Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Kesehatan bukan hanya untuk
menghindari penyakit, namun juga untuk menurunkan resiko penyakit, membantu
keluarga menerapkan hidup sehat, menciptakan lingkungan yang lebih baik, untuk
kesejahteraan hidup sekarang dan masa depan (WHO, 2015).
Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan adalah promosi
kesehatan. Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan secara
menyeluruh bukan hanya perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan
(Notoatmodjo, 2005). Masalah kesehatan masyarakat termasuk timbulnya suatu penyakit
ditentukan oleh dua faktor yaitu perilaku dan non perilaku. Faktor utama yang
menyebabkan masalah kesehatan adalah perilaku masyarakat, oleh sebab itu upaya untuk
pemberdayaan masyarakat agar mampu berperilaku hidup bersih dan sehat menjadi
prioritas utama dalam program kesehatan. Berperilaku hidup bersih dan sehat harus
ditanamkan sejak kecil, sehingga peran orang tua dan guru untuk hidup bersih dan sehat
sangat menentukan (Dinkes Jateng, 2010).
Salah satu cara meningkatkan kesehatan adalah dengan upaya promosi kesehatan
di sekolah. Jumlah anak di Indonesia rata-rata 30% dari total penduduk Indonesia dan
usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). Saat ini di Indonesai terdapat lebih dari 250.000 sekolah negeri,
swasta maupun sekolah agama. Sekolah selain sebagai tempat pembelajaran, juga dapat
menjadi ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Usia sekolah juga
merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit. Oleh sebab itu dilakukan pembinaan
dan pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai upaya pendidikan dan
kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, terencana, terarah dan bertanggung jawab
dalam menanamkan, menumbuhkan, mengembangkan dan membimbing dalam

1
melaksanakan prinsip hidup bersih dan sehat dalam kehidupan siswa, guru dan
masyarakat di lingkungan sekolah (Depkes, 2008).
PHBS di Sekolah adalah perilaku yang dipraktikkan oleh siswa, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta
berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada 8 indikator yang dipakai
sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu mencuci tangan dengan air yang
mengalir dan menggunakan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah,
menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur,
menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan secara berkala, memberantas jentik
nyamuk, tidak merokok di sekolah (www.promosikesehatan.com)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2010 persentase anak usia 7-
12 tahun yang sekolah di jenjang SD/MI mencapai 98,02%, angka ini lebih banyak
dibanding usia 13-15 tahun yang sekolah di SMP/MTs yaitu 86,24.
Kebersihan diri di sekolah perlu mendapatkan pengawasan dari guru sebagai
orang tua di sekolah. Guru masih perlu melakukan pengawasan serta memberikan contoh
kepada siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat sehingga terbentuk karakter diri
siswa sebagai siswa sehat dan berilmu (Ratnasari dkk, 2015). Survei di enam provinsi
yang dilakukan oleh Universitas Indonesia tahun 2005 untuk USAID, menyatakan bahwa
kurang dari 15% ibu mencuci tangan mereka dengan sabun setelah buang air besar,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi anak mereka, sebelum makan atau
sebelum membersihkan pantat anak (UNICEF Indonesia, 2012). Pengetahuan akan
kebersihan diri pada masyarakat dan anak-anak sangat penting karena kurangnya
kebersihan diri menjadi faktor penyebab signifikan untuk penyakit (Tan et al., 2013).
Masalah penyakit menular pada anak sekolah antara lain prevalensi demam berdarah
pada anak usia 5-14 tahun sebesar 0,07, malaria 2,89, ISPA 28,89, TB 0,3 dan diare 9.
Sedangkan penduduk usia 10-14 tahun yang berperilaku benar dalam buang air besar
adalah 68,2 % dan cuci tangan 17,2 %. (Riskesdas, 2007).
Berdasarkan hasil angket observasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat di
enam kecamatan kabupaten Malang diperoleh persentase PHBS di Kecamatan
Poncokosumo sebesar 58.33%, kecamatan Bantur 60.98%, kecamatan Tumpang 60.97%,

2
kecamatan Pujon 57.55%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menyatakan kebersihan
diri, kesadaran diri serta menganggulangi sakit yang termasuk dalam kriteria PHBS pada
masyarakat memiliki kriteria yang rendah. Rendahnya tingkat PHBS disebabkan karena
rendahnya tingkat pengetahuan dan kurangnya tenaga kesehatan dalam memberikan
informasi dan penyuluhan mengenai PHBS (Indriwati, 2015).
Penelitian Oktapriana (2008) tentang pengetahuan PHBS di sekolah di dapatkan
hasil bahwa dari 258 responden terdapat 55,8% yang mempunyai tingkat pengetahuan
tinggi, 44,2% mempunyai tingkat pengetahuan rendah, sedangkan sikap terhadap PHBS
terdapat 62,4% yang mempunyai sikap positif. Berdasarkan penelitian dari Fitrianingsih
(2010) didapatkan hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan, sikap
dan praktek sebelum dan sesudah dilakukan intervensi promosi kesehatan pada siswa
kelas 4 dan 5 SDN Cicurug Sukabumi. Demikian juga dari penelitian Maulidawati (2011)
di dapatkan hasil bahwa ada perbedaan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, dan
praktek PHBS di sekolah sebelum dan sesudah diberikan intervensi promosi kesehatan
pada murid kelas 3 dan 4 MI Attahiriyah Cirasas Jakarta Timur.
Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas 4, 5 dan 6 SDN Dinoyo 2 Malang.
Pemilihan terhadap kelas 4,5 dan 6 dengan alasan bahwa kelompok tersebut sudah bisa
dan mudah untuk menerima informasi baru.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) di lingkungan sekolah khususnya sekolah dasar masih perlu mendapat
perhatian. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui adakah pengaruh intervensi
promosi kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap tentang PHBS pada siswa kelas 4, 5
dan 6 SDN Dinoyo 2 Malang tahun 2017.

I.3 Pertanyaan Penelitian


a. Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap PHBS siswa kelas 4,5 dan 6 SDN
Dinoyo 2 Malang sebelum mendapat intervensi promosi kesehatan di sekolah.
b. Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap PHBS siswa kelas 4,5 dan 6 SDN
Dinoyo 2 Malang sesudah mendapat intervensi promosi kesehatan di sekolah.

3
I.4 Tujuan
I.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh intervensi promosi kesehatan di sekolah terhadap
pengetahuan dan sikap tentang PHBS siswa kelas 4,5 dan 6 SD di wilayah Puskesmas
Dinoyo Malang.

I.4.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui perbedaan pengetahuan tentang PHBS pada siswa kelas 4,5 dan 6 SD
sebelum dan sesudah mendapat intervensi promosi kesehatan di sekolah.
2. Mengetahui perbedaan sikap tentang PHBS pada siswa kelas 4,5 dan 6 SD
sebelum dan sesudah mendapat intervensi promosi kesehatan di sekolah.

I.5 Manfaat Penelitian


I.5.1 Bagi SD di wilayah Puskesmas Dinoyo
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah, sehingga dapat menjadi masukan terhadap program
Usaha Kesehatan Sekolah serta peningkatan pengetahuan dan sikap PHBS di sekolah.

1.5.2 Bagi Pemerintah / Dinas Kesehatan


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam melaksanakan program
promosi kesehatan terutama promosi kesehatan di sekolah.

