Anda di halaman 1dari 40

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 13.04.

02 PALU
RUMAH SAKIT TK.IV 13.07.01 WIRABUANA

KETETAPAN
KEPALARUMAH SAKIT TK.IV 13.07.01 WIRABUANA
NOMOR :Kep/129 /II/2018

TENTANG

KEBUTUHAN TRANSPORTASI DAN PERALATAN KESEHATAN SESUAI DENGAN KONDISI


PASIEN, TERMASUK PASIEN RAWAT JALAN

KEPALARUMKIT TK.IV 13.07.01 WIRABUANA

Menimbang : a.Bahwa untuk mendukung terwujudnya pelayanan diRumkitTk.IV


13.07.01 Wirabuana yang optimal dan menjamin keselamatan pasien
perlu ditetapkan Alur Permintaan Pelayanan, Petugas Pengemudi,
Pemakaian dan Pemeliharaan Ambulance
b.Bahwa untuk mencapai tujuan pada butir (a), perlu ditetapkan melalui
Keputusan Kepala Rumah Sakit

Mengingat : 1.Undang–UndangNomor 29 Tahun 2004tentangPraktekKedokteran.


2.Undang – UndangNomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan.
3.Undang – UndangNomor 44 Tahun 2009 tentangRumahSakit
4. PeraturanPemerintahNomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
5.Keputusan Menteri KesehatanNomor 1333/ Menkes/ SK/ XII/ 1999
tentangStandarPelayananRumahSakit.
6.Keputusan Menteri KesehatanNomor 129/ Menkes/ SK/ II/2008
tentangStandarPelayanan Minimal Rumahsakit.
7.Peraturan Menteri KesehatanNomor 269/ Menkes/ Per/ III/2008
tentangRekamMedis.
8. Peraturan Menteri KesehatanNomor 290/ Menkes/ Per/ III/2008
tentangPersetujuanTindakanKedokteran.
9.Peraturan Menteri KesehatanNomor 1691/ Menkes/ Per/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERMINTAAN PELAYANAN KENDARAAN, PETUGAS


PENGEMUDI, PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN AMBULANS
DAN KENDARAAN DINAS LAINNYADI RUMAH SAKIT TK.IV
13.07.01 WIRABUANA

KESATU : Kebijakan panduan skrining pasien di Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01


Wirabuana sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

KEDUA : Pemeliharaan Kendaraan adalah tanggung jawab unit angkutan.

KETIGA : Peralatan penunjang medis dan obat-obatan emergency adalah tanggung


jawab Bersama farmasi dan IGD.

KE EMPAT Dalam melakukan kegiatan pelayanan ambulance :


a. Sopirharusdisertaiperawat
b. Perawatbisa mengendarai ambulance tidakharusBersamadengan
sopir
KE LIMA Untuk kasus gawat darurat jarak jangkauan pelayanan tidak boleh lebih
dari 30 menit.

Catatan:
Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapannya, maka akan diadakan perbaikan sperlunya.
Ditetapkan di : Palu
Pada tanggal : 6 Februari 2018

Kepala Rumkit Tk. IV 13.07.01


Wirabuana,

dr. Dudy Kusmartono,Sp.B


Mayor Ckm Nrp 11010016080375
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 13.04.01 PALU
RUMAH SAKIT TK.IV 13.07.01 WIRABUANA

PANDUAN

TRANSFER PASIEN

DI RUMAH SAKIT TK.IV 13.07.01 WIRABUANA

TIM POKJA AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS


RUMAH SAKIT TK.IV 13.07.01 WIRABUANAPALU

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
anugrah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga buku panduan rencana pemulangan
pasein RS TK IV.13.07.01 Wirabuana ini dapat selesai disusun.
Buku panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dengan rawat
inap dalam perencanaan pemulangan pasien RS TK IV.13.07.01 Wirabuana.
Dalam panduan ini diuraikan tentang pengertian dan tatalaksana perencanaan pasien di
RS TK IV.13.07.01 Wirabuana Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-
dalamnya atas bantuan semua pihak yang telah membantu dalam meyelesaikan panduan rencana
pemulangan pasien RS TK IV.13.07.01 Wirabuana.

Palu, 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di transfer. Prinsip
dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat
menjalani transfer. Pelaksanaan transfer pasien dapat dilakukan intra rumah sakit atau antar
rumah sakit.
Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra transportasi
pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan peralatan yang
disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer. Transfer pasien hanya boleh
dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang kompeten serta petugas profesional
lainnya yang sudah terlatih.

B. Pengertian Transfer
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang perawatan/
ruang tindakan lain di dalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau memindahkan pasien dari
satu rumah sakit ke rumah sakit lain (antar rumah sakit).

C. Tujuan
Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah:
- Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi tinggi.
- Agar proses transfer/ pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan lancar serta
pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan

D. Ruang Lingkup
Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari:
- Transfer pasien dari IGD ke Watnap, Kamar Operasi
- Transfer pasien dari Watlan ke Watnap,Kamar Operasi
- Transfer pasien dari Watnap ke Kamar Operasi
- Transfer pasien dari Kamar Operasi ke Watnap
- Transfer pasien dari IGD, Watnap ke Ruang Radiologi
Transfer pasien antar rumah sakit terdiri dari:
- Transfer pasien dari RS Wirabuana ke RS lain atau sebaliknya
- Transfer pasien dari RS Wirabuana ke rumah pasien atau sebaliknya

