2018
PEMERINTAH KABUPATEN BARITO SELATAN
DINAS KESEHATAN
UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
JARAGA SASAMEH
Jalan Patianom Nomor 6 Buntok Kode Pos 73711 Kalimantan Tengah
Telepon (0525) 21261 Faksimile (0525)21021
Website : http://rsud-jaragasasameh.barselkab.org/rsud-buntok
Email : rsud.jaragasasameh.buntok@gmail.com
TENTANG
MEMUTUSKAN :
BAB I : Definisi………………………………………………………………………… 1
Skrining diambil dari kata dalam bahasa inggris yaitu screening yang mempunyai
makna pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat dari orang yang
memiliki keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai resiko tinggi (Kamus
Dorland ed. 25:974). Menurut Rochjati P. (2008), skrining merupakan pengenalan diri secara
pro aktif pada ibu hamil untuk menemukan adanya masalah atau faktor resiko. Sehingga
skrining dapat dikatakan sebagai suatu upaya mengidentifikasi penyakit atau kelainan pasien
melalui serangkaian tes berupa pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan
secara tepat sehingga didapatkan keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien saat kontak
pertama, apakah benar-benar membutuhkan pelayanan sesuai diagnosa dan kondisi pasien.
Keterangan hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan untuk menerima pasien
rawat inap atau pasien rawat jalan dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya dengan
menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit.
Skrining dibagi dalam dua area, yaitu pra-hospital dan intra-hospital. Skrining pra-
hospital bisa dilakukan saat pasien belum mencapai rumah sakit, sebelum dirujuk dari fasilitas
kesehatan lain, atau saat akan dilakukan transportasi dengan ambulan dari luar rumah sakit.
Skrining pada kasus emergensi atau instalasi gawat darurat dilaksanakan melalui
metode triage, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium
klinik atau diagnostik imaging sebelumnya. Pengkajian riwayat pasien dalam proses skrining
dilakukan melalui autoanamnesa dan heteroanamnesa.
Skrining intra-hospital bisa dilakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit. Baik
pada pasien rawat jalan maupun gawat darurat. Pada area rawat jalan, baik tenaga medis
maupun paramedis wajib untuk segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi pasien
yang membutuhkan, baik saat pasien mendaftar di poliklinik maupun menunggu di ruang
tunggu.
BAB III
TATALAKSANA
Penderita non trauma / multitrauma memerlukan penilaian dan pengelolaan yang cepat
dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Waktu berperan sangat penting, oleh karena itu
diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini dikenalkan dengan initial
assesment (penilaian awal). Penilaian awal meliputi :
1. Persiapaan
2. Triase
3. Primary Survey (ABCDE)
4. Resusitasi
5. Tambahan terhadap Primary Survey dan Resusitasi
6. Secondary survey
7. Tambahan terhadap secondary survey
8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan
9. Transfer ke pusat rujuakan yang kebih baik
Urutan kejadian di atas diterapkan seolah-olah berurutan namun dalam praktek sehari-hari
dapat dilakukan secara bersamaan dan terus menerus.
I. PERSIAPAN
A. Fase Pra-Rumah Sakit
Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan.
Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sbelum penderita mulai diangkut
dari tempat kejadian. (tidak dapat dilakukan)Pengumpulan keterangan yang akan
dibutuhkan dirumah sakit seperti waktu kejadian, sebab kejadian, mekanisme kejadian
dana riwayat penderita.
B. Fase Rumah Sakit
- Perencanaan sebelum penderita tiba.
- Perlengkapan airway sudah dipersiapkan, dicoba dan diletakkan ditempat yang
mudah dijangkau.
- Cairan Kristaloid yang sudah dihangatkan, disiapkan dan diletakkan pada tempat
yang mudah dijangkau.
- Pemberitahuan terhadap tenaga laboratorium dan radiologi apabila sewaktu-waktu
dibutuhkan.
- Pemakaian alat-alat proteksi diri.
II. TRIASE
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang
tersedia. Dua jenis triase :
a. Multiple Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma tidak mdelampaui kemampuan rumah sakit.
Penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma.
b. Mass Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma melampaui kwmampuan rumah sakit. Apenderita
dengan kemungkinan survival terbesar dan membutuhkan waktu, perlengkapan dan
tenaga yang paling sedikit akan mendapatkan prioritas penanganan lebih dahulu.
Pemberian label kondisi pasien pada pasien yang datang ke IGD :
1) Label Biru (Resusitasi)
Pasien yang datang dengan keadaan gawat darurat dan mengancam nyawa serta
harus mendapatkan penanganan resusitasi segera (respon time 0-1 menit)
2) Label Merah (Immediate)
Pasien datang dengan kondisi gawat dan darurat karena dapat mengakibatkan
kerusakan organ permanen (respon time 1-5 menit).
3) Label Kuning (Urgent)
Pasien datang dengan keadaan darurat, tapi tidak gawat dan pelayanan masig bisa
ditunda (respon time 1-30 menit)
4) Label Hijau (Non Urgent)
Pasien datang dengan kondisi tidak gawat tidak darurat dengan keluhan ringan
(respon time 60 menit)
Gambar 1. Alur Skema Triase
LANGKAH 1
UKUR TANDA VITAL DAN TINGKAT KESADARAN
Bahaya Sumbatan
- Hematome leher
- Cedera laring, trakea
- Stridor
Gambar 2. Alogaritme Airway
Alogaritme Airway
Oksigenasi / Ventilasi
Apneiec Bernapas
Intubasi Orotrakeal Intubasi Nasotrakeal
dengan imobilisasi atau orotrakeal dengan
servikal segaris imobilisasi servikal segaris*
Tambahan Farmakologik
Intubasi Orotrakeal
D. Exposure / Environment
1. Buka pakaian penderita
2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang cukup hangat.
IV. RESUSITASI
1. Re-evaluasi ABCDE
1. Dosis awal pemberian cairan Kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan 20 ml/kg
pada anak dengan tetesan cepat (lihat tabel 21)
2. Evaluasi resusitasi cairan :
- Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan dan awal (lihat gambar
3, tabel 3 dan tabel 4)
- Nilai perfusi organ (nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin) serta
awasi tanda-tanda syok.
3. Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan awal.
a. Respon cepat
- Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan maintenance.
- Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau pemberian darah.
- Pemeriksaan darah dan cross match tetap dilakukan
- Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif mungkin masih perlu
dilakukan.
b. Respon Sementara
- Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan pemberian darah
- Respon terhadap pemberian darah menentukan tindakan operatif
- Konsultasikan pada ahli bedah
c. Tanpa Respon
- Konsultasikan pada ahli bedah
- Perlu tindakan operatif sangat segera
- Waspadai syok non hemoragik seperti tamponade jantung dan kobtusio niokard
Tabel 2. Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah
Berdasarkan Presentasi Penderita Semula
KELAS I KELAS II KELAS III KELAS IV
Kehilangan Darah (ml) Sampai 750 750-1500 1500-2000 2000
Kehilangan Darah (%) < 100 > 100 < 120 140
Tekanan Darah Normal Normal Menurun Menurun
Tekanan Nadi (mmHg) Normal atau Menurun Menurun Menurun
naik
Frekuensi Pernafasan 14-20 20-30 30-40 > 40
Produksi urin (ml/Jam) 30 20-30 5-15 Tidak
berarti
CNS/Status Mental Sedikit Agak Cemas, Bingung,
cemas cemas bingung lesu
(lethargis)
Penggantian Cairan Kristaloid Kristaloid Kristaloid Kristaloid
(Hukum 3:1) dan darah dan darah
Tabel 3. Penilaian Awal dan Pengelolaan Syok
KONDISI PENILAIAN PENGELOLAAN
(Pemeriksaan Fisik)
Tension - Deviasi Trakheal - Needle decompression
Pneumothoraks - Distensi vena leher - Tube thoracostomy
- Hipersonor
- Bising nafas (-)
Massive - Kadang deviasi - Venous access
pneumothoraks tracheal - Perbaikan volume
- Vena leher kolaps - Konsultasi bedah
- Perkusi : Dullnes - Tube thoracostomy
- Bising nafas (-)
Cardiac tamponade - Distensi vena leher - Pericardiosintesis (tidak
- Bunyi jantung jauh dapat dilakukan)
- ultrasound - Venous access
- Perbaikan volume
- Pericardiotomy(tidak dapat
dilakukan)
- Thoracotomy (tidak dapat
dilakukan)
Perdarahan - Distensi abdomen - Venous access
Intraabdominal - Ulerine lift, bila hamil - Perbaikan volume
- DPL/Ultrasonografy - Konsultasi bedah
- Pemeriksaan vaginal - Jauhkan uterus dari vena
cava
Perdarahan Luar - Kenali sumber Kontrol perdarahan dengan
perdarahan - Direct pressure
- Bidai / splint
- Luka kulit kepala yang
berdarah : Jahit
d. Pemeriksaan sensorik
Lakukan pemeriksaan : sentuhan ringan, nyeri (tusukan jarum, getaran dan suhu).
3. Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap Evaluasi anemia, leukimia, reaksi inflamasi dari infeksi,
karakteristik sel darah perifer, tingkat hidrasi dan dehidrasi,
polisitemia, penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dan
menentukan perlu atau tidaknya kemoterapi.
Analisa Urin Skrinning diagnosa dan memantau kelainan ginjal / saluran kemih
termasuk infeksi saluran kemih (ISK); dan mendeteksi penyakit
metabolik atau sistemik.
Gula Darah Skrinning dan diagnosi diabetes melitus (DM), pemantauan terapi
Sewaktu DM, serta mendukung dalam kontrol DM2) Diagnosis dan
penanganan beberapa gangguan metabolik seperti asidosis, ketosis,
dehidrasi dan koma diabetik.
HbsAg 1. Mendeteksi dan mendiagnosis infeksi Hepatitis B
2. Uji skrinning donor darah pra-vaksinasi Hepatitis B;
Gambaran Darah Menilai morfologi jenis sel-sel darah
Tepi
4. Pemeriksaan Radiologi
a. Indikasi :
- Pasien dengan riwayat trauma.
- Pasien nyeri dengan kecurigaan penyakit degeneratif tulang belakang
- Pasien dengan kecurigaan adanya neoplasma, infeksi tulang belakang, penyakit
inflamatorik, dan penyakit vascular
- Pasien dengan defisit neurolis motorik, kolon, kandung kemih, atau ereksi.
- Gejala nyeri yang menetap . 4 minggu.
b. Pemilihan pemeriksaan radiologi
- Foto polos ; untuk skrinning inisial pada trauma tumpul dada, ekstermitas dan
tulang belakang (fraktur, ketidaksegarisan vertebrata, spondilolistesis, spondilolisis,
neoplasma)
- USG abdomen : skrinning pada pasien dengan kecurigaan akut abdomen dan
perdarahan intra abdominal.
- CT-scan : evaluasi pasien dengan cedera kepala berat, trauma tulang belakang,
herniasi diskus, stenosis spinal.
Skrinning pada Instalasi Gawat Darurat dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi
visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik,
laboratorium klinik, atau diagnostik imajing sebelumnya. Tujuan Skrinning untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang
ditemukan.
2. Skrining Intra-Hospital
Skrining intra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun area
Rawat Jalan (IRJ). Langkah-langkah skrining intra-hospital antara lain:
SATUAN KERJA SKRINING YANG DILAKUKAN
Case Manager 1. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pelayanan
berdasarkan prioritas kegawatan.
2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perhatian
khusus semisal sakit berat, usia lanjut, handicap /
berkebutuhan khusus.
3. Mengkoordinasikan pembagian ruangan berdasarkan
identifikasi ketersediaan kamar bagi pasien yang
membutuhkan rawat inap.
4. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di Rumah
Sakit Umum Daerah Jaraga Sasameh Buntok disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan pasien.
IRJA 1. Setiap tenaga medis dan paramedis wajib untuk segera
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi pasien yang
membutuhkan, baik saat pasien mendaftar di poliklinik
maupun menunggu di ruang tunggu.
