Anda di halaman 1dari 57

Standar operasional prosedur

ABSES PERITONSIL (J36)


KSM :THT-KL
2014-
RSUP Dysphagia( R13.19)
DR.M.DJAMIL Odynophagia(R.13.10)
Otalgia (H.92.0)
PADANG Abses Parafaring(J.39.0)
Trismus(R.25.2)
NO DOKUMEN No Revisi Halaman

Standar Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


operasional Revisi
prosedur
Dr. Irayanti,Sp.M, MARS
NIP.19620123 198901 2 001
 PENGERTIAN Abses peritonsil adalah akumulasi pus yang berlokasi pada jaringan
peritonsil yang terbentuk sebagai hasil dari tonsilitis supuratif
 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien
yang mengalami abcess peritonsil yang berobat ke Poli THT-Kl sub
bagian Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil Padang
 KEBIJAKAN
 PROSEDUR Anamnesis
 Gejala infeksi umum : demam, sakit kepala
 Odinofagia, disfagia
 Otalgia (reffered pain )
 Trismus (iritasi M. pterigoid interna)
 Hipersalivasi
 Suara bergumam (Hot Potatoes Voice)
 mulut bau

Pemeriksaan Fisik
 Sering disertai pembengkakan kelenjar submandibula
 Palatum mole membengkak, teraba fluktuasi, hiperemis
 Arcus faring tidak simetris, sisi sakit lebih rendah
 Tonsil terdorong ke medial-bawah, biasanya unilateral, uvula
terdorong ke sisi yang sehat
 Sering pada orang dewasa, jarang pada anak-anak

Kriteria Diagnosis
 Memenuhi Kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi Kriteria pemeriksaan fisik diatas
Diagnosis Kerja :
 Abses Peritonsil
Diagnosis Banding
 tumor tonsil
 infiltrat peritonsil

Pemeriksaan Penunjang
 laboratorium darah lengkap, PT, APTT
 Mikrobiologi
Terapi
1. aspirasi jarum, insisi dan drainase atau tonsilektomi segera
- Aspirasi atau insisi dan drainase dapat dilakukan
setelah anestesi topikal dan infiltrasi.
- Aspirasi dengan jarum spinal 18 G atau insisi
dilakukan pada daerah yang paling fluktuatif.
- Tempat Insisi :
 Tempat yang paling menonjol dan fluktuatif
 Pertengahan garis horizontal antara pertengahan
basis uvula dan M3 atas
 Pertemuan garis vertikal melalui titik potong
medial pilar anterior dengan lidah dengan garis
horizontal melalui basis uvula
 Pertemuan garis vertikal melalui pinggir medial
M3 bawah dengan garis horizontal melalui basis
uvula
- Setelah insisi, rongga abses dibuka lebar secara
tumpul dengan menggunakan klem panjang.
 Setelah infeksi akut teratasi, dianjurkan tonsilektomi
 Pasien dirawat selama 2 hari, jika setelah 2 hari tidak ada
perbaikan, maka dilakukan drainase dalam General
anastesi serta dilakukan ekstraksi gigi dengan persetujuan
dari bagian Bedah Gigi dan Mulut.
 antibiotik dosis tinggi
o Ceftriaxone IV 2 x 1 gr atau
o Cefotaxime IV 2 x 1 gr atau
o Cefuroxime IV 2 x 1 gr dan
o Metronidazole 3 x 500 mg PO
 obat analgetik : Asam mefenamat 3 x 500 mg
 obat antipiretik : Parasetamol 3 x 500 mg
 obat kumur : Betadine kumur
 Anti inflamasi : Deksametason 3 x 0,5 mg PO
 Terapi pulang :
o Ciprofloxacine tab 2 x 500 mg atau
o Clindamicine tab 3 x 300 mg
o Metronidazol tab 3 x 500 mg
o Deksametason 3 x 0,5 mg PO

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi
Prognosis
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu
sendiri dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama
perawatan
 UNIT TERKAIT
 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR RUJUKAN  Bailey BJ. Head and Neck Surgery – Otolaryngology, Third
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2001,
702 – 715.
 Lore JM, Medina JE. An Atlas of Head and Neck Surgery,
Fourth Edition, Elsevier Inc, W.B Saunders, Philadelphia,
2005, 854 – 855

Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh


NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL (K)
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
Faring THT-KL keperawatan
TANDA
TANGAN

No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal


1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif
Standar operasional prosedur

ANGINA LUDOVICI (K12.2)


KSM :THT-KL
2014-
RSUP Airway Obstruction(J.98.8)
DR.M.DJAMIL Dysphagia( R13.19)
Acute respiratory failure with hypoxia (J96.01)
PADANG NO DOKUMEN No Revisi Halaman

Standar operasional Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


prosedur Revisi

Dr. Irayanti,Sp.M, MARS


NIP.19620123 198901 2 001
 PENGERTIAN Angina Ludovici (Ludwig’s Angina) merupakan penyakit infeksi pada
dasar mulut dan leher yang serius dan berpotensi mengancam jiwa.

 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien
yang mengalami angina ludovici yang berobat ke Poli THT-Kl sub
bagian Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil Padang
 KEBIJAKAN
 PROSEDUR Kriteria Diagnosis
 Memenuhi kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas

Diagnosis Kerja
 Angina Ludovici
Diagnosis Banding
 tumor submandibula
 limfadenitis submandibula
 abses gigi

Pemeriksaan Penunjang
 laboratorium darah lengkap, PT, APTT
 pemeriksaan mikrobiologi

Terapi
 pungsi dan insisi abses
 Insisi horisontal dibuat sepanjang tepi bawah massa
 Lipatan kulit atas yang sangat terbatas dibuat untuk
mengidentifikasi raphe mylohyoid. Insisi vertikal dibuat
sepanjang raphe
 Rongga abses dimasuki dengan menggunakan klem
bengkok. Otot geniohyoid dapat diidentifikasi dan
dipisahkan
 Drain Penrose kecil dimasukkan. Dilakukan penutupan
otot platysma pada tepi insisi
 Dilakukan persiapan Trakeostomi apabila terjadi
Obstruksi Jalan Nafas

 Pasien dirawat selama 3-5 hari


 antibiotik dosis tinggi
o Ceftriaxone IV 2 x 1 gr atau
o Cefotaxime IV 2 x 1 gr atau
o Cefuroxime IV 2 x 1 gr
o Metronidazole 3 x 500 mg
 obat analgetik : Asam mefenamat 3 x 500 mg atau
tramadol drip 1 amp/kolf
 obat antipiretik : Parasetamol 3 x 500 mg
 obat kumur : Betadine kumur
 Anti inflamasi : Deksametason IV 3 x 1 amp
 Terapi pulang :
o Ciprofloxacine tab 2 x 500 mgatau
o Clindamicine tab 3 x 300 mg
o Metronidazol tab 3 x 500 mg
o Dexamethason tab 3 x 0,5 mg

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi
 Rencana perawatan

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ada bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu
sendiri dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama
perawatan
 UNIT TERKAIT
 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR RUJUKAN  Bailey BJ. Head and Neck Surgery – Otolaryngology, Third
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2001,
702 – 715.
 Lore JM, Medina JE. An Atlas of Head and Neck Surgery,
Fourth Edition, Elsevier Inc, W.B Saunders, Philadelphia,
2005, 854 – 855.
Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh
NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
Faring THT KL keperawatan
TANDA
TANGAN

No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal


1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif
Standar operasional prosedur

ABSES RETROFARING (J39.0)


KSM :THT-KL
2014-
RSUP Dysphagia( R13.19)
DR.M.DJAMIL Acute respiratory failure with hypoxia (J96.01)
Foreign body at Throat(T17.2)
PADANG Odynophagia(R.13.10)
NO DOKUMEN No Revisi Halaman

Standar operasional Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


prosedur Revisi

Dr. Irayanti,Sp.M, MARS


NIP.19620123 198901 2 001
 PENGERTIAN Penumpukan nanah di ruang retrofaring yang berpotensi
mengancam nyawa
 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien
yang mengalami abcess retrofaring yang berobat ke Poli THT-Kl sub
bagian Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil Padang
 PROSEDUR Anamnesis
Riwayat ISPA, demam, odinofagia, disfagia, nyeri dan kaku saat
menggerakkan leher, suara bergumam. Ada riwayat trauma atau
ketulangan
Pemeriksaan Fisik
Kepala hiperekstensi dan miring ke sisi yang sehat, pembengkakan
dinding faring posterior, hiperemis.
Kriteria Diagnosis
 Memenuhi kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas
Diagnosis Kerja : Abses Retrofaring
Diagnosis Banding: Adenoiditis, aneurisma aorta
Pemeriksaan Penunjang
 Cek darah lengkap, PT, APTT
 Rontgen servikal lateral soft tissue setting
Tampak penebalan jaringan lunak dan air fluid level di
retrofaring
Tebal jaringan lunak di depan vertebra servikal (Wholey)
C2 C6
Anak 1-7 mm 5-14 mm
Dewasa 1-7 mm 9-22 mm
 Ct scan jika diperlukan