E. Pengaturan Transfer
RSWirabuana memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari dokter IGD/ dokter
ruangan, PPJP, perawat yang kompeten dalam merawat pasien, petugas medis, dan petugas
ambulans. Tim ini yang berwenang untuk memutuskan metode transfer mana yang akan
dipilih.
1. Berikut adalah metode transfer yang ada di RS Wirabuana.
a. LayananAntar-Jemput Pasien: merupakan layanan / jasa umum khusus untuk
pasien RS Wirabuana dengan tim transfer dari petugas IGD, di mana tim tersebut
akan mengambil / menjemput pasien dari rumah/ rumah sakit jejaring untuk di
bawa ke RS Wirabuana.
b. Tim transfer lokal: RS Wirabuana mentransfer sendiri dan mengirimkan sendiri
pasiennya ke rumah sakit lain, tetapi bila tim transfer dan faslitas transfer di RS
Wirabuana sedang tidak siap, maka transfer dilakukan dengan menggunakan jasa
tim transfer dari ambulan gawat darurat Rumah Sakit lain.
2. RS Wirabuana mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi, dan transfer untuk pasien-pasien
dengan sakit berat / kritis; tanpa terkecuali.
3. Dokter senior / spesialis (DPJP) yang bertanggungjawab dalam tim transfer pasien harus
siap sedia 24 jam untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan transfer pasien sakit
berat / kritis antar rumah sakit.
F. Keputusan Melakukan Transfer
1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien.
2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer, kemudian lakukan
stabilisasi pre-transfer dan manajemen transfer.
3. Hal ini mencakup tahapan: evaluasi, komunikasi, dokumentasi / pencatatan,
pemantauan, penatalaksanaan, penyerahan pasien antar ruangan dalam rumah sakit
maupun ke rumah sakit rujukan / penerima, dan kembali ke RS Wirabuana.
4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman: edukasi dan
persiapan.
5. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkan dengan
matang karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personel rumah sakit akan
resiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan keluarga dan kerabat pasien.
6. Pertimbangkan resiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika resikonya lebih
besar, sebaiknya jangan melakukan transfer.
7. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten, peralatan dan
kendaraan khusus.
8. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP/ dokter senior (biasanya seorang
konsultan) dan dokter ruangan.
9. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yang
mengambil keputusan (berikut gelar dan biodata detailnya), tanggal dan waktu
diambilnya keputusan, serta alasan yang mendasari.
10. Terdapat 3 alasan untuk melakukan transfer pasien keluar RS Wirabuana yaitu:
a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjut
i. Ini merupakan situasi emergensi di mana sangat diperlukan transfer yang efisien
untuk tatalaksana pasien lebih lanjut, yang tidak dapat disediakan RSWirabuana.
ii. Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum ditransfer.
iii. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien dapat dikategorikan sebagai tipe transfer
‘gawat darurat’, (misalnya ruptur aneurisma aorta. juga dapat dikategorikan
sebagai tipe transfer ‘gawat’, misalnya pasien dengan kebutuhan hemodialisa.
b. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non-medis(misalnya karena ruangan
penuh, fasilitas kurang mendukung, jumlah petugas rumah sakit tidak adekuat)
i. Idealnya, pasien sebaiknya tidak ditransfer jika bukan untuk kepentingan mereka.
ii. Terdapat beberapa kondisi di mana permintaan / kebutuhan akan tempat tidur/
ruang rawat inap melebihi suplai sehingga diputuskanlah tindakan untuk
mentransfer pasien ke unit / rumah sakit lain.
iii. Pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan aspek etika, apakah akan
mentransfer pasien stabil yang telah berada / dirawat di unit intensif rumah sakit
atau mentransfer pasien baru yang membutuhkan perawatan intensif tetapi
kondisinya tidak stabil.
iv. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini dapat dikategorikan sebagaitipe
transfer ‘gawat’.

c. Repatriasi / Pemulangan Kembali


i. Transfer hanya boleh dilakukan jika pasien telah stabil dan kondisinya dinilai
cukup baik untuk menjalani transfer oleh DPJP/ dokter senior / konsultan yang
merawatnya.
ii. Pertimbangan akan resiko dan keuntungan dilakukannya transfer harus dipikirkan
dengan matang dan dicatat.
iii. Jika telah diputuskan untuk melakukan repatriasi, transfer pasien ini haruslah
menjadi prioritas di rumah sakit penerima dan biasanya lebih diutamakan
dibandingkan penerimaan pasien elektif ke unit ruang rawat. Hal ini juga
membantu menjaga hubungan baik antar-rumah sakit.
iv. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini biasanya dikategorikan sebagai tipe
transfer ‘elektif’.
11. Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung jawab/ dokter
ruangan akan menghubungi unit / rumah sakit yang dituju.
12. Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit, tim transfer RS Wirabuana
(DPJP/PPJP/dokter ruangan) akan menghubungi rumah sakit yang dituju dan
melakukan negosiasi dengan unit yang dituju. Jika unit tersebut setuju untuk
menerima pasien rujukan, tim transfer RS Wirabuana harus memastikan tersedianya
peralatan medis yang memadai di rumah sakit yang dituju.
13. Keputusan final untuk melakukan transfer ke luar RS Wirabuana dipegang oleh
dokter senior / DPJP/ konsultan rumah sakit yang dituju.
14. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga mengenai
perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit, dan mintalah persetujuan tindakan
transfer.
15. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam status rekam medis pasien yang
meliputi: nama, jabatan, dan detail kontak personel yang membuat kesepakatan baik
di rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima; tanggal dan waktu
dilakukannya komunikasi antar-rumah sakit; serta saran-saran / hasil negosiasi kedua
belah pihak.
16. Personel tim transfer harus mengikuti pelatihan transfer; memiliki kompetensi yang
sesuai; berpengalaman; mempunyai peralatan yang memadai; dapat bekerjasama
dengan jasa pelayanan ambulan, protokol dan panduan rumah sakit, serta pihak-pihak
lainnya yang terkait; dan juga memastikan proses transfer berlangsung dengan aman
dan lancar tanpa mengganggu pekerjaan lain di rumah sakit yang merujuk.
17. Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan untuk
melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum diputuskan. Hal
ini memungkinkan layanan ambulan untuk merencanakan pengerahan petugas dengan
lebih efisien.
G. Stabilisasi sebelum transfer
1. Meskipun berpotensi memberikan resiko tambahan terhadap pasien, transfer yang aman
dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat / kritis (extremely ill).
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil (pasien kalau kondisi
sudah stabil)
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya akselerasi
dan deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolemia harus sepenuhnya
dikoreksi sebelum transfer.
4. Unit/ rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada prosedur /
pengaturan transfer pasien yang memadai.
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan dibuat
hingga pasien ditransfer ke unit/ rumah sakit lain.
6. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer:
a. Amankan patensi jalan napas
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi dengan pemantauan end-tidal
carbondioxide yang adekuat.
b. Analisis gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunakan ventilator
portabel selama minimal 15 menit.
c. Terdapat jalur / akses vena yang adekuat (minimal 2 kanula perifer atau sentral)
d. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu / terus-menerus merupakan teknik
terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama proses transfer berlangsung.
e. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada (Water-Sealed Drainage-WSD)
harus terpasang dan tidak boleh diklem.
f. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan
g. Pemberian terapi /tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan
transfer

