Anda di halaman 1dari 160

1.

ABSES SEPTUM

RSU PKU Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman

MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu
PANDUAN PRAKTIK
KLINIK (PPK)
dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.
NIK. 100. 121
Pengertian Adalah adanya timbunan pus antara mukosa septum dengan
tulang rawan atau tulang septum nasi. Terjadi akibat komplikasi
hematon septum nasi
Anamnesis 1. Ada riwayat trauma tumpul, korek-korek hidung
2. Keluhan hidung tersumbat
3. Nyeri pada hidung
4. Badan panas (sub febris)
Pemeriksaan Fisik Dijumpai pembengkakan pada septum nasi, nyeri tekan, ada
fluktuasi
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding -
Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan
Terapi 1. Insisi abses ( fiksasi dengan tampon kasa betadin )
2. Medikamentosa
3. Antibiotika adekuat
4. Analgetik / anti inflams
Kriteria Pulang Pasien bisa Rawat Jalan
Edukasi Jangan korek-korek hidung.
ABSES SEPTUM

1
Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman
RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Prognosis Dapat terjadi komplikasi deformitas hidung atau hidung pelana
atau “ saddle nose “
Kepustakaan Brain D. The Nasal Septum. In : Mackay IS, Scott-Brown’n
Otolaryngology. London : Butterworths; 1987 : 142 – 153
Nizar NW. Kelainan Hidung. Dalam : Nurbaiti Iskandar,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok.
Jakarta Balai Penerbit FKUI; 1993: 133 – 141
Hilger PA. Deseases of the Nose. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 98 – 132

2. ADENOIDITIS KRONIK HIPERTROPI

2
Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman
RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah pembesaran atau hipertropi jaringan tonsil adenoid akibat
inflamasi kronis atau berulang
Anamnesis  Tidur ngorok / snoring
 Gejala pilek lama
 Keluhan akibat komplikasi ke sinus, telinga
tengah,tenggorok
 Facies adenoid
Pemeriksaan Fisik  Pada rinoskopi anterior gerakan palatum molle tertahan
 Teraba pembesaran adenoid pada perabaan
 Sering bersamaan dengan pembesaran tonsila palatina.
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding Rinosinusitis
Pemeriksaan Penunjang Foto Rasio Adenoid-Nasofaring
Terapi  Simptomatis sesuai keluhannya
 Antibiotika kalau perlu
 Operasi : Adenoidektomi
Kriteria Pulang Operatif:
1. Keadaan umum baik
2. Vital Sign stabil
3. Tidak ada perdarahan
4. Tidak ada komplikasi
ADENOIDITIS KRONIK HIPERTROPI

3
Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman

RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Edukasi 5. Hindari debu
6. Jangan minum es, makanan pedas dan berminyak
Prognosis Umumnya baik
Kepustakaan Rusmarjono. Kelainan Faring. Dalam : Nurbaiti Iskandar, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 1993: 160 – 173
Adam GL. Deseases of the Nasopharynx and Oropharynx. In :
Adam GL, Boies Fundamentals of Otolaryngology.
Philadelpia : WB Saunders Company; 1089 : 332 – 369
Ballenger JJ. Deseases of the Oropharynx. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 243 – 258

4
3. DISFAGIA

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah gejala klinis dimana penderita sulit menelan. Kondisi
ini merupakan gejala dari suatu penyakit tertentu.
Anamnesis - Sulit menelan (makan/minum) dan menelan ludah
- Bila makan/minum tersedak (regurgitasi)
- Rasa tidak enak pada tenggorok
- Kadang hipersalivasi
- Kadang disertai sakit menelan (odinofagi)
- Batuk
- Keluhan lain sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan : (tergantung faktor penyebabnya

Pemeriksaan orofaring apakah ada massa / tumor


Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding Disfagia oleh berbagai sebab
Pemeriksaan Penunjang  Esofagogram
 Esofagoskopi
 Toraks Foto
Terapi  Rawat inap
 Perbaiki KU
 Terapi penyebabnya
DISFAGIA

5
Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman

RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Kriteria Pulang 1. Keadaan umum baik
2. Vital sign stabil
3. Ada perbaikan makan dan minum
4. Keluhan berkurang
Edukasi -
Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Kepustakaan Supardi EA. Disfagia. Dalam : Nurbaiti Iskandar, Buku Ajar
Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI; 1993: 269 – 272
Drakeley MJ, The Oesophagus in Otolaryngology. In : Mackay
IS, Scott-Brown’n Otolaryngology. London : Butterworths;
1987 : 392 – 414

6
4. FARINGITIS AKUT

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Faringitis akut adalah radang akut yang mengenai mukosa faring
Anamnesis - Mula-mula kering dan sakit tenggorok
- Suhu badan naik, badan rasa lemah/kurang semangat
(malaise)
- Nafsu makan berkurang
- Sakit kepala
- Batuk
Pemeriksaan Fisik - Mukosa faring tampak merah dan udem
- Granula tampak lebih besar dan merah
- Sering disertai pembesaran kelenjar limfe leher dan nyeri
tekan
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding Tonsilitis akut
Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan
Terapi - Istirahat
- Antibiotika
- Analgetik / antipiretik
- Roborantia
Kriteria Pulang Pasien bisa rawat jalan

7
FARINGITIS AKUT

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Edukasi  Jaga kebersihan mulut
 Hindari makanan yang merangsang
Prognosis Umumnya baik
Kepustakaan Rusmarjono. Kelainan Faring. Dalam : Nurbaiti Iskandar, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 1993: 160 – 173
Adam GL. Deseases of the Nasopharynx and
Oropharynx. In : Adam GL, Boies Fundamentals of
Otolaryngology. Philadelpia : WB Saunders Company;
1089 : 332 – 369
Ballenger JJ. Deseases of the Oropharynx. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 243 – 258

8
5. FISTEL PRE AURIKULA

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah fistel atau saluran kecil yang terdapat di bagian
anterior aurikula akibat gangguan embrional arkus brankial 1
dan 2
Anamnesis  Sudah terlihat sejak lahir
 Bisa tanpa keluhan
 Kadang keluar sekrit dari lubang fistel
 Nyeri dan bengkak bila ada infeksi sekunder
Pemeriksaan Fisik Terlihat adanya fistel di anterior aurikula
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding Infiltrat pre Aurikula
Pemeriksaan Penunjang Secara umum tidak diperlukan
Terapi 1. Bila tidak ada keluhan, tidak perlu terapi
2. Bila ada infeksi sekunder :
 Antibiotika
 Analgetik
3. Tindakan operasi (Fistelektomi) : bila sering terjadi infeksi
sekunder.
Kriteria Pulang Tindakan Operasi :
1. Keadaan umum baik
2. Vital Sign stabil

9
FISTEL PRE AURIKULA

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Kriteria Pulang 3. Tidak ada perdarahan
4. Tidak ada komplikasi
Edukasi  Jaga kebersihan disekitar telinga.
 Jangan dikorek-korek atau dipijat.
Prognosis Baik
Kepustakaan Boies jr LR. Deseases of the External Ear. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB Saunders
Company; 1089 : 77 -89
Austin DF. Diseases of the External Ear. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 1069 – 1080

10
6. HERPES ZOSTER OTIKUS (SINDROME RAMSAY
HUNT)

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah radang akibat virus herpes zoster yang mengenai ganglion
genikulatum saraf facialis, kulit pada aurikula, liang telinga dan
sekitarnya
Anamnesis 1. Nyeri telinga / otalgia yang umumnya berat beberapa hari
sebelum erupsi kulit
2. Gangguan pendengaran :
a. Telinga brubug/benging/bengung
b. Kurang pendengaran
3. Rasa mual muntah
4. Rasa panas atau terbakar pada telinga
5. Kadang pusing (vertigo)
6. Mata terasa kering.
Pemeriksaan Fisik Inspeksi atau Otoskopi : tampak erupsi berupa vesikula pada
aurikula dan sekitarnya, liang telinga, membrana timpani.
Kadang terdapat paresis fasialis
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding 1. Otitis Eksterna Difusa
2. Bell’s Palsy
Pemeriksaan Penunjang Secara umum tidak diperlukan

11
HERPES ZOSTER OTIKUS (SINDROME RAMSAY
HUNT)

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Terapi 1. Tindakan
a. Bersihkan liang telinga dengan atau tanpa perhidro
b. Setelah fase akut terlewati (vesikel sudah kering).
2. Medikamentosa :
 Antibiotika oral (untuk infeksi sekunder) bila rawat
jalan dan kalau rawat inap dapat diberikan antibiotika
oral atau sistemik.
 Dapat pula diberikan antibiotika topikal (obat tetes
telinga).
 Anti viral (Ancyclovir) oral atau topical
 Analgetik kalau perlu (Metampiron, Asam mefenamat,
Parasetamol).
 Anti histamin kalau terasa gatal
 Fisioterapy bila ada Facial palsy
Kriteria Pulang Pasien bisa rawat jalan
Edukasi  Jaga kebersihan liang telinga
 Liang telinga jangan kemasukan air
Prognosis  Otalgia dapat menetap (Neuralgi post herpetik)
 Erupsi kulit dapat mennggalkan bekas
 Gejala koklear dapat persisten
 Gejala vestibuler umumnya sementara
 Facial palsy umumnya sembuh sempurna.

12
HERPES ZOSTER OTIKUS (SINDROME RAMSAY
HUNT)

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Kepustakaan Karim Adour K. Paralysis of the Facial Nerve. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 1214 – 1225
Boies jr LR. Deseases of the External Ear. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB Saunders
Company; 1089 : 77 -89

13
7. KARSINOMA LARING

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Karsinoma yang tumbuh di laring dan laringo faring
Anamnesis  Suara serak, sering tanpa batuk
 Sesak napas
 Sulit menelan
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Laring :
 Tampak massa / tumor, berdungkul,
 Kadang ada ulserasi
 Edem glotis
Pemeriksaan Leher :
 Pembesaran daerah laring
 Pembesaran kelenjar limfe leher (jarang)
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding  Tuberkulosis laring
 Tumor jinak laring (papilosma, kista, popil)
Pemeriksaan Penunjang  Endoskopi Laring .... biopsi PA
 CT Scan
Terapi  Rujuk
 Kalau sesak ...... rawat inap.... kalau perlu Trakeotomi

14
KARSINOMA LARING

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
 Terapi operatif : Laringektomi
 Radioterapi
Kriteria Pulang Pasien opname untuk perbaikan keadaan umum :
1. Keadaan umum baik
2. Vital sign stabil
3. Tidak ada sesak
4. Keluhan berkurang
5. Ada perbaikan makan dan minum
Edukasi 1. Jangan merokok
2. Hindari polusi
Prognosis - Stadium dini : baik
- Stadium lanjut : jelek
Kepustakaan Hermani B. Kelainan Laring. Dalam : Nurbaiti Iskandar,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1993: 195 – 206
Robin PE. Tumours of the Larynx. In : Mackay IS, Scott-
Brown’n Otolaryngology. London : Butterworths; 1987 :
186 – 234

15
8. KARSINOMA NASOFARING

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN Delanggu
PRAKTIK KLINIK
(PPK)
dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.
NIK. 100. 121
Pengertian Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang berasal dari
epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat pada
nasofaring
Anamnesis  Gejala awal sering tidak jelas, kadang hanya rasa tidak enak
pada telinga (tinitus) dan pendengaran berkurang
 Pasien datang ke dokter umumnya dengan keluhan ada
benjolan pada leher (Limpadenopaty colli)
 Pilek dengan ingus ada bercak darah
 Diplopia, penglihatan kabur
 Sakit kepala
 Sulit menelan
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan :
1. Leher : Terdapat pembesaran kelenjar limfe leher lateral 1/3
bagian atas, padat, terfiksir, tidak nyeri tekan
2. Telinga : Membrana timpani retraksi, atau kadang ada tanda-
tanda OME
3. Hidung : Mukosa hidung edem dengan sekret kadang ada
darah

16
KARSINOMA NASOFARING

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis pasti dengan pemeriksaan PA
Diagnosis Banding Angiofibroma Nasofaring
Pemeriksaan Penunjang  FNAB tumor leher
 Biopsi Nasofaring dan pemeriksaan PA
 CT Scan
Terapi Rujuk untuk :
1. Radioterapi dan atau
2. Kemoterapi
Kriteria Pulang Pasien opname untuk perbaikan keadaan umum :
1. Keadaan umum baik
2. Vital sign stabil
3. Tidak ada sesak
4. Keluhan berkurang
5. Ada perbaikan makan dan minum
Edukasi Hindari bahan-bahan karsinogenik
Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam: dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam: dubia ad bonam/malam
Kepustakaan Roezin A. Stumor Nasofaring. Dalam : Nurbaiti Iskandar,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1993: 142 – 146
Chew CT, Nasopharynx (the postnasal space). In : Mackay IS,
Scott-Brown’n Otolaryngology. London : Butterworths;
1987 : 180 – 202

17
9. KARSINOMA TONSIL

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Karsinoma yang primer tumbuh dari jaringan tonsila palatina.
Anamnesis  Sakit menelan
 Perubahan suara
 hipersalivasi
Pemeriksaan Fisik  Tonsil membesar pada satu sisi, permukaan tidak rata
 Ada ulserasi
 Kadang bentuknya berbenjol benjol
 Pembesaran kelenjar limfe leher
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding Limfoma maligna Tonsil
Pemeriksaan Penunjang Biopsi untuk pemeriksaan PA
Terapi  Rujuk
 Bila tumor masih stadium dini → Tonsilektomi + radioterapi
 Bila ada pembesaran kelenjar limfe leher → tonsilektomi +
diseksi leher + radioterapi
Kriteria Pulang Pasien dirujuk
Edukasi -

18
KARSINOMA TONSIL

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Kepustakaan Cholins SL, Squamous Cancer of the Oral Cavity, Oropharinx. In :
Ballenger JJ, Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and
Neck. Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 335 – 454
Adam GL, Malignant Tumors of the Head and Neck. In : Adam
GL, Boies Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia :
WB Saunders Company; 1089 : 443 - 470

19
10. LARINGITIS AKUT

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Laringitis akut adalah radang akut pada mukosa laring
Anamnesis 1. Suara serak (Disfoni sampai Afoni)
2. Tenggorok rasa gatal dan batuk
3. Badan panas atau subfebris
4. Sesak napas terutama pada bayi atau anak
Pemeriksaan Fisik  Plika vokalis edem dan hiperhemis
 Terdapat tanda-tanda sesak napas seperti frekwensi pernapasan
meningkat, napas cuping hidung, sianosis
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding Edema Akut Laring
Pemeriksaan Penunjang -
Terapi  “Voice Rest “
 Antibiotika adequate
 Analgetik / antipiretik
 Ekspektoran
 Kortikosteroid
 Pada bayi dan anak-anak sering dengan sesak napas, panas
sehingga perlu rawat inap.
 Bila sesak hebat perlu Trakeostomi.
Kriteria Pulang Pasien bisa rawat jalan

20
LARINGITIS AKUT

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Edukasi  Jaga kebersihan
 Makan makanan yang tidak iritatif
Prognosis  Pada orang dewasa umumnya baik
 Pada bayi bisa berakibat fatal akibat sesak napas
Kepustakaan Bastian RW. Acute Inflammatory Diseases of the Larynx. In :
Ballenger JJ, Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and
Neck. Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 605 – 615
Paul Van Den Broek. Acute and Chronic Laryngitis. In : Mackay
IS, Scott-Brown’n Otolaryngology. London : Butterworths;
1987 : 99 – 118

21
11. LARINGITIS KRONIS TUBERKULOSA

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Radang kronis pada mukosa laring akibat infeksi kuman coryne
bacterium tuberculose. Laringitis tuberkulosa dapat terjadi primer
karena inhalasi basil tbc dan sekunder dari lesi tuberkulosa di
organ lain seperti paru
Anamnesis  Biasanya disertai riwayat TBC Paru
 Suara serak
 Rasa iritasi pada tenggorok
 Sering dengan sakit menelan
 Batuk
 Kadang sesak napas
Pemeriksaan Fisik  Faring dan palatum tampak pucat akibat anemi.
 Gambaran laring yang dapat dilihat pada stadium dini adalah
penebalan dari pllikariepiglotika bagian posterier, laring pucat,
bercak-bercak pada plika vokalis, adduksi, terhambat karena
kelemahan, tampak sekret.
 Pada laringoskopi indirek tampak penebalan epiglottis
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding 1. Laringitis kronis nonspesifik pada stadium infiltrative
2. Laringitis kronis leutika Pada stadium ulserasi
3. Karsinoma laring

22
LARINGITIS KRONIS TUBERKULOSA

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Pemeriksaan Penunjang  Torak Foto
 Swab Tenggorok (sputum BTA)
 Laringoskopi
 Biopsi Laring
Terapi  Simptomatis sesuai keluhan
 Anti TB
 Antibiotika bila ada infeksi sekunder
Kriteria Pulang Pasien bisa rawat jalan
Edukasi  Jaga kebersihan lingkungan
 Hindari polusi
 Kontrol teratur
Prognosis Bila lesi minimal relatif baik
Kepustakaan Hermani B. Kelainan Laring. Dalam : Nurbaiti Iskandar, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 1993: 195 – 206
Paul Van Den Broek. Acute and Chronic Laryngitis. In : Mackay
IS, Scott-Brown’n Otolaryngology. London : Butterworths;
1987 : 99 – 118