1.5.3 Bagi Penulis


Dengan melakukan penelitian ini, penulis berharap dapat memperoleh
pengalaman yang sangat berharga dalam melakukan suatu penelitian, sehingga kelak bila
mengadakan penelitian lagi, dapat meningkatkan kualitas baik dari segi teknik maupun
metodenya.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Perilaku
II.1.1 Definisi Perilaku
Perilaku dalam pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas
mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan
internal seperti berfikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Jadi
perilaku merupakan suatu aktivitas yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik yang
dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2005), perilaku merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Sehingga perilaku
manusia terjadi melalui suatu proses.

II.1.2 Perilaku Kesehatan (Notoatmodjo, 2003)


Perilaku kesehatan merupakan suatu proses respons seseorang (organisme)
terhadap suatu stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok yaitu
respons dan stimulus atau perangsang. Secara rinci perilaku kesehatan itu mencakup :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance).
Merupakan perilaku atau usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk memelihara
atau menjaga kesehatannya agar tidak sakit dan usaha penyembuhan pada saat sakit. Oleh
karena itu perilaku pemeliharaan kesehatan meliputi 3 aspek, yaitu :
a. Perilaku pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bila telah sembuh dari sakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan pada saat seseorang dalam keadaan sehat, atau
upaya untuk mencapai tingkat kesehatan seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan seseorang.

5
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan
(health seeking behavior). Menyangkut upaya yang dilakukan seseorang pada saat
sakit yang dimulai dari mengobati diri sendiri (self treatment) sampai mencari
pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan. Bagaimana seseorang mengelola lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak
menggangu kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakat.

II.1.3 Determinan Perilaku Kesehatan


1. Teori Lawrence Green
Green membedakan adanya dua determinan yang menjadi penyebab masalah
kesehatan, yaitu behavioral factors (faktor perilaku) dan non-behavioral factors
(faktor non-perilaku). Faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, antara
lain :
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors). Merupakan faktor-faktor
yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan faktor
demografi (usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi).
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors). Merupakan faktor-faktor
yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan,
diantaranya sarana dan prasarana (fasilitas), biaya, jarak, dan ketersediaan
transportasi.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors). Merupakan faktor-faktor yang
mendorong atau meperkuat terjadinya perilaku seperti tokoh masyarakat,

keluarga, teman, guru, dan petugas kesehatan.
 (Notoatmodjo, 2005) 


2. Teori Snehandu B. Karr


Teori Karr mengidentifikasi adanya lima determinan perilaku, yaitu :
a. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau
stimulus di luar dirinya
b. Dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support)
c. Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah tersedianya

6
informasi sehubungan dengan tindakan yang akan diambil seseorang
d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil
keputusan atau tindakan
e. Kondisi atau situasi yang memungkinkan (action situation) (Notoatmodjo, 2005) .
3. Teori WHO
WHO mengemukakan ada 4 alasan pokok seseorang dalam berperilaku:
a. Pemikiran dan perasaan (thought and feeling).
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang yang dipercayai.
c. Sumber daya (resources) yang tersedia yang menjadi pendukung seseorang atau
masyarakat untuk berperilaku.
d. Sosial budaya (culture) setempat yang biasanya sangat berpengaruh terhadap
perilaku seseorang.
(Notoatmodjo, 2005)

II.1.4 Domain Perilaku


Perilaku dibedakan atas perilaku tertutup(covert), dan perilaku terbuka (overt),
tetapi perilaku merupakan totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Blomm
(1908) membedakan perilaku menjadi 3 area atau domain, yaitu kognitif (cognitive),
afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Selanjutnya dikembangkan menjadi 3
tingkat ranah perilaku berikut ini:
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dalam hal ini pengetahuan
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek, sehingga
pengetahuan seseorang mempunyai tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis
besar pengetahuan dibagi dalam tingkat pengetahuan, antara lain:
a. Tahu (know)
b. Memahami (comprehension)
c. Aplikasi (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)

7
f. Evaluasi (evaluation)
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
yang sudah melibatkan faktor emosi seseorang yang bersangkutan (senang-tidak
senang, setuju-tidak setuju, baik- tidak baik). Menurut Campbell (1950) dalam
Notoatmodjo (2005) mendefinisikan bahwa sikap merupakan kumpulan gejala
dalam merespon stimulus sehingga sikap melibatkan pikiran, perasaan, perhatian,
dan gejala kejiwaan yang lain. Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo
(2005) sikap meliputi 3 komponen, yaitu:
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek
c. Kecenderungan untuk bertindak
3. Tindakan atau Praktik (practice)
Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak (praktik), tetapi untuk
terwujudnya suatu tindakan perlu dukungan dari faktor lain seperti sarana dan
prasarana, keterjangkauan, serta dukungan (Notoatmodjo, 2005)

II.2 Promosi Kesehatan


II.2.1 Definisi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan merupakan suatu proses yang memungkinkan orang untuk
meningkatkan pengendalian atas kesehatannya dan meningkatkan status kesehatan
mereka. Untuk mencapai keadaan fisik, mental dan sosial yang paripurna, individu atau
kelompok harus mampu mengidentifikasi aspirasinya, memenuhi kebutuhan dan mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Ottawa Charter, 1986).
Berdasarkan Ottawa Charter, promosi kesehatan mempunyai lima aksi antara lain:
a. Menciptakan kebijakan kesehatan kesehatan masyarakat (build healthy public
policy)
b. Menciptakan lingkungan yang mendukung (create supportive environments)
c. Memperkuat aksi komunitas (strengthen community actions)
d. Mengembangkan keahlian program (develop personal skills)
e. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services)

8
Menurut Yayasan Kesehatan dari Victoria Australia (VicHealth, 1996) promosi
kesehatan merupakan proses untuk melakukan perubahan perilaku, organisasi, komunitas
dan lingkungannya. Sedangkan WHO (2003) memberi batasan bahwa promosi kesehatan
merupakan suatu proses untuk membuat individu dan masyarakat mampu dalam
meningkatkan serta mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mereka
sehingga terjadi peningkatan kesehatan pada individu maupun masyarakat (Depkes,
2008).

II.2.2 Metode Promosi Kesehatan (Notoatmodjo, 2003)


Promosi kesehatan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan 
atau usaha
menyampaikan pesan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya pesan
tersebut diharapkan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan
tentang kesehatan yang lebih baik sehingga diharapkan dapat berpengaruh terhadap
perilaku.
Metode yang bisa digunakan dalam promosi kesehatan antara lain:
1. Metode Promosi Individual
Metode ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang
yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Metode ini dapat
berupa :
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah
yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya
klien tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan
menerima perilaku tersebut.
b. Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
2. Metode Promosi Kelompok
Dalam memilih metode promosi kelompok, harus diingat besarnya kelompok
sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Metode yang digunakan
untuk promosi kelompok yang pesertanya lebih dari 15 orang adalah ceramah dan
seminar. Ceramah bisa digunakan pada sasaran dengan tingkat pendidikan tinggi

9
maupun rendah, sedangkan seminar untuk tingkat pendidikan menengah ke atas.
Untuk sasaran yang jumlahnya kurang dari 15 orang maka metode yang
digunakan adalah diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), bola salju
(snow balling), kelompok-kelompok kecil (buzz group), memainkan peranan (role
play) dan permainan simulasi (simulation game).
3. Metode Promosi Kesehatan Massa
Metode promosi kesehatan massa tepat digunakan untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau
publik. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau
kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi dan belum begitu diharapkan untuk
sampai pada perubahan perilaku. Metode promosi kesehatan secara massa ini,
antara lain :
a. Ceramah umum (public speaking)
b. Pidato-pidato/diskusi melalui media elektronik baik TV maupun radio
c. Simulasi
d. Tulisan di majalah atau koran
e. Bill Board yang dipasang di pinggir jalan.