7. Unit / rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan segera /
resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi khusus, namun
tanggung jawab tetap pada tim transfer.
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen menilai
kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.
10. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien (lampiran 1) untuk memastikan bahwa
semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang terlewat.
H. Pendampingan Pasien Selama Transfer
1. Pasien dengan sakit berat / kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang tenaga medis.
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi pasien bergantung
pada kondisi / situasi klinis dari tiap kasus (tingkat / derajat beratnya penyakit / kondisi
pasien).
3. Dokter ruangan (DPJP), bertugas untuk membuat keputusan dalam menentukan siapa
saja yang harus mendampingi pasien selama transfer berlangsung.
4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan mengerti
akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan proses transfer.
5. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan dokter
Ruangan/DPJP selama proses transfer antar-rumah sakit berlangsung.
a. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik dan tidak
membutuhkan bantuan ventilator / oksigenasi
b. Pasien dengan perintah “Do Not Resuscitate” (DNR)
c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut di mana
intervensi anestesi tidak akan mempengaruhi hasil.

6. Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan tingkat /
derajat kebutuhan perawatan pasien kritis. (keputusan harus dibuat oleh Dokter
Ruangan/DPJP)
a. Derajat 0:
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di unit/ rumah sakit yang
dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter, perawat, atau paramedis (selama transfer).
b. Derajat 1:
Pasien dengan resiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya menjalani perawatan di
High Care Unit (HCU); di mana membutuhkan perawatan di ruang rawat biasa dengan saran dan
dukungan tambahan dari tim perawatan kritis; dapat didampingi oleh perawat, petugas ambulan,
dan atau dokter (selama transfer).
c. Derajat 2:
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, termasuk penanganan kegagalan
satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi, dan pasien yang sebelumnya dirawat di HCU;
harus didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter dan
perawat / paramedis lainnya).
d. Derajat 3:
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced respiratory support) atau
bantuan pernapasan dasar (basic respiratory support) dengan dukungan / bantuan pada minimal
2 sistem organ, termasuk pasien-pasien yang membutuhkan penanganan kegagalan multi-organ;
harus didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter
anestesi dan perawat ruang intensif / IGD atau paramedis lainnya).
7. Saat Dokter Ruangan/ DPJP di RS Wirabuana tidak dapat menjamin terlaksananya
bantuan / dukungan anestesiologi yang aman selama proses transfer; pengambilan
keputusan haruslah mempertimbangkan prioritas dan resiko terkait transfer.
8. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan sakit berat /
kritis harus kompeten, terlatih, dan berpengalaman.
9. Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama transfer
berlangsung yang berisi nomor telepon RS Wirabuana dan rumah sakit tujuan.
10. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.

I. Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama Transfer

1. Kompetensi SDM untuk transfer intra RS WIRABUANA PALU


Pasien Petugas pendamping keterampilan yang dibutuhkan Peralatan Utama
(minimal)
Derajat 0 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
Keamanan
Derajat 1 Perawat/Petugas  Bantuan hidup dasar  Oksigen
yang berpengalaman  Pelatihan tabung gas  Suction
(sesuai dengan  Pemberian obat-obatan  Tiang infus
kebutuhan pasien)  Kenal akan tanda portabel
deteriorasi  Pompa infus
 Keterampilan trakeostomi dengan baterai
dan suction  Oksimetri
denyut
Derajat 2 Perawat dan Petugas  Semua ketrampilan di atas,  Semua peralatan
keamanan/ TPK ditambah; di atas,
 Dua tahun pengalaman ditambah;
dalam perawatan intensif  Monitor EKG
(oksigenasi, sungkup dan tekanan
pernapasan, defibrillator, darah
monitor)  Defibrillator
Derajat 3 Dokter, perawat, dan Standar kompetensi dokter harus di  Monitor ICU
TPK/ Petugas atas standar minimal portabel yang
keamanan Dokter: lengkap
 Minimal 6 bulan  Ventilator dan
pengalaman mengenai peralatan
perawatan pasien intensif transfer yang
dan bekerja di ICU memenuhi
 Keterampilan bantuan standar minimal.
hidup dasar dan lanjut
 Keterampilan menangani
permasalahan jalan napas
dan pernapasan, minimal
level ST 3 atau sederajat.
 Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien
dengan sakit berat / kritis
Perawat:
 Minimal 2 tahun
bekerja di ICU
 Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut
 Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
(lengkapnya lihat Lampiran 1)

TRANSFER INTRA-RUMAH SAKIT


1. Standar: pemantauan minimal, pelatihan, dan petugas yang berpengalaman; diaplikasikan
pada transfer intra- dan antar-rumah sakit
2. Sebelum transfer, lakukan analisis mengenai resiko dan keuntungannya.
3. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk mengantisipasi
kejadian emergensi.
4. Peralatan listrik harus tepasang ke sumber daya (stop kontak) dan oksigen sentral
digunakan selama perawatan di unit tujuan.
5. Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemeriksaaan radiologi harus paham akan
bahaya potensial yang ada.
6. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level pasien

2. Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit


Pasien Petugas keterampilan yang dibutuhkan Peralatan Utama dan Jenis
pendamping Kendaraan
(minimal)
Derajat 0 petugas ambulan Bantuan hidup dasar (BHD) Kendaraan High
Dependency Service (HDS)/
Ambulan
Derajat 1 Petugas ambulan  Bantuan hidup dasar  Kendaraan HDS/
dan perawat  Pemberian oksigen Ambulan
 Pemberian obat-obatan  Oksigen
 Kenal akan tanda  Suction
deteriorasi  Tiang infus portabel
 Keterampilan perawatan  Infus pump dengan
trakeostomi dan suction baterai
 Oksimetri
Derajat 2 Dokter,  Semua ketrampilan di atas,  Ambulans EMS
perawat,dan ditambah; Mercedes 515
petugas ambulans  Penggunaan alat  Semua peralatan di
pernapasan atas, ditambah;
 Bantuan hidup lanjut  Monitor EKG dan
 Penggunaan kantong tekanan darah
pernapasan (bag-valve  Defibrillatorbila
mask) diperlukan
 Penggunaan defibrillator
 Penggunaan monitor
intensif
Derajat 3 Dokter, perawat, Dokter:  Ambulans lengkap/
dan petugas  Minimal 6 bulan AGD 118
ambulan pengalaman mengenai  Monitor ICU
perawatan pasien intensif portabel yang
dan bekerja di ICU lengkap
 Keterampilan bantuan  Ventilator dan
hidup dasar dan lanjut peralatan transfer
 Keterampilan menangani yang memenuhi
permasalahan jalan napas standar minimal.
dan pernapasan, minimal
level ST 3 atau sederajat.
 Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien
dengan sakit berat / kritis
Perawat:
 Minimal 2 tahun
bekerja di ICU
 Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut
 Harus mengikuti
pelatihan untuk transfer
pasien dengan sakit
berat / kritis
(lengkapnya lihat Lampiran 1)

J. PEMANTAUAN, OBAT-OBATAN, DAN PERALATAN SELAMA TRANSFER


PASIEN KRITIS
1. Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis memerlukan pemantauan selama proses
transfer.
2. Standar pelayanan dan pemantauan pasien selama transfer setidaknya harus sebaik
pelayanan di RS Wirabuana / RS tujuan.
3. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum transfer
dilakukan. Standar minimal untuk transfer pasien antara lain:
a. Kehadiran petugas yang kompeten secara kontinu selama transfer
b. EKG kontinu
c. Pemantauan tekanan darah (non-invasif)
d. Saturasi oksigen (oksimetri denyut)
e. Terpasangnya jalur intravena
f. Terkadang memerlukan akses ke vena sentral
g. Peralatan untuk memantau cardiac output
h. Pemantauan end-tidal carbon dioxide pada pasien dengan ventilator
i. Mempertahankan dan mengamankan jalan napas
j. Pemantauan temperatur pasien secara terus-menerus (untuk mencegah terjadinya
hipotermia atau hipertermia)1
4. Pengukuran tekanan darah non-invasif intermiten, sensitif terhadap gerakan dan
tidak dapat diandalkan pada mobil yang bergerak. Selain itu juga cukup
menghabiskan baterai monitor.
5. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu (melalui kanula arteri) disarankan.
6. Idealnya, semua pasien derajat 3 harus dipantau pengukuran tekanan darah secara
invasif selama transfer (wajib pada pasien dengan cedera otak akut; pasien dengan
tekanan darah tidak stabil atau berpotensi menjadi tidak stabil; atau pada pasien
dengan inotropik).
7. Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu memantau filling status
(status volume pembuluh darah) pasien sebelum transfer. Akses vena sentral
diperlukan dalam pemberian obat inotropic dan vasopressor.
8. Pemantauan tekanan intracranial mungkin diperlukan pada pasien-pasien tertentu.
9. Pada pasien dengan pemasangan ventilator, lakukan pemantauan suplai oksigen,
tekanan pernapasan (airway pressure), dan pengaturan ventilator.2
10. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang
diperlukan, antara lain: (sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan di dalam jarum
suntik)
a. Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia3
b. Obat sedasi
c. Analgesik
d. Relaksans otot
e. Obat inotropik
11. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar akses terhadap
pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan baik.1
12. Semua infus harus diberikan melalui syringe pumps.
13. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan baik.
14. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di ambulans.2
15. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama transfer.
16. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
17. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat tidak
disambungkan dengan stop kontak/listrik).
18. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati listrik)
19. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan dapat
memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen arteri, pengukuran tekanan
darah (non-invasif), kapnografi, dan temperatur.
20. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat dengan cepat
menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat pergerakan ekternal / vibrasi
(getaran).
21. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.

22. Ventilator mekanik yang portabel harus mempunyai (minimal):


a. alarm yang berbunyi jika terjadi tekanan tinggi atau terlepasnya alat dari tubuh
pasien
b. mampu menyediakan tekanan akhir ekspirasi positif (positive end expiratory
pressure) dan berbagai macam konsentrasi oksigen inspirasi
c. pengukuran rasio inspirasi : ekspirasi, frekuensi pernapasan per-menit, dan
volume tidal.
d. Mampu menyediakan ventilasi tekanan terkendali (pressure-controlled
ventilation) dan pemberian tekanan positif berkelanjutan (continuous positive
airway pressure)
23. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses transfer yang
lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi / obat-obatan.1
24. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana yang
diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini harus dilengkapi
selama transfer.
25. Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di lembar
pemantauan.
26. Monitor, ventilator, dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh petugas dan harus
dalam posisi aman di bawah level pasien.

