MINI PROJECT
Disusun Oleh:
dr. Desvia Ira Restiana
dr. Daniel Pramandana Lumunon
dr. Muftiana Nur Arifah
dr. Auladi Mizani
dr. Mulia Sari
dr. Suci Nuryanti
dr. Sri Rahmawati
0
HALAMAN PENGESAHAN
Topik:
Faktor-Faktor Penyebab BABS (Buang Air Besar Sembarangan)
Di Desa Kejawar Wilayah Kerja Puskesmas Banyumas
A. Latar Belakang
Sekitar 2,5 miliar orang masih belum mempunyai fasilitas sanitasi yang
layak di dunia. Tujuh puluh satu persen dari orang orang ini tinggal di
daerah pinggiran kota, dimana lebih dari 90% diantaranya masih sering
melakukan buang air besar sembarangan, dimana hal ini paling sering terjadi
di India, dua per tiga dari penduduk mereka masih melakukan buang air besar
sembarangan. Sanitasi yang buruk berhubungan dengan terjadinya kejadian
diare, infeksi cacing, trakoma, dan schistomiasis. Diare adalah penyakit yang
paling sering berhubungan dengan angka buang air besar sembarangan,
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang paling berhubungan dengan
sanitasi yang buruk, menyumbangkan 1-4 juta kematian tiap tahunnya. Lebih
lanjutnya lagi, banyak hasil penelitian menunjukan adanya sanitasi yang buruk
dengan terjadinya stunting, enteropati lingkungan, dan gangguan
perkembangan kognitif, dimana seluruh gangguan tersebut berimbas terhadap
terjadinya penurunan perkembangan ekonomi, dan peningkatkan angka
kemiskinan (Clasen et al., 2014).
Pembangunan nasional yang berkelanjutan adalah terwujudnya
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, dan pembangunan nasional
bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya, karena kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia
yang fundamental dan merupakan salah satu unsur penting dari kesejahteraan.
Kesehatan merupakan investasi sumber daya manusia, dengan masyarakat
yang sehat maka produktifitas masyarakat akan meningkat dan akan
meningkatkan daya saing bangsa Indonesia (Winarti, 2016).
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang menentukan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, karena lingkungan dapat mempengaruhi
kesehatan masyarakat (Sapulete, 2010). Data Bappenas menunjukan bahwa
hampir 24 juta penduduk perkotaan Indonesia belum memiliki akses sanitasi
dasar yang layak, salah satu bagian dari sanitasi dasar adalah tersedianya
jamban sehat (Suwastika, 2012).
Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1,1 milyar
orang atau 17% penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka, dari
data tersebut diatas sebesar 81% penduduk yang Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) terdapat di 10 negara dan Indonesia sebagai negara
kedua terbanyak ditemukan masyarakat buang air besar di area terbuka, yaitu
India (58%), Indonesia (12,9%), China (4,5%), Ethiopia (4,4%), Pakistan
(4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil (1,2%) dan Niger
(1,1%). Di Propinsi Jawa Tengah masih ditemukan penduduk yang buang air
besar di area terbuka sebesar 33,4%, data sanitasi dasar kepemilikan jamban
sebesar 71% (2008), 72% (2009) dan 65% (2010) (Widowati, 2015).
Open Defecation Free (ODF) adalah suatu kondisi terminasi transmisi
fecal-oral yang didefinisikan sebagai: 1) Tidak ditemukannya feses yang
terlihat di lingkungan desa dan 2) Setiap rumah dapat menggunakan fasilitas
yang aman untuk membuang feses. Fasilitas yang aman adalah tidak adanya
kontaminasi tanah, air tanah, dan air di permukaan; tidak adanya lalat atau
hewan lainnya; tidak adanya kontak langsung dengan feses; dan tidak
menimbulkan bau ataupun pemandangan yang tidak layak untuk dilihat
(Indian Ministry of Drink of Water and Sanitation, 2015). Pada Tahun 2018
Desa Kejawar, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, terdapat 1.318
Kepala Keluarga, dengan angka kejadian BABS adalah sebanyak 253
(19.19%). Salah satu faktor utama dari terjadinya BABS adalah tidak
tersedianya jamban sehat, yang disebabkan karena infrastruktur yang tidak
memadai, toilet umum yang tidak memadai, atau penggunaan toilet untuk hal
yang tidak sesuai (seperti untuk menyimpan barang rumah tangga, produk
perkebunan, atau untuk tempat tinggal hewan) (WHO dan UNICEF, 2017).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) di Desa Kejawar Kecamatan Banyumas.
