Anda di halaman 1dari 26

PANDUAN

SKRINING PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POHUWATO

2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kamipanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
panduan Skrining Pasien dengan baik.

Adapun Panduan Skrining Pasien ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
panduan ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan panduan ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi kelengkapan
pembahasannya dan lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka
kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada kami sehingga, kami dapat memperbaiki panduan ini sehingga akan semakin
memberi informasi yang lebih lengkap.

Akhirnya penyusun berharap semoga dari Panduan Skrining Pasien ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan wawasan yang luas
terhadap pembaca.

Penyusun
PEMERINTAH KABUPATEN POHUWATO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POHUWATO
Jln. Herizal Umar, Desa Botubilotahu, Telp/Fax (0443) 210880 Marisa

KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POHUWATO
NOMOR : TAHUN 2015

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN SKRINING PASIEN


DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH POHUWATO

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POHUWATO

Menimbang : a. Bahwa tindakan skrining dilakukan untuk mengidentifikasi dan


memprioritaskan perawatan preventif, kuratif, rehabilitatif dan
pelayanan paliatif yang dibutuhkan oleh pasien.
b. Bahwa agar skrining Rumah Sakit Umum Daerah Pohuwato dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan direktur Rumah
Sakit Umum Daerah Pohuwato sebagai landasan bagi
penyelenggaraan skrining Rumah Sakit Umum Daerah Pohuwato;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a,
dan b, maka perlu menyusun panduan pelayanan skrining pasien
yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Pohuwato;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Perl/III/2010
tentang Rekam Medis;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
6. Peraturan Bupati Pohuwato Nomor 20 Tahun 2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit Umum Daerah Pohuwato;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Pohuwato Nomor 16 Tahun 2007
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Pohuwato (Lembaran Daerah Kabupaten
Pohuwato Tahun 2007 nomor 16);

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Keputusan Direktur Tentang Pemberlakuan Panduan Skrining Pasien
Di Rumah Sakit Umum Daerah Pohuwato
KEDUA : Memerintahkan kepada seluruh pegawai di unit terkait agar
menerapkan panduan sebagaimana dimaksud Diktum KESATU
dalam melaksanakan pelayanan
KETIGA : Panduan sebagaimana dimaksud Diktum KESATU tercantum dalam
Lampiran Keputusan Ini

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkanya, dan apabila


dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Pohuwato
Pada Tanggal : 08 Oktober 2015

Direktur,
Rumah Sakit Umum Daerah Pohuwato

dr. Syahrawanti S. Abbas


Nip. 19780901 200802 2 001
BAB I

DEFINISI

Skirining adalah seleksi yang dijalani pasien guna mengidentifikasi kebutuhan


pelayanan kesehatan. Skrining pasien dapat dilakukan dengan cara :

a. Triage
b. Evaluasi visual
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan penunjang

Skirining dilakukan pada saat pertama kali kontak dengan Rumah Sakit Umum
Daerah Pohuwato sejak dari sumber daya perujuk dan selama transportasi. Berdasarkan
hasil skrinning tersebut ditentukan apakah pasien sesuai dengan misi dan sumber daya
rumah sakit.

Semua pasien diterima sebagai pasien rawat jalan dan rawat inap setelah
dilakukan identifikasi kebutuhan kesehatannya dan disesuaikan dengan suber daya
(ketenagaan dan fasilitas) dan misi Rumah Sakit Umum Daerah Pohuwato. Pasien
diterima hanya jika rumah sakit dapat memberikan layanan yang diperlukan baik rawat
jalan atau kebutuhan rawat inap yang tepat.

Petugas skrining adalah dokter, perawat dan petugas loket pendaftaran.


BAB II

RUANG LINGKUP

Skrinning dilakukan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan perawatan


preventif, kuratif, rehabilitatif dan pelayanan paliatif yang dibutuhkan oleh pasien serta
memilih layanan atau unit sesuai dengan kebutuhan pasien.

Skrinning dilakukan pada kontak pertama didalam atau diluar rumah sakit.
Berdasarkan hasil skrining ditentukan apakah kebutuhan pasien sesuai dengan misi dan
sumber daya rumah sakit. Apabila pelayanan yang diinginkan pasien tidak tersedia di
rumah sakit maka dilakukan edukasi terhadap pasien untuk melakukan alih rawat ke
rumah sakit lain atau rujuk disesuaikan dengan kondisi pasien.

Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan pasien rawat inap dan rawat jalan yang tepat. Ada suatu proses untuk
melengkapi hasil test diagnostik dan tanggung jawab untuk menetapkan apakah pasien
diterima, dipindahkan/ transfer atau dirujuk. Pasien tidak dirawat, dipindahkan /dirujuk
sebelum diperoleh hasil test yang dibutuhkan, hal ini harus dilaksanakan sesuai
kebijakan skrining dan tes diagnosa yang telah ditetapkan.

Skrinning pasien dapat dilakukan pada :

1. Loket pendaftaran rawat jalan saat pasien mendaftar untuk menentukan


pelayanan spesialistik yang dibutuhkan pasien;
2. Instalasi rawat jalan (poli klinik) untuk menentukan pelayanan lanjutan yang
dibutuhkan pasien;
3. Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk menentukan tingkat kegawatan dan
pelayanan lanjutan yang dibutuhkan pasien;
4. Melalui telepon pada pasien rujukan dari pelayanan kesehatan lain dan pasien
yang memerlukan penjemputan ambulance.
BAB III

TATA LAKSANA

1. Loket pendaftaran rawat jalan :


a. Skrinning pasien diloket pendaftaran rawat jalan dilakukan untuk
menentukan pelayanan poliklinik di Instalasi Rawat Jalan yang dibutuhkan
oleh pasien.
b. Skrinning dilakukan dengan cara wawancara singkat antara petugas loket
pendaftaran dengan pasien mengenai poliklinik atau pelayanan yang mereka
tuju atau jika belum tahu tujuannya maka petugas akan menanyakan keluhan
utama pasien saat ini.
c. Selanjutnya pasien akan didaftarkan pada pelayanan yang sesuai dengan
tujuan atau keluhan pasien.
2. Instalasi Rawat Jalan untuk menentukan pelayanan lanjutan yang dibutuhkan
pasien;
a. Skrinning awal pasien pelayanan Instalasi Rawat Jalan dilakukan oleh
perawat dengan cara mengukur tanda-tanda vital pasien
b. Apabila ditemukan hasil pemeriksaan yang abnormal dan ekstrim dapat
dipertimbangkan untuk mengalihkan pasien ke Instalasi Gawat darurat
(IGD)
c. Kriteria transfer ke Instalasi Gawat darurat (IGD) :
1. Temperature ≥ 39°C
2. Kejang
3. Penurunan kesadaran
4. Tekanan darah sistolik ≥ 180
5. Nyeri dengan VAS ≥ 6
6. Dehidrasi sedang berat
d. Pasien dengan keluhan batuk hebat, bintik-bintik merah pada kulit dan badan
disarankan untuk dipercepat antrin pemeriksaan dokter.
e. Selanjutnya pasien dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Skrinning selnjutnya
dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
f. Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dokter
akan menentukan pelayanan selanjutnya yang dibutuhkan pasien, yakni :
1. Dipulangkan dengan pengobatan rawat jalan
2. Rawat inap ruang biasa
3. Rawat inap ruang khusus atau intensif
4. Konsultasi atau ahli rawat ke spesialis lain.
3. Instalasi Gawat Daruarat (IGD) untuk menentukan tingkat kegawatan dan
pelayanan lanjutan yang dibutuhkan pasien;
a. skrinning awal pasien yang datang di instalasi gawat darurat dilakukan
dengan sistem triage
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani berdasarkan
tingkat kegawatdaruratannya trauma atau penyakit dengan
mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya yang ada. Triage
adalah suatu sistem untuk menyeleksi permasalahan pasien yang datang ke
instalasi gawat darurat (IGD) sesuai dengan skala prioritas
kegawatdaruratannya. Sistem triage lebih lanjut dijelaskan pada panduan
triage
b. setelah dilakukan triage pasien akan ditempatkan sesuai dengan derajat
kegawat daruratannya dan dilakukan pemeriksaan oleh dokter IGD
c. skrinning pasien di IGD dilakukan dengann cara anamnese, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
d. Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dokter
akan menentukan pelayanan selanjutnya yang dibutuhkan pasien, yakni:
1. Dipulangkan dengan pengobatan rawat jalan
2. Rawat inap ruang biasa
3. Rawat inap ruang khusus atau intensif
4. Konsultasi ke dokter spesialis
5. Dirujuk ke rumah sakit lain.
e. Untuk pasien yang diantar ke rumah sakit dan meninggal dalam perjalanan,
maka dokter IGD memastikan bahwa pasien sudah meninggal atau belum.
f. Untuk jenazah yang dikirim kerumah sakit, diantar ke instalasi Pemulangan
Jenazah.
4. Melalui telepon pada pasien rujukan dari pelayanan kesehatan lain dan pasien
yang memerlukan penjemputan ambulance.
Skrining awal dilakukan lewat telepon oleh perawat Instalasi Gawat Darurat,
dengan cara menanyakan hal-hal berikut :
1) Pasien rujukan dari rumah sakit / pelayanan kesehatan lain:
a. Rumah sakit / pelayanan kesehatan yang mengiring pasien ; ruangan
tempat pasien dirawat;
b. Nama pasien;
c. Umur;
d. Jenis kelamin;
e. Diagnosa medis;
f. Keluhan saat ini;
g. Tanda-tanda vital, tingkat kesadaran;
h. Alasan rujuk ke RSUD Pohuwato
i. Pelayanan yang dibutuhkan;
j. Penanggungjawab (umum atau jaminan perusahaan/ asuransi);
k. Kebutuhan transportasi;
l. Identitas penelepon
Dari hasil anamnesa ini dapat ditentukn pelayanan yang dibutuhkan
pasien. Apabila pelayanan yang dibuthkan pasien tidak tersedia maka pasien
tidak dapat diterima di Rumah Sakit Umum Daerah Pohuwato.
Dokter menentukan pasien rawat inap / rawat jalan berdasarkan kriteria
sebagai berikut :
No Gejala Temuan Pemeriksaan Fisik
1. Demam ≥ 3 hari Suhu ≥ 38°C
2. Nyeri perut kanan bawah Nyeri tekan di titik Mc Burney, psoas sign (+)
3. Nyeri dada Karakteristik nyeri : tertusuk, seperti tertimpa
benda berat, menjalar, disertai keringat dingin
4. Sesak napas/dispneu RR ≥ 30x/menit,
SPO2 ≤ 95% tanpa Thoraks : Ronchi (+) / wheezing (+), murmur
oksigen (+), hipersonor, redup
5. Hemaptoe Darah keluar dari mulut, warna merah muda
berbuih
Thoraks : suara napas tidak menurun, ronchi (-)
Abdomen : nyeri tekan epigastrium (-)
6. Hematemesis Keluar darah dari mulut, warna merah
kecoklatan
Thoraks : suara napas tidak menurun, ronchi (-)
Abdomen : nyeri tekan (+)
7. Luka tusuk dada Ukuran, kedalaman luka, lokasi luka
Sesak napas, suara napas meunrun, trakhea
terdorong ke sisi dada tanpa luka
Suara jantung menjauh, nadi lemah, tekanan
darah turun (tamponade jantung)
8. Luka tusuk abdomen Ukuran, kedalaman luka, lokasi luka
9. Nyeri perut Nyeri tekan (+) diseluruh abdomen, rasa panas
di dada
10 Perdarahan pervaginam Darah di vagina
.
11 Melena Darah keluar dari anus, rectal touche wajib
. Hematoschezia dilakukan
12 Diare dengan dehidrasi Diare > 3 kali perhari, cair, kadang ada lendir
. dan atau darah, mual muntah.
Tanda-tanda dehidrasi (+)
13 Fraktur Ekstremitas : luka terbuka, deformitas memar,
. bengkak, Range Of Movement (ROM) terbatas.
14 Penurunan kesadaran Glasgow Coma Scale (GCS) < 13
. non trauma
15 Cedera kepala:
.  Ringan  GCS ≥ 14
 Sedang  GCS 9-13, muntah, lupa kejadian
 Berat  GCS ≤ 8, muntah, lupa kejadian.
16 Bayi usia < 28 hari, sakit Gerak tidak aktif, menangis lemah, malas
. minum, febris jika ada
17 Anak kejang Kejang, tanpa/dengan demam
.
18 Anak muntah Muntah tiap makan/minum, intake sulit
.
19 Bayi kuning Kramer III-IV
.
20 Abses atau ulkus lama Besar, dalam, dan bentuk ulkus. Ada tidaknya
. tanda-tanda peradangan. Lebih dari 1 minggu
dilakukan terapi antibiotik, namun belum ada
perbaikan.

