Anda di halaman 1dari 6

LAYANAN ANESTESI DAN SEDASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSTN/SPO/B28/ 1/6
RSTN
2018
KABUPATEN
BOALEMO

Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur,
PROSEDUR
OPERASIONAL 16 Januari 2018

dr.RAHMAWATY, DAI, MARS


NIP:19760805 200501 2 009

PENGERTIAN Suatu prosedur tindakan anastesi yang dilakukan oleh DPJP


dan perawat Anastesi untuk memenuhi keadaan amnesia,
analgesia dan penekanan refleks, yang meliputi: proses
perencanaan, persiapan, tindakan, dan pemantauan selama
anestesi
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk :
TUJUAN
1. Mempertahankan kondisi dan keselamatan pasien
selama tindakan operasi atau tindakan lain yang
menyebabkan pasien memerlukan anastesi umum.
2. Membantu menciptakan kondisi yang optimal untuk
prosedur yang akan dijalani.
3. Peningkatan kualitas layanan anastesi.
SK Direktur Nomor 195/SK/DIR/I/2018 Tentang Layanan
KEBIJAKAN
Anestesi dan Sedasi di Rumah Sakit Tani dan Nelayan.
1. Tahap Pra Anastesi
PROSEDUR a. Tahap pra anastesi mencakup kegiatan kunjungan pra
anastesi, perencanaan dan persiapan anastesi
b. Pada populasi khusus seperti pediatri, geriatri dan
pasien kondisi kritis semua kegiatan kunjungan pra
LAYANAN ANESTESI DAN SEDASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSTN/SPO/B28/ 2/6
RSTN
2018
KABUPATEN
BOALEMO

Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur,
PROSEDUR
OPERASIONAL 16 Januari 2018

dr.RAHMAWATY, DAI, MARS


NIP:19760805 200501 2 009

anastesi, perencanaan dan persiapan dilakukan dengan


mempertimbangkan kondisi khusus tersebut.
c. Keputusan jenis tindakan anastesi dilakukan
berdasarkan temuan pada kunjungan pra anastesi.
d. Tindakan anastesi dilakukan oleh DPJP Anastesiologi
atau perawat anastesi.
e. DPJP Anastesiologi atau perawat anestesi yang
melakukan anastesi harus selalu siap ditempat untuk
pemantauan pasien pra, intra dan pasca anastesi.
f. Setiap tindakan anastesi harus diberikan penjelasan dan
edukasi kepada pasien dan keluarga kemudian diminta
persetujuan tindakan medis dengan menandatangani
Informed Consent oleh pasien atau keluarga pasien.
g. Semua proses anastesi harus didokumentasikan dalam
rekam medis pasien
2. Tahap Intra anastesi
a. Setiap tindakan anastesi harus dievaluasi kembali obat-
obatan, peralatan anastesi dan monitoring pasien serta
LAYANAN ANESTESI DAN SEDASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSTN/SPO/B28/ 3/6
RSTN
2018
KABUPATEN
BOALEMO

Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur,
PROSEDUR
OPERASIONAL 16 Januari 2018

dr.RAHMAWATY, DAI, MARS


NIP:19760805 200501 2 009

kelengkapan status pasien berdasarkan cek list kesiapan


anastesi.
b. DPJP Anastesiologi dan atau perawat anastesi harus
terlibat dalam proses sign in, time out dan sign out
c. Sesaat sebelum induksi, DPJP Anastesiologi dan atau
perawat anastesi melakukan penilaian pra induksi.
d. Saat pasien diberikan anastesi, DPJP Anastesiologi dan
atau perawat anastesi harus melakukan pemantauan
yang berkesinambungan selama proses anastesi
berlangsung.
e. Selama anastesi, DPJP Anastesi atau perawat anastesi
harus bereaksi cepat terhadap segala kondisi pasien
akibat tindakan anastesi, termasuk pemberian obat
reversal jika dibutuhkan yaitu :
1) Obat OPIOID ( pentanyl,phetidin dan morphin ) obat
reversalnya NALOKSON
2) Obat pelumpuh otot (atracurium, rocuronium,
vecuronium) obat reversalnya NEOSTIGMIN
LAYANAN ANESTESI DAN SEDASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSTN/SPO/B28/ 4/6
RSTN
2018
KABUPATEN
BOALEMO

Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur,
PROSEDUR
OPERASIONAL 16 Januari 2018

dr.RAHMAWATY, DAI, MARS


NIP:19760805 200501 2 009

3) Obat MIDAZOLAM obat reversalnya FLUMINEZIL


f. Troli emergensi dan peralatan resusitasi harus tersedia
di dalam area kamar bedah selama proses anastesi.
g. Semua kondisi pasien, perubahan teknik anastesi dan
komplikasi yang terjadi selama anastesi harus dicatat
dalam status anastesi dan dimasukkan di dalam rekam
medis
3. Tahap Pasca sedasi
a. Setelah pembedahan selesai, kedalaman sedasi pasien
harus tetap dipantau dan dicatat.
b. Pasien pasca sedasi harus dipulihkan di ruang pulih dan
tidak boleh ditinggal oleh pengawas medis sampai pulih
sepenuhnya dari sedasi.
c. Alat suction dan troli emergensi harus tersedia di dalam
ruang pulih
d. DPJP Anastesiologi atau perawat anastesi harus
mengidentifikasi keadaan pasien bila terjadi keadaan
sedasi yang berkepanjangan akibat komplikasi atau
LAYANAN ANESTESI DAN SEDASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSTN/SPO/B28/ 5/6
RSTN
2018
KABUPATEN
BOALEMO

Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur,
PROSEDUR
OPERASIONAL 16 Januari 2018

dr.RAHMAWATY, DAI, MARS


NIP:19760805 200501 2 009

pemulihan sedasi yang lambat.


e. Bila terjadi keadaan sedasi yang berkepanjangan, DPJP
Anastesiologi harus membuat rencana pengelolaan
keperawatan pasien selanjutnya dan bila diperlukan
DPJP Anastesiologi dapat langsung memindahkan
pasien ke ruang rawat intensif sampai pulih sepenuhnya.
f. Setiap pasien pasca sedasi diobservasi di ruang pulih
dengan penilaian secara periodik menggunakan kriteria
PADSS.
g. Pasien pasca sedasi harus diberikan instruksi tertulis
atau verbal kepada keluarga atau pasien berupa anjuran
diet, nutrisi.
h. aktivitas, komplikasi yang mungkin terjadi serta tindakan
yang harus dilakukan bila terjadi komplikasi.
i. DPJP Anastesiologi atau perawat anastesi
menginformasikan kepada perawat bila pasien sudah
pulih dan siap dipindahkan ke ruang rawat inap atau
dapat dipulangkan.
LAYANAN ANESTESI DAN SEDASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSTN/SPO/B28/ 6/6
RSTN
2018
KABUPATEN
BOALEMO

Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur,
PROSEDUR
OPERASIONAL 16 Januari 2018

dr.RAHMAWATY, DAI, MARS


NIP:19760805 200501 2 009

j. DPJP Anastesiologi harus menginformasikan mengenai


rencana perawatan pasien pasca sedasi kepada pasien
dan keluarga pasien.
k. Semua proses pasca sedasi harus terdokumentasi dan
dimasukkan dalam rekam medis pasien.
1. Instalasi Bedah Sentral
UNIT TERKAIT
2. Instalasi ICU
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Instalasi Rawat Inap
5. Instalasi KIA

Anda mungkin juga menyukai