Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KEGIATAN

PENCEGAN DAN PENANGGULANGAN


UPAYA KESEHATAN DASAR(F6)
“OSTEO ARTHRITIS”

Pendamping:
dr. Hepi Adipurnomo
NIP. 19760252010011008

Disusun oleh:
dr. Alfian Salahudin Al Ayoubi

PUSKESMAS SLEMAN
KABUPATEN SLEMAN
PERIODE NOVEMBER 2018 – MARET 2019
Berita acara presentasi portofolio
Pada hari, tanggal telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama : dr. Alfian Salahudin Al Ayoubi


Judul/ topik : F 6.Pencegahan dan penanggulangan upaya kesehatan dasar
Osteo Arthritis
Nama Pendamping : dr. Hepi Adi Purmomo
Nama Wahana : Puskesmas Sleman

Nama Peserta Presentasi Tanda tangan

1. dr. Alfian Salahudin AA …………….


2. dr. Rahmat D …………….
3. dr. Edwin Prayogi . …………….
4. dr. Jati Perdana U …………….
5. dr. Devieta Saendardy …………….

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

dr. Hepi Adi Purnomo


NIP. 19760252010011008
Topik: Osteoarthritis

Tanggal (Kasus): 15 Februari 2019 Presenter: dr. Alfian Salahudin Al Ayoubi

Tanggal Presentasi: 26 Februari 2019 Pendamping: dr. Hepi Adi Purnomo

Tempat Presentasi: Puskesmas Sleman Kabupaten Sleman

Objektif presentasi :

Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi : Lansia, Perempuan, usia 72 tahun, Osteoarthritis

Tujuan :

1. Penegakkan Diagnosa
2. Penatalaksanaan
Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos

Data pasien : Nama: Ny. Y Alamat : Pandowoharjo

Usia: 72 tahun Suku: Jawa

Agama: Islam Bangsa: Indonesia

Data utama untuk bahan diskusi:

Diagnosis/Gambaran Klinis:

1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Keadaan umum tampak sakit sedang, dengan keluhan utama nyeri pada lutut kiri yang semakin
memberat sejak 1 pekan yang lalu.

2. Riwayat Pengobatan:
Pasien sudah pernah berobat beberapa kali sebelumnya ke tukang urut dan ke puskesmas,
diberikan obat anti nyeri dan vitamin keluhan hilang sesaat namun kambuh kembali.

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit
Kurang lebih 6 bulan yang lalu, pasien mengeluh timbul nyeri pada lutut kiri yang semakin
memberat, nyeri seperti berdenyut dan ditusuk-tusuk disertai bunyi gemeretak ketika digerakan.
Bengkak (+). Kemerahan (+). Nyeri tidak berkurang saat diadvise dokter puskesmas untuk
dikompres, nyeri semakin memberat saat pasien menekuk lutut dan menggerakan lututnya namun
berkurang dengan istirahat.
Pasien sudah pernah berobat beberapa kali sebelumnya ke tukang urut dan ke puskesmas, diberikan
obat anti nyeri dan vitamin keluhan hilang sesaat namun kambuh kembali.
Kurang lebih 1 minggu yang lalu, pasien mengeluh keluhan semakin memberat dan lutut kaki kiri
terasa kaku terutama muncul pagi hari ketika bangun tidur sehingga pasien membutuhkan waktu
beberapa menit sebelum dapat menggerakan lututnya. Keluhan juga dirasakan menghambat
aktivitas pasien sehari-hari. Pasien lalu berobat ke poli usila Puskesmas Sleman

4. Riwayat penyakit dahulu


- Riwayat penyakit yang sama berupa timbul nyeri lutut kaki kiri sebelumnya disangkal.
- Riwayat trauma lutut kaki kiri disangkal.
- Riwayat penyakit tekanan darah tingi disangkal
- Riwayat kencing manis disangkal
5. Riwayat Keluarga
- Riwayat penyakit keluarga berupa timbul nyeri lutut kaki kiri disangkal.
- Riwayat penyakit keluarga berupa tekanan darah tinggi dan kencing manis ada.
- Riwayat penyakit keluarga berupa penyakit nyeri persendian disangkal
6. Lain-lain
Riwayat sosial ekonomi :
- Pasien dahulu bekerja sebagai buruh dan saat ini menjadi ibu rumah tangga.
Kesan: status ekonomi menengah ke bawah.