Skrinning yang dilakukan pada penerimaan pasien gawat darurat, rawat


jalan, rawat inap, tindakan beresiko tinggi, operasi, persalinan dan lain-lain
meliputi:
a. Anamnesa
Anamnese dilakukan saat pasien pertama kali kontak dengan rumah
sakit, saat pasien datang ke rumah sakit dan saat pasien masuk rawat inap.
Anamnesa yang dilakukan saat pertama kali pasien kontak dengan rumah
sakit, biasanya dilakukan pada pasien rujukan dari rumah sakit lain, pasien
yang minta dijemput oleh ambulance, yang prosedurnya dilakukan oleh IGD.
Anamnesa yang dilakukan di Instalasi Rawat Jalan (IRJA) dan Instalasi
Gawat Darurat (IGD meliputi :
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit dahulu
3) Riwayat alergi
b. Pemeriksaan fisik lengkap
Pemeriksaan fisik lengkap dilakukan saat pasien mendapatkan pelayanan
di instlasi rawat jalan dan instalasi gawat darurat (IGD).
c. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada saat penerimaan pasien
berdasarkan Routine Admission Testing (RAT) yang telah ditetapkan.
2. Pemeriksaan penunjang terkait hasil dignosis / tindakan yang akan
dilakukan berdasarkan Routine Testing (RT) yang telah ditetapkan
3. Yang berwenang meminta pemeriksaan penunjang adalah dokter.
4. Yang berwenang menjelaskan hasil pemeriksaan penunjang kepada
pasien adalah dokter yang meminta pemeriksaan.

Routine Admission Testing (RAT)

Routine Admission Testing (RAT) adalah pemeriksaan penunjang rutin minimal


yang harus dilakukan dokter, terkait hasil anamnese dan pemeriksaan fisik untuk
menegakkan diagnosa saat awal masuk rumah sakit, untuk menentukan jenis ruang
rawat inap / critical care dan juga tindakan yang harus segera dilakukan.

RAT dapat berupa pemeriksaan penunjang sebagai berikut :


1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan radiologi
3. Pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya seperti Elektrokardiografi (EKG),
Ultrasonografi (USG), dan lain-lain.
Tujuan dilakukan RAT :
1. Pasien mendapatkan pelayanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien.
2. Pasien cepat terdiagnosa sehingga tidak terjadi delay (perlambatan) dalam
penanganan dan penatalaksanaan pasien.
3. Menjadi panduan pemeriksaan rutin yang harus dijalankan oleh dokter umum
atau dokter spesialis sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
4. Memastikan pasien mendapat perawatan sesuai konsep keselamatan pasien
keselamatan pasien untuk mencegah kejadian yang tidak diharapkan.

Kriteria RAT :
1. Berdasarkan Usia :
a. Pasien yang berusia 38 tahun
b. Pemeriksaan laboratorium polik anak : Darah lengkap
c. Pemeriksaan laboratorium pasien neonatus : GDA
d. Pemeriksaan laboratorium sebelumnya tidak perlu di ulang kembali apabila :
 Hasil pemeriksaan laboratorium sebelumnya dilakukan kurang dari 30
hari.
 Tidak terdapat perubahan hasil yang memerlukan evaluasi ulang.
e. Pemeriksaan radiologi, rontgen thoraks untuk pasien 40 tahun. Pasien yang
sudah mempunyai membawa rontgen thoraks tidak perlu diulang kembali
apabila :
 Rontgen thoraks terakhir tidak lebih dari enam bulan dan memenuhi
syarat kualitas untuk dibaca
 Tidak terdapat perubahan klinis yang memerlukan evaluasi ulang.
2. Berdasarkan Gejala Penyakit
RAT wajib diperiksa pada saat pasien masuk rumah sakit dengan gejala
penyakit tertentu. Pasien dengan gejala penyakit dan temuan pemeriksaan fisik
dibawah ini diwajibkan untuk dilakukan RAT.