1
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik masyarakat di Desa Kejawar yang masih
melakukan perilaku BABS
b. Mengetahui pengetahuan masyarakat di Desa Kejawar yang masih
melakukan perilaku BABS
c. Mengetahui ketersediaan jamban sehat di Desa Kejawar
d. Mengetahui peran serta petugas kesehatan dalam program ODF
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah pengembangan ilmu
dibidang kesehatan masyarakat khusunya sanitasi lingkungan tentang
perilaku buang air besar sembarangan beserta faktor-faktor yang
mempengaruhi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan bermanfaat
bagi masyarakat dalam memperbaiki perilaku buang air besar
sembarangan.
b. Bagi pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan kepustakaan
dalam pengembangan ilmu di bidang kesehatan masyarakat khusunya
sanitasi lingkungan.
c. Bagi peneliti
Peneliti dapat memperoleh pengalaman baru dalam merumuskan,
melakukan dan menyusun penelitian, serta dapat mengaplikasikan
hasil penelitian dalam kehidupan sehari-hari.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
syarat-syarat kesehatan dan bagaimana cara buang air besar yang sehat
sehingga tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan.
Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan pembuangan tinja dengan disertai
cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran
penyakit-penyakit yang di tularkan melalui tinja. Untuk mencegah sekurang-
kurangya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka
pembuangan kotoran manusia harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang
sehat.
2
sebagai suatu kesatuan Disamping itu pendidikan juga dikatakan sebagai
pengembangan diri dari individu dan kepribadian yang dilaksanakan
secara sadar dan penuh tanggung jawab (Budiono, 2000).
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan
semakin baik pula tingkat pengetahuannya, karena pengetahuan buang air
besar yang sering kurang dipahami oleh keluarga yang tingkat
pendidikannya rendah, sehingga memberi dampak dalam mengakses
pengetahuan khususnya di bidang kesehatan untuk penerapan dalam
kehidupan keluarga terutama pada keluarga yang berperilaku buang air
besar di sembarang tempat. Ruang lingkup pendidikan terdiri dari
pendidikan informal, non formal, dan formal. Pendidikan informal adalah
pendidikan yang diperoleh seseorang dirumah dalam lingkungan keluarga
(Notoatmodjo, 2007).
3. Sarana
Sarana adalah adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan
fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan
pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan
dengan organisasi kerja. Dalam hal ini sarana yang menjadi faktor yang
mempengaruhi perilaku BABS adalah jamban dan ketersediaan penyaluran
akhir tinja (septictank). Untuk menentukan letak pembuangan kotoran,
terlebih dahulu kita harus memperhatikan ada atau tidaknya sumber air.
Kita perlu mempertimbangkan jarak dari tempat pembuangan kotoran ke
sumber-sumber air terdekat. Pertimbangan jarak yang harus diambil antara
tempat pembuangan kotoran dan sumber air, kita harus memperhatikan
bagaimana keadaan tanah, kemiringannya, permukaan air tanah, pengaruh
banjir pada musim hujan, dan sebagainya (Mubarak, 2009).
Menurut konstruksi dan cara mempergunakannya dikenal beberapa
jenis jamban yaitu: jamban cemplung, jamban plengsengan, jambang
empang atau komunal, dan jamban leher angsa (Mubarak, 2009). Suatu
jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi
persyaratan persyaratan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007):
a. Tidak mengotori permukaan tanah di sekelilingi jamban tersebut
3
b. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya
c. Tidak mengotori air tanah dan di sekitarnya
d. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan
binatang
e. Tidak menimbulkan bau
f. Mudah digunakan dan dipelihara
g. Sederhana desaianya
h. Murah
Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara
anaerobic. Kita pergunakan nama septic tank karena dalam pembuangan
kotoran terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang
sifatnya anaerobic. Septic tank bisa terjadi dari dua bak atau lebih serta
dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa
(misalnya dengan memasang beberapa sekat atau tembok penghalang),
sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak tersebut
(Mubarak, 2009).
4. Dukungan Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Struktur
kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan
keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem pendukung di antara
anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan
menyelesaikan masalah. Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar
keluarga adalah sebagai berikut:
a. Fungsi afektif.
Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial, saling mengasuh, dan memberikan cinta kasih, serta saling
menerima dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi.
Adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat
anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan
sosial.
c. Fungsi reproduksi.
4
Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambahsumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi.
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
sandang, pangan, dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan.
Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan.
5
2. Syarat-Syarat Jamban Sehat
Menurut Depkes RI (2004), jamban keluarga sehat adalah jamban yang
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung
berjarak 10-15 meter dari sumber air minum
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun
tikus
c. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak
mencemari tanah di sekitarnya
d. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya
e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan
berwarna
f. Cukup penerangan
g. Lantai kedap air
h. Tersedia air dan alat pembersih
Menurut Arifin dalam Abdullah (2010) ada tujuh syarat-syarat jamban
sehat yaitu:
a. Tidak mencemari air
1) Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar
lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum.
Dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan
tanah liat atau diplester.
2) Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
3) Letak lubang kotoran lebih rendah daripada permukaan sumur
agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan
mencemari sumur
b. Tidak mencemari tanah permukaan
Jamban yang sudah penuh, segera disedot untuk dikuras kotorannya,
kemudian kotoran ditimbun di lubang galian
6
dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah
bersarangnya nyamuk demam berdarah
2) Ruangan jamban harus terang karena bangunan yang gelap dapat
menjadi sarang nyamuk
3) Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah
yang bias menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya
4) Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
5) Lubang jamban harus tertutup khususnya jamban cemplung
d. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
1) Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus
ditutup setiap selesai digunakan
2) Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa
harus tertutup rapat oleh air
3) Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa
ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran
4) Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin.
Pembersihan harus dilakukan secara periodik
e. Aman digunakan oleh pemakainya
Untuk tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding
lubang kotoran seperti: batu bata, selongsong anyaman bambu atau
bahan penguat lain
f. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi
pemakainya. Lantai jamban seharusnya rata dan miring ke arah
saluran lubang kotoran. Jangan membuang plastik, puntung rokok
atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran.
Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena
jamban akan cepat penuh
g. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
1) Jamban harus berdinding dan berpintu
2) Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya
terhindar dari hujanan dan panas.
7
Menurut Notoatmodjo (2003), suatu jamban disebut sehat untuk daerah
pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
a. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.
b. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.
c. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.
d. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan
binatang-binatang lainnya.
e. Tidak menimbulkan bau.
f. Mudah digunakan dan dipelihara (maintanance).
g. Sederhana desainnya.
h. Murah.
Menurut Entjang (2000), ciri-ciri bangunan jamban yang memenuhi
syarat kesehatan yaitu harus memiliki:
a. Rumah jamban
Rumah jamban mempunyai fungsi untuk tempat berlindung
pemakainya dari pengaruh sekitarnya. Baik ditinjau dari segi
kenyamanan maupun estetika. Konstruksinya disesuaikan dengan
keadaan tingkat ekonomi rumah tangga
b. Lantai jamban
Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya
harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air.
Konstruksinya juga disesuaikan dengan bentuk rumah jamban
c. Slab (tempat kaki berpijak waktu si pemakai jongkok)
d. Kloset (lubang tempat feces masuk)
e. Pit (sumur penampungan feces)
Rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang fungsinya sebagai
tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksinya dapat berbentuk
sederhana berupa lubang tanah saja.
f. Bidang resapan
Sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang lengkap
untuk mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur
kotoran/tinja.
8
3. Tujuan Penggunaan Jamban
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 852 Tahun 2008
tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat,
menyebutkan bahwa tujuan penggunaan jamban sehat merupakan suatu
fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai
penularan penyakit.
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan.
Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan memiliki manfaat
sebagai berikut (Azwar, 2000) :
a. Melindungi masyarakat dari penyakit
b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang
aman
c. Bukan sebagai tempat berkembangnya serangga sebagai vektor
penyakit
d. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan
Menurut Firmansyah (2009), tujuan penggunaan jamban adalah
sebagai berikut:
a. Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau
b. Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitanya
c. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat
menjadi penular penyakit diare, kolera, disentri, tifus, kecacingan,
penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit dan keracunan.