Riwayat pekerjaan dan kebiasaan :

- Kebiasaan berjalan ke tempat kerja dan mengangkat barang berat saat bekerja dahulu ada.
Hasil Pembelajaran:

1. Diagnosis Osteoarthritis
2. Tatalaksana Osteoarthritis

1. Subjektif :
Kurang lebih 6 bulan yang lalu, pasien mengeluh timbul nyeri pada lutut kiri yang semakin
memberat, nyeri seperti berdenyut dan ditusuk-tusuk disertai bunyi gemeretak ketika digerakan.
Bengkak (+). Kemerahan (+). Nyeri tidak berkurang saat dikompres, nyeri semakin memberat saat
pasien menekuk lutut dan menggerakan lututnya namun berkurang dengan istirahat.
Pasien sudah pernah berobat beberapa kali sebelumnya ke tukang urut dan ke puskesmas,
diberikan obat anti nyeri dan vitamin keluhan hilang sesaat namun kambuh kembali.
Kurang lebih 1 minggu yang lalu, pasien mengeluh keluhan semakin memberat dan lutut kaki
kiri terasa kaku terutama muncul pagi hari ketika bangun tidur sehingga pasien membutuhkan waktu
beberapa menit sebelum dapat menggerakan lututnya. Keluhan juga dirasakan menghambat aktivitas
pasien sehari-hari. Pasien lalu berobat ke poli usila puskesmas Sleman.
2. Objektif :
Status Generalikus
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Laju pernapasan : 22x/menit
Suhu : 36.30C
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 160 cm
BMI : 25,3
Status Gizi : pre obese
Pemeriksaan fisik
1. Mata : konjungtiva anemis (-/-)
2. Mulut : mukosa bibir dan mulut basah (+), lidah kotor (+)
3. Thorax

Paru-paru
I : Statis, dinamis simetris kanan = kiri,
P : Stemfremitus normal.
P : Sonor pada kedua lapangan paru.
A : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Jantung
I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus codis tidak teraba, thrill (-)
P : batas jantung sulit dinilai
A: murmur (-), gallop (-)
4. Abdomen :
I : Datar dan tidak ada pembesaran, venektasi(-)
P : Lemas, nyeri tekan (-), hepar-lien tidak teraba, turgor kulit normal.
P : timpani
A: BU(+) normal

5. Eksterimitas :
Superior Inferior
Sianosis -/- -/-
Oedeme -/- -/-
Ruam kulit -/- -/-
Ikterik -/- -/-
Capillary refill <2 detik <2 detik
time
Ptekie -/- -/-

6. Status Lokalis = Genu sinistra


Look : tampak genu sinistra hiperemis (+), edema (+) deformitas (-)
Feel : nyeri tekan (+) hangat (+) fluktuasi (-) krepitasi (-)
Move : ROM terbatas karena nyeri
7. Pemeriksaan Penunjang
Gula darah puasa: 98 mg/dl
Kolesterol: 172 mg/dl
Asam urat: 5,6

DAFTAR PUSTAKA
Arissa, M.I., 2012, Pola Distribusi Kasus Osteoartritis di RSU Dokter Soedarso Pontianak Periode
1 Januari 2008-31 Desember 2009, Naskah Publikasi, Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura, Pontianak.
Felson, D.T. & Zhang, Y., 2008, An Update on the Epidemiology of Knee and Hip Osteoarthritis
with a View to Prevention, Arthritis Rheumatology, 41: 1343–1355.
Koentjoro, S.L., J. Adji Suroso, J. A. & Suntoko, B., 2010, Hubungan Antara Indeks Masa Tubuh
(BMI) dengan Derajat Osteoartritis Lutut Menurut Kellgren dan Lawrence, Skripsi, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Martin, K.R., Shreffler, J. & Callahan, L.F., 2013, The role of pain intensity and pain limitation
as mediators in the relationship between arthritis status and seven psychosocial health outcomes.
Abstract presented at American College of Rheumatology Annual Scientific Meeting, San
Francisco, October 25-29.
Nainggolan, O., 2009, Prevalensi Dan Determinan Penyakit Rematik Di Indonesia, Puslitbang
Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan
RI.
Shu, C.J.Y. & Yea, Y.L., 2003, Influence Of Social Support On Cognitive Function In The
Elderly. Journal BioMed Central Health service research, 3, 9.

HASIL PEMBELAJARAN

Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi,
dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya penderita osteoartritis tidak mengalami inflamasi
atau hanya mengalami inflamasi ringan .Osteoarthritis ialah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai
oleh adanya kelainan pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya. Tulang rawan
(kartilago) adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung dari tulang, untuk memudahkan pergerakan dari
sendi. Kelainan pada kartilago akan berakibat tulang bergesekan satu sama lain, sehingga timbul gejala
kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan pada sendi.