No Gejala Temuan Pemeriksaan Fisik RAT


1. Demam ≥ 3 Suhu ≥ 38°C DL, dan atau
hari Widal/ anti
Salmonella IgM
2. Nyeri perut Nyeri tekan di titik Mc Burney, DL, urin lengkap,
kanan bawah psoas sign (+) planotest (pada
wanita), USG
abdomen
3. Nyeri dada Karakteristik nyeri : tertusuk, DL, rontgen
seperti tertimpa benda berat, thoraks, EKG,
menjalar, disertai keringt dingin. analisa gas darah,
elektrolit, GDA
4. Sesak napas / RR ≥ 30x/menit, DL, rontgen
dipnoe SPO2 < Thoraks: ronchi (+) / wheezing (+), thoraks, EKG,
95 % tanpa murmur (+), hipersonor, redup. analisa gas darah,
oksigen elektrolit, GDA
5. Hemaptoe Darah keluar dari mulut, warna DL, rontgen
merah muda berbuih thoraks
Thoraks : suara napas menurun,
ronchi
Abdomen: nyeri tekan epigastrium
(-)
6. Hematemesis Keluar darah dari mulut, warna
merah kecoklatan
Thoraks : suara napas tidak
menuru, ronchi (-)
Abdomen : nyeri tekan (+)
7. Luka tusuk Ukuran, kedalaman luka, lokasi DL (Hb serial),
dada luka golongan darah,
Sesak napas, suara napas menurun, GDA, PT, APTT,
trakhea terdorong ke sisi dada tanpa rontgen thoraks
luka tegak atau minimal
Suara jantung menjauh, nadi lemah, ½ duduk, EKG.
tekanan darah turun (tamponade
jantung)
8. Luka tusuk Ukuran, kedalaman luka, lokasi DL (Hb serial),
abdomen luka rontgen abdomen 3
posisi/USG
abdomen, rontgen
thoraks
9. Nyeri perut Nyeri tekan (+) di seluruh DL, urin lengkap,
abdomen, rasa panas di dada. Planotest(pada
wanita), EKG
10. Perdarahn Darah di vagina DL
pervaginam
11. Melena, Darah keluar dari anus, rectal touce DL, Feses rutin
hematoschezia wajib dilakukan
12. Giare dengan Diare > 3 kali per hari, cair, kadang
dehidrasi ada lendir dan atau darah. Mual
mntah.
Tanda-tanda dehidrasi (+)
13. Fraktur Ekstremitas: luka terbuka, DL, rontgen
deformitas, memar, bengkak, ROM ekstremitas
terbatas.
14. Penurunan GCS < 13 DL, elektrolit,
kesadaran non GDA, SGOT,
trauma SGPT, ureum,
kreatinin,
elektrolit, BGA
jika saturasi O2 ≤
90 % atau jika ada
gangguan jalan
napas/pernapasan,
CT scan kepala
(bila perlu).
15. Cedera
kepala :  GCS ≥ 14  DL, GDA
 Ringan  GCS 9-13, muntah, lupa  Ct scan kepala
 Sedang kejadian pada cedera
 berat  GCS ≤ 8, muntah, lupa kepala sedang
kejadian dan berat
16. Bayi usia < 28 Gerak tidak aktif, menangis lemah, Dl, GDA,
hari, sakit malas minum, febris jika ada elektrolit, kultur
darah, albumin.
17. Anak kejang Kejang, tanpa/dengan demam DL, GDA
18. Anak muntah Muntah tiap makan/minum, intake DL, GDA
sulit Elektrolit
19. Bayi kuning Kramer III-IV Bilirubn total,
golongan darah,
DL
20 Abses atau Besar, dalam, dan bentuk ulkus. DDL, GDA, kultur
ulkus lama Ada tidaknya tanda-tanda pus atau dan darah
peradangan. Lebih dari 1 minggu
dilakukan terapi antibiotik, namun
belum ada perbaikan.