23
12. OTHEMATOME/PSUDO – OTHEMATOMA

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah timbunan darah / serum antara perikondrium dan
kondrium aurikula. Terutama aspek lateral, sebagai akibat
pukulan atau gesekan. Pada orang tua kadang – kadang terjadi
spontan
Anamnesis  Ada riwayat trauma tumpul ( pukulan, gesekan ), gigitan
serangga, dijewer, garuk – garuk daun telinga
 Rasa tebal pada daun telinga
Pemeriksaan Fisik Tampak benjolan agak mendatar pada aurikula, fluktuatif
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding Perikondritis Aurikula
Pemeriksaan Penunjang -
Terapi  Aspirasi , dilanjutkan pemasangan gips selama 3 hari dan
dapat diulang sampai 2 kali
 Bila gagal lakukan isnsisi untuk mengeluarkan darah/serum
yang ada, dengan anestasi lokal atau bila perlu dengan anestesi
umum
 Guna mencegah perikondritis yang bisa berakibat deformitas.
Maka
- Aspirasi atau insisi harus dilakukan sesteril mungkin
- Berikan antibiotic
Kriteria Pulang Pasien bisa rawat jalan
Edukasi Jangan menggaruk-garuk daun telinga
Prognosis  Pada umumnya baik
 Pada beberapa orang cenderung kambuh

24
OTHEMATOME/PSUDO – OTHEMATOMA

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Kepustakaan Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga . Dalam : Nurbaiti
Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1993: 40 – 47
Austin DF. Diseases of the External Ear. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 1069 – 1080

25
13. OTITIS EKSTERNA (OE)

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah proses peradangan pada mukosa kanalis akustikus
eksternus/liang telinga.
1. OE Sirkumskripta : bila peradangan pada 1/3 bagian luar liang
telinga.
2. OE Difusa : bila peradangan terjadi pada 2/3 bagian dalam
atau seluruh liang telinga
3. Otomikosis : bila proses peradangan disebabkan oleh jamur.
Anamnesis 1. Umumnya ada riwayat korek-korek telinga 1 – 2 hari sebelum
sakit.
2. Nyeri telinga spontan ringan sampai berat,
3. Nyeri bila membuka mulut atau kalau disentuh.
4. Kadang ada keluhan gatal.
5. Trismus terutama bila lesi pada dinding anterior.
6. Kurang pendengaran bila ada furunkel yang menyumbat
Pemeriksaan Fisik  Nyeri bila aurikula ditarik
 Nyeri bila tragus ditekan (“tragus pain”)
 Liang telinga bengkak, kemerahan, kadang ada sekret,
furunkel, jamur.
 Kadang disertai pembesaran kelenjar limfe regional.
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.

26
OTITIS EKSTERNA (OE)

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Diagnosis Banding 1. OE Sirkumskripta
2. OE Difusa
3. OE Maligna
4. Otomikosis.
Pemeriksaan Penunjang  Secara umum tidak diperlukan
 Foto Mastoid bila curiga ada komplikasi pada OE Maligna
 Kultur dan tes sensitifitas bila respon terapi kurang baik.
Terapi 1. Tindakan
 Bersihkan liang telinga dengan atau tanpa Perhidrol
 Insisi bila ada furunkel.
2. Medikamentosa (kalau perlu)
 Antibiotika oral bila rawat jalan dan kalau rawat inap dapat
diberikan antibiotika oral atau sistemik.
 Dapat pula diberikan antibiotika topikal (obat tetes telinga).
 Jenis antibiotika mulai dari golongan Penisilin,
Amoksisilin-asam klavulanat, Quinolon, sefalosporin
 Analgetik (Metampiron, Asam mefenamat, Parasetamol}.
 Anti inflamasi.
 Anti histamine
 Anti mikosis (kalau ada jamur).
Kriteria Pulang Pasien bisa rawat jalan
Edukasi  Jaga kebersihan liang telinga dan Jangan korek-korek telinga.
 Hati-hati bila membersihkan telinga.
 Telinga jangan kemasukan air

27
OTITIS EKSTERNA (OE)

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Prognosis Pada umumnya BAIK
Kepustakaan Austin DF. Diseases of the External Ear. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 1069 – 1080
Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga . Dalam : Nurbaiti
Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1993: 40 - 47

28
14. OTITIS MEDIA AKUT

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Radang akut mukoperiosteum rongga telinga tengah yang
disebabkan oleh virus dan atau bakteri
Anamnesis  Umumnya didahului oleh infeksi saluran nafas atas ( Pilek,
batuk )
 Rasa penuh di telinga yang berlanjut menjadi nyeri telinga
hebat (puncak pada stadium supurasi )
 Kurang pendengaran dan tinnitus yang dominan dipermulaan
sakit, tetapi pada stadium lebih lanjut kurang pendengaran dan
tinnitus ini meskipun masih ada kurang dirasakan penderita
akibat tertutup oleh hebatnya rasa nyeri telinga.
 Pada anak atau bayi sering disertai panas
 Gejala tidak khas seperti mual, muntah, diare dan bahkan
kejang
Pemeriksaan Fisik  Retraksi membrane timpani ( Stadium Oklusi Tuba )
 Membrana timpani hiperhemis (Stadium pre supurasi)
 Membrane timpani bulging ( Stadium supurasi )
 Perforasi membrane timpani ( Stadium Resolusi )
 Otore dan
 Tanda – tanda Rinitis, Tonsilitis, Faringitis
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding Otitis Media Efusi
Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan

29
OTITIS MEDIA AKUT

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Terapi 1. Medikamemtosa
- Antibiotika adekuat
- Analgetik/antipiretik
- Dekongestan
- Anti histamine
2. Tindakan :
- Parasintesa membrane timpani,
- bersihkan liang telinga
Kriteria Pulang Pasien bisa rawat jalan
Edukasi  Telinga jangan kemasukan air
 Kalau pilek cepat diobati
Prognosis  Dapat menjadi kronik
 Kalau sembuh dapat berulang
Kepustakaan Paparella MM. Deseases of the Middle Ear and Mastoid. In :
Adam GL, Boies Fundamentals of Otolaryngology.
Philadelpia : WB Saunders Company; 1089 : 90 – 122
Austin DF. Acute Inflammatory of the Middle Ear. In : Ballenger
JJ, Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 1104 – 1109
Djafar ZAi. Kelainan Telinga Tengah. Dalam : Nurbaiti Iskandar,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1993: 40 - 77

30
15. OTITIS MEDIA DENGAN EFUSI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Radang mukoperiosteum rongga telinga tengah disertai efusi
cairan dengan membrane timpani utuh.
Anamnesis a. Rasa tidak enak, rasa penuh, hingga nyeri telinga
b. Kurang pendengaran, otofoni
c. Tinnitus, terutama pada nada rendah
Pemeriksaan Fisik a. Otoskopi
 Membrane timpani umumnya suram, mula – mula retraksi,
lama – lama setelah kavum timpani terisi cairan dapat dilihat
adanya “ garis lembut “ ( batas udara dan cairan ) atau
gelembung udara ( akibat adanya udara dalam cairan ).
Warna membrane timpani bervariasi dan hampir normal
hingga abu – abu bahkan kebiruan, amat tergantung efusinya.
b. Audiometri
 Gambaran audiogram dapat berupa :
a) Kurva asenden, yaitu pada awal, dimana membrane
timpani retraksi ( HL pada nada rendah )
b) Kurva mendatar, yaitu pada waktu kavum timpani terisi
cairan ( HL pada semua nada)
c) Kurva desenden, yaitu pada waktu kavum timpani telah
penuh terisi cairan ( HL padanada tinggi )

31
OTITIS MEDIA DENGAN EFUSI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Pemeriksaan Fisik  Timpanogram menunjukkan adanya :
a) Penurunan “Compliance “
b) Takanan telinga tengah yang negative
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding Otitis Media Akut
Pemeriksaan Penunjang  Audiometri
 Timpanometri
Terapi 1. Konservatif :
a. Antibitika
b. Antihistamin
c. Dekongestan
d. Kostikosteroid
2. Operatif
1. Miringotomi, dengan anestesi umum, dibawah mikroskop
operasi
2. Bila perlu pasang grommet.
Kriteria Pulang 1. Keadaan umum baik
2. Vital sign stabil
3. Keluhan berkurang
Edukasi  Jaga kebersihan telinga
 Kalau pilek segera diobati
Prognosis Sering mengalami kekambuhan

32
OTITIS MEDIA DENGAN EFUSI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Kepustakaan Paparella MM. Deseases of the Middle Ear and Mastoid. In :
Adam GL, Boies Fundamentals of Otolaryngology.
Philadelpia : WB Saunders Company; 1089 : 90 – 122
Djafar ZAi. Kelainan Telinga Tengah. Dalam : Nurbaiti Iskandar,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1993: 40 – 77

33
16. PANDUAN OTITIS MEDIA KRONIK

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian adalah radang kronik mukoperiosteum rongga telinga tengah
disertai perforasi membrana timpani dengan atau tanpa otore.
Ada tipe maligna dan tipe benigna.
Anamnesis Otore kumat – kumatan, kadang bau
Kurang pendengaran ringan sampai berat
Tinnitus ( brubug )
Vertigo ( pusing )
Pemeriksaan Fisik  Tampak sekret pada liang telinga
 Sekret bisa cair, mukoid atau purulent
 Membrana timpani perforasi
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding Otomastoiditis
Pemeriksaan Penunjang Foto Mastoid
Terapi Bersihkan liang telinga
Terapi medikamentosa :
- Antibiotika oral / topikal yang adekua
- Terapi faktor pencetusnya seperti Rinofaringitis
Operasi bila ada komplikasi seperti mastoiditis.
Kriteria Pulang Pasien bisa rawat jalan

34
PANDUAN OTITIS MEDIA KRONIK

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Edukasi  Telinga jangan kemasukan air
 Jangan korek-korek telinga
 Berobat teratur
Prognosis  Ad vitam : dubia ad bonam/malam
 Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
 Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Kepustakaan Paparella MM. Deseases of the Middle Ear and Mastoid. In :
Adam GL, Boies Fundamentals of Otolaryngology.
Philadelpia : WB Saunders Company; 1089 : 90 – 122
Austin DF. Chronic Ear Desase. In : Ballenger JJ, Deseases of the
Nose, Throat, Ear, Head and Neck. Philadelpia : Lea &
Febiger; 1991 : 1109 – 118
Djafar ZAi. Kelainan Telinga Tengah. Dalam : Nurbaiti Iskandar,
Buku Ajar Ilmu Penyakit

35
17. PANDUAN PAPILOMA LARING

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tumor jinak pada laring. Sering ditemukan pada anak-
anak.
Anamnesis Suara serak (disfoni sampai afoni)
Batuk
Napas bunyi (stridor)
Sesak napas
Pemeriksaan Fisik Tampak massa / tumor multiple pada laringoskopi
Terdapat tanda-tanda sesak napas seperti frekwensi pernapasan
meningkat, stridor, napas cuping hidung, sianosis.
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding  Reinkhe edeme
 Nodule laring
Pemeriksaan Penunjang Laryngoskopi Direk
Terapi Bila sesak ..... Rawat Inap, kalau perlu Trakeostomi
Konservatif :
Antibiotika
Anti inflamasi
Ekspektoran
Tindakan operasi : Ekstirpasi dengan anestesi umum

36
PANDUAN PAPILOMA LARING

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Kriteria Pulang Keadaan umum baik
Vital sign stabil
Keluhan berkurang
Edukasi Hindari debu / polusi
Prognosis Sering Residif
Kepustakaan Hermani B. Kelainan Laring. Dalam : Nurbaiti Iskandar, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 1993: 195 – 206
Banovetz JD. Benign Laryngeal disorder. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB Saunders
Company; 1089 : 392 - 411

37
18. PANDUAN PENYAKIT MENIERE

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian adalah meningkatnya tekanan endolimfe ( hydrop
endolymaphatic ) dalam spatium endolimfe kohlea, vestibulum
dan kanalis semsirkularis
Anamnesis Mengeluh pusing ( Vetigo )
Telinga Brubug ( tinnitus nada rendah )
Pendengaran berkurang ( berfluktuasi )
Mual muntah
Pemeriksaan Fisik Meatus akustikus eksternus dan membrane timpani normal
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding Vertigo oleh sebab lain
Pemeriksaan Penunjang Tes Audiometri : Tuli persepsi nada rendah
Tes Audiometri tutur terdapat diskriminasi
Timpanogram normal
ABLB ada recruitment
Reflex akustik ada recruitment lebih kecil dari pada normal
Tes Posisi positif
Terapi Vertigo dapat dikurangi atau dihilangkan dengan pemberian :
Dramamine torecan dan obat obat anti vertigo lainnya.
Mengurangi makan garam
Obat – obat diuretika

38
PANDUAN PENYAKIT MENIERE

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Obat – obat vasodilatansia : Beta histamine, acidum
niconiticum menyebabkan dilatasi spincter prekapiler
Bila tidak berhasil maka dilakukan operasi
Kriteria Pulang Gejalanya ringan : pasien bisa rawat jalan
Gejalanya berat :
Keadaan umum baik
Vital sign stabil
Pusing berkurang
Tidaka ada mual dan muntah
Edukasi Jaga kebersihan telinga
Prognosis Vertigonya biasanya baik
Kurang pendengaran dan tinnitus 50% penderita baik
Kepustakaan Levine SC. Deseases of the Inner Ear. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 123 – 141
Austin DF. Non Inflammatory Diseases of the Labyrinth. In :
Ballenger JJ, Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and
Neck. Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 1193 – 1213

39
19. PANDUAN PERIKONDRITIS AURIKULA

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah peradangan supuratif pada perikondrium aurikula yang
disebabkan oleh kuman P. Aeroginosa atau S. Aureus
Anamnesis Daun telinga terasa tebal, berat
Nyeri
gatal
Kadang-kadang demam
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan :
Aurikula edem
Hiperhemis
Nyeri tekan
Terdapat fluktuasi bila terjadi supurasi
Terdapat deformitas bila sudah terjadi nekrosis
Pembesaran kelenjar limfe regional.
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding Disfagia oleh berbagai sebab
Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan
Terapi Medikamentosa :
Antibiotika
Analgetik
Anti inflamasi

40
PANDUAN PERIKONDRITIS AURIKULA

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tindakan :
Insisi bila ada pus
Eksisi bila ada jaringan nekrosis
Kriteria Pulang Pasien bisa rawat jalan
Edukasi Hindari benturan pada telinga
Jangan garuk garuk daun telinga
Jaga kebersihan telinga
Prognosis Sering sembuh dengan cacat
Kepustakaan Boies jr LR. Deseases of the External Ear. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 77 -89
Austin DF. Diseases of the External Ear. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 1069 – 1080

41
20. PANDUAN POLIP HIDUNG

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian adalah suatu “ Pseudo Tumor “ yang merupakan penonjolan
keluar dari mukosa sinus maksila etmoid yang biasanya
berbentuk bulat, licin kadang seperti gelatin dan mempunyai
tangkai yang berasal dari sinus, masuk kerongga hidung
Anamnesis Ada riwayat sering pilek, kambuh-kabuhan
Keluhan obstruksi yang menetap yang makin lama makin berat
Sakit kepala
Gangguan penciuman.
Pemeriksaan Fisik Pada rinoskopi :
Tampak adanya massa pada kavum nasi, berwarna putih bening,
lunak , tidak nyeri tusuk
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding Inverted Papiloma
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Radiologi Foto Waters
Terapi Konservatif :
Terapi konservatif sesuai keluhan seperti anti histamine,
dekongestan dan kortikosteroid.
Antibiotika kalau perlu

42
PANDUAN POLIP HIDUNG

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Operatif
Ekstirpasi polip disertai etmoidektomi
Operasi CWL untuk polip antrokoanal
Kriteria Pulang Tindakan Operasi :
Keadaan umum baik
Vital sign stabil
Tidak ada komplikasi
Tidak ada perdarahan
Edukasi Hindari debu
Kontrol secara teratur
Prognosis Kemungkinan rekuren ada
Kepustakaan Mangunkusumo E & Wardani RS. Polip Hidung, Dalam:
Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan
telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima.
Jakarta: FKUI, 2007. 2.
Hilger PA. Deseases of the Nose. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB Saunders
Company; 1089 : 98 – 132

43
21. PANDUAN RINITIS AKUT

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Radang akut pada mukosa hidung akibat infeksi virus dan atau
bakteri.
Anamnesis Diawali rasa panas dan kering pada rongga hidung
Bersin dengan secret encer
Hidung tersumbat
Makin lama sekret makin kental
Kadang – kadang badan panas
Kadang – kadang ada keluhan batuk
Pemeriksaan Fisik Mukosa dan konka edem, hiperhemis
Sekret hidung encer – kental
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding Rinitis Alerg
Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan
Terapi  Istirahat
 Antibiotika adekuat
 Analgetik / antipiretik
 Anti histamine
Dekongestan
Roborantia
Kriteria Pulang Pasien bisa rawat jalan