9
BAB III
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH
1
Berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan persentase sebanyak 4
orang (9.3%) memiliki pendidikan tidak tamat SD, 24 orang (55.8%)
pendidikan terakhir SD, 9 orang (20,9%) berpendidikan SMP, 6 orang
(13,9%) pendidikan terakhir SMA dan tidak ditemukan responden yang
berpendidikan terkahir perguruan tinggi. Berdasarkan pendapatan per kapita
di dapatkan 32 orang (74.4%) berpendapatan < Rp. 1.000.000, terdapat 9
orang (20,9%) dengan pendapatan Rp. 1.000.000 2.000.000, dan hanya 2
orang (4,6%) yang mempunyai pendapatan > Rp.2.000.000. Dari data
tersebut dapat di katakan responden penelitian termasuk dalam golongan
ekonomi menengah kebawah.
Berdasarkan data yang diperoleh, dari 43 orang (6,9%) responden
hanya 3 orang yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang jamban sehat,
sedangkan 40 orang (93,1%) sisanya memiliki pengetahuan kurang tentang
jamban sehat.
Tabel 5. Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Jumlah Presentase (%)
Baik 3 6.9 %
Kurang 40 93.1 %
2
Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan responden tentang pentingnya
memiliki jamban keluarga dirumah. Pengetahuan yang dimaksud dalam
kuesioner ini adalah tentang pemanfaatan jamban keluarga di rumah.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan tindakan seseorang dalam hal
ini pengetahuan tentang pemanfaatan jamban keluarga di rumah akan sangat
mempengaruhi perilaku seseorang.
Penelitian Kamria, dkk (2013) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan lingkungan sangat penting, karena akan
mempengaruhi perilaku masyarakat selanjutnya dalam hal pengadaan jamban
keluarga atau sarana maupun dalam hal pemanfaatan hingga pemeliharaan
jamban.
Menurut hasil kuesioner didapatkan sikap yang kurang baik pada
responden sebanyak 37 orang (86,1%) dan 6 orang (13,9%) bersikap yang
baik dalam keseharian. Hasil dapat dilihat di tabel 7.
Tabel 7. Sikap Responden
Sikap Responden Jumlah Presentase (%)
Baik 6 13.9%
Kurang 37 86.1 %
3
hanya 1 orang (2,4%) tidak memiliki jamban. Dari 42 orang yang memiliki
jamban, hanya 1 (0,41%) responden yang memiliki jamban sehat, dan 41
(99,59%) responden lainya memiliki jamban tidak sehat. Data mengenai
ketersediaan jamban dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Ketersediaan Jamban
Ketersediaan Jamban Jumlah Presentase (%)
Jenis jamban
a. Komunal 0 0%
b. Leher angsa 14 32.6 %
c. Plengsengan 0 0%
d. Langsung ke Kolam 29 67.4 %
Tempat pembuangan akhir tinja
a. Septitank 1 2.30 %
b. Kolam 42 97.6%
Ketersediaan Jamban Sehat
a. Jamban Sehat 1 7,7%
b. Jamban Tidak Sehat 13 92,3%
4
B. Pemilihan Prioritas Masalah
Setelah mengumpulkan data berupa laporan Puskesmas dan
pemngambilan data primer ke masyarakat tahap selanjutnya adalah menyusun
prioritas masalah. Pada tahap ini dipilih program yang menjadi masalah d
Puskesmas Banyumas. Namun, tidak hanya menempatkan ketercapaian
program dibawah target sebagai prioritas utama, tetapi juga harus dipandang
dari berbagai aspek, seperti tingkat pengetahuan, sikap dan sarana prasarana
yang mempengaruhi buang air besar sembarangan (BABS).
Di Puskesmas Banyumas menunjukkan angka BABS yang masih di
bawah target nasional. Tahun 2016 jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas
Banyumas sekitar 53.980 jiwa, yang memiliki akses jamban hanya 45.394 jiwa
(84,1%), sedangkan jumlah penduduk Desa Kejawar sekitar 4.723 jiwa, yang
memiliki akses jamban sehat hanya 4.647 jiwa (98,4%). Tahun 2017 jumlah
penduduk wilayah kerja Puskesmas Banyumas sekitar 53.641 jiwa, yang
memiliki akses jamban sekitar 45.236 jiwa (84.3%), sedangkan jumlah
penduduk Desa Kejawar sekitar 5.021 jiwa dan yang memiliki akses jamban
sehat hanya sekitar 3.991 jiwa (79,6%).
