Anda di halaman 1dari 14

Laporan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) dan

Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)

F.1. UPAYA PROMOSI KESEHATAN


Penyuluhan PPOK di Kelompok Posbindu Banjar Anyar Dalam Rangka
Pencegahan Penyakit Tidak Menular

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh


Program Dokter Internsip Indonesia
Puskesmas Wates Mojokerto

Oleh:
dr. Anindya Nur Qurani

Pendamping:
dr. Mar’atus Sholikhah

UPT PUSKESMAS WATES


KOTA MOJOKERTO
JAWA TIMUR
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : dr. Anindya Nur Qurani


Judul Laporan : Penyuluhan PPOK di Kelompok Posbindu Banjar Anyar
Upaya Promosi Dalam Rangka Pencegahan Penyakit Tidak Menular
Kesehatan
Laporan F1 Upaya Promosi Kesehatan berupa “Penyuluhan PPOK di Kelompok
Posbindu Banjar Anyar Dalam Rangka Pencegahan Penyakit Tidak Menular”
telah disetujui guna melengkapi tugas Dokter Internsip Indonesia dalam
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) dan Usaha Kesehatan
Masyarakat (UKM) di bidang Upaya Promosi Kesehatan.

Mojokerto, Juli 2018

Mengetahui
Pendamping Dokter Internsip

dr. Mar’atus Sholikhah


NIP. 198901042014032003

2
PRAKATA

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan YME yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
dengan baik laporan ini. Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah
sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Dokter Internsip
Indonesia di Puskesmas Wates, Kota Mojokerto.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. drg. Citra Mayangsari, Kepala Puskesmas Wates Kota Mojokerto.
2. dr. Mar’atus Sholikhah, selaku pembimbing dan pemegang program balai
pengobatan di Puskesmas Wates Kota Mojokerto.
3. Semua rekan Dokter Internsip dan Staff Pegawai Puskesmas Wates Kota
Mojokerto periode Juni - Oktober 2018 yang telah banyak membantu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi bahan
informasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran, khususnya
bidang kesehatan masyarakat.

Mojokerto, Juli 2018


Dokter Internsip

dr. Anindya Nur Qurani

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah suatu penyakit paru
kronik yang ditandai oleh adanya hambatan aliran udara di saluran nafas
yang tidak sepenuhnya reversible. Penyakit tersebut biasanya progresif dan
berhubungan dengan respons inflamasi abnormal paru terhadap partikel
berbahaya atau gas beracun.
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari
kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia
harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor risiko, seperti faktor
pejamu yang diduga berhubungan dengan kejadian PPOK, semakin
banyaknya jumlah perokok khususnya pada kelompok usia muda, serta
pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat
kerja.
Diperkirakan 65 juta penduduk dunia menderita PPOK sedang sampai
berat. Pada tahun 2005 lebih dari 3 juta orang meninggal karena PPOK,
menyumbang 5% dari seluruh penyebab kematian. Data mengenai
morbiditas dan mortalitas PPOK tersebut didapatkan sebagian besar dari
negara dengan penghasilan tinggi. Pada tahun 2002, PPOK merupakan
penyebab kematian ke-5, diperkirakan akan meningkat menjadi ke-3 pada
tahun 2030 dengan total peningkatan kematian 30% dalam 10 tahun.
PPOK akan berdampak negatif dengan kualitas hidup penderita,
termasuk pasien yang berumur > 40 tahun akan menyebabkan disabilitas
penderitanya. Padahal mereka masih dalam kelompok usia produktif namun
tidak dapat bekerja maksimal karena sesak napas yang kronik. Komorbiditas
PPOK akan menghasilkan penyakit kardiovaskuler, kanker bronkial, infeksi
paru-paru, trombo embolik disorder, hipertensi, osteoporosis, sakit sendi,
depresi dan ansietas.