Terapi
 Pembedahan
 Posisi Tredelenburg dengan kepala hiperekstensi untuk
mencegah aspirasi
 Diinsisi secara vertikal pada tempat yang paling menonjol
dan fluktuatif  dibuka dengan klem dan pus disuction
 Post insisi dipasang NGT

 Pasien dirawat selama 5-7 hari atau sampai tidak ada pus
lagi
 Antibiotik dosis tinggi
o Ceftriaxone IV 2 x 1 gr atau
o Cefotaxime IV 2 x 1 gr atau
o Cefuroxime IV 2 x 1 gr
o Metronidazole 3 x 500 mg IV drip
Setelah 7 hari jika tidak ada perbaikan, antibiotika
diberikan sesuai hasil kultur, atau ditambahkan
Gentamicyn 2x80mg

 obat analgetik : Asam mefenamat 3 x 500 mg


 obat antipiretik : Parasetamol 3 x 500 mg
 Anti inflamasi : Deksametason IV 3 x 1 amp
 Terapi pulang :
o Ciprofloxacine tab 2 x 500 mgatau
o Clindamicine tab 3 x 300 mg
o Metronidazol tab 3 x 500 mg
o Dexamethason tab 3 x 0,5 mg

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi
 Rencana perawatan
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu
sendiri dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama
perawatan
 UNIT TERKAIT
 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR RUJUKAN  Kolegium Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala
Leher. Modul Utama Sub Bagian Rinologi 2008
 Kennedy DW, Bolger WE, Zinreich SJ. Disease of the sinuses
diagnosis and management. London; Decker 2001

Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh


NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
Faring THT KL keperawatan
TANDA
TANGAN

No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal


1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif
Standar operasional prosedur

ABSES SUBMANDIBULA (K12.2)


KSM :THT-KL
2014-
RSUP Dysphagia( R13.19)
DR.M.DJAMIL Trismus(R.25.2)
NO DOKUMEN No Revisi Halaman
PADANG

Standar operasional Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


prosedur Revisi

Dr. Irayanti,Sp.M, MARS


NIP.19620123 198901 2 001
 PENGERTIAN Penumpukan nanah di ruang sumandibula
 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien
yang mengalami abcess submandibula yang berobat ke Poli THT-Kl
sub bagian Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil Padang
Anamnesis
 Gejala umum : demam, sakit kepala
 Disfagia
 Suara bergumam
 Hipersalivasi
 Mulut berbau
 Nyeri dan bengkak dibawah dagu
 Riwayat penyakit sebelumnya : riwayat tonsillitis dan
peritonsil abses., dental caries dan abses

Pemeriksaan Fisik
 Asimetris leher
 pembengkakan dasar mulut (bawah lidah)
 pembengkakan region submandibula
 Torticolis dan penyempitan ruang gerak leher karena proses
inflamasi pada leher
 lidah terdorong ke atas-belakang
 trismus karena inflamasi m.pterigoid
 stridor
 dispnea (anak)

Kriteria Diagnosis
 Memenuhi kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas

Diagnosis Kerja: Abses Submandibula


Diagnosis Banding
 tumor mandibular
 limfadenopati

Pemeriksaan Penunjang
 labor darah rutin, cek gula darah bila diperlukan
 Rontgen leher posisi lateral
 Terdapat gambaran tissue swelling, tampak sebagai
bayangan gas gangren.
Terapi
 Pungsi dan Insisi abses : bagian yang paling fluktuatif atau
setinggi os hioid
 Insisi kulit pendek dan horizontal dilakukan jika
mungkin pada lipatan kulit alamiah, pada titik yang
paling menonjol (E).
 Lipatan kulit atas yang sangat terbatas dilakukan
untuk mengidentifikasi tepi depan otot
sternocleidomastoid. Insisi dilakukan sepanjang tepi
depan ini (F).
 Klem bengkok dimasukkan ke dalam rongga abses. Ini
dapat meluas sampai dibawah mandibula. Harus
dihindarkan arah yang salah (G).
 Drain Penrose kecil dimasukkan. Dilakukan
penutupan otot platysma pada tepi insisi (H).

 Pasien dirawat selama 5-7 hari atau sampai tidak ada pus
lagi
 antibiotik dosis tinggi untuk kuman aerob dan anoerob
o Ceftriaxone iv 2 x 1 gr atau
o Cefotaxime iv 2 x 1 gratau
o Cefuroxime iv 2x1 gr
o Metronidazole iv 3x500 mg
Setelah 7 hari jika tidak ada perbaikan, antibiotika
diberikan sesuai hasil kultur, atau ditambahkan
Gentamicyn 2x80mg

 obat analgetik : Asam mefenamat 3 x 500 mg, tramadol drip


1 amp/kolf
 Anti inflamasi : Deksametason iv 3 x 1 amp
 Obat kumur : betadine kumur
 Hilangkan fokal infeksi

 Terapi pulang :
o Ciprofloxacine tab 2 x 500 mgatau
o Clindamicine tab 3 x 300 mg
o Metronidazol tab 3 x 500 mg
o Deksametason tab 3 x 0,5 mg

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi
 Rencana perawatan

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu
sendiri dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama
perawatan
 UNIT TERKAIT
 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR RUJUKAN  Bailey BJ. Head and Neck Surgery – Otolaryngology, Third
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2001,
702 – 715.
 Lore JM, Medina JE. An Atlas of Head and Neck Surgery,
Fourth Edition, Elsevier Inc, W.B Saunders, Philadelphia,
2005, 854 – 855

Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh


NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
Faring THT KL keperawatan
TANDA
TANGAN

No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal


1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif

Standar operasional prosedur

ABSES PARAFARING (J39.1)


KSM :THT-KL
2014-
RSUP Airway Obstruction(J.98.8)
DR.M.DJAMIL Persistant of Microba(Z16.11)
Trismus(R.25.2)
PADANG
Dysphagia( R13.19)
Odynophagia(R.13.10)
NO DOKUMEN No Revisi Halaman

Standar operasional Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


prosedur Revisi

Dr. Irayanti,Sp.M, MARS


NIP.19620123 198901 2 001
 PENGERTIAN Penumpukan nanah pada ruang parafaring
 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien
yang mengalami abcess parafaring yang berobat ke Poli THT-Kl sub
bagian Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil Padang
 PROSEDUR Anamnesis
 gejala umum (demam, odinofagi); nyeri dan bengkak pada
leher, nyeri atau sulit menelan, hipersalivasi

Pemeriksaan Fisik
 Bengkak pada leher di belakang angulus mandibular, angulus
mandibular tidak teraba.
 Trismus (iritasi m.pterigoideus medial)
 Tonsil dan dinding faring lateral sisi yang sakit terdorong ke
medial
 Sind : horner (n. IX, X, XII) muka sisi sakit merah,
anhidrosis; mata sisi sakit ptosis dan miosis

Kriteria Diagnosis
 Memenuhi kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas

Diagnosis Kerja: Abses Parafaring


Pemeriksaan Penunjang
 labor darah rutin, PT/APTT, gula darah bila diperlukan
 darah lengkap, EKG, rontgen thorak AP bila umur > 40 tahun
 Rontgen cervikal AP dan lateral
 CT Scan Parafaring

Terapi
 Pungsi dan insisi abses :
Drainase eksternal yaitu melalui fosa sub maksilaris
 Insisi bentuk T atau hanya insisi horisontal yang lebih
kosmetis
- insisi horisontal sejajar dan 2 cm dibawah mandibula
- insisi vertikal sepanjang tepi depan otot
sternokleidomastoid
 Selubung karotis ditelusuri untuk menemukan rongga
abses. Jari operator dimasukkan dibawah kelenjar
submandibula, dan digunakan untuk diseksi secara
tumpul sepanjang venter posterior otot digastrikus ke
dalam ke apeks mastoid, ke arah prosesus stiloid yang
terletak didalam ruang parafaring.
 Dipasang drain terpisah dibagian superior dan inferior
ruang yang telah dibuka. Ujung kornu majus tulang hyoid
merupakan pedoman inferior penting yang tetap.

