PENDAHULUAN
1
melaksanakan prinsip hidup bersih dan sehat dalam kehidupan siswa, guru dan
masyarakat di lingkungan sekolah (Depkes, 2008).
PHBS di Sekolah adalah perilaku yang dipraktikkan oleh siswa, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta
berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada 8 indikator yang dipakai
sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu mencuci tangan dengan air yang
mengalir dan menggunakan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah,
menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur,
menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan secara berkala, memberantas jentik
nyamuk, tidak merokok di sekolah (www.promosikesehatan.com)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2010 persentase anak usia 7-
12 tahun yang sekolah di jenjang SD/MI mencapai 98,02%, angka ini lebih banyak
dibanding usia 13-15 tahun yang sekolah di SMP/MTs yaitu 86,24.
Kebersihan diri di sekolah perlu mendapatkan pengawasan dari guru sebagai
orang tua di sekolah. Guru masih perlu melakukan pengawasan serta memberikan contoh
kepada siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat sehingga terbentuk karakter diri
siswa sebagai siswa sehat dan berilmu (Ratnasari dkk, 2015). Survei di enam provinsi
yang dilakukan oleh Universitas Indonesia tahun 2005 untuk USAID, menyatakan bahwa
kurang dari 15% ibu mencuci tangan mereka dengan sabun setelah buang air besar,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi anak mereka, sebelum makan atau
sebelum membersihkan pantat anak (UNICEF Indonesia, 2012). Pengetahuan akan
kebersihan diri pada masyarakat dan anak-anak sangat penting karena kurangnya
kebersihan diri menjadi faktor penyebab signifikan untuk penyakit (Tan et al., 2013).
Masalah penyakit menular pada anak sekolah antara lain prevalensi demam berdarah
pada anak usia 5-14 tahun sebesar 0,07, malaria 2,89, ISPA 28,89, TB 0,3 dan diare 9.
Sedangkan penduduk usia 10-14 tahun yang berperilaku benar dalam buang air besar
adalah 68,2 % dan cuci tangan 17,2 %. (Riskesdas, 2007).
Berdasarkan hasil angket observasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat di
enam kecamatan kabupaten Malang diperoleh persentase PHBS di Kecamatan
Poncokosumo sebesar 58.33%, kecamatan Bantur 60.98%, kecamatan Tumpang 60.97%,
2
kecamatan Pujon 57.55%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menyatakan kebersihan
diri, kesadaran diri serta menganggulangi sakit yang termasuk dalam kriteria PHBS pada
masyarakat memiliki kriteria yang rendah. Rendahnya tingkat PHBS disebabkan karena
rendahnya tingkat pengetahuan dan kurangnya tenaga kesehatan dalam memberikan
informasi dan penyuluhan mengenai PHBS (Indriwati, 2015).
Penelitian Oktapriana (2008) tentang pengetahuan PHBS di sekolah di dapatkan
hasil bahwa dari 258 responden terdapat 55,8% yang mempunyai tingkat pengetahuan
tinggi, 44,2% mempunyai tingkat pengetahuan rendah, sedangkan sikap terhadap PHBS
terdapat 62,4% yang mempunyai sikap positif. Berdasarkan penelitian dari Fitrianingsih
(2010) didapatkan hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan, sikap
dan praktek sebelum dan sesudah dilakukan intervensi promosi kesehatan pada siswa
kelas 4 dan 5 SDN Cicurug Sukabumi. Demikian juga dari penelitian Maulidawati (2011)
di dapatkan hasil bahwa ada perbedaan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, dan
praktek PHBS di sekolah sebelum dan sesudah diberikan intervensi promosi kesehatan
pada murid kelas 3 dan 4 MI Attahiriyah Cirasas Jakarta Timur.
Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas 4, 5 dan 6 SDN Dinoyo 2 Malang.
Pemilihan terhadap kelas 4,5 dan 6 dengan alasan bahwa kelompok tersebut sudah bisa
dan mudah untuk menerima informasi baru.
3
I.4 Tujuan
I.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh intervensi promosi kesehatan di sekolah terhadap
pengetahuan dan sikap tentang PHBS siswa kelas 4,5 dan 6 SD di wilayah Puskesmas
Dinoyo Malang.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Perilaku
II.1.1 Definisi Perilaku
Perilaku dalam pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas
mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan
internal seperti berfikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Jadi
perilaku merupakan suatu aktivitas yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik yang
dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2005), perilaku merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Sehingga perilaku
manusia terjadi melalui suatu proses.
5
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan
(health seeking behavior). Menyangkut upaya yang dilakukan seseorang pada saat
sakit yang dimulai dari mengobati diri sendiri (self treatment) sampai mencari
pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan. Bagaimana seseorang mengelola lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak
menggangu kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakat.
