PANDUAN
PENANDAAN LOKASI OPERASI
BAB I
DEFENISI
1. PENDAHULUAN
Dalam pelayanan bedah besar dan kompleks ada sesuatu hal yang terjadi tidak
sesuai dengan yang diharapkan seperti penandaan yang salah, prosedur salah
atau orang yang salah operasi.
Adanya suatu kebijakan yang direkomendasikan oleh NationalPatient Safety
Agency (NPSA)dan WHO untuk melengkapi checklist Keselamatan Pasien yang
diluncurkan pada tanggal 1 Juni 2009 untuk dipatuhi.
Kementerian Kesehatan Republik Indinesia mengeluarkan suatu kebijakan yaitu :
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah sakit, yang
menyatakan : setiap rumah sakit harus memenuhi Sasaran Keselamatan pasien
diantaranya adalah :
1. Ketepatan identifikasi pasien;
2. Peningkatan komunikasi yang efektif;
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi;
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
Menindaklanjuti salah satu poin dari sasaran keselamatan pasien tersebut, yakni
mendapatkan kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi,
maka diperlukan suatu panduan yang mengatur tentang pelayanan pembedahan
di Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto dengan tujuan : untuk mengurangi risiko bahaya
bagi pasien melalui peningkatkan keamanan dan kualitas pelayanan dan
lingkungan kerja Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto.
2. DEFINISI
Checklist Keselamatan Pasien yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) dan kolaborasi dengan Harvard School of Public Health USA, checklist
adalah: langkah –langkah kunci dalam mengidentifikasi keamanan selama
perawatan peri-operatif yang harus dicapai dalam setiap operasi tunggal tidak
tergantung jenis operasi. Dan ini telah secara signifikan dapat mengurangi
komplikasi dan kematian akibat operasi.
Time Out Checklistmenurut WHO adalah: berhentinya tim sesaat sebelum
penyayatan kulit untuk menverifikasi kembali kelengkapan pemeriksaan dengan
melibatkan semua tim.
3. TUJUAN
Panduan ini dipergunakan sebagai panduan untuk menjelaskan dan
menginformasikan metode secara umum dalam pelayanan pembedahan di Rumah
Sakit Dr. R. Hardjanto, dimana setiap pasien yang akan menjalani pembedahan
memiliki penandaan operasi dengan tepat dan akurat .Hal ini akan :
1) Meminimalkan risiko operasi di lokasi yang salah atau pasien yang salah
2) Meminimalkan risiko dari prosedur yang salah yang dilakukan
3) Menginformasikan dan memandu DPJP bedah untuk menggunakan metode
penandaan dengan menandai kulit dan lokasi yang akan dioperasi.
4) Bila penandaan akan dilakukan .
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan ini berlaku untuk semua pelayanan pembedahan di Rumah Sakit Dr. R.
Hardjanto. Dan harus dipatuhi oleh semua profesi yang terlibat dalam pelayanan
danyang bertanggung jawab untukidentifikasi dan penandaan.
A. Membuat Tanda
1. Penandaan lokasi operasi harus di lakukan 1x24 jam sebelum pasien dipindahkan
ke lokasi dimana prosedur akan dilakukan.
2. Penandaan lokasi (Site Marking) bedah dan tindakan invasif berisiko tinggi
dilakukan jika melibatkan dua sisi (perbedaan kiri/kanan), kerusakan kulit yang
samar, struktur multiple (seperti jari tangan dan jari kaki ), atau macam-macam
tingkatan (dalam operasi tulang belakang, jika tekhnik radio therapi tidak
digunakan)
3. Tanda dibuat dengan melibatkan pasien pada saat pasien terjaga atau pasien
sadar/keluarga pasien
4. Tanda operasi adalah bentuk lingkaran diatas lokasi dari prosedur operasi,
sedekat mungkin ke lokasi sayatan.
5. Penandaan lokasi operasi dilakukan dengan spidol permanen yang tidak mudah
terhapus, tetap terlihat sampai saat akan dilakukan persiapan kulit dan draping.
6. Orang yang harus membuat penandaan lokasi operasi adalah DPJP/dokter
Residen dalam pendampingan DPJP bedah yang akan melakukan prosedur
7. Prosedur yang tidak membutuhkan penandaan adalah apabila :
dilakukan pada organ soliter ( contoh pituitary, jantung, trakea, oesophagus, hati,
limpa, kolon, rectum, vagina, serviks, uterus, uretra, kandung kemih, skrotum, penis
atau prostat )atau dengan pendekatan tunggal ke dalam salah satu rongga tubuh
seperti abdomen atau mediastinum (termasuk prosedur invasif, minimal
laringoscopy atau cystoskopi) atau prosedur orifisium alami (contoh eksisi transanal
atau trans vaginal) , dan lokasi dipermukaan mukosa dan perineum
Bedah Mata
6. Untuk operasi mata tunggal tanda lingkaran kecil harus dilakukan di diatas alis
mata yang akan mendapat pengobatan. Pengecualian adalah untuk prosedur
bilateral yang direncanakan pada kedua mata (seperti operasi juling bilateral tidak
diberikan tanda operasi
C. Instruksi Khusus
1. Anestesi lokal / Block Prosedur
Lokasi dari blok prosedur lokal / harus ditandai sebelum pasien diberikan
anestesi umum ( jika ada yang harus diberikan ) dan / atau ketika pre – operatif
penilaian dilakukan oleh DPJP anestesi. Tanda lingkaran untuk menunjukkan
titik masuk untuk jarum - dan dibuat menggunakan spidol permanen , untuk
membedakan tanda dari yang dibuat untuk lokasi bedah .
E. SOSIALISASI/ PELATIHAN
Sosialisasi/Pelatihan terhadap semua ahli bedah dan dokter residen tentang
SASARAN KESELAMATAN PASIEN harus dilakukan meliputi : WHO Checklist
keselamatan pasien dan panduan membuat penandaan pada lokasi yang akan
dioperasi. Hal ini akan difasilitasi oleh bagian Diklit/Diklat terutama pada saat
orientasi Residen baru .
BAB IV
DOKUMENTASI
PENUTUP
Panduan Penandaan Lokasi Operasi ini sangat penting artinya dalam upaya:
1. Meminimalkan risiko operasi di lokasi yang salah atau pasien yang salah
2. Meminimalkan risiko dari prosedur yang salah yang dilakukan
3. Menginformasikan dan memandu DPJP bedah untuk menggunakan metode
penandaan dengan menandai kulit dan lokasi yang akan dioperasi.
4. Kapan penandaan akan dilakukan .
Seluruh unit kerja dan SMF terkait diharapkan dapat melaksanakan penandaan lokasi
sesuai dengan panduan yang sudah dibuat dalam rangka pencapaian sasaran
keselamatan pasien ( International Pasient Safety Goals =IPSG ) di rumah sakit.
Ditetapkan di : Balikpapan
Pada Tanggal : Januari 2018