 Pasien dirawat selama 5-7 hari atau sampai tidak ada pus
lagi
 antibiotik dosis tinggi untuk kuman aerob dan anoerob
o Ceftriaxone iv 2 x 1 gr atau
o Cefotaxime iv 2 x 1 gr atau
o Cefuroxime iv 2 x 1 gr
o Metronidazole iv 3x500 mg
Setelah 7 hari jika tidak ada perbaikan, antibiotika
diberikan sesuai hasil kultur, atau ditambahkan
Gentamicyn 2x80mg

 obat analgetik : Asam mefenamat 3 x 500 mg atau tramadol


drip 1 amp/kolf
 obat antipiretik : Parasetamol 3 x 500 mg
 Anti inflamasi : Deksametason iv 3 x 1 amp
 Obat kumur : Betadine kumur
 Hilangkan fokal infeksi
 Terapi pulang :
o Ciprofloxacine tab 2 x 500 mgatau
o Clindamicine tab 3 x 300 mg
o Metronidazol tab 3 x 500 mg
o Metil prednisolon tab 3 x 4 mg

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi
 Rencana perawatan

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ada bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu
sendiri dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama
perawatan
 UNIT TERKAIT

 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR RUJUKAN  Bailey BJ. Head and Neck Surgery – Otolaryngology, Third
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2001,
702 – 715.
 Lore JM, Medina JE. An Atlas of Head and Neck Surgery,
Fourth Edition, Elsevier Inc, W.B Saunders, Philadelphia,
2005, 854 – 855.

Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh


NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
Faring THT KL keperawatan
TANDA
TANGAN

No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal


1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif
Standar operasional prosedur

ABSES MASTIKATOR
KSM :THT-KL
2014-
RSUP Dysphagia( R13.19)
DR.M.DJAMIL Trismus(R.25.2)
NO DOKUMEN No Revisi Halaman
PADANG

Standar operasional Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


prosedur Revisi

Dr. Irayanti,Sp.M, MARS


NIP.19620123 198901 2 001
 PENGERTIAN Infeksi di ruang masticator (muskulus maseter) yang kebanyakan
berasal dari infeksi gigi, terutama pada gigi molar.

 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien
yang mengalami infeksi ruang masticator yang berobat ke Poli THT-
Kl sub bagian Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil Padang
 PROSEDUR Anamnesis
gejala infeksi umum (demam, sakit kepala), juga terdapat nyeri di
daerah pipi dan rahang bawah, hipersalivasi, sukar buka mulut, bau
mulut

Pemeriksaan Fisik
 trismus yang hebat akibat iritasi muskular maseter
 pembengkakan di daerah pipi dan mandibula dan dasar
mulut bagian posterior

Pemeriksaan Fisik
 Memenuhi kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas
Diagnosis Kerja : Abses Mastikator
Pemeriksaan Penunjang
 labor darah rutin
 Rongen leher posisi lateral
 Terdapat gambaran tissue swelling, tampak sebagai
bayangan gas gangren.
 CT-scan
 Dengan menggunakan kontras, merupakan gold standar
untuk mengevaluasi infeksi pada daerah leher dalam.
 Abses akan tampak sebagai bangunan atau lesi, air fluid
level, dan lokulasi.
 Pemerksaan fisik yang ditunjang CT-scan memiliki
sensitivitas 95%.

Terapi
 Pungsi dan Insisi abses :
 bagian yang paling fluktuatif
 Insisi dibawah mandibula sampai mencapai periosteum.
 Diseksi secara tumpul dilakukan disisi superfisial dan
dalam mandibula.
 Dipasang drain

 Pasien dirawat selama 5-7 hari atau sampai tidak ada pus
lagi
 antibiotik dosis tinggi untuk kuman aerob dan anoerob
o Ceftriaxone iv 2x1 gr atau
o Cefotaxime iv 2x1 gr atau
o Cefuroxime iv 2 x 1 gr
o Metronidazole iv 3x500 mg
Setelah 7 hari jika tidak ada perbaikan, antibiotika
diberikan sesuai hasil kultur, atau ditambahkan
Gentamicyn 2x80mg
 obat analgetik : Asam mefenamat 3 x 500 mg, tramadol drip
1 amp/kolf
 obat antipiretik : parasetamol 3 x 500 mg
 Anti inflamasi : Deksametason iv 3 x 1 ampul
 Obat kumur : betadine kumur
 Hilangkan fokal infeksi
 Terapi pulang :
o Ciprofloxacine tab 2 x 500 mgatau
o Clindamicine tab 3 x 300 mg
o Metronidazol tab 3 x 500 mg
o Metil prednisolon tab 3 x 4 mg

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi
 Rencana perawatan
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ada bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu
sendiri dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama
perawatan
 UNIT TERKAIT
 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR RUJUKAN  Bailey BJ. Head and Neck Surgery – Otolaryngology, Third
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2001,
702 – 715.
 Lore JM, Medina JE. An Atlas of Head and Neck Surgery,
Fourth Edition, Elsevier Inc, W.B Saunders, Philadelphia,
2005, 854 – 855.

Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh


NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
Faring THT KL keperawatan
TANDA
TANGAN

No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal


1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif
Standar operasional prosedur

BENDA ASING DI LARING (T17.3)


KSM :THT-KL
2014-
RSUP Edema of larynx (J38.4)
DR.M.DJAMIL Airway Obstruction(J.98.8)
Acute respiratory failure with hypoxia (J96.01)
PADANG Dysphagia( R13.19)
NO DOKUMEN No Revisi Halaman

Standar operasional Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


prosedur Revisi

Dr. Irayanti,Sp.M, MARS


NIP.19620123 198901 2 001
 PENGERTIAN Benda asing yang tersangkut didaerah laring yang dapat
mengakibatkan sumbatan jalan nafas atas sebagian atau total

 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien
yang mengalami benda asing di laring yang berobat ke Poli THT-Kl
sub bagian Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil Padang
 PROSEDUR Anamnesis
Tersedak benda asing, perasaan tercekik, batuk, nafas berbunyi ,
sering disertai sesak nafas

Pemeriksaan Fisik
 Bila benda asing tidak menutupi seluruh laring : gejalanya
adalah disfoni, stridor dan tampak cekung di suprasternal,
epigastrium, sela iga dan supraklavikula
 Bila benda asing menyumbat total seluruh laring : sianosis,
dalam waktu 4-5 menit dapat menyebabkan kematian

Kriteria Diagnosis
 Memenuhi kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas

Kriteria Diagnosis: Benda asing di laring


Diagnosis Banding
 edem laring
 laringitis akut

Pemeriksaan Penunjang
 foto toraks
 foto servikal ( soft tissue setting)

Terapi
 laringoskopi/trakeoskopi (menutup sebagian laring)
 ekstraksi benda asing dengan cunam
 trakeostomi bila ada tanda-tanda sumbatan saluran nafas

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi
 Rencana perawatan

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ada bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu
sendiri dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama
perawatan
 UNIT TERKAIT
 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR RUJUKAN 1. Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck,
Philadelphia, Lea & Fabiger, 1993, chapter 34&35, pp.569-619
2. Bailey BJ and Pillsburry III HC. Head and Neck Surgery –
Otolaryngology. Philadelphia, JB Lippincott Co, 1993, chapter
49&51, pp.620-57
3. Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL.
Otolaryngology. Philadelphia. WBSaunders Co.,1991, chapter
29,31,33&34, pp. 2257-384
4. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head & Neck Surgery. New
York. McGraw Hill, 8th Ed, Chapter 31, pp. 724-92
5. Adam GL, Boies LR, Hilger PA, eds. Boies Fundamentalis of
Otolaryngology. Philadelphia : WB Sounders Co, 1989,chapter 18
& 19 ,pp. 557-606.
Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh
NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
Faring THT KL keperawatan
TANDA
TANGAN

No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal


1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif
Standar operasional prosedur

SUMBATAN LARING (J38.6)


KSM :THT-KL
2014-
RSUP Airway Obstruction(J.98.8)
DR.M.DJAMIL Edema of larynx (J38.4)
Acute respiratory failure with hypoxia (J96.01)
PADANG Dysphonia (R49.0)
Acute respiratory failure with hypoxia (J96.01)
Chronic respiratory failure with hypoxia (J96.11)
NO DOKUMEN No Revisi Halaman

Standar operasional Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


prosedur Revisi

Dr. Irayanti,Sp.M, MARS


NIP.19620123 198901 2 001
 PENGERTIAN  Kondisi terbuntunya jalan napas atas baik sebagian/parsial
maupun keseluruhan yang menyebabkan terjadinya
gangguan ventilasi.
 Tertutupnya jalan napas atas karena tumor, benda asing atau
infeksi terutama di daerah orafaring dan laring
 Etiologi : radang laring (dipteri dan non dipteri), tumor laring,
kelainan congenital (laringomalasia, trakeomalasia, laryngeal
web), paresis pita suara, trauma laring, benda asing laring