6
informasi sehubungan dengan tindakan yang akan diambil seseorang
d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil
keputusan atau tindakan
e. Kondisi atau situasi yang memungkinkan (action situation) (Notoatmodjo, 2005) .
3. Teori WHO
WHO mengemukakan ada 4 alasan pokok seseorang dalam berperilaku:
a. Pemikiran dan perasaan (thought and feeling).
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang yang dipercayai.
c. Sumber daya (resources) yang tersedia yang menjadi pendukung seseorang atau
masyarakat untuk berperilaku.
d. Sosial budaya (culture) setempat yang biasanya sangat berpengaruh terhadap
perilaku seseorang.
(Notoatmodjo, 2005)
7
f. Evaluasi (evaluation)
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
yang sudah melibatkan faktor emosi seseorang yang bersangkutan (senang-tidak
senang, setuju-tidak setuju, baik- tidak baik). Menurut Campbell (1950) dalam
Notoatmodjo (2005) mendefinisikan bahwa sikap merupakan kumpulan gejala
dalam merespon stimulus sehingga sikap melibatkan pikiran, perasaan, perhatian,
dan gejala kejiwaan yang lain. Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo
(2005) sikap meliputi 3 komponen, yaitu:
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek
c. Kecenderungan untuk bertindak
3. Tindakan atau Praktik (practice)
Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak (praktik), tetapi untuk
terwujudnya suatu tindakan perlu dukungan dari faktor lain seperti sarana dan
prasarana, keterjangkauan, serta dukungan (Notoatmodjo, 2005)
8
Menurut Yayasan Kesehatan dari Victoria Australia (VicHealth, 1996) promosi
kesehatan merupakan proses untuk melakukan perubahan perilaku, organisasi, komunitas
dan lingkungannya. Sedangkan WHO (2003) memberi batasan bahwa promosi kesehatan
merupakan suatu proses untuk membuat individu dan masyarakat mampu dalam
meningkatkan serta mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mereka
sehingga terjadi peningkatan kesehatan pada individu maupun masyarakat (Depkes,
2008).
9
maupun rendah, sedangkan seminar untuk tingkat pendidikan menengah ke atas.
Untuk sasaran yang jumlahnya kurang dari 15 orang maka metode yang
digunakan adalah diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), bola salju
(snow balling), kelompok-kelompok kecil (buzz group), memainkan peranan (role
play) dan permainan simulasi (simulation game).
3. Metode Promosi Kesehatan Massa
Metode promosi kesehatan massa tepat digunakan untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau
publik. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau
kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi dan belum begitu diharapkan untuk
sampai pada perubahan perilaku. Metode promosi kesehatan secara massa ini,
antara lain :
a. Ceramah umum (public speaking)
b. Pidato-pidato/diskusi melalui media elektronik baik TV maupun radio
c. Simulasi
d. Tulisan di majalah atau koran
e. Bill Board yang dipasang di pinggir jalan.
10
merupakan prinsip dari promosi kesehatan di sekolah. Sehingga kegiatan ini setidaknya
mencakup 3 usaha pokok, yaitu:
1. Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat yang mencakup aspek :
a. Non fisik, misalnya hubungan yang harmonis antara guru, murid dan pegawai
sekolah yang lain.
b. Fisik, yaitu bangunan sekolah dan lingkungannya, kebersihan perorangan dan
keamanan sekolah.
2. Pendidikan kesehatan, terutama bagi para peserta didik dalam menanamkan
kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan diri.
3. Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah
Menurut Panduan Promosi Kesehatan di Sekolah dari Depkes, tujuan promosi
kesehatan di sekolah meliputi :
1. Meningkatkan warga sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah yang
berperilaku hidup bersih dan sehat
2. Meningkatkan lingkungan sekolah yang sehat, aman dan nyaman.
3. Meningkatkan peran aktif masyarakat sekolah untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat di lingkungan sekolah dan sekitarnya.
4. Meningkatkan dukungan kebijakan sehat dalam promosi kesehatan di sekolah.
Komponen-komponen promosi kesehatan di sekolah menurut WHO dalam
Notoatmodjo (2005), antara lain :
1. Penerapan kebijakan kesehatan di sekolah.
2. Tersedianya sarana maupun prasarana untuk pencegahan dan pengobatan
sederhana di sekolah. Misalnya tersedianya ruang UKS dengan obat-obat P3K.
3. Tersedianya lingkungan yang sehat
4. Adanya program penyuluhan kesehatan
5. Partisipasi orang tua murid dan masyarakat.
11
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah segala usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan
mulai dari TK/RA sampai SMA/SMK/MA/MAK.