K. Pemilihan Metode Transfer antar RS untuk Pasien Kritis


1. Pemilihan metode transfer harus mempertimbangkan sejumlah komponen penting
seperti di bawah ini.
a. Derajat urgensi untuk melakukan transfer
b. Kondisi pasien
c. Faktor geografik
d. Kondisi cuaca
e. Arus lalu lintas
f. Ketersediaan / availabilitas
g. Area untuk mendarat di tempat tujuan
h. Jarak tempuh
2. Pilihan kendaraan untuk transfer pasien antara lain:
Jasa Ambulan Gawat Darurat
1) Siap sedia dalam 24 jam
2) Perjalanan darat
3) Durabilitas: dengan pertimbangan petugas dan peralatan yang dibutuhkan dan
lamanya waktu yang diperlukan.
L. Alat transportasi untuk transfer pasien antar rumah sakit
1. Gunakan mobil ambulan RS Wirabuana / AGD 118. Mobil dilengkapi soket listrik
12 V, suplai oksigen, monitor, dan peralatan lainnya
2. Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan-kebutuhan untuk mentransfer
pasien terpenuhi (seperti suplai oksigen, baterai cadangan, dll).
3. Standar Peralatan di Ambulan
a. Suplai oksigen
b. Ventilator
c. Jarum suntik
d. Suction
e. Baterai cadangan
f. Syringe / infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi posisi pasien
g. Alat penghangat ruangan portabel (untuk mempertahankan temperatur pasien)
h. Alat kejut jantung (defibrillator)
4. Tim transfer/ SDM pendamping dapat memberi saran mengenai kecepatan ambulan
yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
5. Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir ambulans.
Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera dengan
akselerasi dan deselerasi yang minimal.
6. Pendampingan oleh polisi dapat dipertimbangkan pada area yang sangat padat
penduduknya
7. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk pengaman.
8. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi segera,
berhentikan ambulan di tempat yang aman dan lakukan tindakan yang diperlukan.
9. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan, gunakanlah pakaian
yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya.
M. Dokumentasi dan Penyerahan pasien transfer antar rumah sakit
1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan transfer, dan harus
mencakup:
a. detail kondisi pasien
b. alasan melakukan transfer
c. nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan
d. status klinis pre-transfer
e. detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama transfer
berlangsung
2. Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring dan diterapkan untuk transfer
intra- dan antar-rumah sakit.
3. Rekam medis harus mengandung:
a. Resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan setelah
transfer; termasuk kondisi medis yang terkait, faktor lingkungan, dan terapi yang
diberikan.
b. Data untuk proses audit. Tim transfer harus mempunyai salinan datanya.

4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi selama proses
transfer, termasuk penundaan transportasi.
5. Tim transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah sakit yang
dituju sebelum mentransfer pasien.
6. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara tim transfer
dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis dan perawat) yang akan
bertanggungjawab terhadap perawatan pasien selanjutnya.
7. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik secara verbal
maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil pemeriksaan
penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi klinis selama transfer
berlangsung.
8. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus dideskripsikan dan
diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan.
9. Setelah menyerahkan pasien, tim transfer dibebastugaskan dari kewajiban merawat
pasien.
10. Perlu penyediaan pakaian, sejumlah peralatan yang dapat dibawa, dan sejumlah uang
untuk memfasilitasi mekanisme perjalanan kembali tim transfer.
N. Komunikasi dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit
1. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diberitahu mengenai alasan
transfer dan lokasi rumah sakit tujuan. Berikanlah nomor telepon rumah sakit
tujuan dan jelaskan cara untuk menuju ke RS tersebut.
2. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasien
sebelum dilakukan transfer.
3. Kontak pertama harus dilakukan oleh konsultan/ dokter penanggung jawab di
kedua rumah sakit, untuk mendiskusikan mengenai kebutuhan medis pasien.
4. Untuk kontak selanjutnya, tunjuklah satu orang lainnya (biasanya perawat senior).
Bertugas sebagai komunikator utama sampai transfer selesai dilakukan.
a. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk, berikan
penjelasan mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan penyerahan
tanggung jawab kepada perawat yang menggantikan.
b. Komunikator utama harus menghubungi pelayananambulan, jika ingin
menggunakan jasanya dan harus menjadi kontak satu-satunya untuk diskusi
selanjutnya antara rumah sakit dengan layanan ambulans.
c. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan pasien
kepada rumah sakit tujuan.
5. Tim transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuan mengenai
penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update perkembangannya.
O. Audit dan Jaminan Mutu
1. Buatlah catatan yang jelas dan lengkap selama transfer.
2. Dokumentasi ini akan digunakan sebagai acuan data dasar dan sarana audit
3. RS Wirabuana bertanggungjawab untuk menjaga berlangsungnya proses pelaporan
insidens yang terjadi dalam transfer dengan menggunakan protokol standar RS
Wirabuana.
4. Data audit akan ditinjau ulang secara teratur oleh RS Wirabuana
LAMPIRAN 1

KOMPETENSI UNTUK TRANSFER PASIEN DENGAN SAKIT BERAT / KRITIS


DERAJAT 3 INTRA- DAN ANTAR-RUMAH SAKIT2

Semua pasien sakit berat / kritis derajat 3 didampingi oleh 2 orang selama transfer.Satu orang
adalah dokter, biasanya spesialis anestesi yang sudah terlatih dalam penanganan jalan napas.Satu
orang lagi adalah perawat atau dokter umum. Terdapat standar keterampilan minimal untuk
melakukan transfer pasien. Berikut adalah kompetensi yang diperlukan.