44
PANDUAN RINITIS AKUT

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Edukasi Jaga kesehatan pribadi
Istirahat yang cukup
Jaga kebersihan lingkungan
Makan makanan yang bersih dan bergizi
Prognosis Baik
Kepustakaan Hilger PA. Deseases of the Nose. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 206 – 248
Nizar NW. Kelainan Hidung. Dalam : Nurbaiti Iskandar, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 1993: 98 – 132
Ballenger JJ. Acute Inflammation of the Nose and Face. In :
Ballenger JJ, Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and
Neck. Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 136 – 139
Neil Weir. Acute and Chronic Inflammation of the Nose. In :
Mackay IS, Scott-Brown’n Otolaryngology. London :
Butterworths; 1987 : 115 -141

45
22. PANDUAN RINITIS ALERGI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Proses inflamasi akibat reaksi hipersensitivitas mukosa hidung
terhadap alegen tertentu.
Anamnesis Ada riwayat kontak dengan allergen
Ada riwayat alergi
Bersin-bersin
Hidung meler (rinore)
Hidung tersumbat
Rasa gatal pada hidung dan mata
Mata berair
Gangguan penciuman
Gangguan pada telinga akibat oklusio tuba.
Pemeriksaan Fisik Pada Rinoskopi anterior tampak :
Mukosa hidung edem dan pucat
Sekret encer
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding Rinitis Vasomotor
Pemeriksaan Penunjang Tes Alergi

46
PANDUAN RINITIS ALERGI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Terapi Hindari allergen
Terapi obat :
Anti Histamin
Anti Kolinergik
Kortikosteroid
Operasi bila ada komplikasi seperti polip nasi
Immunoterapi
Kriteria Pulang Pasien bisa rawat jalan
Edukasi Hindari alergen :
Tempat tidur dari busa
Hindari tempat berdebu
Jangan menggunakan karpet
Jaga kebersihan rumah
Prognosis Bersifat kambuh-kambuhan
Kepustakaan Hilger PA. Deseases of the Nose. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 206 – 248
Nizar NW. Kelainan Hidung. Dalam : Nurbaiti Iskandar, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 1993: 98 – 132
Neil Weir. Acute and Chronic Inflammation of the Nose. In :
Mackay IS, Scott-Brown’n Otolaryngology. London :
Butterworths; 1987 : 115 -141

47
23. PANDUAN RINITIS ANTROPIKAN (OZENA )

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Proses inflamasi Kronis pada mukosa hidung yang ditandai
dengan atripi progresif mukosa dan tulang konka
Anamnesis Keluhan hidung bau
Ingus kental berwarna kehijauan
Kadang disertai gangguan penghidu sehingga pasien tidak tahu
hidungnya bau
Hidung terasa tersumbat
Sakit kepala
Pemeriksaan Fisik Pada Rinoskopi tampak :
Mukosa dan konka atropi
Rongga hidung lebar
Tampak erosi, sekret kental dan krusta
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding Rinosinusitis
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan kultur kuman
Pemeriksaa sitology
Terapi Antibiotika
Vitamin A. Preparat Fe
Kortikosteroid
Terapi Operatif

48
PANDUAN RINITIS ANTROPIKAN (OZENA )

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Kriteria Pulang Tindakan Operasi :
Keadaan umum baik
Vital sign stabil
Tidak ada komplikasi
Tidak ada perdarahan
Edukasi Jaga kebersihan hidung
Prognosis Sulit disembuhkan
Kepustakaan Nizar NW. Kelainan Hidung. Dalam : Nurbaiti Iskandar, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 1993: 98 – 132
Hilger PA. Deseases of the Nose. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 206 – 248
Ballenger JJ. Chronic Rhinitis and Nasal Obstruction. In :
Ballenger JJ, Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and
Neck. Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 136 – 139
Neil Weir. Acute and Chronic Inflammation of the Nose. In :
Mackay IS, Scott-Brown’n Otolaryngology. London :
Butterworths; 1987 : 115 -141

49
24. PANDUAN RINOSINUSITIS

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian adalah peradangan mukosa kavum nasi dan sinus ( maksila,
etmoid atau beberapa sinus bersamaan ) akibat faktor rinogen
Anamnesis Gejala Mayor
1. Nyeri di daerah muka
2. Rasa penuh didaerah muka
3. Hidung buntu
2. Sekret purulen/post nasal drip
3. Hiposmia.anosmia
4. panas
Gejala minor
1. Sakit kepala
2. Hidung bau
3. Rasa cape
4. Sakit gigi
5. Batuk
6. Nyeri telinga/rasa penuh pada telinga
Pemeriksaan Fisik Pada Rinoskopi tampak :
 Mukosa hidung edem,
 Konka edem
 secret mukopurulen, terutam dari meatus medius.

PANDUAN RINOSINUSITIS

50
Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman

RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Pemeriksaan Fisik  Mungkin dijumpai polip padai meatus medius
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Suspek Rinosinusitis bila :
1. Ada 2 gejala mayor atau
2. Ada 1 gejala mayor dan 2 gejala minor
Diagnosis Banding Rinosinusitis odontogen
Pemeriksaan Penunjang  Endoskopi
 X foto sinus paranasal
Terapi 1. Konservatif :
 Antibiotika
 Analgetik
 Dekongestan
 Antihistamin
 Bila penyebabnya faktor gigi ( konsul bagian gigi )
2. Operatif
 Punki sinus
 Naso antral window
 Ethmoidektomi
 CWL
Kriteria Pulang 1. Keadaan umum baik
2. Vital sign stabil
3. Keluhan berkurang

PANDUAN RINOSINUSITIS

51
Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman

RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Edukasi  Hindari debu
 Jaga kesehatan gigi
Prognosis Umumnya baik bila tidak ada komplikasi
Kepustakaan Mangunkusumo E. Sinusitis. Dalam : Nurbaiti Iskandar,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1993: 133 – 141
Hilger PA. Deseases of the Paranasal Sinues. In : Adam GL,
Boies Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 249 - 272

25. PANDUAN RUPTUR TRAUMATIK


MEMBRANA TIMPANI

52
Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman

RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121

Pengertian Adalah robek atau perforasinya membrane timpani akibat trauma


mekanik, seperti benda asing, instrumentasi, irigasi telinga, post
kecelakaan lalu lintas, kompresi udara mendadak ( tamparan,
ledakan ), kompresi air mendadak ( pada olah raga polo air
), inflasi tuba berlebihan, fraktur dasar tengkorak yang
melibatkan annulus timpanikus
Anamnesis  ada riwayat trauma yang diikuti nyeri telinga terutama saat
terjadi rupture,
 kurang pendengaran mendadak
 telinga brubug ( tinnitus )
 vertigo yang biasanya sementara
Pemeriksaan Fisik  Ditemukan darah pada meatus :
 membrane timpani perforasi, biasanya ireguler dengan tepi
kemerahan
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding  OMA Perforata
 OMK in aktif
Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan
Terapi  Bila ada jendalan darah biarkan minimal 10 hari
 Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi

53
PANDUAN RUPTUR TRAUMATIK
MEMBRANA TIMPANI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Kriteria Pulang 1. Keadaan umum baik
2. Vital Sign stabil
3. Tidak ada perdarahan
4. Nyeri berkurang
Edukasi  Hati-hati kalau membersihkan telinga
 Hati hati kalau berenang
 Hindari trauma / kecelakaan
Prognosis Tergantung besarnya perforasi
Kepustakaan Paparella MM. Deseases of the Middle Ear and Mastoid. In :
Adam GL, Boies Fundamentals of Otolaryngology.
Philadelpia : WB Saunders Company; 1089 : 90 - 122

26. PANDUAN SEPTUM DEVIASI

54
Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman

RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Deviasi Septum adalah suatu deformitas dari septum nasi baik di
bagian tulang maupun tulang rawan yang dapat disebabkan
oleh kelainan pertumbuhan maupun trauma, sehingga septum
nasi tidak lurus
Anamnesis  Keluhan hidung tersumbat yang relatif menetap pada sisi
yang ada deviasi dan tidak ada respon terhadap terapi
dekongestan
 Ada keluhan sering pilek dan hidung tersumbat yang menetap
sampai sakit kepala
Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan kavum nasi :
 Dijumpai deviasi dari septum nasi yang nyata, biasanya
terletak dibagian depan atau justru dibagian belakang.
Kadang memberi bentuk huruf S.
 Deviasi mungkin disebabkan adanya spina septi. Mukosa
hidung mungkin edem dan terdapat kontak antara konka nasi
dengan deviasi dari septum atau dengan Krista septi.
 Kadang – kadang ditemukan tanda – tanda infeksi hidung
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding -
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Radiologis : Foto Waters

55
PANDUAN SEPTUM DEVIASI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Terapi Tindakan
 Bila hanya terdapat deviasi septum dilakukan operasi septum
koreksi
 Bila juga terdapat hipertrofi konka, sekaligus dilakukan
konkotomi
 Bila ada sinusitis sekaligus dilakukan NAW atau operasi CWL
Terapi Medikamentosa :
 Antibiotika (bila ada infeksi sekunder)
 Simptomatis
Kriteria Pulang Tindakan Operasi :
1. Keadaan umum baik
2. Vital sign stabil
3. Tidak ada komplikasi
4. Tidak ada perdarahan
Edukasi Motivasi tindakan operasi bila mengganggu
Prognosis Umumnya baik
Kepustakaan Brain D. The Nasal Septum. In : Mackay IS, Scott-Brown’n
Otolaryngology. London : Butterworths; 1987 : 142 – 153
Nizar NW. Kelainan Hidung. Dalam : Nurbaiti Iskandar,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1993: 133 – 141
Hilger PA. Deseases of the Nose. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 98 – 132

56
27. PANDUAN SERUMEN OBSTURANS

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah massa campuran sekresi kelenjar seruminosa dan kelenjar
sebacea yang terdapat pada liang telinga dan mengakibatkan
sumbatan
Anamnesis 1. Kurang dengar yang kadang-kadang disertai nyeri.
2. Gejala kurang dengar dapat timbul mendadak atau tambah
berat setelah mandi, berenang atau membersihkan telinga.
3. Kadang ada keluhan brubug, benging, bengung (Tinitus)
Pemeriksaan Fisik Inspeksi (dengan lampu kepala atau Otoscope) :
tampak massa dengan warna dan konsistensi yang bervariasi pada
liang telinga
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding 1. Kolesteatoma Liang Telinga
2. Otomikosis
Pemeriksaan Penunjang Secara umum tidak diperlukan
Terapi Tindakan :

Pada prinsipnya Ekstraksi serumen dengan :

 Serumen hack bila serumen padat dan agak keras


 Irigasi liang telinga dengan air hangat bila serumen lunak
 Gunakan “Suction” bila serumen agak cair.
 Pada serumen yang keras , melekat dan pasien tidak
kooperatif, maka lunakkan dulu serumen dengan cairan
perhidrol atau obat tetes

57
PANDUAN SERUMEN OBSTURANS

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
seruminolitik selama 3 hari.
 Pada anak-anak yang tidak kooperatif, kadang-kadang perlu
tindakan dengan anestesi umum.
 Post Ekstraksi oleskan betadin pada liang telinga.
Medikamentosa : (kalau perlu)
Antibiotika
Analgetika
Kriteria Pulang Pasien bisa rawat jalan
Edukasi  Jaga kebersihan liang telinga
 Jangan korek-korek telinga.
 Hati-hati bila membersihkan telinga sendiri.
Prognosis Baik
Kepustakaan Boies jr LR. Deseases of the External Ear. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB Saunders
Company; 1089 : 77 -89
Austin DF. Diseases of the External Ear. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 1069 – 1080

58
28. PANDUAN SINUSITIS KRONIK

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Sinusitis kronik adalah peradangan mukosa sinus ( maksila,
etmoid atau beberapa sinus bersamaan ) yang berlangsung lebih
dari 3 bulan
Anamnesis  Keluhan pilek dengan ingus kental yang tidak sembuh –
sembuh,
 sakit kepala yang kadang sesuai dengan sinus yang sakit.
 Kadang ada batuk yang tak sembuh – sembuh , dan ingus
kadang berbau busuk.
 Hidung sering tersumbat
Pemeriksaan Fisik Pada Rinoskopi tampak :

 Mukosa hidung edern,


 secret mukopurulen, terutam dari meatus medius.
 Mungkin dijumpai polip padai meatus medius
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding  Sinusitis kronik maksilaris
 Sinusitis kronik frontalis
 Ethmoiditis
Pemeriksaan Penunjang  Endoskopi
 X foto sinus paranasal
Terapi Konservatif :
 Antibiotika
 Analgetik

59
PANDUAN SINUSITIS KRONIK

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
 Dekongestan
 Antihistamin
 Bila penyebabnya faktor gigi ( konsul bagian gigi )
Operatif
 Punki sinus
 Naso antral window
 Ethmoidektomi
CWL
Kriteria Pulang Pasien bisa rawat jalan
Edukasi  Hindari debu
 Jaga kesehatan gigi
Prognosis Umumnya baik bila tidak ada komplikasi
Kepustakaan Mangunkusumo E. Sinusitis. Dalam : Nurbaiti Iskandar,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1993: 133 – 141
Hilger PA. Deseases of the Paranasal Sinues. In : Adam
GL, Boies Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia :
WB Saunders Company; 1089 : 249 - 272
White JA. Paranasal Sinus Infection. In : Ballenger JJ, Deseases
of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck. Philadelpia : Lea
& Febiger; 1991 : 184 – 202
Lund VJ. Surgical Management of Sinusitis. In : Mackay IS,
Scott-Brown’n Otolaryngology. London : Butterworths; 1987
: 180 – 202

60
29. PANDUAN TONSILITIS AKUT

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Tonsillitis akut adalah radang akut pada jaringan tonsil
Anamnesis - Sakit menelan / nyeri tenggorok
- Pada anak biasanya badan panas
- Sakit kepala
- Batuk
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan THT
- Suara terdengar seperti mulut terisi makanan panas
(“Plumming voice”)
- Keluar bau busuk dari mulut (“foetor ex ore”)
- Banyak berludah (hipersalivasi)
- Tonsil merah dan membengkak dengan detritus pada
permukaan tonsil.
- Palatum mole, pilar anterior dan pilar posterior udem dan
hiperemi
- Kelenjar limfe jugulo digrastikus bisa membesar dan nyeri
tekan
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding  Faringitis Akut
 Tonsilofaringitis akut
Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan, kecuali pada kasus tidak responsif terhadap
antibiotika, perlu swab Tonsil dan tes sensitifitas

61
PANDUAN TONSILITIS AKUT

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Terapi - Istirahat
- Kalau KU lemah rawat inap
- Antibiotika
- Analgetik / antipiretik
- Roborantia
Kriteria Pulang Tindakan Operasi :
1. Keadaan umum baik
2. Vital sign stabil
3. Tidak ada komplikasi
4. Tidak ada perdarahan
Edukasi  Jaga kebersihan
 Hindari makanan yang merangsang
Prognosis Umumnya Baik
Kepustakaan Rusmarjono. Kelainan Faring. Dalam : Nurbaiti Iskandar, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 1993: 160 – 173
Adam GL. Deseases of the Nasopharynx and
Oropharynx. In : Adam GL, Boies Fundamentals of
Otolaryngology. Philadelpia : WB Saunders Company;
1089 : 332 – 369
Ballenger JJ. Deseases of the Oropharynx. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 243 – 258

62
30. PANDUAN TONSILITIS KRONIK

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Tonsillitis kronik merupakan radang kronik pada jaringan
tonsil. Tonsillitis kronik merupakan kelanjutan tonsillitis akut
atu tonsillitis sub akut yang tidak memperoleh pengobatan
secara adekuat / sempurna
Anamnesis - Nyeri tenggorok atau nyeri telan ringan
- Rasa mengganjal pada tenggorok, pancingan, kadang-kadang
rasa seperti ada benda asing
- Kadang ada keluhan batuk
Pemeriksaan Fisik - Tonsil membesar pada tonsillitis kronik tipe hipertropi
- Kripte melebar dan keluar detritus, atau detritus baru keluar
bila tonsil ditekan
- Pilar anterior / posterior merah
- Pembesaran kelenjar limfe submandi bula
- Rinoskopi anterior : adenoid membesar kadang-kadang
tertutup secret (palatum mole fenomen negatif)
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding Tonsilofaringitis kronik
Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan

63
PANDUAN TONSILITIS KRONIK

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Terapi Konservatif :
- Analgetik
- Obat kumur
- Operasi : Tonsilektomi
Kriteria Pulang Gejala ringan : Pasien bisa rawat Jalan
Tindakan Operasi :
1. Keadaan umum baik
2. Vital sign stabil
3. Tidak ada komplikasi
4. Tidak ada perdarahan
Edukasi  Jaga kebersihan mulut
 Hindari makanan yang merangsang
Prognosis Baik
Kepustakaan Rusmarjono. Kelainan Faring. Dalam : Nurbaiti Iskandar, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 1993: 160 – 173
Adam GL. Deseases of the Nasopharynx and
Oropharynx. In : Adam GL, Boies Fundamentals of
Otolaryngology. Philadelpia : WB Saunders Company;
1089 : 332 – 369
Ballenger JJ. Deseases of the Oropharynx. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 243 – 258