Kejadian osteoarthritis banyak pada orang yang berusia di atas 45 tahun. Laki-laki di bawah umur
55 tahun lebih sering menderita penyakit ini dibandingkan dengan wanita pada umur yang sama. Namun,
setelah umur 55 tahun prevalensi osteoarthritis lebih banyak wanita dibandingkan pria. Hal ini diduga
karena bentuk pinggul wanita yang lebar dapat menyebabkan tekanan yang menahun pada sendi lutut.
Osteoartritis juga sering ditemukan pada orang yang kelebihan berat badan dan mereka yang pekerjaanya
mengakibatkan tekanan yang berlebihan pada sendi-sendi tubuh.

Faktor Risiko
Faktor-faktor yang telah diteliti sebagai faktor risiko osteoarthritis lutut antara lain usia lebih dari
50 tahun, jenis kelamin perempuan, ras/etnis, genetik, kebiasaan merokok, konsumsi vitamin D, obesitas,
osteoporosis, diabetes melitus, hipertensi, hiperurisemi, histerektomi, menisektomi, riwayat trauma lutut,
kelainan anatomis, kebiasaan bekerja dengan beban berat, aktivitas fisik berat dan kebiasaan olah raga.
Terjadi peningkatan dari angka kejadian osteoarthritis selama atau segera setelah menopause karena
faktor hormon seks.

Menurut Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal yang disusun oleh Helmi tahun 2012, terdapat
beberapa faktor resiko yang terdiri dari :

1) Peningkatan usia.

Osteoarthritis biasanya terjadi pada usia lanjut, jarang dijumpai penderita osteoarthritis yang
berusia di bawah 40 tahun. Usia rata−rata laki yang mendapat osteoartritis sendi lutut yaitu pada umur 59
tahun dengan puncaknya pada usia 55 - 64 tahun, sedang wanita 65,3 tahun dengan puncaknya pada usia
65 – 74 tahun.

2) Obesitas.

Membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan tulang bekerja dengan lebih berat,
diduga memberi andil pada terjadinya osteoarthritis. Setiap kilogram penambahan berat badan atau masa
tubuh dapat meningkatkan beban tekan lutut sekitar 4 kilogram. Dan terbukti bahwa penurunan berat
badan dapat mengurangi resiko terjadinya osteoarthritis atau memperparah keadaan steoarthritis lutut.

3) Jenis kelamin wanita.

Angka kejadian osteoartritis berdasarkan jenis kelamin didapatkan lebih tinggi pada perempuan
dengan nilai persentase 68,67% yaitu sebanyak 149 pasien dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki
nilai persentase sebesar 31,33% yaitu sebanyak 68 pasien.

4) Riwayat trauma.

Cedera sendi, terutama pada sendi – sendi penumpu berat tubuh seperti sendi pada lutut berkaitan
dengan risiko osteoartritis yang lebih tinggi. Trauma lutut yang akut termasuk robekan terhadap
ligamentum krusiatum dan meniskus merupakan faktor timbulnya osteoartritis lutut.

5) Riwayat cedera sendi.

Pada cedera sendi berat dari beban benturan yang berulang dapat menjadi faktor penentu lokasi
pada orang-orang yang mempunyai predisposisi osteoarthritis dan berkaitan pula dengan perkembangan
dan beratnya osteoarthritis

6) Faktor genetik.

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis, adanya mutasi dalam gen prokolagen
atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen dan proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis.

7) Kelainan pertumbuhan tulang

Pada kelainan kongenital atau pertumbuhan tulang paha seperti penyakit perthes dan dislokasi
kongenital tulang paha dikaitkan dengan timbulnya osteoarthrtitis paha pada usia muda

8) Pekerjaan dengan beban berat.


Bekerja dengan beban rata-rata 24,2 kg, lama kerja lebih dari 10 tahun dan kondisi geografis
berbukit-bukit merupakan faktor resiko dari osteoarthritis lutut. Dan orang yang mengangkat berat beban
25 kg pada usia 43 tahun, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya osteoarthritis dan akan
meningkat tajam pada usia setelah 50 tahun .

9) Tingginya kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya osteoarthritis, hal ini mungkin terjadi akibat tulang yang lebih padat atau keras tak membantu
mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.

10) Gangguan metabolik menyebabkan kegemukan.

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik pada sendi penahan
beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan osteoartritis lutut.