Dokter, Harus memiliki:


1. Minimal 6 bulan pengalaman mengenai perawatan pasien intensif dan bekerja di ICU
2. Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut
3. Keterampilan menangani permasalahan jalan napas dan pernapasan, minimal level ST 3
atau sederajat.
4. Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat / kritis

Perawat, Harus memiliki:


1. Minimal 2 tahun bekerja di ICU
2. Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut
3. Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat / kritis

Peralatan:
1. Ventilator
Dokter harus:
a. Memiliki pengetahuan yang cukup terhadap fungsi dan jenis ventilator yang
digunakan
b. Mampu mengganti baterai
c. Mampu mengganti tabung oksigen dan menghitung kebutuhan oksigen pasien
Perawat harus:
a. mampu mengganti tabung oksigen
b. mampu mengganti baterai

2. Pompa
Dokter dan perawat harus:
a. Mampu mengganti baterai
b. Mampu mengoperasikan jarum suntik / syringe pumps
c. Mampu mengatur kecepatan infus dan memberikan bolus cairan / obat

3. Monitor
Dokter dan perawat harus dapat:
a. Mendeteksi adanya gelombang yang invasive
b. Melakukan pemantauan invasive
c. Mengoperasikan EKG
d. Mengoperasikan kapnografi
e. Mengoperasikan oksimetri denyut
4. Kantong peralatan medis untuk transfer (transfer bag)
Dokter dan perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai isi kantong peralatan
medis.
5. Troli transfer
Dokter dan perawat harus mengetahui cara mengoperasikan troli dan mengamankan pasien serta
peralatan di dalamnya.
6. Sistem bidai untuk transfer via udara
Dokter dan perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai cara mengoperasikan
sistem ini.
Pengangkutan Pasien. okter dan perawat harus dapat mendemonstrasikancara mengangkut pasien
dengan aman.
Komunikasi dan Panduan
Dokter dan perawat harus dapat:
1. Mendemonstrasikan cara berkomunikasi dengan rumah sakit tujuan dan pusat layanan
ambulans.
2. Membaca dan memahami kebijakan transfer setempat dan nasional
3. Memiliki pengetahuan mengenai struktur kendali dan pemberian perintah untuk transfer
Transfer
Dokter dan perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup akan resiko yang dapat terjadi
selama melakukan transfer pada pasien dengan sakit berat / kritis via menggunakan kendaraan
yang bergerak (baik pada transportasi darat maupun udara), dan waspada akan bahaya yang
mungkin terjadi kepada petugas dan atau pasien.
Penyerahan Pasien
Dokter dan perawat harus mengetahui prosedur serah-terima pasien di rumah sakit tujuan.

Orientasi
Dokter dan perawat telah mengetahui kondisi di dalam kendaraan transportasi yang akan
digunakan (ambulans atau pesawat) sebelum melakukan transfer.

Panduan Pemantauan Minimal


Dokter harus memiliki pengetahuan mengenai panduan pemantauan minimal.
LAMPIRAN 2

PERALATAN TRANSFER MINIMAL UNTUK ANTAR RUMAH SAKIT


1. Manajemen jalan napas / oksigenasi (dewasa dan anak)
a. Sistem bag-valve dewasa dan anak dengan reservoir oksigen
b. Sungkup dewasa dan anak
c. Penghubung sistem bag-valve dengan endotracheal (ETT)/ tracheostomy tube
d. Monitor end-tidal carbon dioxide (dewasa dan anak)
e. Laringoskop Miller
f. Stilet / mandrin ETT (dewasa dan anak)
g. Forceps Magil (dewasa dan anak)
h. Selang ETT (5.0, 5.5, 6.0, 6.5, 7.0, 7.5, 8.0)
i. Pegangan laringoskop (dewasa dan anak)
j. Baterai cadangan dan bola lampu laringoskop
k. Nasopharyngeal airways (NPA) / Oropharyngeal airways (OPA)
l. Pisau bedah (scalpel)
m. Alat krikotiroidotomi
n. Pelumas / gel
o. Nasal kanul (dewasa dan anak)
2. Lem perekat
3. Nebulizer
4. Kapas alkohol
5. Brankar (dewasa dan anak)
6. Jarum untuk bone marrow (sum-sum tulang belakang) untuk infus pada anak
7. Pengukur tekanan darah
8. Winged needle
9. Telepon genggam
10. Gel / bantalan elektroda defibrillator
11. Stik gula darah sewaktu (GDS)
12. Monitor EKG / defibrillator
13. Elektroda EKG
14. Senter dengan baterai cadangan
15. Pompa infus (infusion pumps)
16. Selang infus
17. Three-way
18. Kateter intravena
19. Cairan infus (normal saline-NS, ringer laktat-RL, dekstrosa 5%)
20. Spuit
21. Klem Kelley
22. Oksimetri denyut
23. Nasogastric tube (NGT)
24. Tali penahan untuk ekstremitas
25. Stetoskop
26. Suction
27. Kassa
28. Tourniquet
29. Gunting
30. Tambahan:
a. Alat imobilisasi spinal
b. Ventilator portabel
LAMPIRAN 3

OBAT-OBATAN TRANSFER MINIMAL ANTAR RUMAH SAKIT


(Bila diperlukan)

1. Adenosine, 6mg/2ml
2. Albuterol, 2,5mg/2ml
3. Amiodaron, 150mg/3ml
4. Atropine, 1mg/10ml
5. Kalsium klorida, 1g/10ml
6. Catacaine/hurricaine spray
7. Dekstrosa 25%, 10ml
8. Dekstrosa 50%, 50ml
9. Digoksin, 0,5mg/2ml
10. Diltiazem, 25mg/5ml
11. Difenhidramin, 50mg/1ml
12. Dopamine, 200mg/5ml
13. Epinefrin, 1mg/10ml (1:10.000)
14. Epinefrin, 1mg/1ml (1:1.000)
15. Fosfenitoin, 750mg/10ml
16. Furosemide, 100mg/10ml
17. Glucagon, 1mg (vial)
18. Heparin, 1.000 U/1ml
19. Isoproterenol, 1mg/5ml
20. Labetalol, 40mg/8ml
21. Lidokain, 100mg/10ml
22. Lidokain, 2g/10ml
23. Manitol, 50g/50ml
24. MgSO4, 1g/2ml
25. Metilprednisolon, 125mg/2ml
26. Metoprolol, 5mg/5ml
27. Nalokson, 2mg/2ml
28. Nitrogliserin IV, 50mg/10ml
29. Nitrogliserin tablet, 0,4mg
30. Nitroprusid, 50mg/2ml
31. Normal Saline – NS, 30 ml untuk injeksi
32. Fenobarbital, 65mg/ml atau 130mg/ml
33. KCl, 20 mEq/10ml
34. Prokainamid, 1.000mg/10ml
35. Natrium bikarbonat, 5mEq/10ml
36. Natrium bikarbonat, 50mEq/50ml
37. Akua bidestilata, 30ml untuk injeksi
38. Terbutalin, 1mg/1ml
39. Verapamil, 5mg/2ml