12
2. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di sekolah antara lain dalam bentuk:
a. Pelayanan kesehatan, termasuk Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR).
b. Pemeriksaan penjaringan kesehatan peserta didik.
c. Pemeriksaan berkala.
d. Pengobatan ringan dan P3K maupun P3P.
e. Pencegahan penyakit (imunisasi, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), Pendidikan Kecakapan Hidup Sehat
(PKHS) atau Life Skills Education.
f. Penyuluhan kesehatan dan konseling
g. Pengawasan warung sekolah
h. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
i. Pencatatan dan pelaporan tentang keadaan penyakit dan status gizi dan hal
lainnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan.
j. Rujukan kesehatan ke Puskesmas
k. Pengukuran tingkat kesegaran jasmani
3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat, baik fisik, mental, sosial
maupun lingkungan yang meliputi :
a. Pelaksanaan 7 K (Kebersihan, Keindahan, Kenyamanan, Ketertiban,
Keamanan, Kerindangan, dan Kekeluargaan)
b. Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan termasuk bebas asap
rokok.
c. Pembinaan kerja sama antar masyarakat sekolah (guru, murid, pegawai
sekolah, orang tua muriddan masyarakat sekitar)
13
5. Sarana prasarana
6. Penelitian dan pengembangan
7. Manajemen/organisasi
8. Monitoring dan evaluasi
14
8. Membuang sampah pada tempatnya (Dinkes Jateng, 2010)
Lima belas indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah untuk
Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah antara lain :
1. Siswa dan guru menggunakan/memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-
hari
2. Siswa dan guru mengunakan jamban sehat
3. Siswa dan guru membuang sampah pada tempatnya
4. Siswa dan guru mengkonsumsi makanan di warung sehat
5. Siswa dan guru mencuci tangan dengan sabun
6. Siswa dan guru berolahraga teratur
7. Siswa menimbang berat badan setiap bulan
8. Siswa dan guru kukunya pendek dan bersih
9. Sekolah bebas asap rokok
10. Siswa dan guru menggosok gigi minimal 2 kali sehari sesudah makan dan
sebelum tidur
11. Siswa dan guru setiap hari menggunakan alas kaki/sepatu
12. Menjadi peserta anggota dana sehat/JPK
13. Siswa dan guru melakukan PSN minimal seminggu sekali di sekolah
14. Di sekolah terdapat dokter kecil/kader kesehatan remaja
15. Di sekolah terapat ruang UKS dengan perlatan P3K
Rumus perhitungan strata PHBS di sekolah:
1. Sehat Pratama apabila total nilai indikator antara 1 sampai 6
2. Sehat Madya apabila total nilai indikator antara 7 sampai 11
3. Sehat Utama apabila total nilai indikator antara 12 sampai 14
4. Sehat Paripurna apabila total nilai indikator mencapai 15 (Dinkes Purworejo,
2011)
II.4.3 Cara-cara Penerapan PHBS di Sekolah
Cara-cara penerapan PHBS di sekolah antara lain :
1. Menanamkan nilai-nilai untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di sekolah
melalui pendidikan kesehatan agar peserta didik dapat bertanggung jawab
15
terhadap kesehatan diri dan lingkungan serta ikut berpartisipasi dalam upaya
meningkatkan kesehatan di sekolah.
2. Melakukan kegiatan ekstrakurikuler sebagai upaya menanamkan nilainilai
berperilaku hidup bersih dan sehat kepada peserta didik, antara lain dengan :
a. Mengadakan lomba kerja bhakti dan lomba kebersihan kelas
b. Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah
c. Aktivitas dokter kecil di sekolah
d. Demo gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar
e. Pembudayaan olahraga teratur dan terukur
f. Pemeriksaan kebersihan rutin baik kuku, rambut, telinga, gigi dan sebagainya
g. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
h. Pemeriksaan kualitas pemeliharaan jamban sekolah dan kualitas air secara
sederhana.
3. Bimbingan hidup bersih dan sehat melalui komunikasi interpersonal atau
konseling. Kegiatan ini dilakukan oleh guru bimbingan konseling kepada siswa.
Di dalam ruang konseling dapat pula dipasang berbagai media yang memuat
pesan-pesan kesehatan terkait PHBS.
