Anda di halaman 1dari 7

F6.

Upaya Pengobatan Dasar


1. Konjungtivitis

Latar Belakang

Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum didunia. Penyakit konjungtivitis ini
berada pada peringkat ketiga terbesar di dunia setelah penyakit katarak dan glaukoma, khusus
konjungtivitis penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia
ringan dengan mata berair sampai berat dengan sekret purulen kental. Konjungtivitis atau
radang konjungtiva adalah radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola
mata yang dibedakan kedalam bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis (pink eye) merupakan
peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang
disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi dari bahan-
bahan kimia seperti terkena serpihan kaca yang debunya beterbangan sehingga mengenai
mata kita dan menyebabkan iritasi sedangkan konjungtivitis yang disebabkan oleh
mikroorganisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui
kontak dan udara (Ilyas, 2015).

Konjungtivitis atau mata merah bisa menyerang siapa saja dan sangat mudah menular,
penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan tangan seperti bersalaman dengan
seorang penderita konjungtivitis atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita, lalu
orang yang sehat tersebut menggosok tangannya ke mata dan hal ini bisa menyebabkan
penularan secara cepat sehingga dapat meningkatkan jumlah penderita penyakit
konjungtivitis (Ilyas, 2015).

Permasalahan

Identitas

Nama : Ny. U
Umur : 37 th
BB : 45 kg
TB : 160 cm
IMT : 17.5
Anamnesis

Pasien datang dengan keluhan merah pada kedua matanya sejak 3 hari yang lalu, disertai
rasa nyeri dan gatal pada kelopak mata. Pasien juga mengeluh keluar kotoran sejak 3
hari yang lalu dari matanya terutama saat pagi hari. Keluhan mata silau dan penglihatan
kabur disangkal oleh pasien. Riwayat alergi, asma, trauma maupun kemasukan benda asing
sebelumnya disangkal.

Vital Sign :

TD : -

HR : 89 x/menit

RR : 18x/menit

Suhu : 36.5

Pemeriksaan Fisik :

Kepala : Mesochepal
Mata : palpebra superior edem minimal (+/+), tidak ada spasme, palpebra inferior tidak
edem, konjungtiva hiperemi (+/+), Secret (+/+)
Hidung : DBN
Telinga : DBN
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax
Inspeksi : DBN
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Palpasi : DBN
Auskultasi :
Cor : Bunyi jantung I/II Reguler
Pulmo : Vesikuler, Ronchi (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen : DBN
Ekstremitas : DBN
Perencanaan

Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik di poli umum Puskesmas Tegalrejo. Dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah Konjungtivitis

Intervensi
Dilakukan upaya pengobatan
Edukasi
Pelaksanaan

Upaya pengobatan
 Reco (Chloramphenicol) TM 3x2 gtt (ODS)
 Vit C tablet 1x1

KIE :
 Menjaga higienitas pribadi
 Tidak menggosok mata
 Lindungi mata dari sinar matahari, debu, dan udara kering

Monitoring

Menjelaskan bahwa penyakit pasien adalah konjungtivitis atau peradangan pada selaput yang
melapisi permukaan bola mata dan kelopak mata bagian dalam yang mudah menular. Edukasi
cara pemberian obat dan kontrol bila obat habis.

2. Common Cold / ISPA

Latar Belakang

Common cold atau infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) non spesifik atau “flu biasa”
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dan menyerang saluran pernapasan
atas. Common Cold sering terjadi di Indonesia yang memiliki iklim tropis dengan intensitas
hujan yang tinggi. Rata-rata orang menderita dua atau tiga kali common cold setahun.
common cold disebabkan oleh banyak virus, yang menyebabkan gejala serupa. Virus yang
sama dapat menyebabkan common cold lain setelah paparan ulang. Namun, penyakit kedua
biasanya lebih ringan dan berlangsung lama (Walker dkk, 2012).

Gejala umumnya terlihat sekitar 1-3 hari setelah penularan dari droplets yang mengandung
virus. Tanda dan gejala meliputi hidung berair dan tersumbat, nyeri tenggorokan, batuk, sakit
kepala ringan, bersin-bersin, mata berair, sedikit demam (dewasa <390C ; anak-anak < 380C),
dan badan terasa pegal.