II.2.3 Promosi Kesehatan di Sekolah


Promosi kesehatan di sekolah adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar mandiri dalam mencegah
penyakit, memelihara kesehatan, menciptakan dan memelihara lingkungan sehat,
terciptanya kebijakan sekolah sehat serta berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat sekitarnya (Depkes, 2008).
Kebijakan sekolah sehat bertujuan meningkatkan status kesehatan peserta didik,
guru dan masyarakat lingkungan sekolah dengan cara membantu sekolah memobilisasi
dan meningkatkan kegiatan promosi kesehatan dan pendidikan pada tingkat lokal,
nasional, regional maupun global. Untuk mewujudkannya maka diperlu lukan potensi
yang ada serta dukungan kebijakan.
Dalam Notoatmodjo (2005) disebutkan bahwa upaya yang dilakukan untuk
menciptakan sekolah sebagai komunitas yang mampu meningkatkan kesehatannya

10
merupakan prinsip dari promosi kesehatan di sekolah. Sehingga kegiatan ini setidaknya
mencakup 3 usaha pokok, yaitu:
1. Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat yang mencakup aspek :
a. Non fisik, misalnya hubungan yang harmonis antara guru, murid dan pegawai
sekolah yang lain.
b. Fisik, yaitu bangunan sekolah dan lingkungannya, kebersihan perorangan dan
keamanan sekolah.
2. Pendidikan kesehatan, terutama bagi para peserta didik dalam menanamkan
kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan diri.
3. Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah
Menurut Panduan Promosi Kesehatan di Sekolah dari Depkes, tujuan promosi
kesehatan di sekolah meliputi :
1. Meningkatkan warga sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah yang
berperilaku hidup bersih dan sehat
2. Meningkatkan lingkungan sekolah yang sehat, aman dan nyaman.
3. Meningkatkan peran aktif masyarakat sekolah untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat di lingkungan sekolah dan sekitarnya.
4. Meningkatkan dukungan kebijakan sehat dalam promosi kesehatan di sekolah.
Komponen-komponen promosi kesehatan di sekolah menurut WHO dalam
Notoatmodjo (2005), antara lain :
1. Penerapan kebijakan kesehatan di sekolah.
2. Tersedianya sarana maupun prasarana untuk pencegahan dan pengobatan
sederhana di sekolah. Misalnya tersedianya ruang UKS dengan obat-obat P3K.
3. Tersedianya lingkungan yang sehat
4. Adanya program penyuluhan kesehatan
5. Partisipasi orang tua murid dan masyarakat.

II.3 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) (Dinkes Jateng, 2010)


II.3.1 Definisi UKS

11
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah segala usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan
mulai dari TK/RA sampai SMA/SMK/MA/MAK.

II.3.2 Tujuan UKS


Tujuan UKS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar
peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat
kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam
rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

II.3.3 Sasaran UKS


Sasaran UKS adalah :
1. Sasaran primer yaitu peserta didik
2. Sasaran sekunder yaitu guru, pamong belajar/tutor orang tua, pengelola
pendidikan dan pengelola kesehatan, serta TP UKS di setiap jenjang.
3. Sasasan tertier yaitu lembaga pendidikan mulai tingkat prasekolah sampai pada
sekolah lanjutan tingkat atas, termasuk satuan pendidikan luar sekolah dan
perguruan agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya.

II.3.4 Ruang Lingkup UKS


II.3.4.1 Ruang Lingkup Program UKS
Ruang lingkup UKS tercermin dalam Tiga Pokok Usaha Kesehatan Sekolah
(TRIAS UKS), antara lain :
1. Penyelenggaraan Pendidikan Kesehatan, yang mencakup aspek :
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk senantiasa
berperilaku hidup sehat.
b. Penanaman perilaku/kebiasaan hidup sehat dan daya tangkal terhadap
pengaruh buruk dari luar.
c. Pelatihan dan penanaman pola hidup sehat agar dapat diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.

12
2. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di sekolah antara lain dalam bentuk:
a. Pelayanan kesehatan, termasuk Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR).
b. Pemeriksaan penjaringan kesehatan peserta didik.
c. Pemeriksaan berkala.
d. Pengobatan ringan dan P3K maupun P3P.
e. Pencegahan penyakit (imunisasi, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), Pendidikan Kecakapan Hidup Sehat
(PKHS) atau Life Skills Education.
f. Penyuluhan kesehatan dan konseling
g. Pengawasan warung sekolah
h. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
i. Pencatatan dan pelaporan tentang keadaan penyakit dan status gizi dan hal
lainnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan.
j. Rujukan kesehatan ke Puskesmas
k. Pengukuran tingkat kesegaran jasmani
3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat, baik fisik, mental, sosial
maupun lingkungan yang meliputi :
a. Pelaksanaan 7 K (Kebersihan, Keindahan, Kenyamanan, Ketertiban,
Keamanan, Kerindangan, dan Kekeluargaan)
b. Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan termasuk bebas asap
rokok.
c. Pembinaan kerja sama antar masyarakat sekolah (guru, murid, pegawai
sekolah, orang tua muriddan masyarakat sekitar)

II.3.4.2 Ruang Lingkup Pembinaan UKS


Ruang lingkup pembinaan UKS meliputi:
1. Pendidikan kesehatan
2. Pelayanan kesehatan
3. Pemeliharaan lingkungan kehidupan sekolah sehat
4. Ketenagaan

13
5. Sarana prasarana
6. Penelitian dan pengembangan
7. Manajemen/organisasi
8. Monitoring dan evaluasi

II.4 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


PHBS merupakan suatu upaya untuk memberi pengalaman belajar atau
menciptakan kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui advokasi, bina suasana dan pemberdayaan
masyarakat (Depkes, 2006). Program PHBS diluncurkan oleh Pusat Promosi Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia sejak tahun 1996. Dalam pelaksanaannya,
mencakup lima tatanan antara lain tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan
tempat-tempat umum, tatanan sarana kesehatan, dan tatanan sekolah.

II.4.1 Definisi PHBS di Sekolah


PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan oleh peserta
didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. (Depkes, 2008)

II.4.2 Indikator PHBS di Sekolah


Delapan indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah secara
nasional adalah :
1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun
2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4. Olahraga yang teratur dan terukur
5. Memberantas jentik nyamuk
6. Tidak merokok di sekolah
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan

14
8. Membuang sampah pada tempatnya (Dinkes Jateng, 2010)
Lima belas indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah untuk
Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah antara lain :
1. Siswa dan guru menggunakan/memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-
hari
2. Siswa dan guru mengunakan jamban sehat
3. Siswa dan guru membuang sampah pada tempatnya
4. Siswa dan guru mengkonsumsi makanan di warung sehat
5. Siswa dan guru mencuci tangan dengan sabun
6. Siswa dan guru berolahraga teratur
7. Siswa menimbang berat badan setiap bulan
8. Siswa dan guru kukunya pendek dan bersih
9. Sekolah bebas asap rokok
10. Siswa dan guru menggosok gigi minimal 2 kali sehari sesudah makan dan
sebelum tidur
11. Siswa dan guru setiap hari menggunakan alas kaki/sepatu
12. Menjadi peserta anggota dana sehat/JPK
13. Siswa dan guru melakukan PSN minimal seminggu sekali di sekolah
14. Di sekolah terdapat dokter kecil/kader kesehatan remaja
15. Di sekolah terapat ruang UKS dengan perlatan P3K
Rumus perhitungan strata PHBS di sekolah:
1. Sehat Pratama apabila total nilai indikator antara 1 sampai 6
2. Sehat Madya apabila total nilai indikator antara 7 sampai 11
3. Sehat Utama apabila total nilai indikator antara 12 sampai 14
4. Sehat Paripurna apabila total nilai indikator mencapai 15 (Dinkes Purworejo,
2011)
II.4.3 Cara-cara Penerapan PHBS di Sekolah
Cara-cara penerapan PHBS di sekolah antara lain :
1. Menanamkan nilai-nilai untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di sekolah
melalui pendidikan kesehatan agar peserta didik dapat bertanggung jawab