BABS masih menjadi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Banyumas, salah satunya di Desa Kejawar, Kecamatan Banyumas, Kabupaten
Banyumas yang masih cukup tinggi yaitu sebanyak 347 kepala keluarga pada
tahun 2017 dari total 1.215 kepala keluarga. Pada awal tahun 2018 angka
BABS di Desa Kejawar mencapai 253 kepala keluarga yang masih melakukan
BABS dari total 1.215 Kepala Keluarga.
Berdasarkan tingginya angka BABS di Desa Kejawar dan pencapaian
target ODF di Puskesmas Banyumas, masih dibawah target nasional (100%),
maka perlu dilakukan analisis Problem Solving Cycle supaya dapat
meningkatkan pencapaian target ODF di Puskesmas Banyumas, terutama di
Desa Kejawar.
Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data, didapatkan
bahwa perilaku BABS pada responden memiliki karakteristik terbanyak berupa
5
tingkat pendidikan yang rendah, pendapatan yang rendah, tingkat pengetahuan
yang rendah, tidak memiliki jamban, tidak memiliki septic tank dan
pembuangan akhir di kolam.
C. Analisis SWOT
Dalam penilaian situasi ini alat analisis yang digunakan adalah Analisis
SWOT dengan menggambarkan kondisi internal dan eksternal. Analisis SWOT
adalah akronim dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan) dari lingkungan
internal serta opportunity (kesempatan/peluang) dan threat (ancaman/rintangan)
dari lingkungan luar. Analisis SWOT (Stenght, Weakness, Opportunities,
Threats) merupakan alat bantu perencanaan strategis yang dapat membantu
perencanaan penetapan arah kebijakan strategis untuk meningkatkan
pencapaian program ODF di Puskesmas Banyumas, terutama di desa Kejawar.
Analisa ini dilakukan dengan cara membandingkan antara faktor internal dan
eksternal untuk memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman.
1. Kekuatan (Strengths)
a. Masyarakat masih memiliki keinginan untuk memiliki jamban sehat
b. Adanya pendanaan untuk pembangunan jamban sehat dari
pemerintah daerah dan dinas terkait
c. Adanya tenaga penyuluh dari puskesmas untuk melakukan pemicuan
secara rutin
d. Adanya pembinaan oleh petugas Puskesmas dan dukungan aparat
desa dalam program ODF
2. Kelemahan (Weaknesses)
a. Belum adanya peraturan daerah ODF (kebijakan tentang ODF)
b. Belum adanya instansi khusus yang bertugas mengelola program
ODF
c. Masih banyaknya pemakaian kolam sebagai tempat penampungan
tinja.
3. Peluang (Opportunities)
a. Adanya keinginan masyarakat untuk memiliki jamban sehat
6
b. Adanya dukungan sumber dana dari dinas terkait
c. Kepadatan penduduk saat ini masih rendah sehingga masih banyak
lahan untuk pembuatan jamban sehat
d. Adanya strategi dari petugas Puskesmas demi terlaksananya program
ODF yaitu program pemicuan
4. Ancaman (Threaths)
a. Kesadaran masyarakat akan ODF yang masih rendah
b. Pemahaman masyarakat yang rendah tentang ODF
c. Tingkat ekonomi masyarakat tidak merata
d. Jumlah tenaga kesehatan yang menangani pemicuan ODF kurang
Tabel 11. Analisa SWOT Matrik Strategi Kombinasi InternalEksternal
Peningkatan program ODF di Desa Kejawar
Kekuatan (S) : Kelemahan (W) :
Faktor Internal 1. Besarnya keinginan 1. Belum adanya perda
masyarakat ODF (kebijakan tentang
2. Adanya pendanaan ODF)
untuk pembangunan 2. Belum adanya instansi
jamban sehat dari khusus yang bertugas
pemerintah daerah dan mengelola program
dinas terkait ODF
3. Adanya tenaga 3. Masih banyaknya
penyuluh dari pemakaian septik tank
puskesmas untuk konvensional di
melakukan pemicuan masyarakat
Faktor Eksternal 4. Adanya pembinaan
oleh petugas
Puskesmas dan
dukungan aparat desa
Peluang (O) : SO WO
1. Tingkat keinginan Strategi : Strategi :
masyarakat masih tinggi 1. Menyusun dokumen 1. Memaksimalkan UKM