64
31. PANDUAN TULI MENDADAK

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah kurang pendengaran sensorineural yang terjadi secara
tiba-tiba dalam beberapa jam atau beberapa hari (5 – 7 hari),
umumnya unilateral dan dapat disertai tinitus serta vertigo.
Anamnesis  Kurang pendengaran mendadak
 Kadang ada tinitus dan vertigo
 Riwayat penyakit : DM, Hipertensi, hiperlipidemia, kelainan
jantung, barotrauma, febris dan lain lain.
Pemeriksaan Fisik Pada Otoskopi telinga sering hasilnya normal
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding -
Pemeriksaan Penunjang Tes Audiometri
Terapi  Tirah baring bila ada keluhan Vertigo
 Medikamentosa
- Vasodilator (betahistin 3 x 8 mg)
- Neurutropik vitamin
- Kortikosteroid
 Terapi sesuai penyakit yang mendasarinya
Kriteria Pulang
Pasien bisa rawat jalan
Edukasi Tergantung dari penyakit yang mendasarinya
Prognosis -

65
PANDUAN TULI MENDADAK

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Kepustakaan Snow JB, Sudden Deafness. In : Paparella NN, Otolaryngology.
Philadelpia: WB Saunders; 1991 : 1619 – 1628

32. PANDUAN ABSES PERITONSIL

66
Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman

RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Abses Peritonsil adalah penimbunan nanah di jaringan longgar
antara jaringan tonsil dan fosa tonsilaris
Anamnesis  Biasanya diawali oleh gejala tonsilitis
 Kejadiannya mendadak
 Sakit menelan
 Badan demam
 Hipersalivasi/ngiler
 Suara berubah (“Hot potato voice”)
 Sulit membuka mulut (trismus)
 Mulut agak berbau
Pemeriksaan Fisik - Mukosa faring merah dan bengkak
- Uvula udem dan terdorong keseblah (salah satu sisi)
- Tonsil membesar sampai melebihi garis median
- Kelenjar limfe dibawah angulus mendibula membesar dan
keras
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding - Tonsilifaringitis akut
- Infiltrat peritonsil
Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan

67
PANDUAN ABSES PERITONSIL

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Terapi  Bila KU lemah ........Rawat Inap
 Insisi dengan anestesi lokal dan draenase pus
 Antibiotika adequat
 Analgetika / antipiretik
 Anjurkan Tonsilektomi bila kondisi sudah baik
Kriteria Pulang 1. Keadaan umum baik
2. Vital sign stabil ( temperature normal tanpa antipiretik )
3. Tidak ada nyeri telan
4. Tidak ada bengkak
Edukasi - Jaga hygiene mulut
- Hinadari makanan yang iritatif
Prognosis Umumnya Baik
Kepustakaan Rusmarjono. Kelainan Faring. Dalam : Nurbaiti Iskandar, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 1993: 160 – 173
Adam GL. Deseases of the Nasopharynx and
Oropharynx. In : Adam GL, Boies Fundamentals of
Otolaryngology. Philadelpia : WB Saunders Company;
1089 : 332 – 369
Ballenger JJ. Deseases of the Oropharynx. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 243 – 258

68
33. PANDUAN ABSES SUBMANDIBULA

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah selulitis atau radang plegmonosa pada spasia
submandibula yang sering bearkibat fatal
Anamnesis  Sering dengan riwayat sakit gigi
 Sakit menelan / nyeri pada tenggorok
 Badan panas
 Banyak berliur / ngiler / hipersalivasi
 Suara berubah
 Sulit membuka mulut (trismus)
Pemeriksaan Fisik  Bengkak daerah submandibula, nyeri tekan
 Trismus
 Lidah terangkat
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding  Angina Ludovici
 Abses Parafaring
Pemeriksaan Penunjang  Foto soft tissue leher
 Pemeriksaan Darah lengkap, Gula Darah, Faal Hati, Faal
Ginjal
 EKG
 Toraks Foto

69
PANDUAN ABSES SUBMANDIBULA

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Terapi 1. Rawat inap
2. Perbaiki KU
3. Antibiotika adequat
4. Analgetik / antipiretik
5. Insisi abses dengan anestesi lokal atau anestesi umum
Kriteria Pulang 1. Keadaan umum baik
2. Vital sign stabil ( Temperatur normal tanpa antipiretik )
3. Tidak ada nyeri telan
4. Tidak ada bengkak
Edukasi Jaga hygiene mulut
Hindari makanan yang iritatif
Prognosis -
Kepustakaan Fachrudin D. Abses Leher Dalam. Dalam : Nurbaiti
Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1993: 178 – 184
Ballenger JJ. Deseases of the Fascial Space of the Neck and Floor
of the Mouth. In : Ballenger JJ, Deseases of the Nose,
Throat, Ear, Head and Neck. Philadelpia : Lea & Febiger;
1991 : 235 – 242

70
34. PANDUAN BENDA ASING ESOFAGUS

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah terhentinya benda asing dalam lumen esofagus dan
tidak dapat masuk ke dalam lambung
Anamnesis  Ada riwayat tertelan sesuatu apakah pada waktu makan
atau pada anak-anak saat bermain.
 Rasa mengganjal pada tenggorok.
 Sakit menelan
 Sulit menelan
 Bila menelan terjadi muntah.
 Kadang hipersalivasi.
Pemeriksaan Fisik Tes minum :
 Terjadi muntah , bila obstruksi total
 Masih bisa tertelan pelan-pelan, bila obstruksi sebagian
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding  Esofagitis
 Divertikulum Esofagus
 Tumor Esofagus
Pemeriksaan Penunjang  Foto Esofagus
 Esofagogram
 Esofagoskopy

71
PANDUAN BENDA ASING ESOFAGUS

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Terapi 1. Rawat inap
2. Perbaiki KU
3. Terapi Medikamentosa
 Antibiotik
 Simptomatis
4. Tindakan : Ekstraksi benda asing dengan Esofagoskopy
Kriteria Pulang Tindakan Operasi :
1. Keadaan umum baik
2. Vital sign stabil
3. Benda asing bisa keluar
Edukasi  Awasi bila anak-anak bernain dengan benda yang mudah
tertelan seperti uang logam, mainan
 Pada orang tua , hati-hati kalau makan makanan yang agak
keras seperti daging, tulang dan lain-lain.
Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Kepustakaan Snow Jr JB. Bronchoesophagology. In : Ballenger JJ, Deseases
of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck. Philadelpia :
Lea & Febiger; 1991 : 1247 – 1326
Siegel LG, Diseases of the Lower Air Passage, Esophagus and
Mediastinum. In : Adam GL, Boies Fundamentals of
Otolaryngology. Philadelpia : WB Saunders Company;
1089 : 471 - 489

72
35. PANDUAN BENDA ASING JALAN NAPAS
( LARING, TRAKEA, BRONKUS )

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah adanya benda asing dijalan napas baik pada laring, trakea
maupun bronkus
Anamnesis 1. Benda asing Laring (kasus jarang) :
 Ada riwayat tersedak benda asing.
 Sesak napas (ringan sampai berat)
2. Benda asing Trakea :
 Ada riwayat tersedak benda asing.
 Batuk hebat, mendadak dan berulang-ulang.
 Sesak napas ringan sampai berat
3. Benda asing Bronkus :
 Ada riwayat tersedak benda asing
 Rasa sesak dan tercekik (“Chcking and gaging”)
 Batuk paroksimal
Pemeriksaan Fisik 1. Benda asing Laring : Terlihat tanda-tanda sesak napas yaitu
sianosis, asfiksia.
2. Benda asing Trakea :
 Wheezing trakea,
 “Tracheal flatter”
 “audible slap”

73
PANDUAN BENDA ASING JALAN NAPAS
( LARING, TRAKEA, BRONKUS )

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
 Suara napas melemah.
3. Benda asing Bronkus : Suara paru kanan dan kiri berbeda
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding Diagnosis banding terhadap posisi benda asing
Pemeriksaan Penunjang  Foto polos saluran napas (untuk benda asing radioopaque)
 Endoscopi (untuk diagnosis dan terapi)
Terapi 1. Tindakan :
 Rawat inap bila KU jelek atau perlu tindakan dengan anestesi
umum
 Perbaiki KU
 Ekstraksi benda asing dengan
 Heimlich Manuver”
 Trakesotomi
 Endoscopy / Bronkoskopy
2. Medikamentosa : (kalau perlu)
 Antibiotika bila ada infeksi sekunder
 Simptomtis sesuai keluhan .
Kriteria Pulang Keluhan ringan :Pasien bisa rawat jalan
Keluhan berat : Rawat Inap
- Keadaan umum baik
- Vital sign stabil
- Benda asing bisa keluar
Edukasi  Hati-hati saat bermain (anak-anak)

74
PANDUAN BENDA ASING JALAN NAPAS
( LARING, TRAKEA, BRONKUS )

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Kalau makan jangan sambil berbicara
Prognosis Tergantung letak korpus alienum tersebut
Kepustakaan Banovetz JD, Benign Laryngeal Disorder. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 392 – 411
Snow Jr JB. Bronchoesophagology. In : Ballenger JJ, Deseases of
the Nose, Throat, Ear, Head and Neck. Philadelpia : Lea &
Febiger; 1991 : 1247 - 1326

75
36. PANDUAN EPISTAKSIS

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah keluarnya darah dari rongga hidung oleh berbagai sebab
Anamnesis  Sebagian besar kejadiannya spontan dengan sebab yang tidak
jelas
 Riwayat mimisan sebelumnya / berulang
 Mungkin ada riwayat trauma, hipertensi, pilek, demam atau
kemasukan benda asing
 Riwayat penyakit perdarahan
 Riwayat tumor hidung atau nasofaring
 Pada anak perdarahannya biasanya sedikit dan sombernya di
bagian anterior septum nasi
 Pada orang dewasa perdarahannya biasanya profius dan
sumbernya dari posterior
Pemeriksaan Fisik  Pemeriksaan rongga hidung : tampaka perdarahan atau bekas
perdarahan
 Hasil pemeriksaan tergantung penyebabnya
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding -
Pemeriksaan Penunjang  Foto Waters
 Evaluasi sistem pembekuan darah
 Lain-lain tergantung penyebabnya

76
PANDUAN EPISTAKSIS

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Terapi Tindakan
Hentikan perdarahannya dengan memasang tampon hidung

Medikamentosa :
 Antibiotika
 Anti perdarahan
 Terapi simptomatis
Kriteria Pulang 1. Keadaan umum baik
2. Vital sign stabil
3. Tidak ada perdarahan
Edukasi -
Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Kepustakaan Hilger PA. Deseases of the Nose. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 206 – 248
Nizar NW, Kelainan Hidung. Dalam : Nurbaiti Iskandar, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 1993: 98 – 132
Shaheen OH, Epistaxis. In : Mackay IS, Scott-Brown’n
Otolaryngology. London : Butterworths; 1987 : 272 - 281

77
37. PANDUAN KORPUS ALIENUM FARING

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah adanya benda asing pada rongga faring, sering pada
tonsil. Jenis benda asing misalnya duri ikan, steples, serat, lidi
dan lain-lain
Anamnesis  Ada riwayat tertelan benda asing
 Nyeri tenggorok seperti ditusuk-tusuk (benda asing duri)
 Nyeri makin berat saat menelan.
 Rasa mengganjal pada tenggorok
 Bila meludah kadang ada darah
Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan terlihat adanya benda asing pada rongga faring,
biasanya pada tonsil atau dinding orofaring
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding Tonsilitis Akut
Pemeriksaan Penunjang Secara umum tidak diperlukan
Terapi 1. Tindakan :
Ekstraksi benda asing
2. Medikamentosa : (kalau perlu)
- Antibiotika bila ada infeksi sekunder
- Simptomtis sesuai keluhan
Kriteria Pulang Pasien bisa rawat jalan

78
PANDUAN KORPUS ALIENUM FARING

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Edukasi Hati-hati kalau makan makanan yang ada durinya
Prognosis Baik
Kepustakaan Adam HGL. Deseases of the Nasopharynx and Oropharynx. In :
Adam GL, Boies Fundamental of Otolaryngology.
Philadelpia : WB Saunders Company; 1089 : 332 - 369

79
38. PANDUAN KORPUS ALIENUM HIDUNG

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah setiap benda (benda hidup atau benda mati) yang
karena suatu sebab berada dalam rongga hidung atau sinus
Anamnesis  Pada anak-anak biasanya khas yaitu pilek lama dengan hidung
bau pada satu sisi.
 Ada riwayat kemasukan benda asing
 Kadang mimisan
Pemeriksaan Fisik  Inspeksi dengan Rinoskopi anterior tampak adanya benda
asing pada rongga hidung, kecuali bila benda asing pada sinus.
 Benda asing berupa batery dapat menimbulkan erosi
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding 1. Rinitis Akut (bila kejadiannya baru)
2. Rinitis kronis (bila kejadiannya lama)
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan foto Waters bila pada Rinoskopi anterior benda
asing tidak terlihat
Terapi 1. Tindakan :
 Ekstraksi benda asing
 Pada kasus sulit (benda asing pada sinus) perlu dilakukan
dengan anestesi umum.

80
PANDUAN KORPUS ALIENUM HIDUNG

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
2. Medikamentosa : (kalau perlu)
 Antibiotika bila ada infeksi sekunder
 Simptomtis sesuai keluhan seperti terapi untuk rinitis.
Kriteria Pulang Pasien bisa rawat jalan
Edukasi  Jangan memasukkan sesuatu ke dalam rongga hidung
 Hati bila anak-anak bermain
 Segera bawa ke dokter bila kemasukan benda asing
Prognosis  Baik
 Benda asing batery sering menimbulkan sikatriks akibat erosi
Kepustakaan Hilger PA, Deseases of the Nose. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB Saunders
Company; 1089 : 206 – 248

39. PANDUAN KORPUS ALIENUM KANALIS


AKUSTIKUS EKSTERNA

81
Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman

RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah setiap benda (benda hidup atau benda mati), yang
karena suatu sebab berada pada kanalis akustikus eksternus.
Anamnesis 1. Ada riwayat kemasukan benda asing
2. Rasa tidak nyaman pada liang telinga
3. Tinitus (benging, ben gung, brubug)
4. Kurang pendengaran
5. Nyeri (bila benda asing binatang dan masih hidup).
Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi Liang Telinga (dengan lampu kepala) : tampak benda
asing pada liang telinga.
2. Otoscopy : benda asing terlihat lebih jelas.
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding 1. Korpus Alienum Meatus Akustikus Eksternus tanpa penyulit.
2. Korpus Alienum Meatus Akustikus Eksternus dengan penyulit
Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan
Terapi 1. Ekstraksi benda asing dengan cara :
 Irigasi liang telinga dengan air hangat
 Forcep telinga
 Serumen hack
 Kalau benda asing binatang dan masih hidup, matikan
terlebuh dahulu dengan minyak kelapa atau obat tetes
telinga atau Perhidrol

82
PANDUAN KORPUS ALIENUM KANALIS
AKUSTIKUS EKSTERNA

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
2. Analgetik Medikamentosa (kalau perlu) :
 Antibiotika,
 Analgetik
Kriteria Pulang Pasien bisa rawat jalan
Edukasi  Agar berhati-hati supaya tidak kemasukan benda asing lagi
 Bila terjadi jangan dikorek-korek sendiri
 Bila kemasukan binatang, segera binatang tersebut dibunuh
dengan menetesi minyak kelapa sebelum ke sarana kesehatan /
dokter
Prognosis Pada umumnya BAIK
Kepustakaan Austin DF. Diseases of the External Ear. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 1069 – 1080

83
40. PANDUAN OBSTRUKSI SALURAN NAPAS
ATAS (OSNA)

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah semua kondisi sesak napas atau sumbatan saluran napas
atas (hidung – laring)
Anamnesis  Keluhan sesak napas (Dyspneu)
 Suara napas berbunyi / stridor
 Keluhan lain sesuai penyebabnya.
Pemeriksaan Fisik  Tampak sesak
 Auskultasi terdengar stridor
 Tampak retraksi otot-otot pernapasan
 Napas cuping hidung
 Pada kasus yang berat sampai sianosis
Kriteria Diagnosisa Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding 1. OSNA karena kelainan kongenital
2. OSNA karena Laringitis akut (anak/bayi)
3. OSNA karena paralisa nervur laring
4. OSNA karena tumor
5. OSNA karena benda asing
6. OSNA karena trauma.
7. OSNA karena faktor psikis
Pemeriksaan Penunjang Tergantung penyebabnya