15
terhadap kesehatan diri dan lingkungan serta ikut berpartisipasi dalam upaya
meningkatkan kesehatan di sekolah.
2. Melakukan kegiatan ekstrakurikuler sebagai upaya menanamkan nilainilai
berperilaku hidup bersih dan sehat kepada peserta didik, antara lain dengan :
a. Mengadakan lomba kerja bhakti dan lomba kebersihan kelas
b. Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah
c. Aktivitas dokter kecil di sekolah
d. Demo gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar
e. Pembudayaan olahraga teratur dan terukur
f. Pemeriksaan kebersihan rutin baik kuku, rambut, telinga, gigi dan sebagainya
g. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
h. Pemeriksaan kualitas pemeliharaan jamban sekolah dan kualitas air secara
sederhana.
3. Bimbingan hidup bersih dan sehat melalui komunikasi interpersonal atau
konseling. Kegiatan ini dilakukan oleh guru bimbingan konseling kepada siswa.
Di dalam ruang konseling dapat pula dipasang berbagai media yang memuat
pesan-pesan kesehatan terkait PHBS.
4. Mengadakan kegiatan penyuluhan dan latihan keterampilan dengan melibatkan
peran aktif siswa, guru dan orang tua antara lain melalui :
a. Penyuluhan kelompok sesuai tingkat kelas
b. Memperdengarkan pesan-pesan singkat melalui pengeras suara
c. Pemutaran film video
5. Pemasangan media cetak seperti poster, majalah dinding, spanduk dan lain-lain.

16
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

III.1 Kerangka Teori


Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori perilakuLawrence
Green, yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:

Bagan 3.1. Kerangka Teori

III.2 Kerangka Konsep


Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang
berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi di SDN Dinoyo 2. Kerangka konsep
ini terdiri dari variabel independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan area
permasalahan.

17
Bagan 3.2. Kerangka Konsep

Pengetahuan

Sikap
PERILAKU HIDUP
Lingkungan BERSIH DAN SEHAT
(PHBS) DI SEKOLAH

Sarana dan
Prasarana

Sikap dan Perilaku


Petugas Kesehatan

III.3 Definisi Operasional

Cara
Alat Skala
No Variabel Definisi operasional ukur Hasil ukur
ukur ukur

Pernyataan responden
Di isi
saat wawancara Angket Nominal
1. Jenis kelamin sendiri
tentang jenis
kelaminnya

Pernyataan responden
Angket
2. saat wawancara Di isi
Kelas Nominal
tentang tingkat kelas sendiri
di SD saat ini

Pernyataan responden Di isi


Pendidikan Angket Ordinal
3. tentang pendidikan sendiri
Ibu formal tertinggi yang
pernah dicapai ibu

18
responden saat
penelitian

Pernyataan responden
tentang pendidikan
Pendidikan Angket
formal tertinggi yang Di isi
4. Ayah Ordinal
pernah dicapai ayah sendiri
responden saat
penelitian

Pernyataan responden
Pekerjaan Di isi
5. tentang pekerjaan Angket
Ayah sendiri
ayah saat penelitian

(Jumlah
pertanyaan 10
Informasi yang dengan total
dinyatakan responden Angket skor tertinggi
Di isi
6. Pengetahuan tentang hal-hal yang 25) Interval
sendiri
berkaitan dengan
PHBS di sekolah Skor
pengetahuan
nilai rata-rata

Informasi yang (Jumlah


dinyatakan responden pertanyaan 12
mengenai keyakinan Angket dengan total
Di isi
7. Sikap atau kecenderungan tertinggi 24). Interval
sendiri
untuk melakukan
tindakan PHBS di Skor sikap
sekolah nilai rata-rata

III.4 Hipotesis
Pada penelitian ini dirumuskan hipotesis:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah penyuluhan PHBS di
SDN Dinoyo 2 Malang

19
BAB IV
METODE PENELITIAN

IV.1 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini sebelumnya telah dilakukan presurvey dengan teknik
wawancara, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa-siswi SDN Dinoyo 2
Malang mengenai seputar masalah kesehatan yang kemudian kami kumpulkan data
dan kami angkat sebagai area masalah bersama. Selanjutnya kami lakukan survey
dengan tekhnik wawancara, dengan angket sebagai Instrument untuk mengumpulkan
data. Lalu dilakukan observasi langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang
lebih lengkap. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam hal
ini yang menjadi sampel adalah 3 kelas, kelas 4,5, dan 6 di SDN Dinoyo 2 Malang.

IV.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan di kelas 4,5, dan 6 di SDN Dinoyo 2 Malang.
Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian angket. Pertanyaan – pertanyaan di
dalam angket tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencakup instrumen–
instrumen yang berkaitan dengan hipotesisnya.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu :
1. Bersedia untuk menjadi informan
2. Merupakan siswa/i SDN Dinoyo 2 Malang
3. Usia diatas 9 tahun
4. Sehat jasmani dan rohani

b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian,
yaitu :
1. Tidak bersedia menjadi informan

20
2. Berusia kurang dari 9 tahun.
3. Bukan siswa/I SDN Dinoyo 2 Malang
4. Memiliki gangguan mental

Adapun kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:


Tabel 4.1. Pengumpulan Data
No Tanggal Kegiatan

1. Senin, 31 Juli 2017  Pertemuan dengan Kepala Sekolah SDN


Dinoyo 2 Malang perihal izin penelitian
 Wawancara dengan guru UKS SDN Dinoyo 2
Malang.
 Survey lokasi SDN Dinoyo 2 Malang

2. Selasa, 1 Agustus 2017  Penentuan dan pembuatan dan instrument


pengumpul data
3. Jumat, 4 Agustus 2017  Pengisian angket (pre-test) di Kelas 4, 5, dan 6
SDN Dinoyo 2 Malang
 Pengolahan data angket
 Pelatihan dokter cilik (kader tiwisada) untuk
memperagakan 8 indikator PHBS di sekolah
dalam bentuk lagu dan gerakan
4. Senin, 7 Agustus 2017  Penyuluhan tentang “Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat Di sekolah” pada saat upacara bendera
 Pertunjukan lagu disertai gerakan 8 indikator
PHBS di sekolah oleh kader tiwisada
 Pengisian angket (post-test) di Kelas 4, 5, dan 6
SDN Dinoyo 2 Malang
 Pengolahan data angket

21
IV.3 Pengolahan dan Analisa Data
Untuk pengolahan data tentang “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SDN
Dinoyo 2 Malang” digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data
menggunakan Microsoft Word. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat
adalah dengan menggunakan analisa univariat.
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap
variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan
data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi
yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Pada
diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah :
 Pengetahuan responden tentang perilaku hidup bersih dan sehat
 Sikap responden terhadap perilaku hidup bersih dan sehat
 Lingkungan sekolah yang mendukung perilaku hidup bersih dan sehat
 Sarana dan prasarana sekolah yang mendukung perilaku hidup bersih dan
sehat
 Sikap dan perilaku petugas kesehatan yang berperan dalam meningkatkan
sikap hidup bersih dan sehat