Obat-obatan berikut ini ditambahkan ke tas emergency segera sebelum transfer sesuai dengan
indikasi pasien:
1. Analgesik narkose (morfin, fentanil)
2. Sedasi / hypnosis (lorazepam, midazolam, propofol, etomidat, ketamin)
3. Agen neuromuscular blocker (suksinilkolin, pankuronium, atrakurium, rokuronium)
4. Prostaglandin E1
5. Surfaktan paru
DAFTAR PUSTAKA

Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland (2009).AAGBI safety guideline:


interhospital transfer. London
Welsh Assembly Government (2009).Designed for life: Welsh guidelines for the transfer of
critically ill adult; 2009.
Warren J, Fromm RE, Orr RA, Rotello LC, Horst M. (2004).Guidelines for the inter- and
intrahospital transport of critically ill patients. American College of Critical Care Medicine.Crit
Care Med. 2004;1:256-62.
North West London Cardiac & Stroke Network (2010).Web-based interhospital transfers: user
guide. London: NHS
Nomor : /VII/2018
Klasifikasi : Biasa
Lampiran : 1 (Satu) Lembar
Perihal : Undangan Kepada
Yth. Pejabat Terlampir
Di
Tempat

1. Dasar
a. Program kerja Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana tentang Akreditasi
SNARS Edisi 1 2018
b. Pertimbangan Kepala dan Staf Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana.
Sehubungan dasar tersebut diatas, maka kami mengundang Bapak/Ibu untuk
menghadiri rapat Kebutuhan Transportasi Dan Peralatan Kesehatan Sesuai Dengan
Kondisi Pasien, Termasuk Pasien Rawat Jalan

2. Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana (Sesuai daftar terlampir) yang akan
dilaksanakan pada:
Hari/Tgl : Jumat, 27 Februari 2018
Jam : 08.30-selesai
Tempat : AULA Ki Hajar Dewantara
Pakaian : yang berlaku saat itu

3. Demikian, mohon dimaklumi

Ketua Pokja

Rudy Syarif R, S. Kep


Serka NRP 201050223350285
DAFTAR PEJABAT YANG DI UNDANG
NO PEJABAT KETERANGAN
1. Kepala Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
2. Ketua Komite Medik Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
3. Ketua Komite Keperawatan Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
4. Kabinayanmasum Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
5. Kainstal Watlan Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
6. Ka Polum Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
7. Ka Ruangan Griya Gampiri Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
8. Ka Ruangan Wijaya Loka Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
9. Ka Ruangan Satria Balia Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
10 Ka Ruangan Sando Husada Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
11 Ka Ruangan Satya Nalentora Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
12 Ka Ruangan ICU dan Perinatologi Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
13 Ka Ruangan Wira Dahunga Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
14 Ka Ruangan IGD Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
15 Ka Ruangan Instalasi Gizi Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
16 Ka Ruangan Laboratorium Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
17 Ka Ruangan Apotek Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
18 Ka Ruangan Radiologi Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
19 Ka Ruangan Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Tk IV 13.07.01 Wirabuana
DAFTAR HADIR RAPAT
KEBUTUHAN TRANSPORTASI DAN PERALATAN KESEHATAN SESUAI DENGAN
KONDISI PASIEN, TERMASUK PASIEN RAWAT JALAN
RUMAH SAKIT TK. IV 13.07.01 WIRABUANA
2018

Ketua Pokja

Rudy Syarif R, S. Kep


Serka NRP 201050223350285
MTERI RAPAT
KEBUTUHAN TRANSPORTASI DAN PERALATAN KESEHATAN SESUAI DENGAN
KONDISI PASIEN, TERMASUK PASIEN RAWAT JALAN

1. Pada pasien dengan derajat 0, petugas yang mendampingi minimal petugas ambulance yang
mempunyai ketrampilan Bantuan Hidup Dasar
2. Pada pasien derajat 1 (orang tua),petugas yang mendampingi minimal petugas ambulance
dan paramedis yang mempunyai ketrampilan Bantuan Hidup Dasar
3. Pada pasien dengan derajat 2, petugas yang mendampingi minimal petugas ambulance dan
perawat yang mampu melakukan bantuan hidup dasar, pemberian oksigen, pemberian obat-
obatan, mengenali akan tanda deteriorasi, dan mempunyai ketrampilan perawatan
trakeostomi dan suction.
Transportasi yang digunakan yaitu ambulance yang didalamnya tersedia oksigen, Suction, tiang
infus portabel, infus pump dengan baterei, dan Oksimetri.
4. Pada pasien dengan derajat 3, petugas yang mendampingi minimal harus ada dokter,perawat,
dan petugas ambulance.
Dokter yang mendampingi harus mempunyai ketrampilan minimal 6 bulan pengalaman
mengenai perawatan pasien intensif dan bekerja di ICU, ketrampilan bantuan hidup dasar dan
lanjut, dan ketrampilan menangani permasalahan jalan nafas dan pernapasan minimal level ST 3
atau sederajat, dan harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien yang sakit.
Transportasi yang digunakan yaitu ambulance lengkap yang didalamnya tersedia Monitor Icu
portabel yang lengkap, Ventilator dan peralatan transfer yang memenuhi standar minimal.
5. Gunakan mobil ambulan RS Wirabuana / IGD (0451-411903) . Mobil dilengkapi soket listrik
12 V, suplai oksigen, monitor, dan peralatan lainnya.
6. Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan-kebutuhan untuk mentransfer pasien
terpenuhi (seperti suplai oksigen, baterai cadangan, dll).
7. Standar Peralatan di Ambulan
a. Suplai oksigen
b. Ventilator
c. Jarum suntik
d. Suction
e. Baterai cadangan
f. Syringe / infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi posisi pasien
g. Alat penghangat ruangan portabel (untuk mempertahankan temperatur pasien)
h. Alat kejut jantung (defibrillator)
8. Tim transfer/ SDM pendamping dapat memberi saran mengenai kecepatan ambulan yang
diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
9. Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir ambulans. Tujuannya adalah
untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera dengan akselerasi dan deselerasi yang
minimal.
10. Pendampingan oleh polisi dapat dipertimbangkan pada area yang sangat padat penduduknya
11. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk pengaman.
12. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi segera,
berhentikan ambulan di tempat yang aman dan lakukan tindakan yang diperlukan.
13. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan, gunakanlah pakaian yang jelas
terlihat oleh pengguna jalan lainnya.
SPO KEBUTUHAN TRANSPORTASI DAN PERALATAN
KESEHATAN SESUAI DENGAN KONDISI PASIEN