 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien
yang mengalami sumbatan laring yang berobat ke Poli THT-Kl sub
bagian Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil Padang
 PROSEDUR Anamnesis
Suara serak, penderita mengeluh sesak napas memberat disertai
dengan bunyi napas seperti orang ngorok, gelisah, tidak dapat
berkomunikasi dengan baik serta gangguan kesadaran

Pemeriksaan Fisik
 Didapatkan adanya cuping hidung yang bergerak saat
inspirasi, stridor, disertai cekungan pada supraklavikula,
interkosta, dan epigastrial, sianosis
 Stadium Jackson :
 Cekungan tampak pada waktu inspirasi di
suprasternal, stridor inspirasi dan pasien
masih tenang
 Cekungan pada waktu inspirasi di suprasternal
makin dalam, timbul cekungan di epigastrium,
stridor inspirasi, pasien mulai gelisah
 Cekungan di suprasternal, epigastrium,
infrakalavikula, interkostal, stridor inspirasi
dan ekspirasi, pasien sangat gelisah dan
dispnea
 Cekungan diatas bertambah dalam, pasien
sangat gelisah dan sianosis, hingga asfiksia

Kriteria Diagnosis
 Memenuhi kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas

Diagnosis Kerja : Sumbatan laring


Pemeriksaan Penunjang
 Laringoskopi langsung : Laringoskop kaku, kleinsasser
 Laringoskopi tak langsung : Flexible laringoskopi
 Pemeriksaan radiologi :
 foto leher AP dan lateral (jaringan lunak)
 CT-Scan kepala & leher (dengan dan tanpa kontras)
 Labor darah rutin, PT/APTT untuk tindakan
 Labor darah lengkap, EKG, rontgen thorak untuk tindakan
pada pasien >40 tahun

Terapi
 Oksigenasi
 Medikamentosa :
 Antibiotic : amoksisilin + klavulanat 3 x 625 mg,
ciprofloxacin 2 x 500 mg, klindamisin 3 x 300 mg,
ceftriaxon 2 x 1 gr (bila dirawat)
 Anti inflamasi : metilprednisolon 3 x 4 mg atau
deksametason 3 x 1 amp
 Trakeotomi :adalah tindakan mengiris/membuat lubang pada
trakea.
Indikasi :
 Mengatasi sumbatan jalan nafas atas, yang dapat
disebabkan oleh :
o Infeksi saluran nafas (epiglotitis akut,
laringotrakeobronkitis akut)
o Trauma daerah kepala leher
o Tumor jinak maupun ganas daerah faring,
laring, esofagus
o Kelainan kongenital saluran nafas atas
o Abduktor paralisis bilateral
o Benda asing jalan nafas
 Mengeluarkan sekret dari trakeobronkial
(bronkopnemoni, bronkiektasis, koma)
 Menunjang pemberian nafas bantuan (emfisema paru,
paralisis otot nafas)
 Mencegah aspirasi (operasi bedar daerah kepala leher,
kelumpuhan laring)
 Mencegah stenosis trachea pada prolonged intubation

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi
 Rencana perawatan

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ada bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu
sendiri dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama
perawatan
 UNIT TERKAIT
 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR RUJUKAN  Myers EN. Tracheostomy. In : EN Myers, ed. Operative
Otolaryngology Head and Neck Surgery vol. 1. WB Saunders.
Philadelphia. 1997, pp. 575-85
 Goldsmith AJ, Wynn R. Upper airway obstruction. In: Lucente
FE, Har-el.eds. Essential of otolaryngology 5 th ed. Lippincott
Williams & Wilkins. Philadelphia, 2004; 257-61.
 Spector GJ. Respiratory Insufficiency, Tracheostenosis, and
airway control. In : JJ Ballenger, ed. Diseases of the Nose,
Throat, Ear, Head and Neck. 14th Ed. Lea & Febiger.
Philadelphia. 1991, pp. 543-50
 Weissler MC. Tracheotomy & Intubation. In : BJ Bailey, et al.,
eds. Head and Neck Surgery – Otolaryngology.Vol 2. 3 rd Ed.
Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins. 2001, pp. 677-89
 Yu KCY. Airway Management & Tracheotomy. In : AK Lalwani,
ed. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology – Head
and Neck Surgery. International Edition. McGraw-Hill,
Boston, 2004. pp. 545-48
 Woo P & Yanagisawa E. The Larynx. In : KJ Lee, ed. Essential
Otolaryngology Head and Neck Surgery, 8 th Ed. McGraw-Hill,
New York. 2003, pp. 774-77
 Myers EN, Stool SE, Johnson JT. Tracheostomy. Churchill
Livingstone. New York. 1985.
Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh
NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL(K)
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
Faring THT KL keperawatan
TANDA
TANGAN

No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal


1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif
Standar operasional prosedur

TRAUMA LEHER (S10)


KSM :THT-KL
2014-
RSUP Edema of larynx (J38.4)
DR.M.DJAMIL Airway Obstruction(J.98.8)
Acute respiratory failure with hypoxia (J96.01)
PADANG Crushing Injury of Larynx and Trachea(S17.0XXS)
Hemoptysis(R04.2)
Dyspnea(R06.0)
Dysphonia (R49.0)
NO DOKUMEN No Revisi Halaman

Standar operasional Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


prosedur Revisi

Dr. Irayanti,Sp.M, MARS


NIP.19620123 198901 2 001
 PENGERTIAN  Trauma leher adalah trauma pada leher, tumpul dan
menembus.
 Trauma leher diklasifikasikan menjadi tumpul atau
menembus, yang secara potensial membahayakan
kehidupan. Trauma tumpul pada leher dapat mengakibatkan
cedera saraf spinal leher, cedera faring dan trakea, dan
cedera arteri karotis.

 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien
yang mengalami trauma leher yang berobat ke Poli THT-Kl sub
bagian Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil Padang
 PROSEDUR Anamnesis
 Sesak nafas
 suara serak
 nyeri daerah leher
 Hemoptisis (batuk beserta darah)
 perdarahan pada trauma tajam

Pemeriksaan Fisik
 krepitasi pada leher
 emfisema subkutis
 stridor
 sumbatan : retraksi suprasternal, intercostal, epigastrium

Kriteria Diagnosis
 Memenuhi kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas

Diagnosis Kerja: Trauma Leher

Pemeriksaan Penunjang
 Laringoskopi : edema, hematoma, fraktur kartilago tiroid
atau krikoid, dislokasi aritenoid, afulsi pita suara
 foto rontgen dada,CT scan, MRI jika diperlukan

Terapi
1. Upaya suportif dasar
 Pemasangan infus
 Pencegahan tetanus : ATS jika diperlukan
 Antibiotik : amoksisilin + klavulanat, ciprofloxacin,
klindamisin, ceftriaxone, cefotaxime, cefuroxime
 Kortikosteroid : metilprednisolon, deksametason
 Istirahat bicara
2. Gangguan jalan nafas
- rongga mulut dan orofaring
- hipofaring,
- laring,
- Trakea
Dilakukan tindakan :
 Intubasi endotrakeal
 Krikotirotomi
 Trakeotomi
3. Perdarahan
- eksternal,
- dalam rongga (terutama hipofaring, rongga mulut,
orofaring),
- internal didalam jaringan lunak (misalnya hematom yang
membesar)
 pembengkakan eksternal
 pembengkaan hipofaring, rongga mulut, orofaring
Dilakukan tindakan :
 Penekanan dari luar secara langsung
 Eksplorasi bedah
a. Ligasi
b. Rekonstruksi pembuluh darah besar
 Pemasangan NGT
4. Perforasi visera
- hipofaring,
- laring,
- trakea
- Esofagus
Dilakukan tindakan :
 Eksplorasi bedah
 Penutupan dengan bedah, khususnya esofagus
 Drainase bedah, terutama jika tidak mungkin dilakukan
penutupan
5. Gangguan saraf
 Perbaikan cedera saraf, misalnya saraf otak

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi
 Rencana perawatan untuk tindakan

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu
sendiri dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama
perawatan
 UNIT TERKAIT
 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR RUJUKAN  Bailey BJ. Head and Neck Surgery – Otolaryngology, Third
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2001,
717 – 821.
 Lore JM, Medina JE. An Atlas of Head and Neck Surgery,
Fourth Edition, Elsevier Inc, W.B Saunders, Philadelphia,
2005, 856.

Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh


NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL(K)
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
faring keperawatan
TANDA
TANGAN

No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal


1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif
Standar operasional prosedur

TONSILITIS KRONIS (J35.01)


Sleep apnea, unspecified (G47.30)
Obstructive sleep apnea (adult) (pediatric) (G47.33)
Chronic adenoiditis (J35.02)
RSUP Chronic tonsillitis and adenoiditis (J35.03)
Hypertrophy of tonsils (J35.1)
DR.M.DJAMIL Hypertrophy of adenoids (J35.2)
PADANG Hypertrophy of tonsils with hypertrophy of adenoids (J35.3)
Dysphagia (R13.19)

KSM :THT-KL
2014-
NO DOKUMEN No Revisi Halaman

Standar operasional Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


prosedur Revisi

Dr. Irayanti,Sp.M, MARS


NIP.19620123 198901 2 001
 PENGERTIAN Tonsilitis kronis adalah radang kronis tonsil, menyebabkan epitel
mukosa dan jaringan limfoid terkikis sehingga dalam proses
penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang
tampak pelebaran kriptus dan radang diisi oleh detritus.

 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien
yang mengalami tonsilitis kronis yang berobat ke Poli THT-Kl sub
bagian Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil Padang
 PROSEDUR Anamnesis
Keluhan umumnya berupa nyeri menelan yang biasanya berulang,
sehingga menyebabkan gangguan makan (disfagia) dan gangguan
gizi (malnutrisi). Rasa benda asing di tenggorok dan mulut berbau,
dapat menyebabkan terjadinya obstruksi nafas saat tidur
(obstructive sleep apneau), posisi lidah abnormal dan gangguan
orofasial.

Pemeriksaan Fisik
1. Ukuran tonsil yang membesar :
- T1 : masih terbatas daam fossa tonsilaris
- T2 : sudah melewati pilar anterior, belum
melewati garis paramedian (pilar posterior)
- T3 : sudah melewati garis paramedian, belum
melewati garis median
- T4 : sudah melewati garis median
2. Permukaan tidak rata
3. Muara kripti melebar
4. Terdapat detritus pada muara kripti
5. Perlengketan dengan pilar

Kriteria Diagnosis
 Memenuhi kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas

Diagnosis Kerja: Tonsilitis Kronis


Diagnosis Banding
 Penyakit tonsillitis membranosa : tonsillitis dipteri, angina
plaut Vincent, mononucleosis infeksiosa
 Tumor tonsil

Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium darah : Hb, leukosit, haematokrit, trombosit,
PT, APTT
 Foto rontgen dada, EKG, SGOT/SGPT untuk usia lebih dari 40
tahun

Terapi
1. Konservatif : simtomatis dan pemberian antibiotika bila
perlu
- Antibiotik : Amoksisilin + Klavulanat 3 x 625 mg,
Ciprofloxacin 2 x 500 mg, Clindamisin 3 x 300 mg
- Analgetik : Asam mefenamat 3 x 500 mg
- Antipiretik : Parasetamol 10 mg/kgBB/x
- Anti inflamasi : Metil prednisolon 3 x 4 mg
- Obat kumur jika perlu

2. Operatif :
Lama rawatan 2-3 hari
Indikasi operasi :
A. Obstruksi :
- Hyperplasia tonsil dengan obstruksi
- Gangguan bernafas saat tidur : OSA, OHS, Upper
airway resistance syndrome
- Gagal tumbuh
- Cor pulmonale
- Abnormalitas menelan
- Abnormalitas berbicara
- Abnormalitas orofacial/dental
- Gangguan limfoproliperatif
B. Infeksi :
- Tonsillitis rekuren/kronis
- Tonsillitis dengan : abses nodus cervical, obstruksi
jalan nafas akut, penyakit jantung katup
- Tonsillitis persisten dengan : sore throat prsisten,
nodus cervical yang nyeri, halitosis
- Tonsilolithiasis
- Status karier streptococcal yang tidak responsive
terhadap terapi medis pada anak-anak atau keluarga
yang berisiko
- Abses peritonsil yang tidak responsive terhadap
terapi medis atau pada pasien dengan tonsillitis
rekuren atau abses rekuren
C. Neoplasma : tersangka neoplasma baik benigna maupun
maligna

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi
 Rencana perawatan

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ada bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu
sendiri dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama
perawatan
 UNIT TERKAIT
 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR RUJUKAN  Bailey B. J. Tonsillitis, Tonsillectomy, and Adenoidectomy. In :
Head and Neck Surgery Otolaryngology. Fourth Edition.
Texas. Lippincott Williams & Wilkins. 2006 : 1183-97.
 Bailey B. J. Tonsillectomy, Adenoidectomy, and UPPP. In :
Pediatric and General Otolaryngology. 2001 : 858-63.
 Adams G. L. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring.
Dalam : Highler B. A. Boeis Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.
Jakarta. EGC. 1997 : 327-40.
 Rusmarjono, Soepardi E. Penyakit Serta Kelainan Faring dan
Tonsil. Dalam : Soepardi E, Iskandar N. Buku ajar ilmu
kesehatan THT-KL. Ed 5 Jakarta. Balai Penerbit FKUI, 2001:
183-4.
 Safar P, Escarraga LA, Chang F. Upper airway obstruction in
the unconscious patient. J Appl Physiol 1959;14:760-4.
 Ballenger J. J. Tonsil. Dalam : Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 13. Jakarta. Binarupa
Aksara. 1994 : 352-7.

Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh


NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL (K)
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
faring keperawatan
TANDA
TANGAN

No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal


1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif
Standar operasional prosedur

FARINGITIS (J31.2)
Acute Pharyngitis (J02.9)
Acute Pharyngitis due to other specified organism (J02.8)
Chronic pharyngitis (J31.2)
RSUP Dysphagia (R13.19)
DR.M.DJAMIL KSM :THT-KL
PADANG 2014-
NO DOKUMEN No Revisi Halaman

Standar operasional Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


prosedur Revisi

Dr. Irayanti,Sp.M, MARS


NIP.19620123 198901 2 001
 PENGERTIAN Merupakan infeksi dinding faring yang disebabkan karena bakteri
terutama Streptokokus B hemolitikus yang biasanya diderita anak-
anak. Dapat juga disebabkan Clostridium Diphteri yang
menimbulkan membran diphteri yang menyebabkan obstruksi jalan
nafas atas pada anak-anak.

 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien
yang mengalami faringitis yang berobat ke Poli THT-Kl sub bagian
Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil Padang
 PROSEDUR Anamnesis
 Sakit tenggorok
 Sulit menelan
 Tenggorok terasa gatal
 Demam
 Rhinorea dan batuk umumnya tidak terdapat pada infeksi
ini.
 Tampak Limphadenophati Cervical.
 Komplikasi yang serius adalah demam rematik
 Komplikasi nonsupuratif glomerulonephritis, rhamatoid
fever, grisel sindrom, subluxatio atlantoaxial joint sampai
proses inflamasi pada kepala dan leher.
 Komplikasi supurasi adalah otitis media dan sinusitis akut.

Pemeriksaan Fisik
 Pada faring sering tampak erytema ringan dan
cobblestoning, arythenoid eritema
 Tampak eksudat pada faring maupun tonsil, limphadenopati
cervical
 Bila penyebabnya C.diphteri tampak pseudomembran warna
abu-abu yang menempel kuat pada dasar jaringan.
Perluasan selaput sampai nasofaring atau laryng
menyebabkan
 Membran diphteri dapat menyebabkan obstruksi saluran
nafas.