22
BAB V
HASIL PENELITIAN

V.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Sekolah Dasar Negeri (SDN) Dinoyo yang terletak di Jalan MT. Haryono IX/326
Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang Jawa Timur merupakan salah
satu lembaga pendidikan formal tingkat dasar. Sekolah yang memiliki akreditasi “A” ini
merupakan gabungan dari 3 sekolah dasar yakni SDN Dinoyo 2, SDN Dinoyo 3, dan
SDN Dinoyo 4 menjadi SDN Dinoyo 2 sejak tahun 2004 lalu. Lokasi sekolah yang
berada di tepi jalan raya ini memiliki jarak ke pusat kecamatan sejauh 3 km dan jarak ke
pusat kota sejauh 4 km. Sekolah ini memiliki luas tanah 3.255m² serta memiliki 21 kelas.
Adapun SDN Dinoyo 2 ini memiliki visi, misi, dan tujuan sebagai berikut.
a. Visi: Unggul dalam prestasi, berbudi pekerti, patriotisme, berseni budaya,
berbudaya lingkungan sehat untuk semua siswa sesuai dengan sumber daya
berdasarkan iman dan takwa.
b. Misi:
1) Membina pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Membina insan yang berbudi pekerti luhur dan berkarakter
3) Membina pribadi unggul baik akademik maupun non akademik
4) Membina insan yang cinta tanah air dan bangsa.
5) Melestarikan budaya bangsa untuk menumbuhkan sikap cinta tanah air dan
bangsa
6) Menumbuhkan sikap berbudaya, peduli dan tanggap terhadap kelestarian
lingkungan hidup serta sumber daya alam
7) Membudayakan hidup bersih dan sehat
8) Memberikan pembelajaran yang ramah anak sesuai dengan sumber daya
sekolah
c. Tujuan:
1) Semua warga sekolah memiliki karakter luhur, beriman, dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa
2) Siswa memperoleh rata-rata nilai ujian yang tinggi

23
3) Semua warga sekolah memiliki rasa cinta tanah air dan bangsa yang tinggi
4) Mengembangkan budaya yang peduli terhadap lingkungan sehat
5) Membina siswa yang terampil sesuai dengan bakat dan minat
6) Semua warga sekolah secara sadar menaati tata tertib sekolah
7) Semua warga sekolah mempunyai niat bekerja keras, cerdas, dan ikhlas serta
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.

V.2 Karakteristik Responden


Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di SDN Dinoyo 2 Malang
Usia (Tahun) Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6 Jumlah
9 17 2 0 19
10 11 23 2 36
11 1 10 25 36
≥12 0 1 4 5

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden yang mendapat intervensi


Promosi Kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SDN Dinoyo 2 Malang
yang berusia 9 tahun sebanyak 19 siswa, berusia 10 tahun dan 11 tahun sebanyak 36
siswa dan berusia lebih dari sama dengan 12 tahun sebanyak 5 siswa.
Diagram 5.1. Responden Berdasarkan Kelas

Jumlah siswa

Kelas 6 Kelas 4
32% 30%

Kelas 5
38%

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden terbanyak


adalah siswa kelas 5 (38%), diikuti siswa kelas 6 (32%), dan siswa kelas 4 (30%).

24
V.2.1 Gambaran Responden
Berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin SDN Dinoyo 2
Malang

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah


4 15 14 29
5 17 19 36
6 10 21 31
Total 42 54 96
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden yang mendapat intervensi
Promosi Kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SDN Dinoyo 2 Malang
sebanyak 96 siswa yang terdiri atas 42 siswa laki-laki dan 54 siswa perempuan. Pada
kelas 4, jumlah siswa laki-laki (15 siswa) lebih banyak dari pada jumlah siswa
perempuan (14 siswa). Pada kelas 5 jumlah siswa perempuan (19 siswa) lebih banyak
dari pada jumlah siswa laki-laki (17 siswa). Pada kelas 6 siswa perempuan (21 siswa)
lebih banyak daripada jumlah siswa laki-laki (10 siswa).

Pendidikan Ibu
Diagram 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Pada Siswa Kelas
4,5, dan 6 SDN Dinoyo 2 Malang tahun 2017

Pendidikan Terakhir Ibu


18
16
14
12
10 Kelas 4
8
Kelas 5
6
4 Kelas 6
2
0
Tidak Tamat SD Tamat SMPTamat SMA Perguruan
Sekolah Tinggi

25
Berdasarkan diagram 5.3 dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir ibu siswa
kelas 6 sebagian besar adalah perguruan tinggi (17 siswa), diikuti tamat SMA (11 siswa),
dan tamat SMP (3 siswa). Pendidikan terakhir ibu siswa kelas 5 sebagian besar adalah
perguruan tinggi (14 siswa), diikuti tamat SMA (12 siswa), tamat SMP (6 siswa), dan
tamat SD (4 siswa). Pendidikan terakhir ibu siswa kelas 4 sebagian besar adalah tamat
SMA (14 siswa), diikuti perguruan tinggi (13 siswa), tamat SMP (1 siswa), dan tamat SD
(1 siswa).

Pendidikan Ayah
Diagram 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ayah Pada Siswa Kelas 4
SDN Dinoyo 2 Malang tahun 2017

0% 4% 3%
Tidak Sekolah
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
52% 41%
Perguruan Tinggi

Dari diagram 5.3 diketahui bahwa tingkat pendidikan ayah dari siswa kelas 4
SDN Dinoyo 2 Malang sebagian besar adalah perguruan tinggi (52%), kemudian diikuti
oleh tamat SMA (41%) , tamat SD (4%), dan tamat SMP (3%).
Diagram 5.4. Distribusi Frekuensi Responden BerdasarkanPendidikan Ayah Pada Siswa Kelas 5
SDN Dinoyo 2 Malang tahun 2017

3%

10% Tidak sekolah


Tamat SD
42% 13%
Tamat SMP
Tamat SMA
32%
Perguruan Tinggi

26
Dari diagram 5.4 diketahui bahwa tingkat pendidikan ayah dari siswa kelas 5
SDN Dinoyo 2 Malang sebagian besar adalah perguruan tinggi (42%), kemudian diikuti
oleh tamat SMA (32%) , tamat SMP (13%), tamat SD (10%), dan tidak sekolah (3%).

Diagram 5.5. Distribusi Frekuensi Responden BerdasarkanPendidikan Ayah Pada Siswa Kelas 6
SDN Dinoyo 2 Malang tahun 2017

0% 0%

10% Tidak sekolah


Tamat SD
Tamat SMP
55% 35%
Tamat SMA
Perguruan Tinggi

Dari diagram 5.5 diketahui bahwa tingkat pendidikan ayah dari siswa kelas 6
SDN Dinoyo 2 Malang sebagian besar adalah perguruan tinggi (55%), kemudian diikuti
oleh tamat SMA (35%) , dan tamat SMP (10%).

Pekerjaan Ayah
Diagram 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah Pada Siswa Kelas 4
SDN Dinoyo 2 Malang tahun 2017

0% 4%
Tidak Bekerja
17% PNS/TNI/POLRI
3%
Pegawai Swasta
Buruh
14%
52% Wirawasta
10% Petani
Pedagang

Dari diagram 5.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan ayah dari siswa
kelas 4 SDN Dinoyo 2 Malang adalah pegawai swasta (52%), kemudian diikuti oleh

27
pedagang (17%) , wiraswasta (14%), buruh (10%), PNS/TNI/POLRI (4%), dan petani
(3%).