4
Di lingkungan Puskesmas Wates Kota Mojokerto, masih sangat
banyak dijumpai para perokok. Tidak hanya dari kalangan pekerja, banyak
pula pelajar di SMP dan SMA yang sering ditemukan sedang merokok di
warung-warung di pinggir jalan. Hasil survei Mawas Diri Puskesmas Wates
2018 didapatkan bahwa rata-rata perokok menghabiskan sekitar 5 batang
rokok per hari. Dengan semakin panjang nya durasi merokok, tentu akan
menambah berat derajat merokok serta meningkatkan resiko meningkatnya
prevalensi penyakit PPOK di kemudian hari.
Fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia yang bertumpu di
Puskesmas sampai di rumah sakit pusat rujukan masih jauh dari fasilitas
pelayanan untuk penyakit PPOK. Disamping itu kompetensi sumber daya
manusianya, peralatan standar untuk mendiagnosis PPOK seperti spirometri
hanya terdapat di rumah sakit besar saja, sering kali jauh dari jangkauan
Puskesmas.
Oleh karena itu, merupakan tugas Puskesmas sebagai bagian dari
upaya kesehatan masyarakat untuk melakukan promotif preventif guna
mencegah meningkatnya prevalensi penyakit PPOK di kemudian hari.

B. Tujuan Umum
Melakukan upaya pencegahan PPOK melalui penyuluhan sebagai upaya
promotif preventif.

C. Tujuan Khusus
1. Bagi masyarakat, untuk mengetahui bahaya merokok dan PPOK.
2. Bagi instansi, untuk mencegah peningkatan prevalensi PPOK di
masyarakat.
3. Bagi dokter internsip, untuk menerapkan ilmu kedokteran dalam
upaya kesehatan masyarakat dalam rangka promotif dan preventif
PPOK.

5
BAB II
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

A. Metode : Penyuluhan
B. Peserta : Kelompok Posbindu PTM Banjar Anyar
C. Intervensi :
1. Melakukan penyuluhan tentang bahaya merokok oleh Pak Roib
2. Melakukan penyuluhan PPOK oleh dokter isip

6
BAB III
PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan
 Hari/tanggal : Sabtu, 21 Juli 2018
Jam : 09.00 – 11.00 WIB
 Tempat : Posbindu Banjar Anyar
 Sasaran : Kader sebanyak 27 orang
 Acara : Penyuluhan
 Intervensi :
1. Melakukan penyuluhan tentang bahaya merokok oleh Pak Roib
2. Melakukan penyuluhan tentang PPOK oleh dokter isip

B. Hasil Kegiatan
Kegiatan berjalan dengan cukup lancar. Para peserta mengikuti penyuluhan
dengan baik. Beberapa peserta mengajukan pertanyaan.

C. Pertanyaan
1. Mengapa pada orang perokok terjadi perubahan warna bibir menjadi
hitam?
Penyebab utama adalah karena hasil pembakaran zat di dalam rokok
berupa tar dan nikotin. Hasil pembakaran tersebut terakumulasi dan
menempel pada dinding pembuluh darah perifer hingga mengganggu
aliran darah serta pasokan oksigen. Hal tersebut menyebabkan bibir
kehilangan warna alami merah bibir berubah menjadi hitam.
2. Di dekat rumah saya ada seorang warga yang batuk terus menerus
sudah menahun, namun beliau tidak merokok, apakah ada
kemungkinan terkena PPOK?
Untuk menentukan diagnosa pada pasien dengan batuk menahun perlu
dilakukan pemeriksaan lanjutan, seperti tes dahak dan foto rontgen.
Pasien sebaiknya dibawa ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut.

7
BAB IV
KESIMPULAN

Kegiatan penyuluhan PPOK yang merupakan agenda pembinaan posbindu


Penyakit Tidak Menular (PTM) sebagai program intervensi kegiatan Program
Internsip Dokter Indonesia Puskesmas Wates Kota Mojokerto berjalan dengan
lancar, tanpa ada hambatan. Para peserta antusias mendengarkan, menyimak, dan
memberikan pertanyaan dengan baik. Diharapkan dari kegiatan ini, dapat
mempromosikan kampanye anti rokok dan mencegah peningkatan prevalensi
PPOK di wilayah cakupan Puskesmas Wates secara khusus, dan di Indonesia
secara umum.

8
LAMPIRAN

Daftar hadir penyuluhan PPOK di Posbindu Banjar Anyar

9
Dokumentasi kegiatan

10
11
12
13
14

Anda mungkin juga menyukai