4. Mengadakan kegiatan penyuluhan dan latihan keterampilan dengan melibatkan
peran aktif siswa, guru dan orang tua antara lain melalui :
a. Penyuluhan kelompok sesuai tingkat kelas
b. Memperdengarkan pesan-pesan singkat melalui pengeras suara
c. Pemutaran film video
5. Pemasangan media cetak seperti poster, majalah dinding, spanduk dan lain-lain.
16
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
17
Bagan 3.2. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Sikap
PERILAKU HIDUP
Lingkungan BERSIH DAN SEHAT
(PHBS) DI SEKOLAH
Sarana dan
Prasarana
Cara
Alat Skala
No Variabel Definisi operasional ukur Hasil ukur
ukur ukur
Pernyataan responden
Di isi
saat wawancara Angket Nominal
1. Jenis kelamin sendiri
tentang jenis
kelaminnya
Pernyataan responden
Angket
2. saat wawancara Di isi
Kelas Nominal
tentang tingkat kelas sendiri
di SD saat ini
18
responden saat
penelitian
Pernyataan responden
tentang pendidikan
Pendidikan Angket
formal tertinggi yang Di isi
4. Ayah Ordinal
pernah dicapai ayah sendiri
responden saat
penelitian
Pernyataan responden
Pekerjaan Di isi
5. tentang pekerjaan Angket
Ayah sendiri
ayah saat penelitian
(Jumlah
pertanyaan 10
Informasi yang dengan total
dinyatakan responden Angket skor tertinggi
Di isi
6. Pengetahuan tentang hal-hal yang 25) Interval
sendiri
berkaitan dengan
PHBS di sekolah Skor
pengetahuan
nilai rata-rata
III.4 Hipotesis
Pada penelitian ini dirumuskan hipotesis:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah penyuluhan PHBS di
SDN Dinoyo 2 Malang
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian,
yaitu :
1. Tidak bersedia menjadi informan
20
2. Berusia kurang dari 9 tahun.
3. Bukan siswa/I SDN Dinoyo 2 Malang
4. Memiliki gangguan mental
21
IV.3 Pengolahan dan Analisa Data
Untuk pengolahan data tentang “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SDN
Dinoyo 2 Malang” digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data
menggunakan Microsoft Word. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat
adalah dengan menggunakan analisa univariat.
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap
variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan
data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi
yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Pada
diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah :
Pengetahuan responden tentang perilaku hidup bersih dan sehat
Sikap responden terhadap perilaku hidup bersih dan sehat
Lingkungan sekolah yang mendukung perilaku hidup bersih dan sehat
Sarana dan prasarana sekolah yang mendukung perilaku hidup bersih dan
sehat
Sikap dan perilaku petugas kesehatan yang berperan dalam meningkatkan
sikap hidup bersih dan sehat
22
BAB V
HASIL PENELITIAN
23
3) Semua warga sekolah memiliki rasa cinta tanah air dan bangsa yang tinggi
4) Mengembangkan budaya yang peduli terhadap lingkungan sehat
5) Membina siswa yang terampil sesuai dengan bakat dan minat
6) Semua warga sekolah secara sadar menaati tata tertib sekolah
7) Semua warga sekolah mempunyai niat bekerja keras, cerdas, dan ikhlas serta
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
Jumlah siswa
Kelas 6 Kelas 4
32% 30%
Kelas 5
38%
24
V.2.1 Gambaran Responden
Berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin SDN Dinoyo 2
Malang
Pendidikan Ibu
Diagram 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Pada Siswa Kelas
4,5, dan 6 SDN Dinoyo 2 Malang tahun 2017
25
Berdasarkan diagram 5.3 dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir ibu siswa
kelas 6 sebagian besar adalah perguruan tinggi (17 siswa), diikuti tamat SMA (11 siswa),
dan tamat SMP (3 siswa). Pendidikan terakhir ibu siswa kelas 5 sebagian besar adalah
perguruan tinggi (14 siswa), diikuti tamat SMA (12 siswa), tamat SMP (6 siswa), dan
tamat SD (4 siswa). Pendidikan terakhir ibu siswa kelas 4 sebagian besar adalah tamat
SMA (14 siswa), diikuti perguruan tinggi (13 siswa), tamat SMP (1 siswa), dan tamat SD
(1 siswa).
Pendidikan Ayah
Diagram 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ayah Pada Siswa Kelas 4
SDN Dinoyo 2 Malang tahun 2017
0% 4% 3%
Tidak Sekolah
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
52% 41%
Perguruan Tinggi
Dari diagram 5.3 diketahui bahwa tingkat pendidikan ayah dari siswa kelas 4
SDN Dinoyo 2 Malang sebagian besar adalah perguruan tinggi (52%), kemudian diikuti
oleh tamat SMA (41%) , tamat SD (4%), dan tamat SMP (3%).
Diagram 5.4. Distribusi Frekuensi Responden BerdasarkanPendidikan Ayah Pada Siswa Kelas 5
SDN Dinoyo 2 Malang tahun 2017
3%
26
Dari diagram 5.4 diketahui bahwa tingkat pendidikan ayah dari siswa kelas 5
SDN Dinoyo 2 Malang sebagian besar adalah perguruan tinggi (42%), kemudian diikuti
oleh tamat SMA (32%) , tamat SMP (13%), tamat SD (10%), dan tidak sekolah (3%).