2. Adanya dukungan sumber perencanaan dan Puskesmas dengan
dana dari Dinas terkait kebijakan pengelolaan membentuk tim khusus
3. Kepadatan penduduk saat ini program ODF demi tercapainya
masih rendah 2. Peningkatan program ODF melaui
4. Adanya strategi baru dari koordinasi antar perencanaan dan
petugas Pukesmas demi instansi dengan pelaksanaan strategi
terlaksananya program ODF lembaga lokal baru
(Puskesmas Aparat
Desa Dinas terkait)
Ancaman (T) : ST WT
1. Kesadaran masyarakat akan Strategi : Strategi :
7
ODF yang masih rendah 1. Memaksimalkan UKM 1. Penyadaran masyarakat
2. Pemahaman masyarakat Puskesmas serta terhadap kesehatan
yang rendah tentang ODF lembaga terkait dalam lingkungan
3. Tingkat ekonomi masyarakat hal pendampingan dan 2. Meningkatkan
tidak merata pembinaan masyarakat perhatian terhadap
4. Jumlah tenaga kesehatan yang belum program ODF dengan
yang menangani pemicuan melaksanakan ODF melibatkan lintas sektor
ODF kurang 2. Pemberdayaan
lembaga lokal di
masyarakat
8
BAB III
PENETAPAN PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH
1
Sosial Ekonomi 1. Pendekatan kepada pemerintah
1. Taraf ekonomi yang untuk mengadakan dana
tergolong menengah bantuan dalam pembuatan
kebawah jamban sehat untuk masyarakat
2. Pendidikan masyarakat
kurang mampu.
yang rendah
2. Melaksanakan kegiatan arisan
jamban untuk mempermudah
masyarakat kurang mampu
memiliki jamban sehat.
2
Pemilihan metode pemecahan masalah diuraikan dalam tabel berikut :
Tabel 14. Prioritas cara pemecahan masalah
Penyuluhan tentang
BABS kepada kader
masyarakat dan
3 mengoptimalkan peran 4 3 3 2 18 4
kader masyarakat dalam
mensosialisasikan
jamban sehat
Meningkatkan jumlah
petugas kesehatan
dengan melakukan
4 sinergi dengan petugas 3 2 4 2 12 5
kesehatan lain yang
bertugas dalam pemicuan
ODF
Pendekatan kepada
pemerintah untuk
mengadakan dana
5 bantuan dalam 3 5 3 2 22,5 3
pembuatan jamban sehat
untuk masyarakat kurang
mampu
Pembuatan leaflet dan
6 flipchart sebagai alat 4 4 3 2 24 2
peraga penyuluhan.
3
Melaksanakan kegiatan
arisan jamban untuk
mempermudah
7 masyarakat kurang 4 3 2 3 8 6
mampu memiliki jamban
sehat
Kriteria efektivitas :
M = Magnitude (besarnya masalah yang dapat diselesaikan)
I = Importancy (pentingnya jalan keluar)
V = Vulnerability (sensivitas jalan keluar)
Kriteria efisiensi :
C = Efficiency Cost (semakin besar biaya yang diperlukan semakin tidak efisien)
4
BAB IV
PLAN OF ACTION
1
BAB V
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. NAMA KEGIATAN
Menuju Desa Kejawar Bebas BABS
B. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai BABS serta
membangkitkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya ketersediaan
jamban sehat di Desa Kejawar
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan tentang pengertian BABS
b. Menjelaskan dampak buruk BABS bagi kesehatan masyarakat
c. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk mengubah gaya hidup
menjadi lebih sehat dengan tidak BAB sembarangan
d. Memotivasi warga agar mempunyai kesadaran tentang pentingnya
ketersediaan jamban sehat
C. TEMPAT PELAKSANAAN
Rumah warga yang belum memiliki jamban di Desa Kejawar
D. WAKTU PELAKSANAAN
30 Juli 11 Agustus 2018
E. SASARAN KEGIATAN
Warga yang belum memiliki jamban di Desa Kejawar
1
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI
Diagram 1. Rata- rata nilai pretes dan postest tingkat pengetahuan warga Desa Kejawar
2
Dan berdasarkan kegiatan ini juga dapat disimpulkan bahwa semakin banyaknya
kegiatan penyuluhan akan semakin meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
terhadap materi kesehatan.