 Bila pasien masuk lewat IGD, setelah pasien dengan gejala penyakit di atas
dilakukan penyakit RAT, dokter jaga IGD wajib melaporkan kepadaDokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) yang sesuai dengan kebutuhan pasien
bila ada indikasi rawat inap.
 Bila pasien masuk leawat poliklinik, DPJP yang dalam hal ini adalah dokter
spesialis wajib melakukan RAT sesuai ketentuan yang berlaku, setelah itu
DPJP dapat menentukan kebutuhanpasien selanjutnya.
 Untuk pasien cito tindkan life saving, RAT dapat dilengkapi setelah tindakan
dilakukan, penentuan pemeriksaan penunjang yang paling mendesak oleh
DPJP.

ROUTINE TESTING (RT)

Routine Testing (RT) adalah pemeriksaan penunjang minimal yang


harus dilakukan dokter terkait hasil diagnosis/tindakan yang akan dilakukan.

RT dapat berupa pemeriksaan penunjang sebagai berkut :

1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Pemeriksaan Radiologi
3. Pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya seperti Elektrokardiografi (EKG),
Ultrasonografi (USG) dan lain lain.
Tujuan dilakukan RT :
1. Pasien mendapat pelayanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien
2. Pasien cepat terdiagnosis sehingga tidak terjadi delay / keterlambatan dalam
penanganan dan penatalaksanaan pasien.
3. Menjadi panduan pemeriksaan rutin yang harus dijalankan oleh dokter umum
atau dokter spesialis sesuai dengn kebijakan yang berlaku.
4. Memastikan pasien mendapat perawatan sesuai konsep keselamatan pasien
untuk mencegah yang tidak diharapkan.
Kriteria Routine Testing
1. Berdasarkan Tindakan Yang Akan Dilakukan

No Jenis Tindakan Routine Testing


1. Operasi  Usia ≥ 35 tahun : EKG
 Rontgen thoraks kecuali pada pasien sectio
caesaria (SC) dan Kehamilan Ektopik Terganggu
(KET)
 CTG pada pasien SC
 Laboratorium : DL, PT, APTT, ureum, creatinin,
SGOT, SGPT, GDA, Anti HIV, HbsAg dan
golongan darah ( jika belum pernah periksa di
rumah sakit ) kecuali sudah ada bukti kartu
golongan darah.
 Pasien dengan gangguan pernafasan atau berpote
nsi terjadi gangguan pernapasan, dilakukan
pemeriksaan analisa gas darah dan elektrolit.
2. Angiografi  Rontgen thoraks
 EKG 12 lead
 Laboratorium : DL, SGOT, SGPT, ureum,
creatinin, GDA, elektrolit, PT, APTT, HbsAg
3. Hemodialisa  Pasien HD pertama : DL, ureum, creatinin,
elektrolit, HbsAg, anti HIV, anti HCV total, EKG
untuk usia ≥ 35 tahun, rontgen thorax untuk usia ≥
40 tahun
 Pasien HD rutin tiap bulan : Hb, albumin
 Pasien HD rutin tiap 3 bulan : ureum, creatinin,
elektolit
 Pasien HD rutin tiap tahun : HbsAg, anti HCV total
4. Endoskopi  EKG untuk pasien ≥ 35 tahun atau pasen dengan
kelainan jantung
 Laboratorium : DL, PT/APTT, Elektrolit, HbsAg,
GDA
5. Bronkoskopi  Rontgen thoraks
 Laboratorium : DL, PT, APTT, EKG untuk usia ≥
35 tahun
6. Kemoterapi  Laboratorium : DL, SGOT, SGPT, ureum,
creatinin, Creatinin Clearance Test (CCT)

2. Berdasarkan Jenis Ruang Critical Care

NO RUANGAN Routine Testing


1. ICU, ICCU, PICU, DL, SGOT, SGPT, ureum, creatinin, GDA, kultur
NICU, HCU darah dan atau sputum ( dikonfirmasikan terlebih
dahulu ke DPJP )
EKG untuk pasien ≥ 35 tahun
Rontgen thoraks
2. Peristi Level III DL, GDA, elektrolit, calcium total, albumin, CRP,
kultur darah
Rontgen babygram