Patofisiologi
Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan matriks rawan sendi. Kondrosit
berfungsi mensintesis dan memelihara matriks tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap
terjaga dengan baik. Matriks rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan dan kolagen.
Perkembangan perjalanan penyakit osteoarthritis dibagi menjadi 3 fase, yaitu sebagai berikut :

1) Fase 1

Terjadinya penguraian proteolitik pada matriks kartilago. Metabolisme kondrosit menjadi


terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim seperti metalloproteinases yang kemudian hancur dalam
matriks kartilago. Kondrosit juga memproduksi penghambat protease yang mempengaruhi proteolitik.
Kondisi ini memberikan manifestasi pada penipisan kartilago.

2) Fase 2

Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai adanya pelepasan
proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam cairan sinovia.

3) Fase 3

Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi respons inflamasi pada sinovia.
Produksi magrofag sinovia seperti interleukin 1 (IL-1), tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), dan
metalloproteinase menjadi meningkat. Kondisi ini memberikan manifestasi balik pada kartilago dan
secara langsung memberikan dampak adanya destruksi pada kartilago.

Manifestasi Klinik

Menurut Australian Physiotherapy Association (APA) penyakit osteoarthritis mempunyai gejala-


gejala yang biasanya menyulitkan bagi kehidupan penderitanya. Adapun gejala tersebut antara lain:

1) Nyeri sendi (recurring pain or tenderness in joint)

2) Kekakuan (stiffness)

3) Hambatan gerakan sendi (inability to move a joint)

4) Bunyi gemeretak (krepitasi)

5) Pembengkakan sendi (swelling in a joint)

6) Perubahan cara berjalan atau hambatan gerak

7) Kemerahan pada daerah sendi (obvious redness or heat in a joint)

Diagnosis Banding

REUMATOID GOUT
OSTEOARTHRITIS
ARTHRITIS ARTHRITIS

Metabolik:
Inflamasi Faktor genetik penimbunan kristal
ETIOLOGI
Idiopatik Autoimun monosodium urat
monohidrat

Gejala cenderung di
Gejala cenderung pada Onset nyeri
pagi hari, kaku di pagi
GEJALA malam hari, kaku di pagi hari persendian sewaktu-
hari berlangsung > 60
berlangsung < 30 menit waktu
menit

Cenderung sendi
Sendi-sendi kecil: PIP,
bagian proximal:
Sendi penyangga berat MCP, pergelangan
PREDILEKSI MTP 1, olecranon,
tubuh: coxae, genu, vertebre siku, pergelangan
tendon achiles dan
kaki, dll
jari-jari tangan

SIMETRISITAS Asimetris Simetris, bilateral Asimetris


 Celah sendi: baik
hingga
menyempit
 Celah sendi:
 Erosi: erosi pada
 Celah sendi: menyempit menyempit
pinggir tulang
GAMBARAN  Erosi: tidak ada  Erosi: erosif
“over hanging
RADIOLOGI  Kista: ada sekitar sendi
lip” punched out
 Osteofit: ada pada  Kista: ada dengan garis
pinggir sendi (pseudocyst) sklerotik
 Osteofit: tidak ada  Kista: tidak ada
 Osteofit: tidak
ada

Diagnosis
Susanti (2010) menyatakan bahwa kriteria diagnosis untuk osteoarthritis lutut, koksa dan tangan
digunakan kriteria menurut American College of Rheumatology, yaitu :

Diagnosis osteoarthritis selain berdasarkan gejala klinis juga didasarkan pada hasil radiologi.
Namun pada awal penyakit, radiografi sendi seringkali masih normal.

Penatalaksanaan
Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya OA yang diderita.
Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :

1. Terapi non-farmakologis

a. Edukasi

Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien dapat mengetahui serta
memahami tentang penyakit yang dideritanya, bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin
parah, dan agar persendiaanya tetap terpakai

b. Terapi fisik atau rehabilitasi

Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini dilakukan untuk melatih
pasien agar persendianya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.

c. Penurunan berat badan

Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh karena itu, berat badan
harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat badan apabila
berat badan berlebih.