Pemilihan metode penyuluhan sangat ditentukan oleh jumlah responden,
jumlah pemateri, dan lokasi penyuluhan. Sehingga keefektifan suatu metode
penyuluhan sangat ditentukan oleh faktor-faktor tersebut, yang perlu dikaji
sebelum pelaksanaan penyuluhan.
Dalam penyuluhan ini juga ditekankan bahwa tujuan dari kegiatan ini
adalah untuk menekan angka BABS di Desa Kejawar dengan memberikan
penyuluhan dengan media flipchart mengenai pengertian BABS, dampak buruk
bagi kesehatan serta memotivasi warga agar mempunyai kesadaran tentang
pentingnya ketersediaan jamban sehat di rumahnya. Diharapkan warga
termotivasi dan segera membuat jamban sehat untuk keluarganya.
Sebelum pembuatan laporan, kami mengecek kembali ketersediaan
jamban sehat di Desa Kejawar. Terjadi penurunan angka BABS dengan adanya
penambahan jamban sehat yang dibangun dari dana mandiri dan bantuan Dinas
Perumahan dan Pemukiman (Disperkim).
Jumlah masyarakat yang baru membuat jamban sehat secara mandiri
berjumlah 10 kepala keluarga dan jumlah paket yang diterima oleh masyarakat
dari dinas berjumlah 35 paket. Menurut informasi dari pihak desa, saat ini Desa
Kejawar juga dalam proses penerimaan bantuan paket jamban sehat sebanyak 50
paket dari bantuan sosial APBD Banyumas. Berikut tabel perbandingan jumlah
BABS tahun 2017/2018 dan September 2018.
Tabel 15. Perbandingan jumlah BABS tahun 2017/2018 dan September 2018
Jumlah
Perilaku Jumlah Persentase Persentase
No. September
BABS 2017/2018 (%) (%)
2018
3
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Berdasarkan hasil pengambilan data dari kader ada 253 kepala
keluarga yang masih melakukan BABS dari total 1318 kepala keluarga
di Desa Kejawar pada awal tahun 2018 dan berkurang setelah
masyarakat membangun jamban sehat secara mandiri dan bantuan dari
Disperkim.
2. Berdasarkan analisis Problem Solving Cycle (PSC), didapatkan bahwa
penyebab tingginya angka kejadian BABS disebabkan karena
kurangnya tingkat pengetahuan, rendahnya kesadaran serta kurangnya
biaya untuk pembuatan jamban sehat.
3. Berdasarkan pretest yang dilakukan, banyak warga yang belum paham
mengenai BABS.
4. Berdasarkan post test yang dilakukan, tingkat pengetahuan warga
meningkat setelah mendapatkan penyuluhan.
5. Semakin banyak kegiatan penyuluhan akan semakin meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, serta kesadaran masyarakat mengenai
BABS.
B. SARAN
1. Perlu ditingkatkannya penyuluhan mengenai BABS oleh petugas
kesehatan, dapat melalui program pemicuan yang rutin, konsisten dan
berkesinambungan.
2. Perlu ditingkatkannya anggaran untuk program pembuatan jamban
sehat, dapat menggunakan dana desa, atau pencarian bantuan dengan
mengajukan proposal ke pemerintah atau dinas terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Atikah Proverawati, Eni Rahmawati. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika.
Mubarak, W. dan Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Teori Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika
WHO dan UNICEF. 2017. Progress on Drinking Water, Sanitation and Hygiene.
2017 Update and SDG Baselines. Geneva: World Health Organization (WHO)
and the United Nations Childrens Fund (UNICEF) Hal 4.
1
Lampiran 1.
Lampiran 2.
2
KUESIONER MINI PROJECT
PUSKESMAS BANYUMAS, KABUPATEN BANYUMAS
TAHUN 2018
Identitas Responden
1. Nomor Responden :
1. Nama Responden /KK :
2. Umur :
3. Jumlah Anggota Keluarga :
4. Pendidikan Terakhir Responden :
a. Tidak sekolah/tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SLTP
d. Tamat SLTA
e. Perguruan Tinggi
2. Pekerjaan Kepala Keluarga
a. Petani
b. Pedagang
c. Buruh
d. Wiraswasta
e. PNS
f. Lain lain......
3. Pendapatan per kapita (pendapatan total seluruh anggota keluarga)
a. < Rp. 1.000.000
b. Rp. 1.000.000- 2.000.000
c. > Rp. 2.000.000
Pengetahuan Responden :
Pernyataan Benar Salah Keterangan
1. Menurut anda, apakah penting
membuang air besar di jamban?