Diagram 5.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah Pada Siswa Kelas 5
SDN Dinoyo 2 Malang tahun 2017

3%
0% Tidak Bekerja
8% PNS/TNI/POLRI
14% 28% Pegawai Swasta

8% Buruh
Wiraswasta
Petani
39%
Pedagang

Dari diagram 5.7dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan ayah dari siswa
kelas 5 SDN Dinoyo 2 Malang adalah pegawai swasta (39%), kemudian diikuti oleh
PNS/TNI/POLRI (28%) , wiraswasta (14%), buruh (8%), Pedagang (8%), dan tidak
bekerja (3%).
Diagram 5.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah Pada Siswa Kelas 6
SDN Dinoyo 2 Malang tahun 2017

3%
0%
0%
Tidak Bekerja
PNS/TNI/POLRI
28%
31% Pegawai Swasta
Buruh
Wirawasta
Petani
0% 38%
Pedagang

28
Dari diagram 5.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan ayah dari siswa
kelas 6 SDN Dinoyo 2 Malang adalah pegawai swasta (38%), kemudian diikuti oleh
wiraswasta (31%), PNS/TNI/POLRI (28%), dan pedagang (3%).

V.3 Gambaran Distribusi Angket KIE, Pengetahuan, dan Sikap tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
V.3.1 Perbedaan Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Intervensi Siswa Kelas 4 SDN
Dinoyo 2 Malang Tahun 2017

Tabel 5.3. Distribusi Angket KIE, Pengetahuan, dan Sikap Responden Pada Siswa
Kelas 4 SDN Dinoyo 2 Malang Tahun 2017

Variabel Mean SD SE %
Kuesioner KIE
Sebelum intervensi 4.56 1.56 0.28 50.67
Sesudah intervensi 8.38 1.01 0.19 93.11
Pengetahuan
Sebelum intervensi 17.59 2.21 0.39 70.36
Sesudah intervensi 20.97 2.06 0.38 83.88
Sikap
Sebelum intervensi 11.44 1.11 0.19 47.67
Sesudah intervensi 19.45 2.95 0.55 81.04

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata angket KIE sebelum
dilakukan intervensi adalah 4.59 dengan standar deviasi 1.56, standar error 0,28 dan
menunjukkan 50.67% dari keseluruhan. Sesudah dilakukan intervensi diperoleh hasil
nilai rata-rata sebesar 8.38 dengan standar deviasi 1.01, standar error 0,19 dan
menunjukkan peningkatan menjadi 93.11%.
Untuk variabel pengetahuan sebelum dilakukan intervensi memiliki nilai rata-rata
sebesar 17.59 dengan standar deviasi 2.21, standar error 0,39 dan menunjukkan 70.36%
responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Sesudah dilakukan intervensi
memiliki nilai rata-rata 20.97 dengan standar deviasi 2.06, standar error 0,38 dan
menunjukkan peningkatan tingkat pengetahuan menjadi 83.88%.
Nilai rata-rata sikap sebelum dilakukan intervensi sebesar 11.44 dengan standar
deviasi 1.11, standar error 0,19 dan 47.67% memiliki sikap yang baik. Untuk nilai rata-

29
rata sesudah dilakukan intervensi sebesar 19.45 dengan standar deviasi 2.95, standar error
0,55 dan menunjukkan peningkatan sikap menjadi 81.04%.

V.3.2 Perbedaan Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Intervensi Siswa Kelas 5 SDN
Dinoyo 2 Malang Tahun 2017

Tabel 5.4. Distribusi Angket KIE, Pengetahuan, dan Sikap Pada Siswa Kelas 5
SDN Dinoyo 2 Malang Tahun 2017

Variabel Mean SD SE %
Kuesioner KIE
Sebelum intervensi 4.67 2.04 0.34 51.8
Sesudah intervensi 7.63 1.69 0.39 84.87
Pengetahuan
Sebelum intervensi 19.95 2.87 0.47 79.76
Sesudah intervensi 21.05 3.12 0.51 84.2
Sikap
Sebelum intervensi 18.83 2.95 0.49 78.46
Sesudah intervensi 19.72 3.67 0.61 82.16

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata angket KIE sebelum
dilakukan intervensi adalah 4.67 dengan standar deviasi 2.04, standar error 0,34 dan
menunjukkan 51.8% dari keseluruhan. Sesudah dilakukan intervensi diperoleh hasil nilai
rata-rata sebesar 7.63 dengan standar deviasi 1.69, standar error 0,39 dan menunjukkan
peningkatan menjadi 84.87%.
Untuk variabel pengetahuan sebelum dilakukan intervensi memiliki nilai rata-rata
sebesar 19.95 dengan standar deviasi 2.87, standar error 0,47 dan menunjukkan 79.76%
responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Sesudah dilakukan intervensi
memiliki nilai rata-rata 21.05 dengan standar deviasi 3.12, standar error 0,51 dan
menunjukkan peningkatan tingkat pengetahuan menjadi 84.2%.
Nilai rata-rata sikap sebelum dilakukan intervensi sebesar 18.83dengan standar
deviasi 2.95, standar error 0,49 dan 78.46% memiliki sikap yang baik. Untuk nilai rata-
rata sesudah dilakukan intervensi sebesar 19.72 dengan standar deviasi 3.67, standar error
0,61 dan menunjukkan peningkatan sikap menjadi 82.16%.

30
V.3.3 Perbedaan Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Intervensi Siswa Kelas 6 SDN
Dinoyo 2 Malang Tahun 2017

Tabel 5.5. Distribusi Kuesioner KIE, Pengetahuan, dan Sikap Pada Siswa Kelas 6
SDN Dinoyo 2 Malang Tahun 2017

Variabel Mean SD SE %
Kuesioner KIE
Sebelum intervensi 4.80 1.49 0.27 51.67
Sesudah intervensi 6.48 1.39 0.25 72
Pengetahuan
Sebelum intervensi 20.61 2.14 0.38 82.45
Sesudah intervensi 21.77 2.01 0.36 87.08
Sikap
Sebelum intervensi 12.19 2.18 0.39 50.96
Sesudah intervensi 19.58 3.13 0.56 81.58

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata angket KIE sebelum
dilakukan intervensi adalah 4.80 dengan standar deviasi 1.49, standar error 0,27 dan
menunjukkan 51.67% dari keseluruhan. Sesudah dilakukan intervensi diperoleh hasil
nilai rata-rata sebesar 6.48 dengan standar deviasi 1.39, standar error 0,25 dan
menunjukkan peningkatan menjadi 72%.
Untuk variabel pengetahuan sebelum dilakukan intervensi memiliki nilai rata-rata
sebesar 20.61 dengan standar deviasi 2.14, standar error 0,38 dan menunjukkan 82.45%
responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Sesudah dilakukan intervensi
memiliki nilai rata-rata 21.77 dengan standar deviasi 2.01, standar error 0,36 dan
menunjukkan peningkatan tingkat pengetahuan menjadi 87.08%.
Nilai rata-rata sikap sebelum dilakukan intervensi sebesar 12.19 dengan standar
deviasi 2.18, standar error 0,39 dan 50.96 % memiliki sikap yang baik. Untuk nilai rata-
rata sesudah dilakukan intervensi sebesar 19.58 dengan standar deviasi 3.13, standar error
0,56 dan menunjukkan peningkatan sikap menjadi 81.58%.

