring dimaksudkan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus
atau perforasi usus.

Monitoring

Monitoring dan evaluasi diakukan saat pasien kontrol bila obat habis. Pasien juga disarankan
untuk diet makanan sesuai dengan saran yang telah diberikan.

10/02/21 F6 Pengobatan (Skabies)

A. LATAR BELAKANG
Penyakit gudik atau kudis, merupakan penyakit kulit yang dapat di
temui hampir di setiap pondok pesantren dan dianggap sebagai penyakit
yang tidak berbahaya sehingga kurang mendapat perhatian baik dari
penderita maupun orang-orang yang berada di sekitarnya.(1,2,3,4) Bahkan ada
anekdot yang menyebar di kalangan para santri pondok pesantren, bahwa
seorang santri belum disebut mondok jika belum terkena penyakit gudik.
Sebenarnya penyakit gudik bukan hanya menyerang para santri di pondok-
pondok pesantren, tetapi juga dapat ditemui pada lingkungan kumuh dan
padat penduduk,(3,5,6) penjara,(7) kamp militer,(8,9) bahkan rumah sakit.(10,11)
Penyakit gudik dapat menjangkiti semua orang pada semua umur, ras dan
level sosial ekonomi.(9)
Selama ini masyarakat awam mengira gudikan disebabkan oleh air,
yang digunakan untuk konsumsi atau kebutuhan sehari-hari, telah tercemar.
Banyak orang masih belum mengetahui bahwa penyebab gudikan adalah
spesies tungau yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Spesies ini
disebut sebagai Sarcoptes scabiei (var. hominis) dan penyakitnya disebut
scabies.(5,12)
Scabies memberikan masalah kesehatan secara global, karena 300 juta

kasus terjadi setiap tahunnya di dunia.


World Health Organization (WHO)
menyatakan scabies merupakan salah satu dari enam penyakit parasit
epidermal kulit yang terbesar angka kejadiannya di dunia.(13) Insiden di
Amerika hampir mencapai 1 juta kasus per tahun. Rata-rata prevalensi
kejadian scabies di Inggris adalah 2,27 per 1000 orang (laki-laki) dan 2,81
per 1000 orang (perempuan), dimana 1 dari 1000 orang datang ke pusat-
pusat kesehatan dengan keluhan gatal yang menetap.

Prevalensi scabies di Indonesia menurut Departemen Kesehatan Republik


Indonesia pada tahun 2000 sebesar 4,60-12,95% dan penyakit scabies
menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Perbandingan
penderita laki-laki dan perempuan adalah 83,7% : 18,3%.
Sampai saat ini scabies masih terabaikan sehingga menjadi masalah kesehatan yang umum di seluruh
dunia.(17) Cepatnya proses penularan dan ketidakpahaman masyarakat akan penyakit ini menimbulkan
sulitnya pemberantasan scabies.

Permasalahan

An. AP, 7 tahun, BB 23 kg TB 120 cm, pekerjaan pelajar, NO RM: LD-P0020

Os datang dengan keluhan gatal-gatal di tubuh. Hal ini sudah dialami pasien sejak 10 hari yang lalu.
Pasien sudah sempat berobat namun gatal-gatal tetap masih ada. Gatal terutama dirasakan di kedua
tangan, sela-sela jari tangan, daerah lipatan paha, leher, dan perut, serta balik lipatan lutut. Awalnya
gatal dirasakan di kedua tangan dan pasien terus menggaruk-garuk. Pasien juga mengatakan bahwa
gatal semakin bertambah terutama pada malam hari. Di rumah, ayah pasien sekarang juga mengalami
keluhan yang serupa, terutama di daerah perut. Ibu pasien mengatakan bahwa anak memang pernah
menginap di rumah sepupunya dan sepupunya mengalami gatal-gatal seperti ini juga. Pasien juga suka
jajan bakso.

RPT: -

RPO: Gentamisin, Cetirizine syrup, Vitamin B comp

Vital sign:

Kesadaran: Compos mentis

TD:  mmHg

HR: 88 x/i

RR: 24 x/i

Temp: 36,8 C

Pemeriksaan fisik:

Kepala: dalam batas normal

Leher: (+) papul eritema, eskoriasi


Thorax: dalam batas normal

Abdomen: (+) papul eritema, eskoriasi

Genitalia: (+) papul eritema, eskoriasi

Ekstremitas: (+) papul eritema, eskoriasi, di sela jari tangan tampak alur seperti terowongan

Pemeriksaan penunjang:

Tidak dilakukan pemeriksaan

Dx: Skabies

B. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. Diagnosis
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang telah
dilakukan, maka pasien didiagnosis sebagai Skabies
2. Penatalaksanaan
- Medikamentosa :