Diagram 5.5. Distribusi Frekuensi Responden BerdasarkanPendidikan Ayah Pada Siswa Kelas 6
SDN Dinoyo 2 Malang tahun 2017
0% 0%
Dari diagram 5.5 diketahui bahwa tingkat pendidikan ayah dari siswa kelas 6
SDN Dinoyo 2 Malang sebagian besar adalah perguruan tinggi (55%), kemudian diikuti
oleh tamat SMA (35%) , dan tamat SMP (10%).
Pekerjaan Ayah
Diagram 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah Pada Siswa Kelas 4
SDN Dinoyo 2 Malang tahun 2017
0% 4%
Tidak Bekerja
17% PNS/TNI/POLRI
3%
Pegawai Swasta
Buruh
14%
52% Wirawasta
10% Petani
Pedagang
Dari diagram 5.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan ayah dari siswa
kelas 4 SDN Dinoyo 2 Malang adalah pegawai swasta (52%), kemudian diikuti oleh
27
pedagang (17%) , wiraswasta (14%), buruh (10%), PNS/TNI/POLRI (4%), dan petani
(3%).
Diagram 5.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah Pada Siswa Kelas 5
SDN Dinoyo 2 Malang tahun 2017
3%
0% Tidak Bekerja
8% PNS/TNI/POLRI
14% 28% Pegawai Swasta
8% Buruh
Wiraswasta
Petani
39%
Pedagang
Dari diagram 5.7dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan ayah dari siswa
kelas 5 SDN Dinoyo 2 Malang adalah pegawai swasta (39%), kemudian diikuti oleh
PNS/TNI/POLRI (28%) , wiraswasta (14%), buruh (8%), Pedagang (8%), dan tidak
bekerja (3%).
Diagram 5.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah Pada Siswa Kelas 6
SDN Dinoyo 2 Malang tahun 2017
3%
0%
0%
Tidak Bekerja
PNS/TNI/POLRI
28%
31% Pegawai Swasta
Buruh
Wirawasta
Petani
0% 38%
Pedagang
28
Dari diagram 5.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan ayah dari siswa
kelas 6 SDN Dinoyo 2 Malang adalah pegawai swasta (38%), kemudian diikuti oleh
wiraswasta (31%), PNS/TNI/POLRI (28%), dan pedagang (3%).
V.3 Gambaran Distribusi Angket KIE, Pengetahuan, dan Sikap tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
V.3.1 Perbedaan Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Intervensi Siswa Kelas 4 SDN
Dinoyo 2 Malang Tahun 2017
Tabel 5.3. Distribusi Angket KIE, Pengetahuan, dan Sikap Responden Pada Siswa
Kelas 4 SDN Dinoyo 2 Malang Tahun 2017
Variabel Mean SD SE %
Kuesioner KIE
Sebelum intervensi 4.56 1.56 0.28 50.67
Sesudah intervensi 8.38 1.01 0.19 93.11
Pengetahuan
Sebelum intervensi 17.59 2.21 0.39 70.36
Sesudah intervensi 20.97 2.06 0.38 83.88
Sikap
Sebelum intervensi 11.44 1.11 0.19 47.67
Sesudah intervensi 19.45 2.95 0.55 81.04
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata angket KIE sebelum
dilakukan intervensi adalah 4.59 dengan standar deviasi 1.56, standar error 0,28 dan
menunjukkan 50.67% dari keseluruhan. Sesudah dilakukan intervensi diperoleh hasil
nilai rata-rata sebesar 8.38 dengan standar deviasi 1.01, standar error 0,19 dan
menunjukkan peningkatan menjadi 93.11%.
Untuk variabel pengetahuan sebelum dilakukan intervensi memiliki nilai rata-rata
sebesar 17.59 dengan standar deviasi 2.21, standar error 0,39 dan menunjukkan 70.36%
responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Sesudah dilakukan intervensi
memiliki nilai rata-rata 20.97 dengan standar deviasi 2.06, standar error 0,38 dan
menunjukkan peningkatan tingkat pengetahuan menjadi 83.88%.
Nilai rata-rata sikap sebelum dilakukan intervensi sebesar 11.44 dengan standar
deviasi 1.11, standar error 0,19 dan 47.67% memiliki sikap yang baik. Untuk nilai rata-
29
rata sesudah dilakukan intervensi sebesar 19.45 dengan standar deviasi 2.95, standar error
0,55 dan menunjukkan peningkatan sikap menjadi 81.04%.