Kriteria Diagnosis
 Memenuhi kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas

Diagnosis Kerja : Faringitis


Diagnosis Banding
 Faringitis Diphteri
 Faringitis siphilis
 Candidiasis

Pemeriksaan Penunjang
 laboratorium darah, urin rutin
 kultur bakteriologi
 biopsi
 swab

Terapi
1. Medikamentosa :
 Antibiotik : Amiksisilin, Co-Amoxiclav, Ciprofloxacin,
Clindamicin
Antibiotik spesifik untuk TBC dan Lepra
 Antivirus : Acyclovir
 Analgetik : Asam mefenamat
 Antipiretik : Parasetamol, Ibuprofen
 Kortikosteroid : Metilprednisolon
 Obat kumur jika perlu : Betadine
 Kauterisasi : AgNO3 20%

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi
 Rencana perawatan bila terdapat faringitis yang disebabkan
diphteri

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ada bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu
sendiri dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama
perawatan
 UNIT TERKAIT
 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR RUJUKAN  Alper C., Myers E N., Eibling., Decicion Making In Ear, Nose,
and Throat Disorders, Saunders Company, 152-153., 2001
 Bailey BJ., Johnson JT. Pharyngitis, 601-613., 2006
 Becker W., Nauman H H., Pfaltz R C., Ear, Nose, and Throat
Diseases, Thieme, 299-387., 1194

Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh


NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL (K)
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
faring keperawatan
TANDA
TANGAN

No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal


1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif
Standar operasional prosedur

NODUL PITA SUARA (J38.2)


Chronic laryngitis (J37.0)
Other diseases of vocal cords (J38.3)
Dysphonia (R49.0)
RSUP KSM :THT-KL
DR.M.DJAMIL 2014-
PADANG NO DOKUMEN No Revisi Halaman

Standar operasional Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


prosedur Revisi

Dr. Irayanti,Sp.M, MARS


NIP.19620123 198901 2 001
 PENGERTIAN Nodul pita suara merupakan bentuk laryngitis kronis yang
terlokalisasi yang ditandai dengan massa kecil jaringan inflamasi dan
terdapat pada bagian tengah pita suara

 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien
yang mengalami nodul pita suara yang berobat ke Poli THT-Kl sub
bagian Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil Padang
 PROSEDUR Anamnesis
 Suara pecah pada nada tinggi dan gagal mempertahankan
nada
 Riwayat penggunaan suara yang berlebihan (penyanyi, guru)

Pemeriksaan Fisik
LI : Tampak nodul pada pita suarapada titik tengah, biasanya
bilateral, polipoid, merah, edema atau bila kronik tampak pucat,
runcing dan simetris.

Kriteria Diagnosis
 Memenuhi kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas

Diagnosis Kerja: Nodul Pita Suara

Diagnosis Banding
 Tumor ganas laring
 Granuloma laring
 Papiloma laring
 Polip pita suara

Pemeriksaan Penunjang
 Laringoskopi langsung : Laringoskop kaku, kleinsasser
 Laringoskopi tak langsung : Flexible laringoskopi,
pemeriksaan Stroboskopi
 EKG, Rontgen Thorak, pemeriksaan laboratorium darah
lengkap untuk persiapan operasi

Terapi
1. Konservatif:
 Istirahat suara total jangka waktu tertentu
 Menghindari zat iritan seperti merokok, minuman
alkohol
2. Medikamentosa :
 Obat sedatif
 Antiinflamasi : metilprednisolon
 Neurotropika
3. Operatif :
Lama rawatan 2-3 hari
 Bedah mikro-laser

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ada bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu
sendiri dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama
perawatan
 UNIT TERKAIT
 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR RUJUKAN 1. Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck,
Philadelphia, Lea & Fabiger, 1993, chapter 34&35, pp.569-619
2. Bailey BJ and Pillsburry III HC. Head and Neck Surgery –
Otolaryngology. Philadelphia, JB Lippincott Co, 1993, chapter
49&51, pp.620-57
3. Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL.
Otolaryngology. Philadelphia. WBSaunders Co.,1991, chapter
29,31,33&34, pp. 2257-384
4. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head & Neck Surgery. New
York. McGraw Hill, 8th Ed, Chapter 31, pp. 724-92
5. Adam GL, Boies LR, Hilger PA, eds. Boies Fundamentalis of
Otolaryngology. Philadelphia : WB Sounders Co, 1989,chapter 18
& 19 ,pp. 557-606.
Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh
NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL (K)
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
faring keperawatan
TANDA
TANGAN

No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal


1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif
Standar operasional prosedur

POLIP PITA SUARA (J38.1)


Polyp of vocal cord and larynx (J38.1)
Other diseases of vocal cords (J38.3)
Dysphonia (R49.0)
RSUP Other forms of dyspnea (R06.09)
DR.M.DJAMIL Acute respiratory failure with hypoxia (J96.01)
PADANG Chronic respiratory failure with hypoxia (J96.11)
KSM :THT-KL
2014-
NO DOKUMEN No Revisi Halaman

Standar operasional Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


prosedur Revisi

Dr. Irayanti,Sp.M, MARS


NIP.19620123 198901 2 001
 PENGERTIAN Massa polipoid yang terletak di tengah-tengah pita suara atau
degenerasi polipoid yang merata pada kedua pita suara

 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien
yang mengalami polip pita suara abcess parafaring yang berobat ke
Poli THT-Kl sub bagian Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil Padang
 PROSEDUR Anamnesis
 Suara serak
 afoni bila terjadi prolapsus polip diantara pita suara
sensasi benda asing di tenggorok

Pemeriksaan Fisik
LI : tampak lesi bertangkai unilateral, warna merah terang sampai
kuning pucat bening, pada saat fonasi lesi bergerak kea rah superior
melintasi glottis

Kriteria Diagnosis
 Memenuhi kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas

Diagnosis Kerja: Polip Pita Suara


Diagnosis Banding
 Tumor ganas laring
 Granuloma laring
 Papiloma laring
 Nodul pita suara
Pemeriksaan Penunjang
 Laringoskopi langsung : Laringoskop kaku, kleinsasser
 Laringoskopi tak langsung : Flexible laringoskopi
 EKG, Rontgen Thorak, pemeriksaan laboratorium darah
lengkap untuk persiapan operasi

Terapi
1. Konservatif:
 Istirahat suara total jangka waktu tertentu
 Menghindari zat iritan seperti merokok, minuman
alkohol
2. Medikamentosa :
 Obat sedatif
 Antiinflamasi : metilprednisolon
 Pemberian neurotropika
 Terapi faktor resiko, misal; kelainan paru, jantung,
DM
3. Operatif :
 Lama rawatan 2-3 hari
 Terapi operasi dikerjakan, bila terapi konservatif tidak
didapatkan kemajuan setelah lebih dari 6 bulan
 Bedah mikro-laser
 Operasi Trakeotomi bila mengakibatkan obstruksi
jalan nafas atas.

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ada bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu
sendiri dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama
perawatan
 UNIT TERKAIT
 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR RUJUKAN 1. Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck,
Philadelphia, Lea & Fabiger, 1993, chapter 34&35, pp.569-619
2. Bailey BJ and Pillsburry III HC. Head and Neck Surgery –
Otolaryngology. Philadelphia, JB Lippincott Co, 1993, chapter
49&51, pp.620-57
3. Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL.
Otolaryngology. Philadelphia. WBSaunders Co.,1991, chapter
29,31,33&34, pp. 2257-384
4. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head & Neck Surgery. New
York. McGraw Hill, 8th Ed, Chapter 31, pp. 724-92
5. Adam GL, Boies LR, Hilger PA, eds. Boies Fundamentalis of
Otolaryngology. Philadelphia : WB Sounders Co, 1989,chapter 18
& 19 ,pp. 557-606.

Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh


NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL (K)
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
faring keperawatan
TANDA
TANGAN

No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal


1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif
Standar operasional prosedur

DISFONIA (R.49.0)
Other diseases of vocal cords (J38.3)
Edema of larynx (J38.4)
Laryngeal spasm (J38.5)
RSUP Stenosis of larynx (J38.6)
DR.M.DJAMIL Acute respiratory failure with hypoxia (J96.01)
PADANG Chronic respiratory failure with hypoxia (J96.11)
Acute and chronic respiratory failure with hypoxia (J96.21)
Dyspnea, unspecified (R06.00)
KSM :THT-KL
2014-
NO DOKUMEN No Revisi Halaman

Standar operasional Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


prosedur Revisi

Dr. Irayanti,Sp.M, MARS


NIP.19620123 198901 2 001
 PENGERTIAN Suatu kelainan yang dihasilkan dari ketidakmampuan kontraksi pita
suara saat fonasi.