1) Scabimite (Permethrin 5%) cream S 1 dd u e malam hari, selama 8-


12 jam
2) Dextamine syr 3 x Cth 1
3) Biolysin syr 1 x Cth 1
- Non medikamentosa
1) Pengobatan harus dilakukan secara bersamaan pada
seluruh orang yang tinggal dalam rumah
2) Persiapan untuk pengobatan :
o Seluruh pakaian yang ada dalam lemari dimasukkan
kedalam kantong plastic, dan diikat. Sisakan pakaian
untuk 3 hari kedepan
o Jemur seluruh pakaian yang sudah ada dalam plastic
selama 3 hari kedepan
o Pada hari terakhir penjemuran (malam), oleskan obat
pada seluruh orang yang tinggal dirumah
3) Mandi seluruh badan sebelum memakai obat
4) Oleskan obat cream (skabimite®) secara merata pada
seluruh badan, baik yang gatal ataupun tidak gatal, kecuali
muka. Pemakaian obat harus dibantu dengan orang lain.
Diamkan selama 10 jam
5) Pagi hari sebelum mandi, turunkan sprei, sarung bantal,
gorden, dan karpet. Jemur sofa dan peralatanm rumah
lainnya, atau semprot dengan insektisida
6) Mandi seluruh badan hingga bersih
7) Kenakan pakaian yang telah dijemur selama 3 hari tadi
8) Penyuluhan hygiene perorangan dan lingkungan
o Tidak menggunakan peralatan pribadi secara bersama-
sama dan alas tidur diganti bila ternyata pernah
digunakan oleh penderita scabies
o Menghindari kontak langsung dengan penderita skabies.

06/03/21 F6 Pengobatan (Asma)

Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan polahidup
masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam makanan.Salah satu
penyakit alergi yang banyak terjadi dimasyarakat adalah penyakit asma. Asmamerupakan
penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik, batuk,dan sesak di

52
dada akibat penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asmaterus meningkat
terutama di negara maju. Peningkatan terjadi juga di negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia.
Studi di Asia Pasifik baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat tidak masukkerja akibat asma jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika Serikat dan Eropa. Hampirseparuh dari seluruh pasien
asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan kebagian gawat darurat setiap
tahunnya. Hal tersebut disebabkan manajemen dan pengobatan asmayang masih jauh dari pedoman
yang direkomendasikan Global Initiative for Asthma (GINA).Asma masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang serius diseluruh dunia.Prevalensi asma menurut laporan Word
Health Organization (WHO) tahun 2013, saat ini sekitar235 juta penduduk dunia terkena penyakit
asma. Behavioral Risk Factor Surveillance Survey(BRFSS) tahun 2002 – 2007 melaporkan di Florida
prevalensi asma dewasa sebanyak 10,7%.Asma menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
1986 menduduki urutan ke lima dari10 penyebab kesakitan. Penderita asma Indonesia sebesar 7,7%
dengan rincian laki-laki 9,2%dan perempuan 6,6%.

Permasalahan

An. DS, 6 tahun, BB 33 kg TB 72 cm, NO RM: LD-A0038

Os datang dengan keluhan utama batuk-batuk sejak 2 hari yang lalu, memberat sejak pagi hari
sebelum datang ke Puskesmas. Batuk-batuk terasa seperti ada dahak, sesak berbunyi. Pasien
memiliki riwayat asma. Pasien masih dapat berbicara 1 kalimat penuh, masih nyaman dalam
keadaan berdiri, namun terus-terusan batuk. Demam pilek tidak dijumpai.

RPT: Asma bronkial

RPO: nebul ventolin, salbutamol syrup

Vital sign:

Kesadaran: Compos mentis

TD: - mmHg

HR: 102 x/i

RR: 28 x/i

Temp: 36,8 C

Pemeriksaan fisik:

Kepala: dalam batas normal

Leher: dalam batas normal

Thorax: penggunaan otot bantu napas (+), gerakan dada simetris, wheezing (+) ekspirasi

53
Abdomen: dalam batas normal

Genitalia: dalam batas normal

Ekstremitas: dalam batas normal

Pemeriksaan penunjang:

Tidak dilakukan pemeriksaan

Dx: Asma eksaserbasi akut (serangan ringan)

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI1. DIAGNOSIS : Asma Bronkial2.


PENATALAKSANAANTujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol
manifestasiklinis dari penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan mempertahankankualitas
hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalammelakukan aktivitas
sehari-hari. Global Initiative for Asthma (GINA, 2009) danPerhimpunan Dokter Paru Indonesia
(PDPI, 2006) menganjurkan untuk melakukanpenatalaksanaan berdasarakan kontrol.Untuk
mencapai dan mempertahankan keadaan asma yang terkontrol terdapat duafaktor yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:

1. Medikasi (non farmakologis dan farmakologis)2. Pengobatan berdasarkan derajatTerapi Non-


farmakologis:Terapi non farmakologis meliputi 2 komponen utama, yaitu:- Kontrol terhadap faktor-
faktor pemicu serangan asma. Berbagai pemicu serangan asma antara lain adalah debu, polusi,
merokok, olahraga, perubahan temperatur secara ekstrim, termasuk penyakit-penyakit yangsering
mempengaruhi kejadian sama, seperti rinitis, sinusitis, GERD, dan infeksivirus. Untuk memastikan
alergen pemicu serangan pasien, makadirekomendasikan untuk mengetahui riwayat kesehatan
pasien serta uji alergipada kulit (skin prick test). - Edukasi pada pasien atau yang merawat mengenai
berbagai hal tentang asma.Setelah jenis alergen telah diketahui, pasien perlu diedukasi mengenai
berbagaicara untuk mencegah dan mengatasi saat terjadi serangan asma. Edukasi jugameliputi
pengetahuan tentang patogenesis asma, bagaimana mengenal pemicuasma dan mengenal tanda-
tanda awal keparahan asma, cara penggunaan obatyang tepat, dam bagaimana memonitor fungsi
paru nya. Selain itu pasien dimintauntuk melakukan fisioterapi napas (senam asma), vibrasi dan atau
perkusi toraksdan batuk yang efisien.Terapi famakologis:Menurut PDPI (2006), medikasi asma
dapat diberikan melalui berbagai caraseperti inhalasi, oral dan parenteral. Dewasa ini yang lazim
digunakan adalah melaluiinhalasi agar langsung sampai ke jalan napas dengan efek sistemik yang
minimal ataupuntidak ada. Macam–macam pemberian obat inhalasi dapat melalui inhalasi dosis
terukur(IDT), IDT dengan alat bantu (spacer), Dry powder inhaler (DPI), breath–actuated IDT,dan
nebulizer. Medikasi asma terdiri atas pengontrol (controllers) dan pelega (reliever).

Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang, terutama untuk asma persisten,yang digunakan
setiap hari untuk menjaga agar asma tetap terkontrol (PDPI, 2006).Menurut PDPI (2006), pengontrol,
yang sering disebut sebagai pencegah terdiri dari:1. Glukokortikosteroid inhalasi dan sistemik2.

54
Leukotriene modifiers3. Agonis -2 kerja lama (inhalasi dan oral)β4. Metilsantin (teofilin)5. Kromolin
(Sodium Kromoglikat dan Nedokromil Sodium)Pelega adalah medikasi yang hanya digunakan
bila diperlukan untuk cepatmengatasi bronkokonstriksi dan mengurangi gejala – gejala asma.
Prinsip kerja obat iniadalah dengan mendilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos,
memperbaiki dan ataumenghambat bronkokonstriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti
mengi, rasaberat di dada, dan batuk. Akan tetapi golongan obat ini tidak memperbaiki inflamasi
jalannapas atau menurunkan hipersensitivitas jalan napas. Pelega terdiri dari:1. Agonis -2 kerja
singkatβ2. Kortikosteroid sistemik3. Antikolinergik (Ipratropium bromide)4. Metilsantin

Edukasi:

- Hindari pencetus (pasien seminggu terakhir banyak jajan es)

- Pakai masker jika keluar rumah

- Rutin kontrol berobat ke Puskesmas agar asma terkontrol

- Jika dalam keadaan gawat sangat sesak, segera berobat ke IGD RS

Th/ - Nebulisasi Ventolin 1 ampul di Puskesmas, sesak membaik

- Ventolin inhaler 2xpuff I

- Dextamin syrup 3xCth I

- Stimuno syr 3xCth I

MONITORING DAN EVALUASIApabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi dan follow up
mengenaikeluhan yang dialami sudah berkurang atau belum. Dilakukan pemeriksaan pada
kedualapang paru untuk menilai apakah masih ada wheezing. Ditanyakan apakah obat masihada
atau tidak. Pasien juga direncanakan untuk dirujuk ke rumah sakit untuk melakukanpemeriksaan
spirometri agar dapat mengetahui fungsi paru, prognosis dan penatalaksaanselanjutnya

===================================================================

12/04/21 F7 Miniproject

55

Anda mungkin juga menyukai