V.3.2 Perbedaan Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Intervensi Siswa Kelas 5 SDN
Dinoyo 2 Malang Tahun 2017
Tabel 5.4. Distribusi Angket KIE, Pengetahuan, dan Sikap Pada Siswa Kelas 5
SDN Dinoyo 2 Malang Tahun 2017
Variabel Mean SD SE %
Kuesioner KIE
Sebelum intervensi 4.67 2.04 0.34 51.8
Sesudah intervensi 7.63 1.69 0.39 84.87
Pengetahuan
Sebelum intervensi 19.95 2.87 0.47 79.76
Sesudah intervensi 21.05 3.12 0.51 84.2
Sikap
Sebelum intervensi 18.83 2.95 0.49 78.46
Sesudah intervensi 19.72 3.67 0.61 82.16
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata angket KIE sebelum
dilakukan intervensi adalah 4.67 dengan standar deviasi 2.04, standar error 0,34 dan
menunjukkan 51.8% dari keseluruhan. Sesudah dilakukan intervensi diperoleh hasil nilai
rata-rata sebesar 7.63 dengan standar deviasi 1.69, standar error 0,39 dan menunjukkan
peningkatan menjadi 84.87%.
Untuk variabel pengetahuan sebelum dilakukan intervensi memiliki nilai rata-rata
sebesar 19.95 dengan standar deviasi 2.87, standar error 0,47 dan menunjukkan 79.76%
responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Sesudah dilakukan intervensi
memiliki nilai rata-rata 21.05 dengan standar deviasi 3.12, standar error 0,51 dan
menunjukkan peningkatan tingkat pengetahuan menjadi 84.2%.
Nilai rata-rata sikap sebelum dilakukan intervensi sebesar 18.83dengan standar
deviasi 2.95, standar error 0,49 dan 78.46% memiliki sikap yang baik. Untuk nilai rata-
rata sesudah dilakukan intervensi sebesar 19.72 dengan standar deviasi 3.67, standar error
0,61 dan menunjukkan peningkatan sikap menjadi 82.16%.
30
V.3.3 Perbedaan Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Intervensi Siswa Kelas 6 SDN
Dinoyo 2 Malang Tahun 2017
Tabel 5.5. Distribusi Kuesioner KIE, Pengetahuan, dan Sikap Pada Siswa Kelas 6
SDN Dinoyo 2 Malang Tahun 2017
Variabel Mean SD SE %
Kuesioner KIE
Sebelum intervensi 4.80 1.49 0.27 51.67
Sesudah intervensi 6.48 1.39 0.25 72
Pengetahuan
Sebelum intervensi 20.61 2.14 0.38 82.45
Sesudah intervensi 21.77 2.01 0.36 87.08
Sikap
Sebelum intervensi 12.19 2.18 0.39 50.96
Sesudah intervensi 19.58 3.13 0.56 81.58
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata angket KIE sebelum
dilakukan intervensi adalah 4.80 dengan standar deviasi 1.49, standar error 0,27 dan
menunjukkan 51.67% dari keseluruhan. Sesudah dilakukan intervensi diperoleh hasil
nilai rata-rata sebesar 6.48 dengan standar deviasi 1.39, standar error 0,25 dan
menunjukkan peningkatan menjadi 72%.
Untuk variabel pengetahuan sebelum dilakukan intervensi memiliki nilai rata-rata
sebesar 20.61 dengan standar deviasi 2.14, standar error 0,38 dan menunjukkan 82.45%
responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Sesudah dilakukan intervensi
memiliki nilai rata-rata 21.77 dengan standar deviasi 2.01, standar error 0,36 dan
menunjukkan peningkatan tingkat pengetahuan menjadi 87.08%.
Nilai rata-rata sikap sebelum dilakukan intervensi sebesar 12.19 dengan standar
deviasi 2.18, standar error 0,39 dan 50.96 % memiliki sikap yang baik. Untuk nilai rata-
rata sesudah dilakukan intervensi sebesar 19.58 dengan standar deviasi 3.13, standar error
0,56 dan menunjukkan peningkatan sikap menjadi 81.58%.
31
BAB VI
PEMBAHASAN
32
Menurut Notoatmodjo (2003), sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan.
Pendidikan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah bisa didapatkan
dari guru, orang tua, dan petugas kesehatan. Pada responden, pendidikan PHBS disekolah
dari guru dan petugas kesehatan sebelum intervensi dilakukan dinilai cukup kurang, hal
ini didapatkan dari hasil persentase nilai rata-rata angket KIE yang berhubungan dengan
peran guru dan petugas kesehatan pada siswa kelas 4, 5, dan 6 masih kurang dari 60%,
yaitu 50.67%, 51.8%, dan 51.67%.
VI.2.2 Sikap
Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
yang sudah melibatkan faktor emosi seseorang yang bersangkutan (senang-tidak senang,
setuju-tidak setuju, baik-tidak baik).
Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005) sikap meliputi 3 komponen,
yaitu:
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek
c. Kecenderungan untuk bertindak
Hasil presentase pada nilai rata-rata sikap tentang PHBS menunjukkan adanya
perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Hal ini
terbukti dari persentase nilai rata-rata sikap pada siswa kelas 4, 5, dan 6 sebelum
intervensi adalah 47.67%, 78.46%, dan 50.96%menjadi 81.04%, 82.16%, dan 81.58%
setelah dilakukan intervensi.Hal ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan intervensi
promosi kesehatan melalui penyuluhan, simulasi, dan praktek terbukti secara efektif
dapat meningkatkan sikap tentang PHBS di sekolah.
Pada penelitian Fitrianingsih (2010), Maulidawati (2011) dan Susanti (2011) juga
menyebutkan adanya peningkatan nilai rata-rata sikap terhadap PHBS setelah dilakukan
intervensi promosi kesehatan. Menurut Campbell (1950) dalam Notoatmodjo (2005)
mendefinisikan bahwa sikap merupakan kumpulan gejala dalam merespon stimulus
sehingga sikap melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.
33
Oleh karena itu, dengan adanya intervensi promosi kesehatan yang sudah
dilakukan terbukti bahwa stimulus direspon dengan cukup baik oleh responden sehingga
terjadi peningkatan sikap terhadap PHBS.
Menurut Campus - Community Emergency Response Team, pada proses belajar,
orang yang belajar dapat menyerap apa yang dipelajari hanya 10% dari yang dibaca, 20%
dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari
apa yang mereka katakan atau ulangi, dan 90% dari apa yang mereka katakan saat
mengerjakan (mendengar, melihat, mengatakan, mengerjakan, dan mengajar satu sama
lain) (Notoatmodjo, 2007).
34
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan :
1. Adanya perbedaan yang bermakna nilai rata-rata pengetahuan tentang PHBS pada
siswa kelas 4, 5, dan 6 sebelum dan sesudah mendapat intervensi promosi kesehatan
di sekolah.
2. Adanya perbedaan yang bermakna nilai rata-rata sikap tentang PHBS pada siswa
kelas 4, 5, dan 6 sebelum dan sesudah mendapat intervensi promosi kesehatan di
sekolah.
VII.2 Saran
1. Bagi Dinas Pendidikan agar membuat kebijakan untuk manambah materi tentang
PHBS ke dalam kurikulum sekolah serta lebih meningkatkan kerjasama dengan Dinas
Kesehatan dalam peningkatan kegiatan UKS.
2. Bagi Dinas Kesehatan diharapkan meningkatkan anggaran untuk pembuatan media
promosi kesehatan mengenai PHBS di sekolah sebagai sarana peningkatan
pengetahuan dan sikap para siswa sekolah.
3. Bagi pihak Puskesmas sebaiknya diupayakan untuk melakukan pelatihan kepada para
guru mengenai UKS, Promosi Kesehatan di sekolah dan PHBS di sekolah, sehingga
intervensi promosi kesehatan ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.
4. Bagi SDN Dinoyo 2 Malang, sebaiknya dilakukan kegiatan lanjutan terhadap
peningkatan pengetahuan dan sikap para siswa berupa pelaksanaan kegiatan yang
melibatkan orang tua siswa, dan masyarakat sekitarnya serta menambah fasilitas yang
menunjang perilaku hidup bersih dan sehat seperti wastafel dengan lap dan sabun.
35
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2008. Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan : Dalam Pencapaian Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pusat Promosi Kesehatan : Jakarta.
Depkes RI. 2008. Promosi Kesehatan di Sekolah. Pusat Promosi Kesehatan : Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2010. Pedoman Program Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) di Institusi. Semarang.
Indriwati SE. 2015. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Nilai-Nilai Hidup Sehat
Melalui Pemanfaatan Potensi Wanafarma Untuk Meningkatkan Mutu Kesehatan
Masyarakat Miskin di Kabupaten Malang. Makalah disajikan dalam International
Conference on Ocean Environment and Ecotoxycology (ICOEE) 20-24 Oktober di
Universitas Brawijaya Malang.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Penerbit Rineka
Cipta; Jakarta.
Oktapriana, Riesmah. 2008. Pengetahuan, Sikap dan Praktik PHBS Siswa & Faktor-
faktor yang Berhubungan di SDN 013 Sunter Agung Jakarta Utara Tahun 2008. Skripsi
FKM UI : Depok.
37
Ratnasari A, Indriwati SA, Prabaningtyas. 2015. Studi Eksplorasi Tentang Pendidikan
Karakter Nilai-Nilai Hidup Sehat Pada Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Implementasi
Kurikulum 2013 di Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang. Diakses tanggal 2 Agustus
2017.
Tan SL, Cheng PL, Soon HK, Ghazali H, Mahyudin NA. 2013. A Qualitative Study On
Personal Hygiene Knowledge And Practices Among Food Handlers At Selected Primary
Schools In Klang Valley Area, Selangor, Malaysia. International Food Research Journal,
20(1):71-76.