84
PANDUAN OBSTRUKSI SALURAN NAPAS
ATAS (OSNA)

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Terapi 1. Rawat inap
2. Perbaiki KU
3. Terapi Oksigen.
4. Terapi Medikamentosa
 Antibiotika
 Simptomatis
5. Tindakan
 tergantung penyebabnya.
 Sesak hebat perlu Trakeotomi.
Kriteria Pulang 1. Keadaan umum baik
2. Vital sign stabil
3. Pasien tidak sesak
4. keluah berkurang
Edukasi -
Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad
sanationam : dubia ad bonam/malam Ad
fungsionam : dubia ad bonam/malam
Kepustakaan
Spector GJ, Respiratory Insufficiency, Tracheostenosis and
Airway Control. In : Ballenger JJ, Deseases of the Nose,
Throat, Ear, Head and Neck. Philadelpia : Lea & Febiger;
1991 : 530 – 569
Siegel LG, Diseases of the Lower Air Passage, Esophagus and
Mediastinum. In : Adam GL, Boies Fundamentals of
Otolaryngology. Philadelpia : WB Saunders Company;
1089 : 471 - 489

85
41. PANDUAN VERTIGO

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah Sensasi dimana penderita merasa dirinya berputar
terhadap sekelilingnya (vertigo subyektif) atau sebaliknya (vertigo
obyektif).
Anamnesis  Mengeluh pusing ( Vertigo )
 Mual sampai muntah
 Telinga Brubug ( tinnitus nada rendah )
 Pendengaran berkurang ( berfluktuasi )
 Keringat dingin
Pemeriksaan Fisik  Pada saat serangan terlihat gerakan bola mata (Nistagmus
 Pemeriksaan Telinga :
Sering normal
Kadang tanda-tanda OMK
Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan melalui Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Harus dibedakan antara Vertigo sentral atau Vertigo perife
Diagnosis Banding Vertigo oleh sebab lain
Pemeriksaan Penunjang 1. Tes Audiometri nada murni
2. Tes Audiometri tutur
3. Timpanometri.
4. Foto masoid kalau perlu
Terapi 1. Istirahat / Bed rest

86
PANDUAN VERTIGO

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
2. Terapi simptomatis
 Obat anti vertigo
 Anti emetik
3. Terapi kausal
Kriteria Pulang 1. Keadaan umum baik
2. Vital sign stabil
3. Pusing berkurang
4. Tidal ada mual dan muntah
Edukasi -
Prognosis  Vertigonya biasanya baik
 Kurang pendengaran dan tinnitus sembuhnya lebih sulit
Kepustakaan Levine SC. Deseases of the Inner Ear. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB Saunders
Company; 1089 : 123 – 141
Austin DF. Non Inflammatory Diseases of the Labyrinth. In :
Ballenger JJ, Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and
Neck. Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 1193 – 1213

87
42. PANDUAN ANTHROSTOMI (NASO
ANTHRAL WINDOW / NAW)

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tindakan operasi untuk membuat hubungan langsung
antara rongga hidung dengan antrum (sinus maksilaris) untuk
evakuasi sekret antrum.
Indikasi Sinusitis maksilaris kronik
Kontra Indikasi 1. Penderita dengan riwayat penyakit perdarahan seperti
Leukemia, Hemofilia, Anemi, ITP dan lain-lain.
2. Keadaan umum jelek.
3. Penderita dengan penyakit sistemik seperti DM, kelainan
Jantung yang tidak terkontrol.
4. Penderita Status asmatikus.
5. Sedang hamil atau Menstruasi
Persiapan 1. Persiapan Operasi :
 Pemeriksaan Laboratorium (darah lengkap, CT,BT)
 Pasien usia 40 tahun ke atas .... cek EKG, Faal Ginjal, Faal
Hati, GDS, Toraks Foto
 Surat persetujuan operasi (“Informed Concent”)
 Puasa 6 jam sebelum operasi
 Terapi pre operasi : antibiotika dan obat hemostasis.

88
PANDUAN ANTHROSTOMI (NASO ANTHRAL
WINDOW / NAW)

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
2. Bahan / Alat :
 Lampu kepala, Spekulum hidung Killian,
 Spekulum hidung biasa,Trokar, osteotome, kikir
 Nasal dressing forcep atau pinset bayonet.
 Kasa, roll tampon
Prosedur Tindakan 1. Pasien tidur telentang di atas meja operasi.
2. Lakukan anestesi umum.
3. Desinfeksi daerah operasi dengan betadin atau savlon.
4. Tutup dengan duk steril kecuali medan operasi.
5. Lakukan punksi sinus maksilaris dengan Trokar, kemudian
irigasi dengan perhidrol / betadin / NaCl.
6. Lepaskan Mandrin trokar dan lebarkan bagian yang di punksi
dengan kikir.
7. Pasang roll tampon
Pasca Operasi 1. Di Ruang Pemulihan
 Tidurkan pasien dengan “stable position”
 Kalau perlu pasang pipa orofaring.
 Awasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, pernapasan)
 Awasi tanda-tanda perdarahan.
 Pindahkan ke ruang perawatan bila pasien sudah betul-
betul sadar.
2. Di Ruang Perawatan :
 Awasi tanda-tanda vital
 Terapi medikamentosa :

89
PANDUAN ANTHROSTOMI (NASO ANTHRAL
WINDOW / NAW)

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
 Antibiotika parenteral
 Analgetik parenteral
 Obat hemostasis parenteral
Tingkat Evidensi I /II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Hilger PA, Deseases of the Nose. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 206 – 248
medee RG. Functional Endoscopic Sinus Surgery. In : Ballenger
JJ, Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 203 - 208

90
43. PANDUAN BIOPSI NASOFARING

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tindakan medik berupa pengambilan contoh jaringan
nasofaring untuk kepentingan diagnostic
Idikasi Tumor Nasofaring
Persiapan 1. Persiapan umum :
 Berikan informasi kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan
 Surat persetujuan tindakan.
2. Bahan / Alat :
 Lampu kepala,
 Spekulum hidung,
 Forcep biopsi panjang,
 Kasa efedrin,
 Suction
 Xyllocain spray,
 betadin
Prosedur Tindakan Posisi pasien duduk di atas kursi pemeriksaan
Kepala pasien difiksasi.
Lakukan anestesi lokal pada nasofaring dengan xyllocain spray
dan aplikasi efedrin pada rongga hidung, tunggu 10 – 15 menit.

91
PANDUAN BIOPSI NASOFARING

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
1. Pasang spekulum hidung dan lakukan biopsi pada
dinding laterosuperior atau lateroposterior nasofaring
2. Perdarahan dirawat
3. Masukkan bahan biopsi dalam botol.
Paska Tindakan Terapi medikamentosa (kalau perlu) :
 Antibiotika
 Analgetik
Tingkat Evidensi 1/ 11/ 111/ 1V
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Roezin A. Stumor Nasofaring. Dalam : Nurbaiti Iskandar, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 1993: 142 – 146
Chew CT, Nasopharynx (the postnasal space). In : Mackay IS,
Scott-Brown’n Otolaryngology. London : Butterworths;
1987 : 180 – 202

92
44. PANDUAN BIOPSI TUMOR KAVUM NASI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)
dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.
NIK. 100. 121
Pengertian dalah tindakan medik berupa biopsi pada massa/tumor pada
rongga hidung
Indikasi Tumur kavum nasi
Persiapan 1. Persiapan umum :
 Berikan informasi kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan
 Surat persetujuan tindakan.
2. Bahan / Alat :
 Lampu kepala,
 Spekulum hidung
 Forcep biopsi hidung,
 Kasa efedrin,
 Suction,
 Xyllocain spray
Prosedur Tindakan 1. Posisi pasien duduk di atas kursi pemeriksaan
2. Kepala pasien difiksasi.
3. Lakukan anestesi lokal pada rongga hidung dan aplikasi
efedrin pada rongga hidung, tunggu 10 – 15 menit
4. Pasang spekulum hidung dan lakukan biopsi pada tumornya,

93
PANDUAN BIOPSI TUMOR KAVUM NASI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
5. Perdarahan dirawat.
6. Masukkan hasil biopsi dalam botol
Paska Tindakan Terapi medikamentosa (kalau perlu) :
 Antibiotika
 Analgetik
Tingkat Evidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelitian Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Mangunkusumo E & Wardani RS. Polip Hidung, Dalam:
Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan
telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima.
Jakarta: FKUI, 2007. 2.
Hilger PA. Deseases of the Nose. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 98 – 132

94
45. PANDUAN BIOPSI TUMOR PADA
TENGGOROK
Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman
RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tindakan medik berupa biopsi pada tumor yang timbul
pada tenggorok
Indikasi  Tumor tonsil
 Tumor orofaring
 Tumor lidah
Persiapan 1. Persiapan umum :
 Berikan informasi kepada pasien mengenai tindakan
yang akan dilakukan
 Surat persetujuan tindakan.
2. Bahan / Alat :
Lampu kepala
Spatel lidah,
Forcep biopsi,
Suction,
Xyllocain spray
Prosedur Tindakan 1. Posisi pasien duduk di atas kursi pemeriksaan
2. Kepala pasien difiksasi.
3. Lakukan anestesi lokal pada tumor yang akan dibiopsi dan
tunggu 10 – 15 menit.

95
45. PANDUAN BIOPSI TUMOR PADA
TENGGOROK
Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman
RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
4. Buka mulut dengan spatel lidah
5. Lakukan biopsi pada tumor secara lege artis dengan forcep
biopsy
6. Perdarahan diatasi.
7. Masukkan hasil biopsi dalam botol
Paska Tindakan  Antibiotik
 Analgetik
Tingkat Efidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Cholins SL, Squamous Cancer of the Oral Cavity, Oropharinx.
In : Ballenger JJ, Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head
and Neck. Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 335 – 454
Adam GL, Malignant Tumors of the Head and Neck. In : Adam
GL, Boies Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia :
WB Saunders Company; 1089 : 443 - 470

96
46. PANDUAN CADWELL LUC (CWL)

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tindakan operasi antrostomi melalui fossa canina
(mukosa bukalis) disertai Naso Antra Window (NAW).
Indikasi  Sinusitis maksilaris kronis
 Polip antrum
 Tumor jinak pada antrum
 Tumor ganas stadium dini pada antrum
Kontra Indikasi 1. Penderita dengan riwayat penyakit perdarahan seperti
Leukemia, Hemofilia, Anemi, ITP dan lain-lain.
2. Keadaan umum jelek.
3. Penderita dengan penyakit sistemik seperti DM, kelainan
Jantung yang tidak terkontrol.
4. Penderita Status asmatikus.
5. Sedang hamil atau Menstruasi.
Persiapan 1. Persiapan Operasi :
 Pemeriksaan Laboratorium (darah lengkap, CT,BT)
 Pasien usia 40 tahun ke atas .... cek EKG, Faal Ginjal, Faal
Hati, GDS
 Toraks Foto
 Surat persetujuan operasi (“Informed Concent”)

97
PANDUAN CADWELL LUC (CWL)

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
 Puasa 6 jam sebelum operasi
 Terapi pre operasi antibiotika dan obat hemostasis
2. Bahan / Alat
 Lampu kepala
 Mass knife
 Spekulum hidung Killian,
 Spekulum hidung biasa.
 Freer elevator/Resparator
 Cutting bone, osteotome, sonde
 Trokar, kikir, kuret antrum
 Pahat, mallet / palu
 Needle holder, jarum,
 Nasal dressing forcep atau pinset bayonet.
 Kasa, roll tampon, benang
Prosedur Tindakan 1. Pasien tidur telentang di atas meja operasi.
2. Lakukan anestesi umum.
3. Desinfeksi daerah operasi dengan betadin atau savlon.
4. Tutup dengan duk steril kecuali medan operasi.
5. Insisi mukosa bukalis pada daerah fossa kanina.
6. Dengan resparator dilakukan elevasi mukoperiosteum.
7. Identifikasi fossa kanina.
8. Buat lubang pada fossa kanina dengan pahat dan pastikan
sudah masuk antrum dengan sonde.
9. Lubang dilebarkan dengan osteotome.

98
PANDUAN CADWELL LUC (CWL)

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
10. Lepaskan mokoperiosteum antrum dengan resparator
dilanjutkan dengan kuret antrum.
11. Lanjutkan dengan prosedur NAW.
12. Cuci antrum dengan perhidrol, betadin dan NaCl 0,9 %
13. Pasang roll tampon pada antrum dan rongga hidung
14. Luka operasi dijahit
Paska Operasi 1. Di Ruang Pemulihan :
 Tidurkan pasien dengan “stable position”
 Kalau perlu pasang pipa orofaring.
 Awasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, pernapasan)
 Awasi tanda-tanda perdarahan.
 Pindahkan ke ruang perawatan bila pasien sudah betul-betul
sadar.

2. Di Ruang Perawatan :
 Awasi tanda-tanda vital
 Terapi medikamentosa :
 Antibiotika parenteral
 Analgetik parenteral
 Obat hemostasis parenteral
Tingkat Efidensi I/ II/III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -

99
PANDUAN CADWELL LUC (CWL)

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Kepustakaan Hilger PA, Deseases of the Nose. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 206 – 248
Amedee RG. Functional Endoscopic Sinus Surgery. In :
Ballenger JJ, Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and
Neck. Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 203 – 208
Neil Weir. Acute and Chronic Inflammation of the Nose. In :
Mackay IS, Scott-Brown’n Otolaryngology. London :
Butterworths; 1987 : 115 -141

100
47. PANDUAN EKSTRAKSI BENDA ASING
THT
Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman
RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tindakan medik untuk mengeluarkan benda asing pada
liang telinga, rongga hidung atau benda asing pada tenggorok
Indikasi  Korpus Alienum Telinga
 Korpus Alienum Hidung
 Korpus Alienum Tenggorok
Persiapan 1. Persiapan umum :
 Berikan informasi kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan
 Surat persetujuan tindakan.
2. Bahan / Alat :
 Lampu kepala, Otoscope
 Spekulum hidung, spekulum telinga,
 Spatel lidah, Serumen hack,
 Ekstraktor korpus alienum THT (Forcep telinga, forcep
hidung, forcep tenggorok)
 Suction, xyllocain spray, betadi
Prosedur Tindakan 1. Korpus Alienum Telinga :
a. Posisi pasien duduk di atas kursi pemeriksaan
b. Kepala pasien difiksasi.

101
PANDUAN EKSTRAKSI BENDA ASING THT

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
c. Untuk korpus alienum binatang dan masih hidup, matikan
dengan meneteskan minyak kelapa atau obat tetes telinga
atau perhidrol .
d. Ekstraksi dapat dilakukan dengan serumen hack atau
forcep telinga atau irigasi telinga tergantung jenis dan
bentuk korpus alienum tersebut.
e. Setelah ekstraksi oleskan betadin pada liang telinga.

2. Korpus Alienum Hidung :

a. Posisi pasien duduk di atas kursi pemeriksaan


b. Kepala pasien difiksasi.
c. Pasang spekulum hidung
d. Lakukan ekstraksi dengan ekstraktor hidung secara lege
artis.
3. Korpus Alienum Tenggorok :
a. Posisi pasien duduk di atas kursi pemeriksaan
b. Kepala pasien difiksasi.
c. Anestesi rongga mulut dengan Xyllocain spray
d. Buka mulut dengan bantuan spatel lidah dan evaluasi
orofaring
e. Apabila korpus alienum sudah terlihat, lakukan ekstraksi
dengan forcep orofaring.
f. Lakukan ekstraksi dengan ekstraktor hidung secara lege
artis.
Pada kasus sulit, tindakan tersebut dapat dilakukan dengan
anestesi umum
Paska Tindakan Terapi medikamentosa (kalau perlu) :
Antibiotika
Analgetik

102
PANDUAN EKSTRAKSI BENDA ASING THT

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tingkat Efidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Austin DF. Diseases of the External Ear. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 1069 – 1080
Hilger PA, Deseases of the Nose. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB Saunders
Company; 1089 : 206 – 248
Adam HGL. Deseases of the Nasopharynx and Oropharynx. In :
Adam GL, Boies Fundamentals of Otolaryngology.
Philadelpia : WB Saunders Company; 1089 : 332 – 369

103
48. PANDUAN EKSTRAKSI SERUMEN

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tindakan untuk mengeluarkan serumen dari liang telinga
Indikasi Serumen obsturan
Persiapan 1. Persiapan umum : Berikan informasi kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan
2. Bahan / Alat :
 Lampu kepala,
 Serumen hak
 Spekulum telinga,
 Otoscope
 Aplikator,
 alat irigasi
 betadin ,
 perhidrol,
 kasa
Prosedur Tindakan 1. Posisi pasien duduk di atas kursi pemeriksaan
2. Kepala pasien difiksasi
3. Kalua perlu pasang spekulum telinga
4. Gunakan lampu kepala.

104
PANDUAN EKSTRAKSI SERUMEN

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
5. Dengan tangan kiri daun telinga ditarik ke arah
superoposterior sehingga liang telinga relatif lurus
6. Bila ekstraksi dilakukan dengan irigasi telinga, maka
semprotkan air hangat ke arah posterior liang telinga
7. Evaluasi dengan otoscope apakah sudah bersih.
8. Bila sudah bersih, oleskan betadin.
Paska Tindakan Kalau perlu berikan antibiotika dan analgetik
Tingkat Efidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Boies jr LR. Deseases of the External Ear. In : Adam GL,
Boies Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 77 -89
Austin DF. Diseases of the External Ear. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 1069 – 1080

105
49. PROSEDUR ENDOSKOPI LARING

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah suatu tindakan pemeriksaan untuk melihat langsung
Laring dengan menggunakan alat endoskop.
Indikasi  Laringitis kronik
 Tumor Laring
Persiapan 1. Persiapan umum :
 Berikan informasi kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan
 Surat persetujuan tindakan.
2. Bahan / Alat :
 Lampu kepala, Endoskop
 Forcep biopsi. Forcep ekstraksi,
 spatel lidah
 Kasa efedrin, Suction
 Xyllocain spray, betadin
Prosedur Tindakan 1. Posisi pasien duduk di atas kursi pemeriksaan
2. Lakukan anestesi lokal pada , Orofaring, laring dan lidah
dengan xyllocain spray dan aplikasi efedrin pada rongga
hidung, tunggu 10 – 15 menit.