31
BAB VI
PEMBAHASAN

VI.1 Keterbatasan Penelitian


Penyebaran angket saat pelaksanaan pre-test antara kelas 4, 5, dan 6 dilaksanakan
pada hari dan waktu yang sama. Dalam hal ini peneliti dibantu oleh wali kelas masing-
masing kelas. Namun demikian kemungkinan terjadinya bias bisa saja karena responden
mungkin tidak percaya diri ataupun berbohong pada saat menjawab angket.
Pengukuran variabel pendidikan orang tua hanya dilakukan dengan siswa tetapi
tidak dikonfirmasikan kembali dengan orang tua nya sehingga kemungkinan dapat terjadi
bias yang dapat mempengaruhi hasil penelitian karena kemungkinan ada siswa yang tidak
tahu latar belakang pendidikan orangtua sehingga dalam menjawab angket asal mengisi
saja.

VI.2 Perbedaan Pengetahuan dan Sikap PHBS di Sekolah


VI.2.1 Pengetahuan
Promosi kesehatan merupakan suatu proses untuk membuat individu dan
masyarakat mampu dalam meningkatkan serta mengendalikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan mereka sehingga terjadi peningkatan kesehatan pada individu
maupun masyarakat (Depkes, 2008). Promosi kesehatan di sekolah adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar
mandiri dalam mencegah penyakit, memelihara kesehatan, menciptakan dan memelihara
lingkungan sehat, terciptanyakebijakan sekolah sehat serta berperan aktif dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat sekitarnya (Depkes, 2007)
Hasil presentase pada nilai rata-rata pengetahuan tentang PHBS menunjukkan
adanya perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Hal
ini terbukti daripersentase nilai rata-rata pengetahuan pada siswa kelas 4, 5, dan 6
sebelum intervensi adalah 70.36%, 79.76%, dan 82.45% menjadi 83.88%, 84.2%, dan
87.08% setelah dilakukan intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan
intervensi promosi kesehatan melalui penyuluhan, simulasi, dan praktek terbukti secara
efektif dapat meningkatkan pengetahuan tentang PHBS di sekolah.

32
Menurut Notoatmodjo (2003), sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan.
Pendidikan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah bisa didapatkan
dari guru, orang tua, dan petugas kesehatan. Pada responden, pendidikan PHBS disekolah
dari guru dan petugas kesehatan sebelum intervensi dilakukan dinilai cukup kurang, hal
ini didapatkan dari hasil persentase nilai rata-rata angket KIE yang berhubungan dengan
peran guru dan petugas kesehatan pada siswa kelas 4, 5, dan 6 masih kurang dari 60%,
yaitu 50.67%, 51.8%, dan 51.67%.

VI.2.2 Sikap
Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
yang sudah melibatkan faktor emosi seseorang yang bersangkutan (senang-tidak senang,
setuju-tidak setuju, baik-tidak baik).
Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005) sikap meliputi 3 komponen,
yaitu:
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek
c. Kecenderungan untuk bertindak
Hasil presentase pada nilai rata-rata sikap tentang PHBS menunjukkan adanya
perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Hal ini
terbukti dari persentase nilai rata-rata sikap pada siswa kelas 4, 5, dan 6 sebelum
intervensi adalah 47.67%, 78.46%, dan 50.96%menjadi 81.04%, 82.16%, dan 81.58%
setelah dilakukan intervensi.Hal ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan intervensi
promosi kesehatan melalui penyuluhan, simulasi, dan praktek terbukti secara efektif
dapat meningkatkan sikap tentang PHBS di sekolah.
Pada penelitian Fitrianingsih (2010), Maulidawati (2011) dan Susanti (2011) juga
menyebutkan adanya peningkatan nilai rata-rata sikap terhadap PHBS setelah dilakukan
intervensi promosi kesehatan. Menurut Campbell (1950) dalam Notoatmodjo (2005)
mendefinisikan bahwa sikap merupakan kumpulan gejala dalam merespon stimulus
sehingga sikap melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.

33
Oleh karena itu, dengan adanya intervensi promosi kesehatan yang sudah
dilakukan terbukti bahwa stimulus direspon dengan cukup baik oleh responden sehingga
terjadi peningkatan sikap terhadap PHBS.
Menurut Campus - Community Emergency Response Team, pada proses belajar,
orang yang belajar dapat menyerap apa yang dipelajari hanya 10% dari yang dibaca, 20%
dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari
apa yang mereka katakan atau ulangi, dan 90% dari apa yang mereka katakan saat
mengerjakan (mendengar, melihat, mengatakan, mengerjakan, dan mengajar satu sama
lain) (Notoatmodjo, 2007).

34
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

VII.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan :

1. Adanya perbedaan yang bermakna nilai rata-rata pengetahuan tentang PHBS pada
siswa kelas 4, 5, dan 6 sebelum dan sesudah mendapat intervensi promosi kesehatan
di sekolah.
2. Adanya perbedaan yang bermakna nilai rata-rata sikap tentang PHBS pada siswa
kelas 4, 5, dan 6 sebelum dan sesudah mendapat intervensi promosi kesehatan di
sekolah.

VII.2 Saran

1. Bagi Dinas Pendidikan agar membuat kebijakan untuk manambah materi tentang
PHBS ke dalam kurikulum sekolah serta lebih meningkatkan kerjasama dengan Dinas
Kesehatan dalam peningkatan kegiatan UKS.
2. Bagi Dinas Kesehatan diharapkan meningkatkan anggaran untuk pembuatan media
promosi kesehatan mengenai PHBS di sekolah sebagai sarana peningkatan
pengetahuan dan sikap para siswa sekolah.
3. Bagi pihak Puskesmas sebaiknya diupayakan untuk melakukan pelatihan kepada para
guru mengenai UKS, Promosi Kesehatan di sekolah dan PHBS di sekolah, sehingga
intervensi promosi kesehatan ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.
4. Bagi SDN Dinoyo 2 Malang, sebaiknya dilakukan kegiatan lanjutan terhadap
peningkatan pengetahuan dan sikap para siswa berupa pelaksanaan kegiatan yang
melibatkan orang tua siswa, dan masyarakat sekitarnya serta menambah fasilitas yang
menunjang perilaku hidup bersih dan sehat seperti wastafel dengan lap dan sabun.

35
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2008. Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan : Dalam Pencapaian Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pusat Promosi Kesehatan : Jakarta.

Depkes RI. 2008. Promosi Kesehatan di Sekolah. Pusat Promosi Kesehatan : Jakarta.

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2010. Pedoman Program Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) di Institusi. Semarang.

Fitrianingsih. 2010. Pengaruh Intervensi Promosi Kesehatan terhadap Perubahan


Pengetahuan, Sikap dan Prkatek PHBS Siswa Kelas 4 dan 5 SDN Cicurug Kecamatan
Cicurug Kabupaten Sukabumi Tahun 2010. Skripsi FKM UI : Depok.

Indriwati SE. 2015. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Nilai-Nilai Hidup Sehat
Melalui Pemanfaatan Potensi Wanafarma Untuk Meningkatkan Mutu Kesehatan
Masyarakat Miskin di Kabupaten Malang. Makalah disajikan dalam International
Conference on Ocean Environment and Ecotoxycology (ICOEE) 20-24 Oktober di
Universitas Brawijaya Malang.

Maulidawati. 2011. Pengaruh Intervensi Promosi Kesehatan dalam Peningkatan


Pengetahaun, Sikap dan Praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Siswa
Kelas 3 dan 4 SD/MI Attahiriyah Kecamatan Ciracas Jakarta Timur Thun 2011. Skripsi
FKM UI : Depok.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Penerbit Rineka
Cipta; Jakarta.