World Health Organization (WHO). 2015. Healthy Living: What is a Healthy Lifestyle?
(http://www.kznhealth.gov.za/healthyliving.pdf) diakses tanggal 5 Agustus 2017.
38
LAMPIRAN
Nama Anak :
Tanggal :
39
Lingkari nomor jawaban yang benar dari pertanyaan dibawah ini
KUESIONER KIE KODING
K1 Apakah adik-adik pernah mendengar informasi mengenai
kebiasaan hidup bersih dan sehat?
1. Belum pernah
2. Pernah, dari guru
3. Pernah, dari petugas kesehatan puskesmas
K2 Apakah tenaga kesehatan pernah datang untuk memberikan
penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat?
1. Belum pernah
2. Pernah
K3 Apakah pernah diajarkan cara memilih jajanan yang sehat?
1. Belum pernah
2. Pernah, dari guru
3. Pernah, dari petugas kesehatan puskesmas
K4 Apakah pernah diberikan informasi mengenai cara mencuci
tangan yang benar?
1. Belum pernah
2. Pernah, dari guru
3. Pernah, dari petugas kesehatan puskesmas
K5 Di kelas ini, apakah adik-adik pernah mendapat informasi
mengenai bahaya rokok?
1. Belum pernah
2. Pernah, dari guru
3. Pernah, dari petugas kesehatan puskesmas
40
(jawaban boleh dipilih lebih dari satu)
1. Di kobokan atau ember
2. Di kran
3. Di wastafel dengan air mengalir
P3 Menurut adik-adik, sebaiknya kapan saja kita harus cuci 5
tangan dengan sabun?
(jawaban boleh dipilih lebih dari satu)
1. Saat mau tidur
2. Saat mau buang air kecil
3. Saat mau belajar
4. Sebelum makan/memegang makanan
5. Setelah buang air besar
6. Setelah membuang sampah
7. Setelah bermain dengan hewan/unggas/burung
P4 Jajanan yang sehat adalah jajanan yang… 4
(jawaban boleh dipilih lebih dari satu)
1. Bentuknya menarik
2. Warnanya menyolok
3. Dibungkus koran atau kertas bekas
4. Harganya mahal
5. Tempatnya bersih
6. Tidak tercemar
7. Bergizi
8. Dibungkus dan bersih
P5 Menurut adik-adik, apa akibat dari perilaku membuang 3
sampah disembarang tempat bagi kesehatan?
(jawaban boleh dipilih lebih dari satu)
1. Mengganggu pemandangan
2. Lingkungan kurang indah dilihat
3. Dimarahi guru/orang tua
4. Sampah menjadi sarang tikus dan serangga
5. Menyebabkan pencemaran tanah, udara, dan air
6. Sampah menjadi tempat hidup kuman
P6 Penyakit yang diperantarai oleh nyamuk adalah 3
(jawaban boleh dipilih lebih dari satu)
1. Demam berdarah
2. Malaria
3. Chikungunya
4. Diare
5. Thypus
41
P7 Menurut adik-adik, tempat sampah yang baik adalah 1
1. Tempat sampah yang tidak ada tutupnya
2. Tempat sampah tertutup
P8 Menurut adik-adik, tempat yang baik untuk buang air 1
besar dimana ?
1. WC
2. Sungai yang mengalir1
3. Kolam ikan
P9 Menurut adik-adik, rokok bisa menimbulkan penyakit apa 1
saja?
1. Penyakit paru-paru dan kanker
2. Diare dan thypus
P10 Menurut adik-adik, air minum yang baik adalah 1
1. Air matang yang tidak berbau, tidak berasa
2. Air matang yang berbau, berasa, dan tidak bening
42
3. Sangat Setuju
S6 Untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan kuman yang ada
pada tinja dan air kencing, maka kita harus buang air besar/buang air kecil
di jamban
1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju
S7 Salah satu cara untuk memberantas jentik nyamuk adalah dengan menguras
bak mandi
1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju
S8 Menimbang berat badan adalah kegiatan yang perlu rutin untuk dilakukan
setiap bulan
1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju
S9 Kuku yang panjang dan bersih termasuk kuku yang sehat
1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju
S10 Tempat sampah sebaiknya dalam keadaan terbuka agar mudah saat akan
membuang sampah
1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju
S11 Merokok adalah perilaku yang tidak baik dan tidak sehat
1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju
S12 Di sekolah sebaiknya ada kantin sekolah
1. Tidak Setuju
2. Setuju
3. Sangat Setuju
43
Lampiran 2. Poster PHBS dan Cuci tangan
44
Lampiran 3. Dokumentasi
45
46
47
48