106
PROSEDUR ENDOSKOPI LARING

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
3. Pasien membuka mulut dan lidah ditekan, kemudian
endoskope rigid dimasukkan mengarah ke laring
4. Pemeriksaan dapat pula menggunakan endoskope fleksibel
5. Lakukan evaluasi pada Nasofaring tentang area supra glotik ,
plika vokalis, gerakan plika vokalis, tumor, dan mukosa.
6. Sering hasilnya kurang jelas, sehingga perlu tinadakan
Laringoskopi Direk dengan anestesi umum
Paska Tindakan Tidak perlu tindakan khusus bila tidak ada komplikasi
Tingkat Efidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Jako GJ, Laryngeal Endoscopy and Microlaryngoscopy. In :
Paparella, Otolaryngology. Philadelphia : WB Saunders;
1990 : 2410 - 1429

107
50. PROSEDUR ESOFAGOSKOPI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah suatu tindakan pemeriksaan untuk melihat langsung
Esofagus dengan menggunakan alat endoskop
Indikasi 2. Untuk kepentingan Diagnostik : Adanya kecurigaan kelainan
esofagus yang tidak jelas.
3. Untuk Terapi
- Ekstraksi Benda asing esophagus
- Dilatasi striktur esophagus
- Pemasangan prostesis esophagus
- Koagulasi diatermi
Persiapan 1. Persiapan umum :
 Berikan informasi kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan.
 Surat persetujuan tindakan.
 Apabila esofagoskopi dilakukan dengan anestesi umum maka
perlu persiapan seperti tindakan operasi.
2. Bahan / Alat :
 Esofagoskope rigid dan fleksibel
 light source

108
PROSEDUR ESOFAGOSKOPI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
 Forcep biopsi. Forcep ekstraksi,
 spatel lidah
 Kasa efedrin, Suction
 Xyllocain spray, betadin
Prosedur Tindakan 1. ESOFAGOSKOPI RIGID

1. Posisi pasien tidur telentang dengan kepala ekstensi dengan


anestesi umum.
2. Pegang pangkal esofagoskope dengan tangan kanan seperti
memegang pensil, sementara tangan kiri sebagai pengarah
seperti memegang tongkat billiar.
3. Berikan sedikit pelumas pada ujung esofagoskope
4. Masukkan esofagoskope melalui rongga mulut dengan cara
menyusupkan (insinuasi)
bukan mendorong dengan kekuatan (introduksi).
5. Lumen esofagus harus selalu posisinya di depan
esofagoskope
6. Pastikan lumen diperoleh dengan bantuan “lumen finder”
artinya lumen terbuka akibat relaksasi otot-otot esofagus
yang disebabkan oleh rangsangan/sentuhan esofagoskope
7. Memasukkan esofagoskope hendaknya mengikuti fisiologi
menelan
8. Teknik memasukkan esofagoskope dibagi menjadi 4 tahap :

109
PROSEDUR ESOFAGOSKOPI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
a. Tahap memasuki sinus priformis kanan :
 Susupkan esofagoskop pada sisi kanan lidah sejauh
mungkin, kemudian turunkan sampai level aritenoid
mengarah ke dasar sinus piriformis
 Bila ada tahanan, berarti sudah sampai pada dasar sinus
piriformis
 Dengan ibu jari tangan kiri angkat ujung esofagoskop dan
akan tampak gambaran “roset”yang merupakan petunjuk
posisi penyempitan atau pintu krikofaring.
b. Tahap memasuki penyempitan Krikofaring :
 Identifikasi pintu krikofaring
 Susupkan esofagoskope ke arah pintu krikofaring secara
halus bukan dengan kekuatan.
c. Tahap memasuki Torakal esofagus : Esofagoskope terus
disusupkan dengan merendahkan kepala penderita dan leher
lebih diekstensikan.
d. Tahap memasuki penyempitan hiatus diafragma
 Esofagoskope terus disusupkan kearah kaudal dan akan
tampak gambaran hiatus seperti roset atau lipatan atau
celah
 Apabila gambaran ini tidak terlihat dan menurut perkiraan
ujung esophagus sudah sampai pada hiatus esofagus maka
gerakan penyusupan harus dihentikan.
 Bila gambaran hiatus diafragma terlihat, maka penyusupan
esofagoskpe bisa dilanjutkan sampai lumen gaste.

110
PROSEDUR ESOFAGOSKOPI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
2. ESOFAGOSKOPI FIBER OPTIK
1. Posisi pasien bisa duduk, tidur telentang atau tidur miring.
2. Lakukan anestesi lokal pada orofaring dan lidah
3. Masukkan esofagoskope lewat mulut dan disusupkan ke arah
pangkal lidah terus ke arah sinus piriformis.
4. Sambil meminta pasien menelan esofagoskope disusupkan
melewati pintu krikofaring atau porta esophagus
5. Penyusupan esofagoskope diteruskan sampai hiatus diafragma.
6. Selama penyusupan dilakukan evaluasi tentang adanya proses
patologi pada esophagus
Paska Tidakan Tidak perlu tindakan khusus bila tidak ada komplikasi.
Tingkat Efidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Snow jr JB, Esophagology. In : Ballenger JJ, Diseases of the Nose,
Throat, Ear, Head and Neck. Philadelpia: Lea & Febiger; 1991
: 1297 – 1321

111
51. PANDUAN ETHMOIDEKTOMI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tindakan operasi untuk mengengkat selulae sinus ethmoid
Indikasi  Ethmoiditis
 Polip nasi yang sumbernya dari sinus ethmoid
Kontra Indikasi 1. Penderita dengan riwayat penyakit perdarahan seperti
Leukemia, Hemofilia, Anemi, ITP dan lain-lain.
2. Keadaan umum jelek.
3. Penderita dengan penyakit sistemik seperti DM, kelainan
Jantung yang tidak terkontrol.
4. Penderita Status asmatikus.
5. Sedang hamil atau Menstruasi
Persiapan 1. Persiapan Operasi :
 Pemeriksaan Laboratorium (darah lengkap, CT,BT)
 Pasien usia 40 tahun ke atas
 cek EKG, Faal Ginjal, Faal Hati, GDS
 Toraks Foto
 Surat persetujuan operasi (“Informed Concent”)
 Puasa 6 jam sebelum operasi
 Terapi pre operasi : antibiotika dan obat hemostasis.

112
PANDUAN ETHMOIDEKTOMI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
2. Bahan / Alat :
 Lampu kepala, Spekulum hidung Killian,
 Spekulum hidung biasa.
 Forcep Ethmoid, Kuret ethmoid
 Nasal dressing forcep atau pinset bayonet.
 Kasa, roll tampon
Prosedur Tindakan 1. Pasien tidur telentang di atas meja operasi.
2. Lakukan anestesi umum.
3. Desinfeksi daerah operasi dengan betadin atau savlon.
4. Tutup dengan duk steril kecuali medan operasi.
6. Buka rongga hidung dengan spekulum hidung hingga tampak
sellulae ethmoid.
7. Aplikasi kasa efedrin pada rongga hidung.
8. Sellulae etmoid diekstraksi dengan forcep ethmoid dan
dilanjutkan dengan kuretage sampai bersih.
9. Perdarahan dirawat dengan tampon roll atau tampon supratulle
Paska Tindakan 1. Di Ruang Pemulihan :
 Tidurkan pasien dengan “stable position
 Kalau perlu pasang pipa orofaring.
 Awasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, pernapasan)
 Awasi tanda-tanda perdarahan.
 Pindahkan ke ruang perawatan bila pasien sudah betul-
betul sadar.

113
PANDUAN ETHMOIDEKTOMI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
2. Di Ruang Perawatan
 Awasi tanda-tanda vital
 Terapi medikamentosa :
 Antibiotika parenteral
 Analgetik parenteral
 Obat hemostasis parenteral
Tingkat Efidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Hilger PA, Deseases of the Nose. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology.VPhiladelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 206 – 248
Amedee RG. Functional Endoscopic Sinus Surgery. In : Ballenger
JJ, Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 203 - 208

114
52. PANDUAN INSISI ABSES PERITONSIL

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tindakan medik untuk mengeluarkan pus dari jaringan
peritonsil dengan anestesi lokal
Indikasi Abses Peritonsil
Persiapan 1. Persiapan umum :
 Berikan informasi kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan
 Surat persetujuan tindakan.
2. Bahan / Alat :
 Lampu kepala, Spatel lidah, Mass knife tonsil,
 Suction, Klem arteri
Prosedur Tindakan 1. Posisi pasien duduk di atas kursi pemeriksaan
2. Gunakan lampu kepala.
3. Lakukan anestesi dengan Xyllocain spray pada bagian
yang akan di insisi.
4. Lakukan punksi aspirasi terlebih dahulu, kemudian insisi
pada daerah peritonsil
3. (superolateral).
4. Pus dibersihkan dengan suction.
5. Oleskan betadin pada luka insisi

115
PANDUAN INSISI ABSES PERITONSIL

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Paska Tindakan 1. Pasien rawat inap
 Antibiotika parenteral
 Analgetik parenteral
2. Pasien rawat jalan :
 Antibiotika oral
 Analgetik oral
Tingkat Efidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Adam GL, Deseases of the Nasopharynx and
Oropharynx. In : Adam GL, Boies Fundamentals of
Otolaryngology. Philadelpia : WB Saunders Company;
1089 : 332 – 369
Ballenger JJ, Anatomy of the Oral Cavity and Pharynx :
Physiologic and Surgical Aspect. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 259 – 271
Acute Infection of the Pharynx and Tonsils, In : Mackay IS,
Scott-Brown’n Otolaryngology. London : Butterworths;
1987 : 76 – 98

116
53. PANDUAN INSISI ABSES SUB MANDIBULA

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tindakan operasi untuk mengevakuasi pus/nanah dan
jaringan patologis di area sub mandibular
Indikasi  Abses submandibular
 Plegmon leher
Kontra Indikasi 1. Penderita dengan riwayat penyakit perdarahan seperti
Leukemia, Hemofilia, Anemi, ITP dan lain-lain.
2. Keadaan umum jelek.
3. Penderita dengan penyakit sistemik seperti DM, kelainan
Jantung yang tidak terkontrol.
4. Penderita Status asmatikus
Persiapan 1. Persiapan Operasi :
 Pemeriksaan Laboratorium (darah lengkap, CT,BT)
 Pasien usia 40 tahun ke atas .... cek EKG, Faal Ginjal, Faal
Hati, GDS, Toraks Foto
 Surat persetujuan operasi (“Informed Concent”)
 Puasa 6 jam sebelum operasi
 Terapi pre operasi : antibiotika dan obat hemostasis.

117
PANDUAN INSISI ABSES SUB MANDIBULA

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
2. Bahan / Alat :
 Mass knife, Needlle holder, jarum, benang
 Elevator/hak, Klem arteri /kocher
 Kasa steril, perhidrol, betadin, NaCl 0,9%
Prosedur Tindakan 1. Pasien tidur telentang di atas meja operasi dengan kepala agak
miring.
2. Lakukan anestesi umum.
3. Desinfeksi daerah operasi dengan betadin atau savlon.
4. Tutup dengan duk steril kecuali medan operasi.
5. Lakukan insisi pada bagian yang fluktuasi.
6. Secara tumpul lakukan eksplorasi lapis demi lapis sampai pus
keluar,
7. Cuci dengan perhidrol dan betadin serta jaringan patologis
dibuang.
8. Setelah dianggap bersih, jahit secukupnya, pasang draenase
dan tutup dengan kasa betadin.
Paska Operasi 1. Di Ruang Pemulihan :
 Tidurkan pasien dengan “stable position”
 Kalau perlu pasang pipa orofaring.
 Awasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, pernapasan)
 Awasi tanda-tanda perdarahan.
 Pindahkan ke ruang perawatan bila pasien sudah betul-
betul sadar.
2. Di Ruang Perawatan
 Awasi tanda-tanda vital
 Terapi medikamentosa :

118
PANDUAN INSISI ABSES SUB MANDIBULA

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
 Antibiotika parenteral
 Analgetik parenteral
 Obat hemostasis parenteral
Tingkat Efidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Ballenger JJ, Infection of the Facial Spaces of the Neck. In :
Ballenger JJ, Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and
Neck. Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 235 - 243

119
54. PANDUAN IRIGASI SINUS MAKSILA DAN
KAVUM NASI
Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman
RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tindakan medik untuk membersihkan antrum/rongga sinus
maksilaris dan rongga hidung
Indikasi  Paska operasi Sinus maksilaris
 Paska kack punksi antrum (Sinisitis Maksilaris Kronik).
 Rinitis Atropikan / Ozena.
Persiapan 1. Persiapan umum :
 Berikan informasi kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan
 Surat persetujuan tindakan.
2. Bahan / Alat :
 Lampu kepala
 spekulum hidung
 Forcep hidung,
 pinset bayonet
 Spuit 50 cc atau alat irigasi
 Suction,
NaCl 0,9 % , betadin

120
PANDUAN IRIGASI SINUS MAKSILA DAN
KAVUM NASI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Prosedur Tindakan 1. Posisi pasien duduk di atas kursi pemeriksaan
2. Lakukan anestesi dengan Xyllocain spray pada dinding lateral
kavum nasi.
3. Lakukan irigasi ke arah sinus maksila dan atau rongga hidung
4. Untuk irigasi sinus maksila , masukkan ujung irigator kearah
sinus maksila melalui lubang punksi.
5. Pada saat irigasi, pasien diminta menunduk, buka mulut dan
bernapas lewat mulut
6. Apabila masih ada sisa sekret atau stolsel, bersihkan dengan
forcep atau suction
Paska Tindakan Terapi penyakit primernya
Tingkat Efidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Mangunkusumo E. Sinusitis. Dalam : Nurbaiti Iskandar, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 1993: 133 – 141
White JA. Paranasal Sinus Infection. In : Ballenger JJ, Deseases
of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck. Philadelpia :
Lea & Febiger; 1991 : 184 – 202
Lund VJ. Surgical Management of Sinusitis. In : Mackay IS,
Scott-Brown’n Otolaryngology.
London : Butterworths; 1987 : 180 - 202

121
55. PANDUAN KONKOTOMI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah prosedur tindakan operasi dengan memotong sebagian
konka inferior agar rongga hidung longgar
Indikasi Konka Hipertropi
Kontra Indikasi 1. Penderita dengan riwayat penyakit perdarahan seperti
Leukemia, Hemofilia, Anemi, ITPdan lain-lain.
2. Keadaan umum jelek.
3. Penderita dengan penyakit sistemik seperti DM, kelainan
Jantung yang tidak terkontrol.
4. Penderita Status asmatikus.
5. Sedang hamil atau Menstruasi
Persiapan 1. Persiapan Operasi :
 Pemeriksaan Laboratorium (darah lengkap, CT,BT)
 Pasien usia 40 tahun ke atas .... cek EKG, Faal Ginjal, Faal
Hati, GDS
 Toraks Foto
 Surat persetujuan operasi (“Informed Concent”)
 Puasa 6 jam sebelum operasi
 Terapi pre operasi : antibiotika dan obat hemostasis.