 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien
yang mengalami disfonia yang berobat ke Poli THT-Kl sub bagian
Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil Padang
 PROSEDUR Anamnesis
Berdasarkan tipe disfonia
 Disfoni fungsional
 Disfoni habitual
hiperkinetik: suara tercekik, tegang dan kasar, nada suara
rendah dan waktu fonasi pendek. Hipokinetik: terengah-
engah, parau, tertahan dan lemah, nada lebih tinggi.
Fatigue: Suara parau, terengah-engah, nada tinggi dan leher
tegang dengan laring hiperelevasi.
 Disfoni Ventricular: Suara kasar, nada rendah, berat,
tertahan dan sangat parau.
 Disfoni psikogenik: Timbul perlahan-lahan dan dalam jangka
panjang. Suara parau timbul tiba-tiba, sembuh spontan dan
kambuh. Biasa terjadi pada kelainan kepribadian dan emosi
yang tidak stabil.
 Disfoni muskular tension: Sering terjadi pada wanita dan
seseorang yang tegang.
 Disfoni spasmodik: karakteristik: stakato(pendek- pendek),
kejang, ngotot, menekan atau mengerang. 2 tipe: tipe
adduktor tipe abduktor. Lebih banyak pada wanita. Timbul
perlahan.
 Disfoni oleh karena kelainan endokrin: disebabkan
perubahan hormonal. Perubahan kadar estrogen dan
progesterone selama kehamilan. Menopause,
hipogonadisme, pubertas prematur, gangguan tiroid.
 Paralisis: 2 tipe: Abduktor dan Adduktor. Penyebab adalah
kongenital atau didapat. Penyebab didapat trauma bedah,
trauma non-bedah, keganasan, inflamasi, neurologik,
penyakit lain dan idiopatik
 Disfoni oleh karena kelainan sentral: Disebabkan kelainan
pada kortek serebral.
Disfoni oleh karena kelainan otot: Kelainan otot

Pemeriksaan Fisik
Telinga, hidung dan tenggorok, daerah leher dan dada, Pemeriksaan
Laringoskopi tak langsung

Kriteria Diagnosis
 Memenuhi kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas

Diagnosis Kerja: Disfonia


Pemeriksaan Penunjang
 Laringoskopi langsung : Laringoskop kaku, kleinsasser
 Laringoskopi tak langsung : Flexible laringoskopi,Stroboskopi,
 Ro Thorak
 pemeriksaan laboratorium.
Terapi
 Konservatif: Terapi bicara.
 Pemberian neurotropika.
 Terapi faktor resiko, misal; kelainan paru, jantung, DM
 Operasi Trakeostomi bila mengakibatkan obstruksi jalan
nafas atas.
 Terapi operasi dikerjakan, bila terapi konservatif tidak
didapatkan kemajuan setelah lebih dari 6 bulan. Jenis
operasi: aritenoidektomi dan thiroplasty.

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ada bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu
sendiri dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama
perawatan
 UNIT TERKAIT
 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR RUJUKAN 1. Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck,
Philadelphia, Lea & Fabiger, 1993, chapter 34&35, pp.569-619.
2. Bailey BJ and Pillsburry III HC.Head and Neck Surgery –
Otolaryngology. Philadelphia, JB Lippincott Co, 1993, chapter 49&51,
pp.620-57.
3. Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL.
Otolaryngology. Philadelphia. WBSaunders Co.,1991, chapter
29,31,33&34, pp. 2257-384.
4. Lee KJ. Essential Otolaryngology.Head & Neck Surgery. New York.
McGraw Hill, 8th Ed, Chapter 31, pp. 724-92.

 DAFTAR RUJUKAN

Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh


NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL (K)
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
faring keperawatan
TANDA
TANGAN

No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal


1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif
Standar operasional prosedur

LARINGITIS AKUT (J.05)


Disfonia (R.49.0)
Dysphagia (R13.19)
RSUP Edema of larynx (J38.4)
Acute respiratory failure with hypoxia (J96.01)
DR.M.DJAMIL Dyspnea, unspecified (R06.00)
PADANG KSM :THT-KL
2014-
NO DOKUMEN No Revisi Halaman

Standar operasional Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


prosedur Revisi

Dr. Irayanti,Sp.M, MARS


NIP.19620123 198901 2 001
 PENGERTIAN Suatu kelainan yang disebabkan karena adanya peradangan akut
pada laring

 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien
yang mengalami laringitis akut yang berobat ke Poli THT-Kl sub
bagian Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil Padang
 PROSEDUR Anamnesis
umum : demam, malaise
lokal : disfonia sampai dengan afonia
- nyeri menelan, berbicara
- gejala sumbatan laring terutama anak
- batuk

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dengan laringoskop indirek : mukosa laring hiperemis,
edema (plika vokalis)

Kriteria Diagnosis
 Memenuhi kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas

Diagnosis Kerja: Laringitis Akut

Diagnosis Banding: Laringitis kronis

Pemeriksaan Penunjang
Laringoskopi indirek, Laringoskopi direk, fiber optic laringoskopi,
radiologi dan laboratorium.
Terapi
 Antibiotik terutama untuk Stafilokokus aureus, Streptokokus
pyogenes, dan Difteri. Buku panduan( memakai amoksilin dengan
asam klavulanat atau ampisilin dengan sulbaktam. Injeksi Penisilin
Prokain selama 10 hari untuk kuman Difteri disertai pemberian
serum anti difteri.
 Terapi kortikosteroid terutama pada bayi dan anak dengan potensi
terjadi sumbatan jalan napas atas.
 Terapi simtomatis: analgesik, antipiretik, mukolitik.
 Humidifikasi dalam ruangan yang sejuk dan dingin
 Tindakan operasi trakeostomi dilakukan bila didapatkan obstruksi
jalan napas atas yang gagal penanganan konservatif.

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ada bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu
sendiri dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama
perawatan
 UNIT TERKAIT
 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR RUJUKAN 1. Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck,
Philadelphia, Lea & Fabiger, 1993, chapter 34&35, pp.569-619.
2. Bailey BJ and Pillsburry III HC.Head and Neck Surgery –
Otolaryngology. Philadelphia, JB Lippincott Co, 1993, chapter
49&51, pp.620-57.
3. Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL.
Otolaryngology. Philadelphia. WBSaunders Co.,1991, chapter
29,31,33&34, pp. 2257-384.
4. Lee KJ. Essential Otolaryngology.Head & Neck Surgery. New York.
McGraw Hill, 8th Ed, Chapter 31, pp. 724-92.

Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh


NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL (K)
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
faring keperawatan
TANDA
TANGAN
No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal
1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif
Standar operasional prosedur

LARINGITIS KRONIK (J.37)


Disfonia (R.49.0)
Dysphagia (R13.19)
Edema of larynx (J38.4)
RSUP Chronic respiratory failure with hypoxia (J96.11)
DR.M.DJAMIL Acute and chronic respiratory failure with hypoxia (J96.21)
PADANG Dyspnea, unspecified (R06.00)
KSM :THT-KL
2014-
NO DOKUMEN No Revisi Halaman

Standar operasional Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


prosedur Revisi

Dr. Irayanti,Sp.M, MARS


NIP.19620123 198901 2 001
 PENGERTIAN Peradangan kronis pada laring; dasar waktu 12-14 minggu.

 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien
yang mengalami laringitis kronis yang berobat ke Poli THT-Kl sub
bagian Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil Padang
 PROSEDUR Anamnesis
 Suara serak sampai tidak dapat mengeluarkan suara (afoni)
 Batuk kronis

Pemeriksaan Fisik
Kelainan kronis pada korda vokalis dapat menyebabkan perubahan
mukosa pada korda vokalis.

Kriteria Diagnosis
 Memenuhi kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas

Diagnosis Kerja: Laringitis Kronis

Diagnosis Banding
Aktinomikosis laring, lupus vulgaris laring, nodul pita suara, keratosis
laring, karsinoma laring

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laringoskopi indirek, direk dan fiber optic laringoskopi.
Permeriksaan radiologi dan pemeriksaan laboratorium.
Terapi
 Pasien jugadiminta untuk tidak banyak bersuara.
 Pada laryngitis yang disebabkan oleh rokok, alkohol,
asappabrik, penggunaan suara yang berlebih maka
disarankan : Pasien diharapkan untuk berhentimerokok,
hentikan meminum alcohol, Gunakan masker, hindari
minuman dingin, hindari makanan berminyak, hindari makan
pedas, hindari zat-zat penyebab, istirahat berbicara.
 Terapi Medikamentosa : Antibiotik, Antituberkulosa
(laryngitis tuberkulosa) , Antasida, Obatbatuk jika terdapat
batukTerapi Pembedahan : Pengangkatan sekuester (pada
laryngitis luetika) dan trakeostomi bilaterjadi sumbatan
laring

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ada bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu
sendiri dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama
perawatan
 UNIT TERKAIT
 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR RUJUKAN 1. Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck,
Philadelphia, Lea & Fabiger, 1993, chapter 34&35, pp.569-619.
2. Bailey BJ and Pillsburry III HC.Head and Neck Surgery –
Otolaryngology. Philadelphia, JB Lippincott Co, 1993, chapter
49&51, pp.620-57.
3. Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL.
Otolaryngology. Philadelphia. WBSaunders Co.,1991, chapter
29,31,33&34, pp. 2257-384.
4. Lee KJ. Essential Otolaryngology.Head & Neck Surgery. New York.
McGraw Hill, 8th Ed, Chapter 31, pp. 724-92.

Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh


NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL (K)
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
faring keperawatan
TANDA
TANGAN

No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal


1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif
Standar operasional prosedur

LPR (Larygopharyngeal Reflux) (K.21.9)


Disfonia (R.49.0)
Odynophagia(R.13.10)
Edema of larynx (J38.4)
RSUP Gastro-esophageal reflux disease with esophagitis (K.21.0)
DR.M.DJAMIL KSM :THT-KL
PADANG 2014-
NO DOKUMEN No Revisi Halaman

Standar Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


operasional Revisi
prosedur
Dr. Irayanti,Sp.M, MARS
NIP.19620123 198901 2 001

PENGERTIAN Jejas pada laringofaring yang diakibatkan aliran balik asam lambung ke
daerah laringofaring.

 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien yang
mengalami laringopharyngeal reflux yang berobat ke Poli THT-Kl sub
bagian Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil Padang
 PROSEDU Anamnesis
R  Suara serak
 Sering mendehem (throat clearing)
 Kesulitan dalam proses menelan
 Batuk setelah makan/berbaring
 Sering tersedak
 Batuk kronis
 Perasaan mengganjal ditenggorokkan

Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan laringoskop indirect atau fiberoptik
Hasil temuan:
- Edema subglotik
- Obliterasi ventrikular
- Eritema/hiperemis
- Edema pita suara
- Edema laring menyeluruh
- Hipertrofi komisura posterior
- Granuloma
- Mukus endotrakeal

Kriteria Diagnosis
 Memenuhi kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas dan RSI

Reflux Symptom Index (RSI)


A RSI > 10 could indicate significant laryngopharyngeal
reflux

Diagnosis Kerja: LPR


Diagnosis Banding : GERD

Pemeriksaan Penunjang:
 Laringoskopi langsung : Laringoskop kaku, kleinsasser
 Laringoskopi tak langsung : Flexible laringoskopi, stroboskopi
laringoskopi
 Laboratorium
 Monitoring 24 jam pH meter
Terapi
 PPI (lansoprazol, Omeprazol)
 Antibiotik bila diperlukan
 Anti inflamasi

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ada bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu sendiri
dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama perawatan
 UNIT TERKAIT
 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR 1. Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck,
RUJUKAN Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck,
Philadelphia, Lea & Fabiger, 1993, chapter 34&35, pp.569-619.
2. Bailey BJ and Pillsburry III HC.Head and Neck Surgery –
Otolaryngology. Philadelphia, JB Lippincott Co, 1993, chapter
49&51, pp.620-57.
3. Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL.
Otolaryngology. Philadelphia. WBSaunders Co.,1991, chapter
29,31,33&34, pp. 2257-384.
4. Lee KJ. Essential Otolaryngology.Head & Neck Surgery. New
York. McGraw Hill, 8th Ed, Chapter 31, pp. 724-92.

Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh


NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL (K)
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
faring keperawatan
TANDA
TANGAN

No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal


1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif
Standar operasional prosedur

Tonsilitis Kronis & Hipertrofi Adenoid (J.35.3)


Sleep apnea, unspecified (G47.30)
Obstructive sleep apnea (adult) (pediatric) (G47.33)
Chronic adenoiditis (J35.02)
RSUP Chronic tonsillitis and adenoiditis (J35.03)
Hypertrophy of tonsils (J35.1)
DR.M.DJAMIL Hypertrophy of adenoids (J35.2)
PADANG Hypertrophy of tonsils with hypertrophy of adenoids (J35.3)
Dysphagia (R13.19)
KSM :THT-KL
2014-
NO DOKUMEN No Revisi Halaman

Standar operasional Tanggal Terbit/ DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


prosedur Revisi

Dr. Irayanti,Sp.M, MARS


NIP.19620123 198901 2 001
 PENGERTIAN Tonsilitis kronis adalah radang kronis tonsil, menyebabkan epitel
mukosa dan jaringan limfoid terkikis sehingga dalam proses
penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang
tampak pelebaran kriptus dan radang diisi oleh detritus.
Hipertrofi Adenoid adalah pembesaran adenoid yang disebabkan
peradangan berulang pada adenoid
 TUJUAN Sebagai pedoman dalam proses diagnosis dan terapi pada pasien
yang mengalami tonsilitis kronis dan hipertrofi adenoid yang
berobat ke Poli THT-Kl sub bagian Laring-Faring, RSUP dr.M.Djamil
Padang
 PROSEDUR Anamnesis
Keluhan umumnya berupa nyeri menelan yang biasanya berulang,
nyeri tenggorok, rasa benda asing di tenggorok dan mulut berbau,
bila membesar ke bawah menyebabkan obstruksi nafas (ngorok)
saat tidur, posisi lidah abnormal, gangguan orofasial, hidung
tersumbat, telinga terasa penuh, mulut terasa kering setelah
bangun tidur

Pemeriksaan Fisik
1. Ukuran tonsil yang membesar :
- T1 : masih terbatas daam fossa tonsilaris
- T2 : sudah melewati pilar anterior, belum
melewati garis paramedian (pilar posterior)
- T3 : sudah melewati garis paramedian, belum
melewati garis median
- T4 : sudah melewati garis median
2. Permukaan tidak rata
3. Muara kripti melebar
4. Terdapat detritus pada muara kripti
5. Perlengketan dengan pilar
6. Rinoskopi posterior : terlihat adenoid
Kriteria Diagnosis
 Memenuhi kriteria anamnesis diatas
 Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik diatas

Diagnosis Kerja: Tonsilitis kronis & hipertrofi adenoid

Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium darah : Hb, leukosit, haematokrit, trombosit,
PT, APTT

Terapi
1. Konservatif : simtomatis dan pemberian antibiotika bila perlu
- Antibiotik : Amoksisilin + Klavulanat 3 x 625 mg,
Ciprofloxacin 2 x 500 mg, Clindamisin 3 x 300 mg
- Analgetik : Asam mefenamat 3 x 500 mg
- Antipiretik : Parasetamol 10 mg/kgBB/x
- Anti inflamasi : Metil prednisolon 3 x 4 mg
- Obat kumur jika perlu

2. Operatif :
Indikasi operasi :
A. Obstruksi :
- Hyperplasia tonsil dengan obstruksi
- Gangguan bernafas saat tidur : OSA, OHS, Upper
airway resistance syndrome
- Gagal tumbuh
- Cor pulmonale
- Abnormalitas menelan
- Abnormalitas berbicara
- Abnormalitas orofacial/dental
- Gangguan limfoproliperatif
B. Infeksi :
- Tonsillitis rekuren/kronis
- Tonsillitis dengan : abses nodus cervical, obstruksi
jalan nafas akut, penyakit jantung katup
- Tonsillitis persisten dengan : sore throat prsisten,
nodus cervical yang nyeri, halitosis
- Tonsilolithiasis
- Status karier streptococcal yang tidak responsive
terhadap terapi medis pada anak-anak atau keluarga
yang berisiko
- Abses peritonsil yang tidak responsive terhadap
terapi medis atau pada pasien dengan tonsillitis
rekuren atau abses rekuren
3. Neoplasma : tersangka neoplasma baik benigna maupun
maligna

Edukasi
 Penjelasan tentang kelainan/penyakit dan komplikasi

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ada bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Efek samping dan komplikasi akibat tindakan dan penyakit itu
sendiri dapat memperberat kondisi pasien dan memperlama
perawatan
 UNIT TERKAIT
 DOKUMEN
TERKAIT
 DAFTAR RUJUKAN  Bailey B. J. Tonsillitis, Tonsillectomy, and Adenoidectomy. In :
Head and Neck Surgery Otolaryngology. Fourth Edition.
Texas. Lippincott Williams & Wilkins. 2006 : 1183-97.
 Bailey B. J. Tonsillectomy, Adenoidectomy, and UPPP. In :
Pediatric and General Otolaryngology. 2001 : 858-63.
 Adams G. L. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring.
Dalam : Highler B. A. Boeis Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.
Jakarta. EGC. 1997 : 327-40.
 Rusmarjono, Soepardi E. Penyakit Serta Kelainan Faring dan
Tonsil. Dalam : Soepardi E, Iskandar N. Buku ajar ilmu
kesehatan THT-KL. Ed 5 Jakarta. Balai Penerbit FKUI, 2001:
183-4.
 Safar P, Escarraga LA, Chang F. Upper airway obstruction in
the unconscious patient. J Appl Physiol 1959;14:760-4.
 Ballenger J. J. Tonsil. Dalam : Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 13. Jakarta. Binarupa
Aksara. 1994 : 352-7.

Dibuat Oleh Ditinjau Oleh Disahkan Oleh


NAMA Dr. Novialdi, Sp.THT-KL (K)
JABATAN Ketua Sub Bagian Laring Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
faring keperawatan
TANDA
TANGAN

No. Bagian/Unit Jumlah Personel Tanda Tangan Tanggal


1 Seksi SPO, Kebijakan
dan Document Control
2 Quality Manager
Representatif

Anda mungkin juga menyukai