3. Berdasarkan penyakit yang diderita

No Gejala Temuan Fisik/Penunjang Pemeriksaan


1 Perdarahan Anemis, Hb < 8gr/dl Hb serial, Hb serial
post transfusi
2 Gangguan irama Hasil EKG ; atrial fibrilasi, Monitor terpasang,
jantung VT,VF, blok dll EKG serial perhari
hingga kondisi
membaik, EKG
ulang setiap
perburukan
3 Acut coronary Hasil EKG ST Elevasi, Non Monitor terpasang,
syndrom Stemi, Unstable Angina EKG serial perhari
Pectoris hingga kondisi
membaik, EKG
ulang setiap
perburukan
4 Gangguan Hasil elektrolit abnormal, Cek elektrolit post
elektrolit pemeriksaan neurologis koreksi
abnormal
5 Hyperglikemia GDA > 200, GDA serial
Asymptomatis/symptomatis
(koma, nausea)
6 Hypoglikemia GDA < 80, GDA serial
Asymptomatis/symptomatis
(koma).
7 Gagal Ginjal Ureum > 42.8, creatinin > Cek ureum,
Kronik 1.5, anemia, oedema creatinin, Hb 6 jam
pulmo/ekstremitas post HD
bawah/atas, asidosis,
hypoalbuminemia
Keputusan untuk mengobati, merawat atau merujuk hanya dilakukan setelah
hasil evaluasi skrining ada. Hasil evaluasi skrining segera di informasikan
kepada pasien/ keluarga tentang :
a. Perawatan yang di usulkan
b. Hasil yang diharapkan
c. Biaya yang diperkirakan
Berdasarkan kebutuhannya, pasien akan diterima sebagai pasien rawat
jalan dan rawat inap. Ketepatan mengenali pasien menentukan alokasi sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan pasien, meliputi Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP), fasilitas dan alat yang dibutuhkan, petugas kesehatan dan
ruang rawat inap.
Beberapa passien kemungkinan membutuhkan waktu yang lebih lama
dalam proses observasi di IGD. Maka di IGD ada kriteria pasien yang belum
bisa pindah ke rawat inap ataupun di rujuk ke rumah sakit lain. Kondisi yang
dikategorikan pasien masih perlu observasi adalah :
a. Nadi : < 50 atau >130 kali permenit
b. Tekanan darah systolic < 80 atau >180 mmHg
c. Tekanan darah diastolic < 50 atau >100 mmHg
d. Pernafasan > 35 kali per menit
e. Skala nyeri > 6
f. Penurunan kesadaran
g. Epigastric pain pada pasien dewasa dengan abnormalitas EKG / nyeri tidak
hilang dengan terapi biasa
h. Syncope / near syncope
i. Bradicardi
j. VES bigemini, VES consecutive (salvo) R on T
k. Hipertensi grade 2
l. Hipokalemia berat
m. Hiperkalemia berat
n. Guillain barre syndrome atau gejala yang menyerupai, meliputi kelemahan
otot tungkai bilateral hiporefleks
o. Vertigo
p. Kolik abdomen
q. Multiple trauma dengan cedera pada wajah
r. Luka tusuk abdomen
Pasien yang sesuai kriteria tersebut diatas dilakukan observasi maksimal
setiap 15 menit sekali dan didokumentasikan dalam rekam medis pasien. Pasien
juga dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut, dikonsultasikan ke dokter
spesialis atau langsung dirawat sambil menunggu pemeriksaan lanjutan.
Observasi pasien dilakukan sampai kondisi pasien stabil dan maksimal
dilakukan selama 1 jam di IGD
Apabila kondisi dimana dokter spesialis bisa segera melihat kondisi
pasien di IGD dan penilaian seksama oleh dokter spesialis atau berdasarkan hasil
pemeriksaan / observasi lanjutan ternyata pasien tidak ada indikasi rawat inap
maka pasien dapat dipulangkan.
Apabila pasien ada indikasi rawat inap namun pasien atau keluarga
pasien menolak dirawat maka pasien atau keluarga harus mengisi formulir surat
pernyataan penolakan tindakan.
BAB IV

DOKUMENTASI

Proses skrining dan penerimaan pasien, didokumentasikan dalam :

1. Formulir Identitas Pasien


2. Formulir Pengkajian Pasien Rawat Jalan
3. Formulir Pengkajian IGD
4. Formulir Pemesanan Ambulance
5. Formulir permintaan Pemeriksaan Laboratorium
6. Formulir Permintaan Pemeriksaan Radiologi
7. Formulir Observasi khusus
8. SPO Skrining Pasien
9. SPO Triage

Anda mungkin juga menyukai