Oktapriana, Riesmah. 2008. Pengetahuan, Sikap dan Praktik PHBS Siswa & Faktor-
faktor yang Berhubungan di SDN 013 Sunter Agung Jakarta Utara Tahun 2008. Skripsi
FKM UI : Depok.

37
Ratnasari A, Indriwati SA, Prabaningtyas. 2015. Studi Eksplorasi Tentang Pendidikan
Karakter Nilai-Nilai Hidup Sehat Pada Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Implementasi
Kurikulum 2013 di Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang. Diakses tanggal 2 Agustus
2017.

Tan SL, Cheng PL, Soon HK, Ghazali H, Mahyudin NA. 2013. A Qualitative Study On
Personal Hygiene Knowledge And Practices Among Food Handlers At Selected Primary
Schools In Klang Valley Area, Selangor, Malaysia. International Food Research Journal,
20(1):71-76.

World Health Organization (WHO). 2015. Healthy Living: What is a Healthy Lifestyle?
(http://www.kznhealth.gov.za/healthyliving.pdf) diakses tanggal 5 Agustus 2017.

38
LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket Penelitian

Nama Anak :
Tanggal :

Lingkari nomor jawaban dari pertanyaan dibawah ini


IDENTITAS RESPONDEN KODING
i1 Jenis Kelamin 1. Laki-laki
2. Perempuan
i2 Umur ……. Tahun
i3 Kelas 1. Kelas 4
2. Kelas 5
3. kelas 6
i4 Pendidikan terakhir ibu 1. Tidak sekolah
2. Tamat SD
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5. Perguruan tinggi
i5 Pendidikan terakhir ayah 1. Tidak sekolah
2. Tamat SD
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5. Perguruan tinggi
i6 Pekerjaan ayah sekarang 1. Tidak bekerja
2. Pegawai negeri/TNI/Polri
3. Pegawai swasta
4. Buruh
5. Wiraswasta
6. Petani
7. Pedagang

39
Lingkari nomor jawaban yang benar dari pertanyaan dibawah ini
KUESIONER KIE KODING
K1 Apakah adik-adik pernah mendengar informasi mengenai
kebiasaan hidup bersih dan sehat?
1. Belum pernah
2. Pernah, dari guru
3. Pernah, dari petugas kesehatan puskesmas
K2 Apakah tenaga kesehatan pernah datang untuk memberikan
penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat?
1. Belum pernah
2. Pernah
K3 Apakah pernah diajarkan cara memilih jajanan yang sehat?
1. Belum pernah
2. Pernah, dari guru
3. Pernah, dari petugas kesehatan puskesmas
K4 Apakah pernah diberikan informasi mengenai cara mencuci
tangan yang benar?
1. Belum pernah
2. Pernah, dari guru
3. Pernah, dari petugas kesehatan puskesmas
K5 Di kelas ini, apakah adik-adik pernah mendapat informasi
mengenai bahaya rokok?
1. Belum pernah
2. Pernah, dari guru
3. Pernah, dari petugas kesehatan puskesmas

Lingkari nomor jawaban yang benar dari pertanyaan dibawah ini


PENGETAHUAN KODING
P1 Yang termasuk perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah 4
adalah…
(jawaban boleh dipilih lebih dari satu)
1. Patuh pada peraturan sekolah
2. Rajin belajar
3. Mendengarkan pada saat guru mengajar
4. Membuang sampah pada tempatnya
5. Membeli jajanan yang sehat di kantin sekolah
6. Mencuci tangan dengan sabun di air bersih mengalir
7. Mengikuti kegiatan olahraga di sekolah
P2 Menurut adik-adik, cara yang baik untuk cuci tangan 2
adalah…

40
(jawaban boleh dipilih lebih dari satu)
1. Di kobokan atau ember
2. Di kran
3. Di wastafel dengan air mengalir
P3 Menurut adik-adik, sebaiknya kapan saja kita harus cuci 5
tangan dengan sabun?
(jawaban boleh dipilih lebih dari satu)
1. Saat mau tidur
2. Saat mau buang air kecil
3. Saat mau belajar
4. Sebelum makan/memegang makanan
5. Setelah buang air besar
6. Setelah membuang sampah
7. Setelah bermain dengan hewan/unggas/burung
P4 Jajanan yang sehat adalah jajanan yang… 4
(jawaban boleh dipilih lebih dari satu)
1. Bentuknya menarik
2. Warnanya menyolok
3. Dibungkus koran atau kertas bekas
4. Harganya mahal
5. Tempatnya bersih
6. Tidak tercemar
7. Bergizi
8. Dibungkus dan bersih
P5 Menurut adik-adik, apa akibat dari perilaku membuang 3
sampah disembarang tempat bagi kesehatan?
(jawaban boleh dipilih lebih dari satu)
1. Mengganggu pemandangan
2. Lingkungan kurang indah dilihat
3. Dimarahi guru/orang tua
4. Sampah menjadi sarang tikus dan serangga
5. Menyebabkan pencemaran tanah, udara, dan air
6. Sampah menjadi tempat hidup kuman
P6 Penyakit yang diperantarai oleh nyamuk adalah 3
(jawaban boleh dipilih lebih dari satu)
1. Demam berdarah
2. Malaria
3. Chikungunya
4. Diare
5. Thypus

41
P7 Menurut adik-adik, tempat sampah yang baik adalah 1
1. Tempat sampah yang tidak ada tutupnya
2. Tempat sampah tertutup
P8 Menurut adik-adik, tempat yang baik untuk buang air 1
besar dimana ?
1. WC
2. Sungai yang mengalir1
3. Kolam ikan
P9 Menurut adik-adik, rokok bisa menimbulkan penyakit apa 1
saja?
1. Penyakit paru-paru dan kanker
2. Diare dan thypus
P10 Menurut adik-adik, air minum yang baik adalah 1
1. Air matang yang tidak berbau, tidak berasa
2. Air matang yang berbau, berasa, dan tidak bening

Lingkari nomor jawaban yang benar dari pertanyaan dibawah ini


SIKAP KODING

S1 Sebaiknya kita mencuci tangan di air mengalir dengan menggunakan sabun


1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju
S2 Sebelum makan kita harus mencuci tangan
1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju
S3 Saya selalu menggosok gigi sehabis sarapan sebelum berangkat sekolah
1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju
S4 Buang air besar boleh dilakukan di sungai
1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju
S5 Setelah buang air besar/buang air kecil di jamban/WC saya tidak perlu
menyiram dengan air
1. Tidak Setuju
2. Setuju

42
3. Sangat Setuju
S6 Untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan kuman yang ada
pada tinja dan air kencing, maka kita harus buang air besar/buang air kecil
di jamban
1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju
S7 Salah satu cara untuk memberantas jentik nyamuk adalah dengan menguras
bak mandi
1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju
S8 Menimbang berat badan adalah kegiatan yang perlu rutin untuk dilakukan
setiap bulan
1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju
S9 Kuku yang panjang dan bersih termasuk kuku yang sehat
1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju
S10 Tempat sampah sebaiknya dalam keadaan terbuka agar mudah saat akan
membuang sampah
1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju
S11 Merokok adalah perilaku yang tidak baik dan tidak sehat
1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju
S12 Di sekolah sebaiknya ada kantin sekolah
1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju

43
Lampiran 2. Poster PHBS dan Cuci tangan

44
Lampiran 3. Dokumentasi

45
46
47
48

Anda mungkin juga menyukai