RUMKIT TK.IV 13.07.01 WIRABUANA


NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
JL.SISINGAMANGARAJA NO.04
PALU SPO/ 38 / ARK / A 1/2
Telp (0451) 411903/421575
EMAIL:
rs.wirabuanapalu@gmail.com
III / 2018

Ditetapkan :
STANDAR PROSEDUR Kepala Rumkit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana,
6 Juni 2018
OPERASIONAL

dr. Dudy Kusmartono, Sp. B


Mayor Ckm NRP 11010016080375
PENGERTIAN Layanan Kendaraan ambulans yang disiapkan oleh Rumah Sakit
Wirabuana guna mendukung kontinuitas layanan terhadap pasien
dan disesuaikan dengan kondisi pasien.
TUJUAN 1. Meningkatkan kualitas layanan Rumah Sakit terhadap
Pasien sesuai dengan sumber daya RS.
2. Sebagai tata cara penggunaan ambulans, mempermudah
dan mempercepat layanan transportasi Pasien dari dan ke
Rumah sakit Wirabuana.
KEBIJAKAN Keputusan Karumkit Tk. IV 13.07.01 Nomor : Kep /38/ ARK /III/
2018 tanggal 6 Juni 2018 tentangpelayanan kendaraan, petugas
pengemudi, pemakaian dan pemeliharaan ambulans dan kendaraan
dinas lainnya di Rumah Sakit Tk. IV 13.07.01 Wirabuana
14. Pada pasien dengan derajat 0, petugas yang mendampingi
minimal petugas ambulance yang mempunyai ketrampilan
PROSEDUR Bantuan Hidup Dasar
15. Pada pasien derajat 1 (orang tua),petugas yang mendampingi
minimal petugas ambulance dan paramedis yang mempunyai
ketrampilan Bantuan Hidup Dasar
16. Pada pasien dengan derajat 2, petugas yang mendampingi
minimal petugas ambulance dan perawat yang mampu
melakukan bantuan hidup dasar, pemberian oksigen,
pemberian obat-obatan, mengenali akan tanda deteriorasi, dan
mempunyai ketrampilan perawatan trakeostomi dan suction.
Transportasi yang digunakan yaitu ambulance yang didalamnya
tersedia oksigen, Suction, tiang infus portabel, infus pump dengan
baterei, dan Oksimetri.
17. Pada pasien dengan derajat 3, petugas yang mendampingi
minimal harus ada dokter,perawat, dan petugas ambulance.
Dokter yang mendampingi harus mempunyai ketrampilan minimal
6 bulan pengalaman mengenai perawatan pasien intensif dan
bekerja di ICU, ketrampilan bantuan hidup dasar dan lanjut, dan
ketrampilan menangani permasalahan jalan nafas dan pernapasan
minimal level ST 3 atau sederajat, dan harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien yang sakit.
Transportasi yang digunakan yaitu ambulance lengkap yang
didalamnya tersedia Monitor Icu portabel yang lengkap, Ventilator
dan peralatan transfer yang memenuhi standar minimal.
18. Gunakan mobil ambulan RS Wirabuana / IGD (0451-411903) .
Mobil dilengkapi soket listrik 12 V, suplai oksigen, monitor,
dan peralatan lainnya.
19. Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan-kebutuhan
untuk mentransfer pasien terpenuhi (seperti suplai oksigen,
baterai cadangan, dll).
20. Standar Peralatan di Ambulan
i. Suplai oksigen
j. Ventilator
k. Jarum suntik
l. Suction
m. Baterai cadangan
n. Syringe / infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya
tidak melebihi posisi pasien
o. Alat penghangat ruangan portabel (untuk
mempertahankan temperatur pasien)
p. Alat kejut jantung (defibrillator)
21. Tim transfer/ SDM pendamping dapat memberi saran
mengenai kecepatan ambulan yang diperlukan, dengan
mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
22. Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir
ambulans. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang
lancar dan segera dengan akselerasi dan deselerasi yang
minimal.
23. Pendampingan oleh polisi dapat dipertimbangkan pada area
yang sangat padat penduduknya
24. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan
sabuk pengaman.
25. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien
membutuhkan intervensi segera, berhentikan ambulan di
tempat yang aman dan lakukan tindakan yang diperlukan.
26. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan,
gunakanlah pakaian yang jelas terlihat oleh pengguna jalan
lainnya.

1. INSTALASI RAWAT INAP


2. INSTALASI RAWAT JALAN
UNIT TERKAIT
3. IGD
4. ICU

Anda mungkin juga menyukai