2. Terapi farmakologis

Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang timbul, mengoreksi
gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi-manifestasi klinis dari ketidakstabilan sendi .

a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid (AINS), Inhibitor Siklooksigenase-2 (COX-2), dan Asetaminofen

Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan obat AINS (Ibuprofen,
Meloxicam, Piroksikam, Na Diclofenak) dan Inhibitor COX-2 (Celecoxib, Refecoxib, Valdecoxib,
Parecxib) dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat
AINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama dalam
penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah
dengan cara mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2, namun dalam
penggunaannya inhibitor COX-2 menimbulkan resiko pada sistem kardiovaskular sehingga kebanyakan
ditarik dari pasaran.

b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat – obatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan
dari kartilago pada pasien OA. Obat – obatan yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin,
asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya

3. Terapi pembedahan

Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan
juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari – hari.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita dan orang gemuk cenderung lebih sering mengeluh
tentang besarnya rasa nyeri yang dialami pada lutut mereka dibandingkan dengan orang lain yang kurang
gemuk. Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan Thumboo (2002) didapati bahwa pasien OA lutut
dengan obesitas mengalami peningkatan rasa nyeri pada daerah persendian lutut dibandingkan dengan
pasien yang kurang obesitas. Berdasarkan dua hal tersebut dapat dikatakan bahwa obesitas merupakan
salah satu faktor yang meningkatkan intensitas rasa nyeri yang dirasakan pada lutut pasien OA.

3. Plan:
Diagnosis: Osteoarthritis
Penatalaksanaan :
Umum
 Edukasi tentang penyakit osteoarthritis agar pasien memahami tentang penyakit yang dideritanya,
bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar persendiaanya tetap
terpakai
 Terapi fisik atau rehabilitasi dilakukan untuk melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai
dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.
 Berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan untuk melakukan penurunan
berat badan.
Terapi farmakologis
 Natrium Diclofenac tab 2 x 50 mg PO
 Dexametason tab 2 x 0,5 mg PO
 Vit B complek tab 1 x 1 PO
Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan
juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari
– hari.

PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
Quo ada sanam : dubia ad bonam
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO
Seorang perempuan, berumur 72 tahun datang ke Puskesmas Sleman pada tanggal 15
Februari 2019 pukul 09.00 WIB dengan keluhan utama nyeri pada lutut kiri yang semakin
memberat sejak 1 minggu yang lalu.
Kurang lebih 6 bulan yang lalu, pasien mengeluh timbul nyeri pada lutut kiri yang
semakin memberat, nyeri seperti berdenyut dan ditusuk-tusuk disertai bunyi gemeretak ketika
digerakkan. Bengkak (+). Kemerahan (+). Nyeri tidak berkurang saat dikompres, nyeri
semakin memberat saat pasien melipat lutut dan menggerakan lututnya namun berkurang
dengan istirahat.
Pasien sudah pernah berobat beberapa kali sebelumnya ke tukang urut dan ke puskesmas,
diberikan obat anti nyeri dan vitamin keluhan hilang sesaat namun kambuh kembali.
Kurang lebih 1 minggu yang lalu, pasien mengeluh keluhan semakin memberat dan lutut
kaki kiri terasa kaku terutama muncul pagi hari ketika bangun tidur sehingga pasien
membutuhkan waktu beberapa menit sebelum dapat menggerakan lututnya. Keluhan juga
dirasakan menghambat aktivitas pasien sehari-hari. Pasien lalu berobat ke poli usila puskesmas
Sleman.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi dan diabetes melitus.
Riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis di keluarga ada. Dahulu pasien bekerja
sebagai buruh dan memiliki kebiasaan berjalan ke tempat kerja dan mengangkat barang berat
saat bekerja.
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg dan BMI = 25,3
(overweight). Pemeriksaan tanda vital lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan status lokalis
regio genu sinistra didapatkan gerakan terbatas, perabaan hangat pada lutut (+), nyeri tekan
sendi lutut kiri (+), krepitasi sendi lutut kiri (-). Pemeriksaan radiologi tidak dilakukan.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik maka diagnosis osteoarthritis,dengan
differential diagnosis gout arthritis dan reumatoid arthritis. Kriteria menurut American College
of Rheumatology dibutuhkan 3 dari 6 kriteria untuk dapat ditegakan bahwa seseorang
menderita osteoarthritis. Pada anamnesis didapatkan berumur > 50 tahun, nyeri sendi lutut kiri
dan kaku lutut pada pagi hari kurang dari 30 menit dan pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri
tekan dan krepitasi sendi lutut kiri, sehingga terdapat 5 dari 6 kriteria maka dapat ditegakan
bahwa psaien menderita osteoarthritis. Selain itu hal yang mendukung diagnosis adalah faktor
resiko yang ada pada pasien yaitu status gizi pre obese, mempunyai riwayat pekerjaan
membawa barang berat dan kebiasaan berjalan ke tempat kerja.

Sleman, 26 Februari 2019


Dokter Internship Dokter Pendamping

dr. Alfian Salahudin AA dr. Hepi Adi purnomo


NIP. 19760252010011008

Anda mungkin juga menyukai