2. Apakah anda tahu syarat jamban Ada septic tank dan tertutup
sehat? anda tahu penyakit-penyakit
3. Apakah Penyakit muntah-berak,
yang dapat dicegah dengan kebiasaan thypoid, diare
jamban sehat?
4. Jenis jamban yang Saudara ketahui: Jamban cemplung, Jamban
plengseng, jamban empang,
jamban leher angsa, jamban
komunal
(minimal 2)
Sikap Responden
3
No Kriteria Ya Tidak Keterangan
1 Terdapat jamban didalam atau
diluar rumah
2 Jamban berupa leher angsa atau Jika leher angsa maka tutup
lubang jamban memiliki tidak diperlukan
tutup agar serangga tidak
bisa menyentuh tinja
3 Saudara dan keluarga BAB di
jamban
4 Tinja bayi dan lansia dibuang ke Jika menggunakan pembalut
jamban atau pampers maka
diperlakukan seperti
limbah
5 Tidak terdapat tinja manusia Lakukan pengamatan
terlihat di sekitar rumah
Perilaku Responden
1. Apakah saudara dan keluarga BAB di jamban?
a. Ya b. Tidak
2. Jika tidak di jamban, dimanakah saudara dan keluarga BAB ?
a. Kebun
b. Sawah
c. Sungai
d. Kolam
3. Apakah saudara dan keluarga mencuci tangan setelah BAB?
a. Ya b. Tidak
Ketersediaan Jamban
1. Adakah jamban yang tersedia di rumah anda?
a. Ya b. Tidak
2. Jenis jamban apakah yang tersedia di rumah anda?
a. Komunal c. Leher angsa
b. Cemplung d. Plengsengan
4
3. Jika Ya, Apakah jamban tersebut selalu digunakan?
b. Ya b. Tidak
4. Apakah anda rutin membersihkan jamban, minimal 1 kali seminggu?
c. Ya b. Tidak
5. Apakah terdapat atap agar jamban terhindar dari terik matahari dan hujan?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah jamban tertutup tembok atau dinding?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah jamban mengeluarkan bau tidak sedap?
d. Ya b. Tidak
5
f. Memasak d. Minum
g. Mandi e. Jamban
h. Mencuci
5. Sumber air apa yang digunakan untuk keperluan jamban?
..
6. Berapa jarak antara sumber air dengan :
i. Jamban
..m c. Septic tank (bila punya)
.m
j. Rumah
m
6
Lampiran 2.
7
1. Mengapa harus buang air besar 6. Jarak antara penampungan
di jamban tinja dengan sumber mata air
a. Menjaga keamanan adalah
lingkungan a. Tidak ada ketentuannya
b. Menjaga keharmonisan b. 7 meter
dalam berumah tangga c. 10 meter
c. Menjaga lingkungan sehat
7. Penyakit yang ditimbulkan
2. Jenis jamban yang tidak akibat perilaku buang air besar
memenuhi syarat kesehatan sembarangan adalah
adalah a. Kencing manis
a. Jamban leher angsa b. Buang air besar menjadi
b. Jamban cemplung sulit
c. Jamban di kolam c. Diare
Lampiran 3.
HASIL KUESIONER
1
Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlah Presentase (%)
Pekerjaan
g. Petani 3 6.9 %
h. Pedagang 2 4.6 %
i. Buruh 14 32.5 %
j. Wiraswasta 4 9.3 %
k. PNS 0 0%
l. Lain-lain 18 41.8 %
Tingkat Pendidikan
f. Tidak tamat SD 4 9.3 %
g. SD 24 55.8 %
h. SMP 9 20.9%
i. SMA 6 13.9 %
j. Perguruan Tinggi 0 0%
Pendapatan per kapita
d. < Rp. 1.000.000 32 74.4%
e. Rp. 1.000.000 2.000.000 9 20.9 %
f. > Rp. 2.000.000 2 4.6%
Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan Jumlah Presentase (%)
Baik 3 6.9 %
Kurang 40 93.1 %
Sikap Responden
Sikap responden Jumlah Presentase (%)
Baik 6 13.9%
Kurang 37 86.1 %
2
Tempat pembuangan akhir tinja
a. Septitank 1 2.3 %
b. Kolam 42 97.6%
3
Lampiran 5.
DOKUMENTASI