122
PANDUAN KONKOTOMI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
2. Bahan / Alat
 Lampu kepala, Spekulum hidung Killian,
 Spekulum hidung biasa, Gunting konka.
 Nasal dressing forcep atau pinset bayonet.
 Disektor. Kasa, roll tampon
Prosedur Tindakan 1. Pasien tidur telentang di atas meja operasi
2. Lakukan anestesi umum.
3. Desinfeksi daerah operasi dengan betadin atau savlon.
4. Tutup dengan duk steril kecuali medan operasi.
5. Buka rongga hidung dengan spekulum hidung,
6. Konka inferior diluksir agar mudah dipotong.
7. Bagian inferior konka dipotong dari anterior sampai ke
posterior.
8. Posisi konka inferior dikembalikan.
9. Atasi perdarahan dengan roll tampon.
Paska Tindakan 1. Di Ruang Pemulihan :
 Tidurkan pasien dengan “stable position”
 Kalau perlu pasang pipa orofaring.
 Awasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, pernapasan)
 Awasi tanda-tanda perdarah

123
PANDUAN KONKOTOMI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
 Pindahkan ke ruang perawatan bila pasien sudah betul-
betul sadar.
2. Di Ruang Perawatan :
 Awasi tanda-tanda vital
 Terapi medikamentosa :
 Antibiotika parenteral
 Analgetik parenteral
 Obat hemostasis parenteral
Tingkat Efidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Hilger PA, Deseases of the Nose. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 206 – 248
Amedee RG. Functional Endoscopic Sinus Surgery. In :
Ballenger JJ, Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head
and Neck. Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 203 – 208
David Brain, The Nasal Septum. In : Mackay IS, Scott-Brown’n
Otolaryngology. London : Butterworths; 1987 : 154 - 179

124
56. PANDUAN MASTOIDEKTOMI SIMPEL

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tindakan operasi untuk mengangkat dan
membersihkan sellulae mastoid tanpa intervensi kavum
timpani
Indikasi 1. Mastoiditis akut dengan :
 Empiema
 Otitis Media Kronik
 Otitis Media Rekuren
2. Mastoiditis laten
Kontra Indikasi 1. Penderita dengan riwayat penyakit perdarahan seperti
Leukemia, Hemofilia, Anemi, ITP dan lain-lain.
2. Keadaan umum jelek.
3. Penderita dengan penyakit sistemik seperti DM, kelainan
Jantung yang tidak terkontrol.
4. Penderita Status asmatikus.
5. Sedang hamil atau Menstruasi
Persiapan 1. Persiapan Operasi
 Pemeriksaan Laboratorium (darah lengkap, CT,BT)
 Pasien usia 40 tahun ke atas .... cek EKG, Faal Ginjal, Faal
Hati, GDS

125
PANDUAN MASTOIDEKTOMI SIMPEL

Nomo€r Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
 Toraks Foto
 Surat persetujuan operasi (“Informed Concent”)
 Puasa 6 jam sebelum operasi
 Terapi pre operasi : antibiotika dan obat hemostasis.
2. Bahan / Alat
 Lampu kepala
 Mikroskope
 Spekulum telinga, retraktor
 Kocher, mass knife
 Klem arteri, oteotome
 Freer elevator/Resparator mastoid
 Pahat, palu
 Kuret mastoid, sonde
 Forcep telinga
 Needlle holder, jarum, benang
 Kasa steril, bone wak
Prosedur Tindakan 1. Pasien tidur telentang di atas meja operasi dengan posisi
kepala miring.
2. Lakukan anestesi umum.
3. Desinfeksi daerah operasi dengan betadin atau savlon.
4. Tutup dengan duk steril kecuali medan operasi.
5. Anestesi infiltrasi daerah operasi.

126
PANDUAN MASTOIDEKTOMI SIMPEL

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
6. Insisi post aurikula lapis demi lapis.
7. Elevasi periosteum dan pasang retraktor.
8. Buat marka untuk membatasi daerah operasi yang akan di bor.
9. Lakukan pengeboran pada fossa mastoid sampai antrum
mastoid
10. Selama proses pengeboran lakukan pengangkatan dan
pembersihan sellulae mastoid.
11. Cuci antrum mastoid dengan perhidrol dan NaCl 0,9%
12. Jahit luka operasi lapis demi lapis dan tutup dengan kasa
betadin
Paska Tindakan Di Ruang Pemulihan :
 Tidurkan pasien dengan “stable position”
 Kalau perlu pasang pipa orofaring
 Awasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, pernapasan)
 Awasi tanda-tanda perdarahan.
 Pindahkan ke ruang perawatan bila pasien sudah betul-betul
sadar.

Di Ruang Perawatan :

 Awasi tanda-tanda vital


 Terapi medikamentosa :
 Antibiotika parenteral
 Analgetik parenteral
 Obat hemostasis parenteral
Tingkat Efidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -

127
PANDUAN MASTOIDEKTOMI SIMPEL

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Kepustakaan Paparella MM, Deseases of the Middle Ear and
Mastoid. In : Adam GL, Boies Fundamentals of
Otolaryngology. Philadelpia : WB Saunders Company;
1089 : 90 -122
Austin DF, Surgery in Chronic Ear Disease. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 1119 - 1139

128
57. PROSEDUR NASO ENDOSKOPI /
NASOSKOPI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah suatu tindakan pemeriksaan untuk melihat langsung
kondisi rongga hidung dengan menggunakan alat endoskop
Indikasi Apabiala pada pemeriksaan Rinoskopi anterior dan rinoskopi
posterior tidak jelas
Persiapan 1. Persiapan umum :
 Berikan informasi kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan
 Surat persetujuan tindakan
2. Bahan / Alat
 Lampu kepala,
 Endoskop,
 Spekulum hidung, Forcep biopsi.
 Forcep ekstraksi
 Kasa efedrin, Suction
 Xyllocain spray, betadin
Prosedur Tindakan 1. Lakukan pemeriksaan Rinoskopi anterior.
2. Posisi pasien duduk di atas kursi pemeriksaan
3. Kepala pasien difiksasi.

129
PROSEDUR NASO ENDOSKOPI / NASOSKOPI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
4. Lakukan anestesi lokal pada mukosa hidung dengan xyllocain
spray dan aplikasi efedrin pada rongga hidung, tunggu 10 – 15
menit.
5. Gunakan endoskop rigid ukuran 4 mm (dewasa) dan 2,5 mm
(anak-anak).
6. Endoskope dimasukkan pelan-pelan paralel dengan dasar
kavum nasi, antara meatus media dan septum nasi.
7. Pemeriksaan dapat pula menggunakan endoskpo fleksibel
8. Pemeriksaan mulai dari vestibulum nasi sampai bagian
posteior kavum nasi. A
9. Lakukan evaluasi pada kavum nasi tentang sekret hidung,
tumor, mukosa hidung, konka dan septum nasi.
10. Lakukan tindakan yang diperlukan seperti biopsi atau ekstraksi
benda asing.
Paska Tindakan Tidak perlu tindakan khusus bila tidak ada komplikasi
Tingkat Efidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Croft CB, Endoscopy of the noase and Sinuses. In : Kerr AG ,
Scott-Brown’s Otolaryngology. London : Butterworths; 1987
: 31 – 41

130
58. PROSEDUR NASOFARINGOSKOPI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah suatu tindakan pemeriksaan untuk melihat langsung
nasofaring dengan menggunakan alat endoskop.
Teknik pemeriksaanya dapat Trans Nasal dan Trans Oral
Indikasi Tumor nasofaring
Persiapan 1. Persiapan umum :
 Berikan informasi kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan
 Surat persetujuan tindakan.
2. Bahan / Alat :
 Lampu kepala, Endoskop
 Spekulum hidung, Forcep biopsy
 Forcep ekstraksi, spatel lidah
 Kasa efedrin, Suction, Xyllocain spray, Betadin
Prosedur Tindakan Nasofaringoskopi Trans Nasal:
1. Prosedur Nasofaringoskopi Trans Nasal sama dengan
prosedur Nasoskopi, hanya endoskpe dimasukkan sampai
Nasofaring
2. Lakukan pemeriksaan Rinoskopi anterior.
3. Posisi pasien duduk di atas kursi pemeriksaan
4. Kepala pasien difiksasi.

131
PROSEDUR NASOFARINGOSKOPI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
5. Lakukan anestesi lokal pada mukosa hidung dan nasofaring
dengan xyllocain spray dan aplikasi efedrin pada rongga
hidung, tunggu 10 – 15 menit.
6. Gukanakan endoskop rigid ukuran 4 mm (dewasa) dan 2,5 mm
(aitenak-anak).
7. Endoskope dimasukkan pelan-pelan paralel dengan dasar
kavum nasi, antara meatus media dan septum nasi sampai
nasofaring.
8. Pemeriksaan dapat pula menggunakan endoskpo fleksibel
9. Lakukan evaluasi pada Nasofaring tentang sekret , tumor,
mukosa.
10. Lakukan tindakan yang diperlukan seperti biopsi atau
ekstraksi benda asing
Nasofaringoskopi Trans Oral
1. Lakukan pemeriksaan Rinoskopi anterior.
3. Posisi pasien duduk di atas kursi pemeriksaan
4. Lakukan anestesi lokal pada nasofaring, Orofaring dan lidah
dengan xyllocain spray dan aplikasi efedrin pada rongga
hidung, tunggu 10 – 15 menit.
5. Gunakan endoskop 700 dan 900
6. Pasien membuka mulut dan lidah ditekan, kemudian
endoskope dimasukkan sampai nasofaring
7. Lakukan evaluasi pada Nasofaring tentang sekret , tumor, dan
mukosa.
8. Lakukan tindakan yang diperlukan seperti biopsi atau ekstraksi
benda asing

132
PROSEDUR NASOFARINGOSKOPI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Paska Tindakan Tidak perlu tindakan khusus bila tidak ada komplikasi
Tingkat Efidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Croft CB, Endoscopy of the nose and Sinuses. In : Kerr AG ,
Scott-Brown’s Otolaryngology. London : Butterworths;
1987 : 31 – 41

133
59. PANDUAN PARASINTESA MEMBRANA
TIMPANI
Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman
RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tindakan berupa insisi membrana timpani dengan mass
parasintesa
Indikasi  OMA stadium supurasi
 OME
Persiapan 1. Persiapan umum : Berikan informasi kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan
2. Bahan / Alat
Lampu kepala,
Mass parasintesa
Spekulum telinga,
Otoscope
Aplikator,
Betadin
Prosedur Tindakan 1. Posisi pasien duduk di atas kursi pemeriksaan, pada anak/bayi
duduk dipangku dan Kepala pasien difiksasi
2. Gunakan lampu kepala
3. Dengan tangan kiri daun telinga ditarik ke arah
superoposterior sehingga liang telinga relatif lurus.

134
PANDUAN PARASINTESA MEMBRANA
TIMPANI
Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman
RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
4. Kalau perlu pasang spekulum telinga dan gunakan Otoscope
sehingga membrana timpani terlihat lebih jelas.
5. Lakukan parasintesa dengan mass parasintesa pada kwadran
posteroinferior
6. Pasien disuruh melakukan valsava tes
7. Bersihkan sekret dengan kapas atau suction.
8. Evaluasi dengan otoscope apakah sudah bersih
Paska Tindakan Terapi Medikamentosa sesuai penyakitnya
Tingkat Efidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Paparella MM. Deseases of the Middle Ear and Mastoid. In :
Adam GL, Boies Fundamentals of Otolaryngology.
Philadelpia : WB Saunders Company; 1089 : 90 – 122
Austin DF. Acute Inflammatory of the Middle Ear. In : Ballenger
JJ, Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 1104 – 1109

135
60. PANDUAN POLIPEKTOMI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tindakan operasi untuk mengangkat polip hidung
Indikasi Polip Nasi
Kontra Indikasi 1. Penderita dengan riwayat penyakit perdarahan seperti
Leukemia, Hemofilia, Anemi, ITP dan lain-lain.
2. Keadaan umum jelek.
3. Penderita dengan penyakit sistemik seperti DM, kelainan
Jantung yang tidak terkontrol.
4. Penderita Status asmatikus.
5. Sedang hamil atau Menstruasi
Persiapan 1. Persiapan Operasi
 Pemeriksaan Laboratorium (darah lengkap, CT,BT)
 Pasien usia 40 tahun ke atas .... cek EKG, Faal Ginjal, Faal
Hati, GDS
 Toraks Foto
 Surat persetujuan operasi (“Informed Concent”)
 Puasa 6 jam sebelum operasi
 Terapi pre operasi : antibiotika dan obat hemostasis.

136
PANDUAN POLIPEKTOMI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
2. Bahan / Alat
 Lampu kepala, Spekulum hidung Killian, Spekulum hidung
biasa.
 Forcep polip, Snar polip, Nasal dressing forcep atau pinset
bayonet, Disektor, Kasa, roll tampon
Prosedur Tindakan 1. Pasien tidur telentang di atas meja operasi
2. Lakukan anestesi umum
3. Desinfeksi daerah operasi dengan betadin atau savlon
4. Tutup dengan duk steril kecuali medan operasi.
5. Buka rongga hidung dengan spekulum hidung,
6. Polip dilepaskan dengan snar polip dan forcep polip sebersih
bersihnya.
7. Setelah bersih pasang roll tampon
Paska Tindakan Di Ruang Pemulihan :
 Tidurkan pasien dengan “stable position”
 Kalau perlu pasang pipa orofaring.
 Awasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, pernapasan)
 Awasi tanda-tanda perdarahan.
 Pindahkan ke ruang perawatan bila pasien sudah betul-
betul sadar.
Di Ruang Perawatan :

 Awasi tanda-tanda vital


 Terapi medikamentosa :
 Antibiotika parenteral
 Analgetik parenteral
 Obat hemostasis parenteral

137
PANDUAN POLIPEKTOMI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tingkat Efidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Amedee RG. Functional Endoscopic Sinus Surgery. In :
Ballenger JJ, Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head
and Neck. Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 203 – 208
Hilger PA, Deseases of the Nose. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 206 – 248
Drake-Lee AB, Nasal Polyps. In : Mackay IS, Scott-
Brown’n Otolaryngology. London : Butterworths; 1987 :
142 – 153

138
61. PROSEDUR TES AUDIOMETRI NADA
MURNI
Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman
RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tes pendengaran nada murni dengan menggunakan alat
Audiometer
Indikasi  Pasien dengan keluhan kurang dengar oleh berbagai sebab
 Untuk screening fungsi pendengaran
Persiapan  Siapkan alat untuk tes
 Persiapkan pasien dan berikan penjelasan
Prosedur Tindakan I. TES AC / “AIR CONDUCTION”/HANTARAN UDARA
1. Pasien disiapkan (beri penjelasan tentang tes pendengaran
dan pasang “ear phone”)
2. Power Audiometer dihidupkan
3. Pemeriksaan dimulai pada telinga yang sehat atau
pendengarannya lebih baik
4. Tes dimulai pada frekwensi 1000 Hz (dengan mengatur
tombol “Oscillator”) dan pada intensitas 40 dB (dengan
mengatur tombol “Attenuator”)
5. Tes dilakukan dengan menekan “Interuptor swich”
selama 1 – 2 detik. Bila pasien mendengar, maka
intensitas diturunkan 10 dB

139
PROSEDUR TES AUDIOMETRI NADA MURNI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
sampai pasien tidak mendengar, setelah itu dinaikkan lagi 5
dB sampai pasien mendengar. Intensitas yang didengar
terakhir ini merupakan Nilai Ambang Tes (NA tes). Hasil ini
ditulis pada lembar audiogram
6. Bila hasil tes pada point 4 tidak didengar, maka
intensitas dinaikkan 20 dB sampai didengar. Kemudian
diturunkan lagi 20 dB sampai tidak didengar. Setelah itu
dinaikkan lagi 5 dB sampai didengar. Intensitas yang
didengar terakhir ini merupakan Nilai Ambang te (NA tes).
Hasil ini ditulis pada lembar audiogram
7. Tes dilanjutkan dengan cara yang sama pada frekwensi
2000 Hz, 4000 Hz, 8000 Hz kemudian kembali ke 1000 Hz,
500 Hz dan 250 Hz. Pada tes ini intensitas dapat dimulai 10 –
15 dB diatas hasil tes sebelumnya (NA tes sebelumnya)
8. Tes dilanjutnya pada telinga lainnya. Bila NA tes
selisihnya lebih dari 30 – 50 Db dengan telinga yang di tes
sebelumnya, maka telinga yang sudah di tes diberi “masking”
40 – 50 dB diatas NA tesnya
9. Bila tes AC normal, maka tes BC tidak diperlukan
II. TES BC /”BONE CONDUCTION”/HANTARAN
TULANG

1. Pada prinsipnya sama dengan tes AC


2. “ Ear Phone “ diganti dengan “bone vibrator”
3. Pilih menu Tes BC
4. Tes hanya dilakukan pada frekwensi 1000 Hz, 2000 Hz,
4000 Hz dan 500 Hz

140
PROSEDUR TES AUDIOMETRI NADA MURNI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
5. Pada tes BC hampir selalu perlu masking yang
besarnya sama dengan
...intensitas nada tes + NA telinga yang tidak di tes
Kode penulisan hasil tes pada lembar Audiogram adalah
Warna merah ...... telinga kanan
Warna biru....... telinga kiri.

141
62. PANDUAN PUNKSI HEMATOME
AURIKULA

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tindakan medik berupa punksi aspirasi pada aurikula yang
mengalami hematome
 Othhematom
 Pseudo Othemato
Indikasi  Othematome
 Pseudo Othematome
Persiapan 1. Persiapan umum :
 Berikan informasi kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan
 Surat persetujuan tindakan.

2. Bahan / Alat :
 Lampu kepala
 Spuit 5 cc atau 10 cc,
 Kasa steril.
 Gypsona,
 Betadin.
Prosedur Tindakan 1. Posisi pasien duduk di atas kursi pemeriksaan
2. Desinfeksi aurikula dengan betadin.