2. Dalam melakukan proses skrining bagin pasien yang
membutuhkan pelayanan emergensi, rawat inap dan rujukan
keluar. Pedoman skrining dikembangkan oleh kelompok staf
medik (KSM) terkait.
IGD 1. Proses skrining dilakukan segera setelah pasien datang ke
IGD
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka
dilanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan
3. Dokter jaga/paramedis melakukan triage untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan pelayanan awal, untuk
selanjutnya dikonsulkan ke DPJP
4. DPJP melakukan pelayanan medis, identifikasi kebutuhan
pelayanan khusus, menerima konsultasi danpenilaian
pasien untuk di rawat inap, dipulangkan atau dirujuk.
TENAGA AMBULAN 1. Penjemputan pasien dilakukan atas permintaan.
2. Pengumpulan data per-telepon dibutuhkan untuk menentukan
tingkat emergensi dalam persiapan SDM tim ambulan yang
akan melakukan penjemputan, maupun menentukan peralatan
emergensi dan peralatan tambahan yang dibutuhkan dalam
penjemputan.
3. Pada pasien tidak stabil, pasien kecelakaan atau pasien tidak
dikenal cukup ditanyakan jenis kelamin, usia, kondisi pasien,
pelayanan yang dibutuhkan dan lokasi penjemputan
4. Untuk pasien-pasien kegawatan dilakukan bantuan hidup
dasar dan stabilisasi sesuai panduan dan SPO, sebelum
ditransfer ke rumah sakit.
Pernafasan dinilai apakah pernafasan pasien normal atau ada masalah, bahkan ada
resiko distress nafas. Pasien dengan pernafasan yang layak mendapatkan pelayan di
UGD adalah:
1. Penggunaan otot bantu nafas contoh : penggunaan otot sternocleidomastoidea
saat bernafas posisi tripod.
2. Jika dihitung laju pernafasan pasien > 30x/menit
- Sirkulasi diilai apakah normal atau ada maslah. Pasien dengan sirkulasi drop yang
layak mendapatkan pelayanan di UGD adalah :
1. Pasien yang sangat pucat
2. Pasien yang dating dengan keringat dingin, nadi teraba lemah.
3. Akral dingin
4. Pasien dengan nyeri dada kiri, curiga iskemik jantung
5. Pasien dengan nyeri ulu hati, disertai keringat dingin, nadi lemah
6. Pasien dengan perdarahan sedang – hebat di dalamnya perdarah pervaginal
b. Skrining batuk
Pasien di wawancara sederhana apakah sedang batuk, berapa lama pasien batuk,
apakah sedang dalam pengobatan TBC atau tidak. Pasien yang batuk semua diberikan
masker wajah, sedangkan pasien yang batuk ≥ dua minggu diarahkan ke jalur fast
track untuk mengurangi resiko penularan infeksi air bone. Pasien yang dengan TBC
diarahkan ke jalur fast track ke poli TBC
c. Skrining hambatan pasien
Pasien dinilai apakah mengalami hambatan dalam mengakses pelayanan jika pasien
mengalami hambatan gerak seperti pengguanan kursi roda dan brankar. Jika pasien
mempunyai hambatan bahasa dan budaya. Budaya, hubungan pasien ada pelayanan
penerjemah bahasa Rumah sakit.
4. Skrining di Instalasi Rawat Inap
- Kebutuhan pasien yang berkenaan dengan pelayanan preventif, kuratif, rehabilitative
dan paliatif diprioritaskan berdasarkan atas kondisi pasien.
- Skrining pasien indikasi rawat inap dapat dilakukan oleh dokter umum melalui
UGD/Poliklinik umum dan oleh dokter spesialis
- Sehubungan dengan meningkatnya pasien yang membutuhkan pelayanan rawat inap
di RSUD Jaraga Sasameh, serta masalah stagnasi pasien di instalasi Gawat Darurat,
maka ditentukan prioritas pasien rawat inap, sebagai berikut:
1. Pasien keluar Intensif Care Unit
2. Pasien Instalasi Gawat Darurat
3. Pasien indikasi rawat dari rawat jalan RSUD Jaraga Sasameh
4. Pasien rujukan atau alih rawat dari rumah sakit lain
- pasien akan masuk pada kriteria kuratif, preventif, rehabilitative, pasien indikasi
rawat inap, memerlukan kamar isolasi atau dapat berobatjalan.