Permasalahan

Identitas

Nama : Tn. A
Umur : 53 th
BB : 62 kg
TB : 165 cm
IMT : 22.2
Anamnesis

Pasien datang dengan keluhan badan terasa meriang dan sakit kepala disertai dengan batuk
berdahak dan pilek sejak 2 hari. Meriang dirasa terus menerus terutama saat malam hari dan
sulit tidur karena hidung tersumbat. Sebelumnya pasien sudah meminum obat warung tapi
keluhan belum berkurang. Hal ini dirasakan pasien setelah pasien kelelahan membereskan
gudang. Riwayat alergi disangkal.
Vital Sign :

TD : 120/78 mmhg

HR : 87 x/menit

RR : 19x/menit

Suhu : 37.8

Pemeriksaan Fisik :

Kepala : Mesochepal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : deviasa septum (-)
Telinga : DBN
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax
Inspeksi : DBN
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Palpasi : DBN
Auskultasi :
Cor : Bunyi jantung I/II Reguler
Pulmo : Vesikuler, Ronchi (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen : DBN
Ekstremitas : DBN
Perencanaan

Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik di poli umum Puskesmas Tegalrejo. Dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah common cold.
Intervensi
Dilakukan upaya pengobatan
Edukasi

Pelaksanaan

Upaya pengobatan
- Paracetamol tablet 3 x 1 tab
- Ambroxol tablet 3x1 tab
- Becefort 1 x 1 tab
KIE :
Hindari penularan kepada orang lain. Tutup hidung dan mulut ketika bersin, kemudian segera
membuang tisu yang sudah dipakai. Setelah itu, cuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir. Saat berada di tempat umum, sebaiknya gunakan masker bedah terstandar.

Monitoring

Menjelaskan bahwa penyakit pasien adalah flu biasa. Namun pasien bisa menularkan ini
kepada orang lain. Biasanya keluhan dapat sembuh dalam beberapa hari. Terapi yang
digunakan juga berdasarkan keluhan saja. Mengajarkan pasien untuk melakukan etika batu
dan bersin yang baik agar tidak menularkan ke orang lain.

3. OE

Latar Belakang

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh
bakteri dapat terlokalisir atau difus, telinga terasa sakit. Faktor yang menyebabkan timbulnya
otitis eksterna adalah kelembaban, penyumbatan liang telinga tengah, trauma lokal, dan
alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang dapat menyebabkan
edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan
bakteri masuk melalui kulit, terjadilah inflamasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen
pada otitis eksterna akut adalah Pseudomonas (41%), Streptococcus (22%), Staphylococcus
aureus (15%), dan Bakteriodes (11%) (Pope dkk, 2012).
Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai, di samping
penyakit telinga lainnya. Otitis eksterna dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke
tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga
luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna (Waitzman dkk, 2014).

Permasalahan

Identitas

Nama : Tn. K
Umur : 27 th
BB : 65 kg
TB : 170 cm
IMT : 22.4
Anamnesis

Pasien datang dengan keluhan nyeri pada telinga kiri sejak 2 hari yang lalu. Sehari
sebelumnya telinga terasa gatal dan tidak enak sehingga pasien membersihkan telinganya
dengan cotton buds. Tidak terdapat cairan yang keluar dari kedua liang telinga. Pendengaran
telinga kiri agak berkurang dan tidak berdenging. Tidak ada keluhan pusing (perasaan
berputar) ataupun sakit kepala. Pasien mengaku sebelumnya tidak kemasukan air maupun
benda asing lainnya ke dalam telinganya. Tidak ada riwayat berenang sebelumnya.
Vital Sign :

TD : 110/70 mmhg

HR : 83 x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36.4

Pemeriksaan Fisik :

Kepala : Mesochepal
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Hidung : DBN
Telinga kanan : DBN
Telinga kiri : Nyeri pergerakan aurikula (+), nyeri tekan tragus (+). Meatus akustikus tampak
edema dan hiperemi, furunkel (-), sekret (-), jaringan granulasi (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax
Inspeksi : DBN
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Palpasi : DBN
Auskultasi :
Cor : Bunyi jantung I/II Reguler
Pulmo : Vesikuler, Ronchi (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen : DBN
Ekstremitas : DBN
Perencanaan

Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik di poli umum Puskesmas Tegalrejo Dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah Otitis Eksterna.

Intervensi
Dilakukan upaya pengobatan
Edukasi

Pelaksanaan

Upaya pengobatan
 Reco (Chloramphenicol) TT 3x2 gtt (AS)
 Asam Mefenamat 3x1 tab

KIE :
 Menjaga higienitas pribadi
 Mengurangi kebiasaan seringnya mengorek-korek telinga.

Monitoring

Menjelaskan bahwa penyakit pasien adalah otitis eksterna atau peradangan telinga liang
telinga akibat kebiasaan mengorek telinga. Edukasi cara pemberian obat dan kontrol bila obat
habis.

Anda mungkin juga menyukai