142
PANDUAN PUNKSI HEMATOME AURIKULA

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
3. Lakukan punksi aspirasi pada bagian hematome
4. Oleskan betadin pada bekas punksi
5. Fiksasi dengan gips.
6. Fiksasi lagi dengan plester
Paska Tindakan Terapi medikamentosa (antibiotika dan analgetik)
Tingkat Efidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga . Dalam : Nurbaiti
Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1993: 40 – 47
Austin DF. Diseases of the External Ear. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 1069 – 1080

143
63. PANDUAN REPOSISI FRAKTUR OS NASAL

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tindakan operasi untuk mengembalikan posisi anatomis os
nasal
Indikasi Fraktur os Nasal
Kontra Indikasi 1. Penderita dengan riwayat penyakit perdarahan seperti
Leukemia, Hemofilia, Anemi, ITP dan lain-lain.
2. Keadaan umum jelek.
3. Penderita dengan penyakit sistemik seperti DM, kelainan
Jantung yang tidak terkontrol.
4. Penderita Status asmatikus.
5. Sedang hamil atau Menstruasi
Persiapan 1. Persiapan Operasi :
 Pemeriksaan Laboratorium (darah lengkap, CT,BT)
 Pasien usia 40 tahun ke atas .... cek EKG, Faal Ginjal, Faal
Hati, GDS
 Toraks Foto
 Surat persetujuan operasi (“Informed Concent”)
 Puasa 6 jam sebelum operasi
 Terapi pre operasi : antibiotika dan obat hemostasis.

144
PANDUAN REPOSISI FRAKTUR Os NASAL

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
2. Bahan / Alat :
 Lampu kepala, Spekulum hidung Killian,
 Spekulum hidung biasa, Freer elevator/Resparator
 Straighthening forcep
 Nasal dressing forcep atau pinset bayonet
 Kasa, roll tampon
Prosedur Tindakan 1. Pasien tidur telentang di atas meja operasi.
2. Lakukan anestesi umum.
3. Desinfeksi daerah operasi dengan betadin atau savlon.
4. Tutup dengan duk steril kecuali medan operasi.
5. Evaluasi posisi fraktur.
6. Bila fraktur baru, dilakukan reposisi secara tertutup dengan
straighthening forcep
7. Pada fraktur lama, dilakuka reposisi terbuka dengan :
Buat insisi antara ala nasi dengan os nasal
Dengan resparator lepaskan mukoperiosteum os nasal,
kemudian dibuat fraktur baru.
Lakukan reposisin dengan straighthening forcep
8. Bila ada dislokasi septum, lakukan reposisi.
9. Post reposisi fiksasi dengan roll tampon dan gips pada dorsum
nasi.
10. Tampon dipertahankan 3 – 4 hari.
Paska Tindakan 1. Di Ruang Pemulihan :
 Tidurkan pasien dengan “stable position”
 Kalau perlu pasang pipa orofaring.

145
PANDUAN REPOSISI FRAKTUR Os NASAL

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
 Awasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, pernapasan)
 Awasi tanda-tanda perdarahan.
 Pindahkan ke ruang perawatan bila pasien sudah betul-
betul sadar.
2. Di Ruang Perawatan :
 Awasi tanda-tanda vital
 Terapi medikamentosa :
 Antibiotika parenteral
Tingkat Efidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Hilger PA, Deseases of the Nose. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology. Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 206 – 248
Amedee RG. Functional Endoscopic Sinus Surgery. In :
Ballenger JJ, Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and
Neck. Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 203 – 208
Maran AGD, The Fractured Nose. In : Mackay IS, Scott-Brown’n
Otolaryngology. London : Butterworths; 1987 : 115 -141

146
64. PANDUAN SEPTUM KOREKSI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tindakan operasi untuk merekonstruksi septum deviasi
agar menjadi lebih lurus
Indikasi  Septum deviasi
 Ruptur atau dislokasi septum nasi
Kontra Indikasi 1. Penderita dengan riwayat penyakit perdarahan seperti
Leukemia, Hemofilia, Anemi, ITP dan lain-lain.
2. Keadaan umum jelek.
3. Penderita dengan penyakit sistemik seperti DM, kelainan
Jantung yang tidak terkontrol.
4. Penderita Status asmatikus.
5. Sedang hamil atau Menstruasi
Persiapan 1. Persiapan Operasi :
 Pemeriksaan Laboratorium (darah lengkap, CT,BT)
 Pasien usia 40 tahun ke atas .... cek EKG, Faal Ginjal, Faal
Hati, GDS
 Toraks Foto
 Surat persetujuan operasi (“Informed Concent”)
 Puasa 6 jam sebelum operasi
 Terapi pre operasi : antibiotika dan obat hemostasis

147
PANDUAN SEPTUM KOREKSI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
2. Bahan / Alat :
 Lampu kepala
 Spekulum hidung Killian,
 pekulum hidung biasa
 Cutting septum
 Nasal dressing forcep atau pinset bayonet.
 Pinset anatomis
 Disektor / freer elevator
 Alat hecting (nall pueder, jarum)
 Kasa, roll tampon
Prosedur Tindakan 1. Pasien tidur telentang di atas meja operasi.
2. Lakukan anestesi umum.
3. Desinfeksi daerah operasi dengan betadin atau savlon.
4. Tutup dengan duk steril kecuali medan operasi.
5. Buka rongga hidung dengan spekulum hidung
6. Injeksi infiltrasi septum nasi.
7. Lakukan insisi pada sisi septum yang bengkok +2 mm di
posterior tepi anterior septum
8. Dengan Freer elevator dilakukan pemisahan mukoperiosteum.
9. Insisi pada kartilago septum, kemudian mukoperiosteum sisi
lainnya dilepaskan.
10. Lakukan rekonstruksi septum dengan memotong bagian
kartilago yang bengkok. Bagian tulang yang bengkok dipahat

148
PANDUAN SEPTUM KOREKSI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
11. Evaluasi sampat lurus.
12. Luka operasi dijahit.
13. Pasang roll tampon / yampon supra tulle
Paska Operasi 1. Di Ruang Pemulihan
 Tidurkan pasien dengan “stable position”
 Kalau perlu pasang pipa orofaring.
 Awasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, pernapasan)
 Awasi tanda-tanda perdarahan.
 Pindahkan ke ruang perawatan bila pasien sudah betul-
betul sadar
2. Di Ruang Perawatan :
 Awasi tanda-tanda vital
 Terapi medikamentosa :
 Antibiotika parenteral
 Analgetik parenteral
 Obat hemostasis parenteral
Tingkat Evidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT

Indikator Medis -

149
PANDUAN SEPTUM KOREKSI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Kepustakaan Hilger PA, Deseases of the Nose. In : Adam GL, Boies
Fundamentals of Otolaryngology.Philadelpia : WB
Saunders Company; 1089 : 206 – 248
Amedee RG. Functional Endoscopic Sinus Surgery. In :
Ballenger JJ, Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head
and Neck. Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 203 – 208
David Brain, The Nasal Septum. In : Mackay IS, Scott-Brown’n
Otolaryngology. London : Butterworths; 1987 : 154 - 179

150
65. PROSEDUR SINOSKOPI / ANTROSKOPI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah suatu tindakan pemeriksaan untuk melihat langsung
kondisi sinus maksilaris dengan menggunakan alat endoskop
Indikasi  Sinusitis maksilaris kronik
 Polip nasi
 Tumor pada sinus
Persiapan 1. Persiapan umum :
 Berikan informasi kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan
 Surat persetujuan tindakan.

2. Bahan / Alat :
 Lampu kepala, Endoskop
 Spekulum hidung, Forcep biopsi., Forcep ekstraksi
 Kasa efedrin, Suction,
 Xyllocain spray, betadin
Prosedur Tindakan 1. Lakukan pemeriksaan Rinoskopi anterior.
2. Posisi pasien duduk di atas kursi pemeriksaan
3. Kepala pasien difiksasi

151
PROSEDUR SINOSKOPI / ANTROSKOPI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
4. Lakukan anestesi lokal pada mukosa hidung dengan xyllocain
spray dan aplikasi efedrin pada rongga hidung, tunggu 10 – 15
menit.
5. Lakukan kack punksi dengan Trokar, kemudian ditarik dan
kanulnya dibiarkan
6. Masukkan endoskop rigid melalui kanul mulai dari endoskop
lurus ( 0O ) , kemudian endoskope dengan sudut 300 , 700 dan
1200 (dewasa)
7. Pemeriksaan i dapat pula menggunakan endoskop fleksibel
8. Lakukan evaluasi pada pada rongga sinus tentang sekret ,
mukosa, tumor.
9. Lakukan tindakan yang diperlukan seperti biopsi atau
ekstraksi benda asing Bersihkan sekret atau darah agar tidak
mengganggu pemeriksaan dengan NaCl 0,9%
Paska Tindakan Tidak perlu tindakan khusus bila tidak ada komplikasi
Tingkat Evidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Croft CB, Endoscopy of the nose and Sinuses. In : Kerr AG ,
Scott-Brown’s Otolaryngology. London : Butterworths; 1987
: 31 – 41

152
66. PANDUAN TONSILEKTOMI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah suatu prosedur tindakan mengangkat jaringan tonsil.
Indikasi 1. Tonsilitis kronik yang mengganggu.
2. Tonsilitis akut berulang / residif.
3. Tonsil sebagai karier Difteri
4. Tonsilitis dengan riwayat Abses peritonsil
5. Hipertropi tonsil yang mengganggu proses menelan dan
pernapasan.
6. Tumor jinak tonsil
7. Tumor ganas tonsil stadium dini
Kont4ra Indikasdi 1. Tonsilitis akut
2. Penderita dengan riwayat penyakit perdarahan seperti
Leukemia, Hemofilia, Anemi, ITP dan lain-lain.
3. Keadaan umum jelek.
4. Penderita dengan penyakit sistemik seperti DM, kelainan
Jantung yang tidak terkontrol.
5. Penderita Status asmatikus.
6. Sedang wabah Polio.
7. Sedang hamil atau Menstruasi

153
PANDUAN TONSILEKTOMI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Persiapan 1. Persiapan Operasi :
 Pemeriksaan Laboratorium (darah lengkap, CT,BT)
 Pasien usia 40 tahun ke atas .... cek EKG, Faal Ginjal, Faal
Hati, GDS
 Toraks Foto
 Surat persetujuan operasi (“Informed Concent”)
 Puasa 6 jam sebelum operasi
 Terapi pre operasi : antibiotika dan obat hemostasis
2. Bahan / Alat :
 Tonsilektomi set.
 Kasa steril
 Plain cut gut
Prosedur Tindakan I. TONSILEKTOMI METODE DISEKSI :
1. Pasien tidur telentang di atas meja operasi
2. Lakukan anestesi umum
3. Desinfeksi daerah operasi dengan betadin atau savlon
4. Tutup dengan duk steril kecuali medan operasi
5. Pasang “mouth gag” (pembuka mulut)

154
PANDUAN TONSILEKTOMI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
6. Operasi dilakukan satu persatu, dimulai dengan menjepit
tonsil dengan klem tonsil
7. Lakukan insisi pada mukosa dari pilar anterior sampai
pilar posterior tonsil.
8. Melalui insisi tersebut, tonsil dilepaskan secara tumpul
dengan disektor, mulai dari pole atas sampai pole bawah.
9. Selanjutnya pole bawah tonsil dipotong dengan snar tonsil
dan sisanya dijahit.
10. Perdarahan luka operasi dihentikan.
11. Lakukan tindakan yang sama pada tonsil yang satunya.
12. Setelah semua tonsil dilepaskan dan tidak ada perdarahan,
operasi diakhiri denganmembuka “mouth gag
II. TONSILEKTOMI METODE SLUDDER :
1. Pasien tidur telentang di atas meja operasi
2. Lakukan anestesi umum
3. Desinfeksi daerah operasi dengan betadin atau savlon
4. Tutup dengan duk steril kecuali medan operasi
5. Pasang “mouth gag” (pembuka mulut)
6. Operasi dilakukan satu persatu, dimulai dengan menjepit
tonsil dengan “Tonsilotome Sludder”, kemudian
dilepaskan dengan jari telunjuk secara lege artis intoto.
7. Perdarahan luka operasi dihentikan.
8. Lakukan tindakan yang sama pada tonsil yang satunya.
Setelah semua tonsil dilepaskan dan tidak ada perdarahan,
operasi diakhiri dengan membuka “mouth gag”.

155
PANDUAN TONSILEKTOMI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Paska Tindakan a. Di Ruang Pemulihan :
 Tidurkan pasien dengan “stable position”
 Kalau perlu pasang pipa orofaring.
 Awasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, pernapasan)
 Awasi tanda-tanda perdarahan.
 Pindahkan ke ruang perawatan bila pasien sudah betul-
betul sadar.
b. Di Ruang Perawatan :
 Awasi tanda-tanda vital
 Terapi medikamentosa :
a. Antibiotika parenteral
b. Analgetik parenteral
c. Obat hemostasis parenteral
 Diet cair/lunak selama 3 hari
Tingkat Evidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis
Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -

156
PANDUAN TONSILEKTOMI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Kepustakaan Adam GL, Deseases of the Nasopharynx and
Oropharynx. In : Adam GL, Boies Fundamentals of
Otolaryngology. Philadelpia : WB Saunders Company;
1089 : 332 – 369
Ballenger JJ, Anatomy of the Oral Cavity and Pharynx :
Physiologic and Surgical Aspect. In : Ballenger JJ,
Deseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
Philadelpia : Lea & Febiger; 1991 : 259 – 271
Acute Infection of the Pharynx and Tonsils, In : Mackay IS,
Scott-Brown’n Otolaryngology. London : Butterworths; 1987
: 76 - 98

157
67. PANDUAN TRAKEOTOMI /
TRAKEOSTOMI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur RSU PKU Muhammadiyah
PANDUAN PRAKTIK Delanggu
KLINIK (PPK)

dr. Muhammad Ma’mun Sukri, MPH.


NIK. 100. 121
Pengertian Adalah tindakan operasi untuk membuat jalan pintas (“by
pass”) pada saluran napas atas dengan jalan membuat suatu
irisan atau lubang/stoma pada trakea, sehingga terjadi hubungan
langsung antara udara luar dan trakea
Indikasi 1. Obstruksi saluran napas atas oleh berbagai sebab
seperti tumor, kelainan kongenital, trauma/fraktur
laring, paralisa plika vokalis bilateral, benda asing
saluran napas dan lain- lain
2. Obstruksi trakeobronkus akibat sekret yang banyak
3. Penderita yang menggunakan pipa endotrakeal lebih
dari seminggu akibat operasi berat, koma dan lain-lain
Kontra Indikasi Tidak ada kontra indikasi mutlak, karena tindakan ini termasuk
“life saving”
Persiapan 1. Persiapan Operasi :
a. Pemeriksaan Laboratorium (darah lengkap, CT,BT)
b. Pasien usia 40 tahun ke atas .... cek EKG, Faal Ginjal, Faal
Hati, GDS
c. Toraks Foto
d. Surat persetujuan operasi (“Informed Concent”)
e. Terapi pre operasi : antibiotika dan obat hemostasis.

158
PANDUAN TRAKEOTOMI / TRAKEOSTOMI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
Persiapan ini dilakukan bila tindakan bersifat elektif, pada kasus
darurat hanya diperlukan “informed cobcent”.
2. Bahan / Alat
a. Mass knife, pinset anatomis, pinset bedah
b. Needlle holder, gunting, jarum, benang
c. Elevator/hak/retractor
d. Klem arteri /kocher
e. Dilatator trakea
f. Kanul trakea
g. Kasa steril, betad
Prosedur Tindakan 1. Pasien tidur telentang di atas meja operasi dengan kaki lebih
rendah + 30 0 agar tekanan vena pada leher rendah.
2. Posisi kepala ekstensi, punggung diganjal.
3. Lakukan desinfeksi daerah leher.
4. Lakukan anestesi lokal pada leher /daerah operasi.
5. Lakukan irisan horisontal (Trakeostomi) atau irisan vertikal
(Trakeotomi).
6. Irisan horisontal dilakukan pertengahan antara tonjolan
krikoid dengan fossa supra sternal sepanjang 4 – 5 cm
7. Pada irisan vertikal, dimulai dari tepi bawah krikoid fossa
supra sternal
8. Irisan dilakukan mulai dari kulit, subkutis, platisma sampai
fascia koli superfisial. Jaringan dibawahnya dipisahkan
secara tajam atau tumpul. Bila isthmus terlihat maka
dipisahkan atau dipotong..

159
PANDUAN TRAKEOTOMI / TRAKEOSTOMI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSU PKU
MUHAMMADIYAH
DELANGGU
9. Otot-otot infra hioid dipisahkan dan ditarik dengan retraktor
sampai terlihat cincin trakea
10. Lakukan irisan pada cincin trakea 2 dan 3, kalau dibuat
stoma irisan dapat dilakuakan pada cincin trakea 2 – 4
11. Pasang dilatator trakea kemudian masukkan kanul trakea dan
ikatkan talinya.
12. Luka operasi dijahit secukupnya
Paska Tindakan Di Ruang Pemulihan / Di Ruang Perawatan :
 Awasi tanda-tanda vital
 Jaga kelembaban kanule
 Bersihkan sekret dengan suction
 Bersihkan kanule tiap 3 hari
 Terapi medikamentosa sesuai penyakit primernya
Tingkat Evidensi I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/ B/ C
Penelaah Kritis Staf medis Dokter Spsialis THT
Indikator Medis -
Kepustakaan Spector GJ, Respiratory Insufficiency, Tracheostenosis and
Airway Control. In : Ballenger JJ, Deseases of the Nose,
Throat, Ear, Head and Neck. Philadelpia : Lea & Febiger;
1991 : 530 - 569

160

Anda mungkin juga menyukai