Kuratif:
Upaya merupakan serangkaian kegiatan pengobatan yang ditunjukan untuk
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit. Pasien kuratif
indikasi rawat inap:
Preventif:
iii. Preventif adalah upaya mencegah suatu penyakit / deteksi dini factor
resiko:
1. Pemeriksaan kesehatan dilakukan berkala (pemeriksaan
kehamilan,balita)
2. Deteksi dini kasus, factor resiko maternal danbalita
3. Imunisasi/vaksin pada bayi, anak, ini hamil dandewasa
iv. Dokter atau perawat wajib memberikan informasi penjadwalan
control/imunisasi lanjutan.
Paliatif:
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat mengurangi penderitaan
pasien, memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup. Pasien paliatif yang masuk indikasi
rawatinap:
Diagnosa Kriteria/Indikasi masuk rumah sakit
Ruang isolasi adalah ruangan khusus di rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi medis
tertentu, terpisah dari pasien lain untuk men cegah penyebaran penyakit dan mengurangi resiko
terhadap pemberian pelayanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi
atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan. Pasien indikasi
rawat inap dengan isolasi
Diagnosa Kriterian
TBC Batukberdarah
Keadaan umumburuk
Pneumothoraks
Empiema
Efusi pleuralmassif
Sesak nafas berat TB parumilier
MeningitisTB
Citomegalovirus Demam
Pneumonia/sesak nafasberat
Takipnea dandispnea
Kerusakanotak
Skrining awal dilakukan oleh dokter perlu atau tidak dilakukan hemodialisa. Indikasi
dilakukan hemodialisa:
1. Perikarditis atau efusipericardium
2. Hiperkalemi
3. Hipertensimaligna
4. Oliguri atau anuria
Indikasi dini:
1. Gejala uremia : Mual ,muntah, perubahanmental
2. Laboratrium abnormal
Asidosis aztema
Azotema (kretinin 8-12mg%)
BUN 100-120mg%
Jika dokter memutuskan pasien memerlukan hemodialisa indikasi segera :
xvii. Perawat wajib memastikan ketersedian fasilitashemodialisa
xviii. Perawat umum segera menghubungi perawat hemodialisa bahwa ada
pasien indikasi cytoheodialisa
Perawat mengantarkan pasien ke ruanghemodialis
xix. Perawat mengantarkan pasien ke ruanghemodialisa
xx. Perawat melkuakan serah terima dengan perawat hemodialisa
xxi. Jika dokter memutuskan pasien memerlukan hemodialisa indikasielektif:
xxii. Perawat mengarahkan pasien ke pendaftarkan untuk mendaftar ke
pelayanan hemodialisa
Skrining sebelum dirujuk
xxiii. Dokter dan perawat melakukan penilaian visual, anamnesa, dan
melakukan vitalsign
xxiv. Perawat dan dokter memastikan apakah fasilitas RS dapat mendukung
upaya pertolonganpasien
xxv. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang minimal sebelum diputuskan
rawat inap ataurujuk
xxvi. Jika pasien memenuhi criteria untuk dirujuk, maka dokter atau perawat
wajib memastikan apakah pasien dalam keadaan stabil untukdirujuk
xxvii. Perawat memsatikan adanya ruang/tempat di RS rujukan
xxviii. Dokter dan perawat melengkapi rekam medis pasien yang kemudian harus
dibawa saat merujukpasien
xxix. Perawat memastikan kesiapan ambulan berserta peralatan medis yang
diperlukan untuk merujukpasien
xxx. Petugas yang mengantar pasien ketempat rujukan adalah petugas yang
terampil dalam batuan hidup dasar, transport pasien dan skriningpasien
xxxi. Semua kegiatan harus terdokumentasi denganbaik
Daftar skrining pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan sebelum pasien diputuskan rawat
inap atau dirujuk atau dilaksanakan tindakan
Bronkitis 1. Rontgenthorax
2. Darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit,
Hematokrit)
Ditetapkan di : Buntok
Pada Tanggal : 2018